PENDAHULUAN
4. Pola perkembangan motorik dimulai dari bagian atas tubuh yaitu dari
kepala, kemudian leher, batang tubuh dan ke kaki (cephalocaudal).
1
6. Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur menjadi gerakan yang
spesifik dan bertujuan (simple to complex).
2
Gejala-gejala yang sering dikeluhkan orang tua dalam perkembangan motorik anak :
Motorik halus : tidak dapat membuat garis lurus, tidak dapat menulis nama, tidak dapat
menggambar suatu bentuk, tidak benar dalam memegang pensil, belum dapat makan
menggunakan sendok / makan masih berantakan.
Motorik kasar : canggung, berjalan aneh, belum dapat naik sepeda, sering terjatuh,
pincang, kurang keseimbangan, tidak menyukai sepak bola.
Secara teori faktor penyebab gangguan motorik halus maupun kasar yaitu
faktor intrinsik (genetik, ras, umur, jenis kelamin, bangsa), faktor ekstrinsik (gizi,
masa prenatal, intranatal, post natal, zat toksik atau kimia, radiasi), tingkat
pengetahuan dan sosial ekonomi. Dampak yang terjadi apabila kurangnya pencegahan
gangguan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler akan
menyebabkan perkembangannya tidak sesuai dengan umur. Pada anak usia
toddler seharusnya sudah mampu dalam hal motorik halus yaitu menggambar,
melukis, bernyanyi tetapi jika ada penyimpangan anak hanya mampu untuk
melaksanakan tahap perkembangan motorik halus dibawah usia perkembangannya. Solusi
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan perkembangan motorik
halus pada anak usia toddler yaitu dengan melakukan deteksi dini tumbuh kembang
anak, skrining, orang tua memberikan stimulasi lebih awal untuk merangsang
kemampuan motorik halus anak.
Faktor Familial
3
jarasnya, ganglia basal dan serebelum akibat proses mielinisasi yang lambat.
Anak-anak ini dikemudian hari akan menjadi anak yang normal dan sehat.
Faktor Lingkungan
Kepribadian
Gizi
Anak yang kegemukan akan telambat berjalan bila orang tuaya khawatir
berat badannya akan memberikan beban pada tungkainya yang mungkin
menyebabkan deformitas postural.
Mental Subnormal
Serebral Palasi
4
pasien. Walaupun belum terlihat tanda kelainan neurologis, keterlambatan
perkembangan motor yang mencolok paling sering disebabkan palsi serebral.
Pada stadium lanjut baru akan terlihat kelainan postur dan gerak
Penyakit Neuromuskular
Ngesot
Anak-anak yang bergerak dengan ngesot lebih lambat berdiri dan berjalan
dari pada anak yang merangkak.
Buta
Bayi-bayi yang buta mungkin akan terlambat berjaln bila kurang diberikan
kesempatan belajar berjalan karena takut akan melukai dirinya sendiri.
Ada anak-anak yang sampai berusia 2 tahun atau lebih belum dapat
berjalan tanpa sebab yang jelas. Bila tidak disebabkan kerusakan susunan saraf
pusat atau disertai gangguan perkembangan mental, keadaan ini bukan masalah
yang serius.
5
BAB II
Walaupun kondisi ini pertama kali dikenal awal tahun 1990-an, namun
kewaspadaan mengenai keadaan ini baru meningkat akhir-akhir ini berdasarkan
bukti bahwa prevalensnya sekitar 5% dari anak sekolah usia primer. American
Phychiatric Association / APA pada tahun 1994 dan WHO mengklasifikasikan
sindrom keterampilan pergerakan yang berbeda ini sebagai gangguan koordinsi
perkembangan (developmental coordination disorder, DCD). Dalam konsensus
internasional yang ditujukan untuk mendiskusikan berbagai label yang berbeda
ini, akhirnya defines DCD diterima oleh para peneliti dan klinisi.
