Disusun oleh
Yandi Hidayat 110100213
Wiedya Kristianti An 110100198
Pembimbing
dr. Roy Y. Simanjuntak, SpOG.K.
Mentor
dr.Vivi Yovita
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul“Sectio Caesaria Berulang pada Multigravida”.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi mau pun susunan bahasanya, dan untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat buat
kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan jutaan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi
dindingabdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Menurut World
HealthOrganisation (WHO), standar rata-rata sectio caesarea disebuah negara
adalahsekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata
11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%.3 Permintaan sectio
caesarea di sejumlah negara berkembang melonjak pesat setiap tahunnya. Pada
tahun 70-an permintaan sectio caesarea adalah sebesar 5%, kini lebih dari 50%
ibu hamil menginginkan operasi sectio caesarea. Di Asia Tenggara jumlah ibu
hamil yang melakukan tindakan sectio caesarea sebanyak 9550 kasus per 100.000
kasus pada tahun 2005.4
Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut data survey nasional
pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari
seluruh persalinan.5 Secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah
sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di
rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30 – 80% dari total
persalinan.6 Peningkatan ini disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi
bertambah baik, operasi berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah
baik, kenyamanan pasca operasi dan lama perawatan yang menjadi lebih singkat.
Di samping itu morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal dapat
diturunkan secara bermakna.7 Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio
caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesarea
3
adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%,
pernahsectio caesarea 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi
7%dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi
0,5% sedangkan kematian janin 14,5%.8
1. Faktor Ibu
A. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibutidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus
tidaknya proses persalinan. Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang:
sakrum, koksigis, dan dua tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium,
iskium, dan pubis.Tulang-tulang inominata bersendi dengan sakrum pada
sinkondrosis sakroiliaka dan bersendi dengan tulang inominata sebelahnya di
simfisis pubis.1 Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang
ditarik dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu:
a. False pelvis
Terletak di atas bidang, berfungsi untuk menyokong intestinum.
b. True pelvis
4
Pada kasus mioma uteri, dapat bertambah besar karena pengaruh hormon
estrogen yang meningkat dalam kehamilan.Dapat pula terjadi gangguan sirkulasi
dan menyebabkan perdarahan.Mioma subserosum yang bertangkai dapat terjadi
torsi atau terpelintir sehingga menyebabkan rasa nyeri hebat pada ibu hamil
(abdomen akut).Selain itu, distosia tumor juga dapat menghalangi jalan
lahir.Tumor ovarium mempunyai arti obstetrik yang lebih penting. Ovarium
merupakan tempat yang paling banyak ditumbuhi tumor.Tumor yang besar dapat
menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus dan bayi
prematur, selain itu juga dapat terjadi torsi. Tumor seperti ini harus diangkat pada
usia kehamilan 16-20 minggu. Adapun kanker rahim, terbagi menjadi dua; kanker
leher rahim dan kanker korpus rahim. Pengaruh kanker rahim pada persalinan
antara lain dapat menyebabkan abortus, menghambat pertumbuhan janin, serta
perdarahan dan infeksi.
9
F. Ruptur uteri
Ruptur uteri baik yang terjadi dalam masa hamil atau dalam proses persalinan
merupakan suatu malapetaka besar bagi wanita dan janin yang dikandungnya.
Dalam kejadian ini boleh dikatakan sejumlah besar janin atau bahkan hampir
tidak ada janin yang dapat diselamatkan, dan sebagian besar dari wanita tersebut
meninggal akibat perdarahan, infeksi, atau menderita kecacatan dan tidak
mungkin bisa menjadi hamil kembali karena terpaksa harus menjalani
histerektomi.Ruptur uteri adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum.
