PNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 KELAS IV C
1.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan karyatulis berbentuk makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit PNEUMONIA
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua. Kami m
enyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki.Kami sangat berterimakasih Pada pihak–
pihak yang berkenan memberikan kritikdan saran pada makalah ini.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi
diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi
saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15% - 20%.
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan
kadang non infeksi. Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada
anak. (Suriani, 2006). Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut
pada bronchus dan disebut bronchopneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus (bronchopneumonia).
Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun
bronchopneumonia) disebut Pneumonia. Dalam keperawatan pneumonia atau
bronkhopneumonia pada anak (bayi) termasuk masalah yang serius dan mengancam keselamatan
jiwa. Karena sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu, perawat maupun tim
kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang ada pada anak (bayi)
yang menderita pnuemonia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa memahami tentang konsep dasar asuahan keperawatan pada anak
dengan pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep medis tentang pneumonia.
b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada anak dengan pneumonia.
c. Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan pada anak dengan
pneumonia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES.
2006)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang
dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi
pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini
terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan
saluran trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
B. Etiologi
5
3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, ryptococosis,
pneumocytis ca
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital,
atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
6
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah
infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat
yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin
A (IgA).
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta,
Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo
menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas,
Menggigil, Berkeringat, Lelah.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah:
1. kulit yang lembab
2. mual dan muntah
3. kekakuan sendi.
7
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
2. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan
hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal
atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis
metabolik, dan gagal nafas.
3. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu
pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
4. Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat
daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
a. Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari
b. Penebalan pleura pada pleuritis
c. Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel
F. Penatalaksanaan Terapi
1. Bila dispnea berat berikan Oksigen
2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24
jam.
3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/
hari dibagi dalam 4 dosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.
b. Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan
pertahanan utama.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.
DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Kerusakan a. Menunjukkan a. Kaji frekuensi, a. Manifestasi distres
pertukaran gas perbaikan ventilasi kedalaman, dan pernapasan
berhubungan dan oksigenasi kemudahan tergantung
dengan gangguan jaringan dengan bernapas pada/indikasi derajat
pengiriman GDA dalam rentang b. Tinggikan kepala keterlibatan paru dan
oksigen. normal dan tak ada dan dorong sering status kesehatan
gejala distres mengubah posisi, umum
pernapasan. napas dalam, dan b. Tindakan ini
b. Berpartisipasi pada batuk efektif. meningkatkan
tindakan untuk c. Pertahankan inspirasi maksimal,
memaksimalkan istirahat tidur. meningkatkan
oksigenasi. Dorong pengeluaran sekret
menggunakan untuk memperbaiki
9
teknik relaksasi ventilasi
dan aktivitas c. Mencegah terlalu
senggang lelah dan menurunkan
d. Observasi kebutuhan/konsumsi
penyimpangan oksigen untuk
kondisi, catat memudahkan
hipotensi perbaikan infeksi
banyaknya d. Syok dan edema paru
jumlah sputum adalah penyebab
merah umum kematian pada
muda/berdarah, pneumonia dan
pucat, sianosis, membutuhkan
perubahan tingkat intervensi medic
kesadaran, segera.
dispnea berat,
gelisah.
2. Infeksi, Resiko a. Mencapai waktu a. Pantau tanda vital a. Selama periode waktu
Tinggi Terhadap perbaikan infeksi dengan ketat, ini, potensial
(penyebaran) berulang tanpa khusunya selama komplikasi fatal
berhungan dengan komplikasi. awal terapi (\hipotensi/syok)
Ketidakadekuatan b. Mengidentifikasi b.Anjurkan pasien dapat terjadi
pertahanan utama intervensi untuk memperhatikan b. Meskipun pasien
mencegah/menuru pengeluaran sekret dapat menemukan
nkan resiko (mis., pengeluaran dan
infeksi meningkatkan upaya membatasi atau
pengeluaran menghindarinya,
daripada penting bahwa
menelannya) dan sputum harus
melaporkan dikeluarkan dengan
perubahan warna, cara aman
jumlah dan bau c. Efektif berarti
sekret. menurunkan
c. Tunjukkan/dorong penyebaran
tehnik mencuci /tambahan infeksi.
10
tangan yang baik. d. Menurunkan
d. Batasi pemajanan terhadap
pengunjung sesuai patogen infeksi lain.
indikasi.
11
lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme
pembersihan jalan
napas alami,
membantu silia untuk
mempertahankan
jalan napas paten.
Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan
dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan
lebih kuat.
d. Merangsang batuk
atau pembersihan
jalan napas secara
mekanik pada pasien
yang tak mampu
melakukan karena
batuk tak efektif atau
penurunan tingkat
kesadaran.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Biodata
1) Identitas klien
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Agama : Islam
Ayah
Nama : “Tn.N”
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SD
13
Pekerjaan : Supir mobil
Agama : Islam
Ibu
Nama : “Ny.M”
Umur : 24 Thn
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2) Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami
sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang
lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
a. Prenatal care
14
1. Pemeriksaan kehamilan: 5kali
b. Natal
c. Post natal
15
3) Riwayat kesehatan keluarga
5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln –
a. Pertumbuhan fisik
b. Berat badan baru lahir :2,8 kg
c. Panjang badan: 50 cm
d. Perkembangan tiap tahap
a. Berguling :4bulan
b. duduk :6bulan
c. merangkak :7bulan
d. senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan
e. bicara pertama kali:1bulan
f. berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa
1. Pemberian asi
16
a. Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
b. cara pemberian:setiap kali bayi menangis
a. Anak tunggal
b. lingkungan berada di kota
c. rumah dekat dengan masjid
d. tidak ada tempat bermain
e. tidak punya kamar sendiri
f. ada tangga yang berbahaya
g. anak tidak punya ruang bermain
h. hubungan antara anggota keluarga harmonis
i. pengasuh anak adalah ibunya sendiri
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien
cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
Pola Makan:
Pola minum:
Pola Eliminasi
BAK
18
Bau khas, khas,
BAB
Gangguan waktu tidur tidak ada. tida bisa tidur karena sesak
nafas.
Keramas
3 kali 1 minggu 2 kali 1 minggu.
19
Pola aktivitas
a. Tanda-tanda Vital
b. Tekanan darah :100/80 mmHg
c. Nadi :98 x/Mnt
d. Suhu :39 ºC
e. Pernapasan :32 x/Mnt
f. Antropometri
g. Panjang badan : 75 cm
h. Berat badan : 8 kg
i. LILA : 10 cm
j. Lingkar kepala : 30 cm
k. Lingkar dada : 35 cm
l. Lingkar perut : 40 cm
2. Sistem pernapasan
a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan
cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis,
pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b. Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran
antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak
simetris.
d. Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
e. clubbing finger : tidak ada.
20
3. Sistem cardiovaskuler
Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan vena
jugularis tidak meninggi.
a. Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
b. Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
c. Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.
5. Sistem pencernaan
6. Sistem indra
a. Mata
b. Hidung
1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di
hidung, mimisan tidak ada
2) Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman
c. Telinga
1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih,
serumen tidak ada.
2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah
suara tersebut.
21
7. Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
b. Kesadaran
a) Eyes : 4
b) Motorik : 6
c) Verbal : 5
d) GCS : 15 (normal 13-15)
d. Fungsi Cranial
a) Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi
b) Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi
c) Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata
tidak diidentifikasi
d) Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
e) Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
f) Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat
diidentifikasi.
g) Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
h) Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi
i) Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat
diidentifikasi
j) Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
e. Fungsi motorik
a) Massa otot : lemah
b) Tonus otot : menurun
c) kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat
menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
f. Fungsi sensorik
Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.
g. Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
22
h. Refleks
Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)
i. Iritasi Meningen
Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.
j. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST :
a) Motorik kasar : duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan
b) Motorik halus : mencari benang, menggaruk manik- manik,
memindahkan kubus, mengambil 1 kubus
c) Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau
mama
d) Personal sosial : tepuk tangan
8. Sistem Muskuloskeletal
a) Kepala
Bentuk : Normal
Gerakan : tidak diidentifikasi
b) Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
c) Pelvis
Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan
d) Lutut
Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
e) Kaki
tidak bergerak.
f) Tangan
Tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
9. Sistem Integument
a) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
b) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit
menyebar, tidak ada tahi lalat.
c) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah
patah,kuku pendek dan agak bersih.
23
10. Sistem Endokrin
XIII. Penatalaksanaan
a) Terapi oksigen
b) Cairan glukosa 10%
c) Kloramfenikol 250 mg 3X sehari
24
B. Analisa Data
Umur : 7 bulan
No.Registrasi : 7544
DS:
Pembentukan sel eksudat
– Ibu klien mengatakan anaknya sesak.
2
– Pergerakan dada tidak simetris.
Obtruksi jalan nafas
– TTV:
T : 100/80
25
N : 98 X/ menit
S : 39 C
P : 32 X/ menit
DS :
DO :
– KU : Lemah
– Suu : 39 C
Stimulus chemoreseptor hipotalamus.
DS :
DO :
Peningkatan metabolisme
– Porsi makan tidak dihabiskan
TB : 120 cm
26
DS :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
C. INTERVENSI
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan
secret.
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan
dan bunyi nafas abnormal.
2) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam,
3) Beri therapy oksigen sesuai program.
4) Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.
5) Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.
7) Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.
8) Beri minum yang cukup.
9) Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.
10) Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
kapiler alveolus.
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara
optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat.
27
Rencana Tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.
2. Beri posisi fowler/semi fowler.
3. Beri oksigen sesuai program.
4. Monitor analisa gas darah.
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.
6. Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.
E. Evaluasi
No.Regristasi : 7544
No Tanggal Evaluasi
1. 28 – 10 – 2012 S : Klien mengeluh Sesak
28
O : Klien masih batuk
bunyi ronchi.
Suhu 38 c
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
31