Jadi, istilah DCD baru umum dikenal setelah publikasi dari Diagnostic and
Statistic Manual of Mental Disorder 4th Edition (DSM IV) pada tahun 1994, yang
mana menurut kriteria DSM IV-TR tersebut, DCD didefinisikan sebagai kondisi
di mana seorang anak memiliki koordinasi motorik buruk yang mengganggu
pencapaian akademis atau aktivitas sehari-harinya, namun memiliki IQ yang
normal dan tidak memiliki kondisi medis umum atau gangguan perkembangan
pervasive lainnya.
6
Ciri utamanya adalah gangguan perkembangan motorik, terutama motorik halus.
Sebenarnya gangguan ini mengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang
sangat berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya.
2.1 Prevalensi
2.2 Etiologi
Tidak banyak penelitian yang mencari tahu penyebab dari DCD. Namun
demikian, tampaknya ada gabungan antara faktor genetik dan lingkungan
(multifaktorial) pada anak dengan sekumpulan gejala yang timbul.
Developmental Coordination bukan merupakan suatu penyakit, namun lebih
kepada sekumpulan gejala yang secara bersama-sama dapat menegakkan
diagnosis. Faktor risiko lain yang diketahui misalnya usia gestasional yang
kurang dan berat lahir rendah.
7
mengganggu pencapaian akademik atau kegiatan sehari-hari (kriteria B).
Diagnosis DCD ditegakkan bila kesulitan koordinasi tersebut bukan karena
kondisi medis keseluruhan (seperti palsi selebral, hemiplegi atau distrofi otot) dan
tidak memenuhi kriteria gangguan perkembangan pervasif (kriteria C). Jika
retardasi mental ditemukan, kesulitan motorik didapati berlebihan pada mereka
yang berhubungan dengan hal ini (kriteria D).
8
atau aktivitas sehari-hari.
C. Gangguan tidak disebabkan oleh kondisi medis umum (seperti palsi selebral,
hemiplegia atau distrofi otot) dan tidak memenuhi kriteria dari gangguan
perkembangan pervasif.
D. Jika ada retardasi mental, kesulitan motorik tampak berlebihan pada yang
memiliki retardasi mental.
9
• Fokus pada kegiatan
- Kesulitan konvergensi bisa berdampak pada pandangan ganda, membuatnya
lebih sulit untuk mengetahui di mana letak orang/benda lain
• Respon cepat terhadap instruksi verbal
- Mengikuti instruksi untuk mengubah arah
- Mengikuti bunyi/irama dengan gerakan, seperti mengambil peran dalam
marching band, atau melakukan gerakan sebagai respon terhadap irama.
10
-Genggaman dan ketangkasan, kesulitan memegang dan memanipulasi obyek
yang kecil, mengancing pakaian, memegang dan menggunakan pensil atau
gunting. Anak akan mengubah posturnya untuk memperoleh keseimbangan dan
kontrol tubuh untuk melakukan keterampilan motorik halus, atau
mempertahankan tubuhnya dalam satu posisi tertentu sehingga ia bisa stabil dalam
melakukan tugas-tugas kecil. Ia mungkin tidak terlihat jelas pengguna tangan
kanan atau kiri, karena ia bisa menggunakan tangan manapun yang lebih dekat
untuk mencapai sesuatu.
-Kontrol memegang pensil, menulis dan menggambar, anak menghindari tugas
menulis dan menggunakan berbagai teknik distraksi untuk melakukannya.
Tulisannya biasanya sulit dibaca, khususnya jika menulis dengan cepat.
Tulisannya bervariasi dalam hal ukuran dan kualitas, dari awal sampai akhir
halaman. Huruf-huruf bisa terletak di atas atau di bawah garis yang ada.
-Kesulitan perseptual, bisa dalam hal persepsi auditori, menganggap suara berisik
di dalam kelas sangat mengganggu. Keterampilan dalam mendengar biasanya
buruk dan anak meminta pengulangan instruksi. Kesulitan persepsi visual
menyebabkan masalah dalam menulis, mengikuti bacaan, dan menuruni tangga.
Selain itu, anak juga mengalami kesulitan menyalin tulisan dari papan tulis dan
membutuhkan bantuan jari untuk mengikuti tulisannya. Ia bisa juga kehilangan
jejak saat membaca dan menyimak hal-hal yang disampaikan oleh gurunya.