2. Faktor Janin
A. Kelainan Letak
1.Letak Lintang
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada sisi yang
lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati abdomen biasanya
melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus.Tidak
ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala teraba pada salah
satu fossa iliaka.Penyebab utama presentasi ini adalah relaksasi berlebihan
11
dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi. Selain itu bisa juga
disebabkan janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan
sebelumnya.10
Resiko bayi lahir dengan letak sungsang pada persalinan pervaginam
diperkirakan empat kali lebih besar dibandingkan dengan presentasi kepala
yang normal. Oleh karena itu, biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi
hal terburuk karena persalian yang tertahan akibat janin letak sungsang adalah
sectio caesaria. Namun tindakan operasi untuk melahirkan janin letak
sungsang baru dilakukan dengan pertimbangan yaitu posisi janin yang
beresiko terjadinya “macet” ditengah proses persalinan. Beberapa posisi janin
letak sungsang seperti bokong dibagian bawah rahim dengan kedua kaki kaki
terangkat keatas (kaki berada didepan wajah atau disisi telinga) biasanya
disebut dengan presentasi bokong murni (frank breech), posisi sungsang
lainnya yaitu posisi bokong dibagian bawah rahim dengan kedua kaki
menekuk atau mungkin disilangkan (seperti duduk bersilang, kaki ditekuk
kebadan) disebut dengan presentasi bokong sempurna (complete breech).Pada
posisi ini, persalian biasanya dilakukan secara pervaginam atau dengan
operasi tergantung pada dokter, kondisi ibu dan janin. Apabila pada posisi
bokong dibawah rahim dengan kedua kaki menjuntai maka kelahiran bayi
harus dengan sectio caesaria.11
12
kematian janin.12
C. Ukuran janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi
sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan
disebabkan sang ibu menderita kencing manis(diabetes mellitus). Bayi yang lahir
dengan ukuran yang besar dapat mengalami kemungkinan komplikasi persalinan
4 kali lebih besar daripada bayi dengan ukuran normal.12
Menentukan apakah bayi besar atau tidak terkadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
a. Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit dilahirkan atau
ada riwayat diabetes melitus.
b. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (edema, dll)
c. Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik.
3. Faktor Plasenta
Ada beberapa kelaianan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat
pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalina dengan sectio caesaria.
A. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri.13 plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:
Plasenta previa totalis atau komplit, adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang menutupi
sebagian ostium uteri internum. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang
tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum. Plasenta letak rendah, yang
berarti bahwa plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang
sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Plasenta previa menjadi indikasi sectio caesaria dimaksud
untuk mengosongkan rahim sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan
perdarahan.Selain itu sectio caesaria juga dapat mencegah terjadinya robekan
14
serviks dan segmen bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam.
Persalinan sectio caesaria diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta previa.
Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta anterior. Indikasi
dilakukannya persalinan sectio caesaria pada plasenta previa adalah: 14
a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
b. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak, berulang dan
tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
B. Solutio plasenta
Solusio plasenta merupakan keadaan terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta yang letaknya normal dari perlekatannya diatas 22 minggu dan sebelum
anak lahir.Pelepasan plasenta ini biasanya ditandai dengan perdarahan yang
keluar melalui vagina, tetapi juga dapat menetap di dalam rahim, yang dapat
menimbulkan bahaya pada ibu maupun janin. Biasanya dilakukan persalinan
sectio caesaria untuk menolong agar janin segera lahir sebelum
mengalamikekurangan oksigen ataupun keracunan oleh air ketuban, serta dapat
menghentikan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu.10
2.5. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan sectio caesaria
antara lain scar pada uterus. Semakin sering dilakukan sectio caesaria maka akan
semakin banyak meninggalkan scar pada uterus.15 Hal ini akan meningkatkan
risiko terjadinya rupture uteri jika dilakukan persalinan pervaginam. Hal ini
didukung oleh Macones dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa peningkatan
kejadian ruptur uteri sebesar 1,8 % pada wanita yang telah mengalami previous
sectio caesaria sebanyak dua kali dibandingkan dengan 0,9 % pada wanita yang
hanya mengalami previous sectio caesaria sebanyak satu kali.1
Semakin banyak sectio caesaria yang dilakukan, risiko untuk terjadinya
plasenta akreta dan plasenta previa semakin meningkat. Suatu studi menunjukkan
bahwa risiko dari plasenta akreta meningkat dari 0,24% pada sectio caesaria
pertama menjadi 2,13% setelah sectio caesaria yang keempat.15
Selain itu komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi yang ditandai salah
satunya dengan peningkatan suhu tubuh dalam beberapa hari dan apabila berat
19
dapat terjadi peritonitis. Kemudian komplikasi yang dapat terjadi adalah retensi
plasenta. Retensi dapat terjadi ketika implantasi yang terlalu dalam ke bekas luka
operasi. Implantasi yang terlalu dalam dapat merusak organ didekatnya seperti
kandung kemih dan usus.1Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang arteriauterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.15
Histerektomi terkait persalinan diperlukan sekitar 0,42% dari wanita yang
menjalani sectio caesaria kedua dibandingkan dengan 2,41% wanita yang
menjalani sectio caesaria yang keempat dan 8,99% pada yang keenam atau
lebih.16
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis Penyakit
Seorang pasien Ny. E, 29 tahun, G3P2A0, Batak, Kristen, S1, Guru i/d Tn.
E, 35 tahun, Batak, Kristen, SMA, Wirawasta datang ke IGD RSUPM pada
tanggal 8 September 2016 pukul 20.00 WIB, dengan:
Keluhan Utama : Mules – mules sesekali
Telaah : Hal ini telah dialami oleh pasien sejak tanggal 08/09/2016
pukul 09.00. Mules – mules bersifat hilang timbul. Riwayat keluar lendir darah (-
), riwayat keluar air dari kemaluan (-). Pasien merupakan pasien rawat jalan klinik
Sp.OG dengan diagnosa previous SC 2x + multigravida + KDR(37 – 38) minggu
+ presentasi kepala + anak hidup dengan rencana SC elektif tanggal 09
Sepetember 2016. BAK (+) N, BAB (+) N.
RPT :-
RPO : SC
21
Riwayat Haid
HPHT : 19/12/2015
TTP : 26/09/2016
ANC : Sp.OG,> 5x
Riwayat Persalinan
1. Laki-laki, 3700 gr, aterm, Sectio Caesaria, Dokter, RS, 6 tahun, sehat
2. Perempuan, 2300 gr, aterm, Sectio Caesaria, Dokter, RS, 6 jam,
meninggal(2014)
3. Hamil ini
Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Status Generalisata
Kepala : Mata: Reflex cahaya +/+, Conjunctiva Palpebra Inf. Pucat (-),
ikterik (-)
T/ H/ M : Tidak ada kelainan
Leher : Trakea medial, TVJ R-2 cmH2O, pembesaranKGB (-)
Thoraks : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : SF Ka=Ki
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: Vesikuler; ST: -
Jantung : HR: 88 x/i, regular, desah (-)
Abdomen : Terlampir pada status obstetrikus
Genitalia : Terlampir pada status ginekologis
Ekstremitas superior : Edema (-/-), Refleks patella (+/+)
22
Status Ginekologis
VT : Cx tertutup
ST : Lendir darah(-), air ketuban(-)
Pemeriksaan Penunjang
USG TAS
- Janin tunggal, presentasi kepala, anak hidup
- Fetal movement(+), fetal heartrate(+)
- Biparietal diameter 93mm
- Femur length 72mm
- Abdominal circumference 330 mm
- Plasenta corpus anterior grade III
- Air ketuban cukup
- Estimated fetal weight : 3225 gram
Kesan : KDR (37-38) minggu + PK+ AH
23
Laboratorium
Hasil Laboratorium (Kamis, 8 September2016)
Diagnosis Sementara
Prev. SC 2x + MG + KDR (37 –38 minggu) + PK + AH + Belum inpartu
Terapi
Rawat inap
Rencana
Sectio caesaria (9/9/2016)
Konsul Dept. anastesi
Konsul Dept. Perinatologi (Anak)
Uraian Pembedahan
• Pasien dibaringkan diatas meja operasi dengan infus dan kateter terpasang
baik.
• Dibawah anestesi spinal,dilakukan tindakan aseptik dengan menggunakan
laruran antiseptik povidone iodine dan alkohol 70 % pada dinding abdomen
lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
• Dilakukan insisi midline. Dibuka mulai dari kutis, subkutis sepanjang 10 cm.
• Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting ke atas
dan ke bawah, otot dikuakkan secara tumpul. Peritoneum dijepit dengan
klem, diangkat lalu digunting, lakukan evaluasi tidak tampak perlengketan,
lalu peritoneum digunting keatas dan ke bawah. Tampak uterus gravidarum
sesuai usia kehamilan.
• Identifikasi segmen bawah rahim dan ligamentum rotundum.
• Insisi uterus secara konkaf sampai subendometrium, uterus ditembus sampai
endometrium diperlebar sesuai arah sayatan
• Dengan meluksir kepala, lahir bayi laki – laki dengan berat badan 3.430 gr,
panjang badan 49 cm, A/S 9/10, anus (+).
• Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting diantaranya. Plasenta
dilahirkan dengan cara PTT, kesan lengkap.
• Evaluasi cavum uteri dari sisa selaput plasenta. Kesan :bersih
• Uterus dijahit dengan cara continuous interlocking.
25
• Evaluasi cavum abdomen dari sisa bekuan darah dan cairan ketuban. Kesan :
bersih
• Jahit dinding abdomen lapis demi lapis dari peritoneum, aproksimasi otot,
fascia, subkutis, kutis.
• Luka operasi ditutup dengan sufratule, kassa steril, dan hypafix.
• Liang vagina dibersihkan dari sisa darah dengan kapas sublimat hingga
bersih.
• KU ibu post operasi stabil.