-Organisasi pekerjaan/tugas, bermasalah dalam mencatat pekerjaan rumah,
seringkali kehilangan barang-barang miliknya, dan mengingat urutan tugas.
-Konsep waktu, biasanya terlambat mengerjakan tugas, terlambat hadir atau
menanyakan waktu berulang kali.
11
2.6 Terapi
Pencapaian Keterampilan
Sensori Integrasi
Neurodevelopmental
Sensitivitas kinestetik
13
The Lee method
14
kelompok paling tepat untuk sensori integrasi, dan kelompok anak di mana terapi
bukan merupakan jawabannya. Beberapa anak mungkin lebih mendapat manfaat
dari pendekatan umum dibanding program terapi spesifik. Jika dalam 4 minggu
tidak ada perubahan, perlu ditinjau kembali mengenai diagnosis, pengkajian dan
keakuratan interpretasi, serta modifikasi apa yang diperlukan.
Saran praktis yang dapat membantu anak
1. Bayi sebaiknya bermain pada bagian depan tubuhnya untuk memicu stabilitas
bahu dan panggul, duduk saat berbicara, dan berbaring saat tertidur.
2. Bekerja dalam gerakan yang kasar sebelum yang halus; seperti petak umpet,
merangkak, mengecat dengan kuas besar, menulis dengan kapur pada ubin karpet.
3. Lihat lingkungan dan pastikan lingkungan itu sesuai bagi anak dan orang
dewasa, misalnya gelas yang tidak akan tumpah ujungnya, gunting yang dapat
digunakan si anak, bantuan menulis seperti penggunaan komputer, dan
penggunaan alat pengatur waktu untuk membantu anak dalam hal konsep waktu.
4. Pertahankan harga diri anak dengan mencoba berbagai hobi seperti berenang,
yoga, mengendarai kuda, dan fotografi.
5. Jangan bebankan latihan tambahan pada anak ketika dia tampaknya mulai lelah.
6. Tanyakan apa yang mengganggunya dan apa yang perlu dibantu.
7. Bantu anak agar lebih terorganisir, pastikan setiap benda dinamai dan tempat
penyimpanannya mudah digunakan.
8. Pastikan bahwa anak duduk dengan nyaman, namun stabil secara postural
dengan kaki berpijak pada lantai dan menghadap tugasnya.
9. Cobalah untuk melatih keterampilan sosial sehingga anak memiliki hirarki
perilaku dan mengetahui apa yang harus dilakukan dan kapan.
10. Gunakan instruksi visual daripada auditori untuk menyampaikan pesan,
jangan ragu untuk mengulang dan periksa apa anak sudah mengerti.
11. Gunakan bahasa yang sangat sederhana
12. Selalu demonstrasikan kegiatannya terlebih dahulu oleh anda sendiri atau
minta anak yang kompeten untuk keterampilan tersebut.
13. Pecahkan kegiatan menjadi sasaran kecil yang mudah dicapai.
14. Pastikan bahwa setiap keterampilan dipelajari secara terpisah sebelum
15
mengkombinasikannya dan anak harus mampu memiliki keseimbangan (kedua
kaki menapak lantai) kemudian pada tiap kaki (lebih dari 5 detik) sebelum
melompat, saat keterampilan ini dipelajari terpisah.
DAFTAR PUSTAKA
6. http://id.hicow.com/amerika-serikat/sel-induk/serebral-palsi-763584.html
7. Goldberg C, New birth defect treatment studied. Hub Scientists test use of
fetal cell, May 14 2006, diakses dari http://www.boston.com
8. Abraham C, Hope for Fixing Birth Defects; New Technique Uses Custom-
Made Tissue Grown from Unborn Child's Own Fetal Cells, October 10,
2005. Diakses dari http//www.stemcell news.com
16
9. Cromie W.J, New technique could repair severe birth defects. Diakses dari
http//www.hno.harvard.edu
10. Gardner A, Amniotic Stem Cells Offer Hope against Congenital Heart
Defects November 14, 2006. Diakses dari
http://www.explorestemcells.co.uk
17