Terapi Post SC
- IVFD RL + Oxytosin 10-10-5-5 IU 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Rencana
- Cek darah rutin 2 jam post SC
- Observasi vital sign, kontraksi uterus, tanda-tanda perdarahan dan UOP
26
FOLLOW UP PASIEN
9 September 2016
Hasil Laboratorium 2 jam Post SC
HGB : 9,5 gr/dl N : 12-16 gr/dl
RBC : 4,5 x106 /u L N : 4,00-5,40 x 106 /uL
WBC : 17,99 x 103/uL N : 4,0-11,0 x 103 /uL
HCT : 31,8 % N : 36,0-48,0 %
PLT : 276.000 /uL N : 150.000-440.000 /uL
10 September 2016
S Nyeri bekas luka operasi (+)
O Status Presens :
Sensorium : Compos Mentis Anemis :-
TD : 120 / 70 mmHg Dispnoea :-
HR : 93 x/i Edema :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 37,1 oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel,Peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O : tertutup verban , kesan kering
P/V : (-) lochia, rubra (+)
BAK : (+) via kateter 40 cc/jam, kuning jernih
BAB : (-), flatus (+)
A Post SC a/i Prev SC 2x + NH1
P - IVFD RL + oxytocin 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam / iv
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / iv
- Inj. Ranitidine 50 mg / 8 jam / iv
27
HR : 84 x/i Edema :-
RR : 20 x/i Ikterik :-
T : 37,1 oC Sianosis :-
Status Obstetrikus :
Abdomen : Soepel,Peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi (+) kuat
L/O : tertutup verban , kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+)
BAB : (+), flatus (+)
A Post SC a/i Prev SC 2x + NH3
P - Cefadroxil tab 2 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Vit.B complex tab 2 x 1
BAK : (+)
BAB : (+), flatus (+)
A Post SC a/i Prev SC 2x + NH4
P - Cefadroxil tab 2 x 500 mg
- Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
- Vit.B complex tab 2 x 1
R/ PBJ
Kontrol Poli tanggal 16/9/2016
30
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 29
tahun dengan diagnosis Prev. SC 2x + MG + KDR (37 –38 minggu) + PK + AH +
Belum inpartu. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik obstetri dan pemeriksaan penunjang berupa USG transabdominal serta
pemeriksaan laboratorium.
Pada kasus ini pasien kembali dilakukan sectio caesaria sebab berdasarkan
anamnesis, pasien datang dengan riwayat persalinan dengan indikasi adanya
panggul yang sempit yang merupakan kontraindikasi absolutdan riwayat sectio
caesarea sebelumnya sebanyak dua kali yang merupakan kontraindikasi relatif
untuk dilakukan persalinan pervaginam. Hal ini dilakukan untuk mengatasi
kekhawatiran akan terjadinya hambatan dan kesulitan (cephalo-pelvic
disproportion/fetal-pelvic disproportion) selama persalinan bila dilakukan secara
pervaginam. Selain itu, jenis insisi sectio caesaria sebelumnya pada pasien ini
tidak jelas, sehingga akan berisiko bila dilakukan persalinan pervaginam karena
dapat menyebabkan ruptur uteri. Dengan demikian, faktor-faktor yang terdapat
pada pasien ini merupakan faktor yang termasuk dalam pertimbangan untuk
memilih sectio caesaria sebagai pilihan persalinan, dan VBAC tidak dapat
dilakukan.
Tindakan sectio caesaria pada pasien kasus ini sudah tepat, karena pasien
memiliki faktor mutlak untuk sectio caesaria, dan saat ini didukung pula dengan
teknik dan obat-obat anestesi yang cukup aman pada ibu hamil.
Walaupun demikian, pemilihan sectio caesaria kembali sebagai metode
persalinan tetap mengandung risiko untuk terjadinya komplikasi di kemudian hari,
diantaranya infeksi, pembentukan jaringan parut pada uterus dan organ sekitar
sehingga terjadi perlengketan, histerektomi terkait persalinan,trauma kandung
kemih dan usus, perdarahan hebat,masalah dengan plasenta (misalnya, plasenta
previa dan plasenta akreta) dan kemungkinan persalinan preterm pada kehamilan
berikutnya.
31
PERMASALAHAN
DAFTAR PUSTAKA
7. Manuaba IBG, Manuaba IAC & Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC; 2007, hal 295
10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi III.
Jakarta: EGC; 2012.
33
12. Oxorn, Harry. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan
Essential Medika. 2003.
15. Tobah, YB. 2016. How many C-sections can a woman safely have?.
Available from: http://www.mayoclinic.org/tests-procedures/c-section/expert-
answers/c-sections/faq-20058380.