F-
,. . .(. .- .
..-f
, .
.
. .MP-. '
.- ---
.. ---4
i
!
Drs. Hasanuddin, MS. 1 =.,. \=I
20 Desember 2010
' Deka akultas Teknik etua Feneliti
Menyetujui:
Ketua Lembaga Penelitian
w e r s i t a s Negeri Padang
LEMBARAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN PENELlTlAN
2 Personalia
a Ketua Peneliti
Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Hasanuddin, MS.
Pangkat /Gol./NIP : Pembina I1V.a I
195505201980031 005
Fakultas IJurusan : Teknik ITeknik Mesin
b Anggota Peneliti
Nama Lengkap dan Gelar : Hendri Nurdin, MT.
Pangkat /Gol./NIP : Penata Muda Tk. I I1ll.b I
19730228200801 1007
Fakultas IJurusan : Teknik / Teknik Mesin
Pereviu II
Ketua.Lembaga Penelitian
..
LI - ---- . .
. .
; I . .
, < . \ L l h ,
, ,
i . ,.,... ...
u T(,Y. 1 'I'1' p;, "... 3
- --
PENGANTAR
Kata-kata kunci: Briket ampas tebu, Biomassa, Nilai Kalor, Bomb kalorimeter
DAFTAR IS1
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN IDENTITAS
A. LAPORAN HASlL PENELlTlAN
PENGANTAR iii
RINGKASAN iv
DAFTAR IS1 v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. ldentifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Perumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Tebu
B. Biomassa
C. Biobriket
D. Proses Pembakaran Briket
E. Nilai Kalor
F. Limbah Lingkungan
G. Pertanyaan Penelitian
BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN
A. Tujuan Penelitian
B. Manfaat Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Waktu dan Tempat
C. Bahan dan Alat
D. Metode Pelaksanaan
E. Pengamatan
F. Diagram Alir Penelitian
BAB V HASlL DAN PEMBAHASAN
A. Lama Nyala Api
B. Pengujian Nilai Kalor
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Pengujian dan Kalkulasi Nilai Kalor 24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar Pembakaran yang sempurna, yang baik dan tidak
sempurna
Gambar Bahan Pembuatan Briket
Gambar Pencetak Briket
Gambar Tungku (Anglo)
Gambar Alat Uji Bomb Kalorimeter
Gambar Geometri dan Dimensi Briket
Gambar Briket Ampas Tebu yang di produksi
Gambar Diagram Alir Penelitian
Gambar Spesimen Uji Tank Bahan Komposit Polimer
vii
Laporan Hasii Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM)
membuat harga energi yang tidak bisa diperbarui ini terus meningkat.
Meningkatnya jurnlah penduduk dan taraf hidup masyarakat
mengakibatkan bertambahnya jumlah energi yang dibutuhkan. Krisis
energi dunia berakibat melonjaknya harga BBM lebih dari 200% sejak
pertengahan 2005 sampai sekarang ini, dengan harga sudah di atas
US$SOIbarrel. Harga minyak bumi yang sulit diprediksi dalam satu dekade
terakhir telah mendorong pengembangan bioenergi sebagai sumber
energi alternatif, di luar sumber energi fosil yang kian langka ('ri.?:ij;a
: 1 r . - . - L - - - L L , V Y ! Lonjakan harga BBM membuat banyak negara
--.-fin\
L.W: 17. 3 < 1 i i i j : ~ 0 :
B. ldentifikasi Masalah
Rendahnya penggunaan biomassa dalam ha1 ini limbah pertanian
dan limbah petemakan, sebagai bahan bakar adalah karena rendahnya
informasi yang berkaitan dengan nilai kalor dan karakteristik pembakaran.
Pada penelitian ini kajian yang dilakukan pada briket ampas tebu dari
limbah sisa penggilingan tebu. Pemanfaatan limbah ampas tebu dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang dapat dijadikan briket. Briket
bahan bakar dibuat dari limbah ampas tebu dengan menggunakan
perekat tepung tapioka. Dengan melakukan perbandingan persentase
yang sesuai antara ampas tebu dan perekatnya. Sehingga didapatkan
briket sebagai bahan bakar alternatif yang memiliki nilai kalor pembakaran
sekaligus pengganti minyak tanah (kerosin). Pengujian lama nyala api dan
nilai kalor briket dilakukan untuk mengetahui kualitas briket yang
diproduksi.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan kajian karakteristik briket ampas tebu
sebagai bahan bakar yang merupakan perpaduan limbah ampas tebu dan
perekat (tepung tapioka). Metode yang dilakukan dalam pembuatan briket
dengan cara manual. Perbandingan ampas tebu dan perekat berdasarkan
ukuran briket yang berdiameter 50 mm. Pengujian karakteristik briket
berupa lama nyala api yang dibakar langsung dan nilai kalor briket ampas
tebu.
D. Perurnusan Masalah
Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yang cukup besar di
masyarakat, baik industri kecil maupun industri menengah mengakibatkan
kekurangan sumber energi. Energi terbarukan sangat dibutuhkan dalam
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu
digiling kemudian diekstrak niranya, hasil samping dari proses giling ini
adalah ampas tebu. Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan
dua macam limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagasse) dan blotong (filter
cake). Rata-rata ampas yang diperoleh dari proses giling 32 % tebu.
Dengan produksi tebu di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton
potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6 juta ton ampas per tahun.
Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan
batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat
dan gabus. Selama ini ampas tebu hanya digunakan sebagai bahan bakar
boiler. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan
bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp
campuran pembuat kertas. Apabila Pabrik gula dapat efisien dalam
penggunaan bahan bakar maka ada potensi ampas lebih. Potensi ampas
yang berlebih dapat dimanfaatkan untuk diproses sebagai produk turunan.
Ampas dapat diproses menjadi produk antara lain partikel board, plastik,
pith, xylitol, furfural. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan
ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang
segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk.
Ampas tebu mengandung abu 3,82%, lignin 22,09%, selulosa 37,65%,
sari 1,81%, pentosan 27,97%, Si02 3,01%. Komposisi kimia ampas tebu
meliputi; zat arang atau karbon (C) 23,7 %, zat cair atau hidrogen (H) 2 %,
zat asam Oksigen (0) 20 %, air atau W (H20) 50 % dan gula atau pol 3 %.
Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 7
B. Biomassa
Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa
dimanfaatkan lagi sebagai sumber bahan bakar selain batu bara (Syafi'i,
2003). Menurut Borrnan, 1998 bahwa biomassa merupakan bahan-bahan
organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang meliputi, dedaunan,
rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah
kehutanan dan gambut. Biomassa diklasifikasikan menjadi dua golongan
yaitu biomassa kayu dan bukan kayu (Borman, 1998). Biomassa
merupakan bahan organik yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dan
turunannya, baik tumbuh-tumbuhan di daratan maupun yang tumbuh di
dalam air. Dalam ha1 ini termasuk juga hasil hutan dan limbahnya,
tumbuhan yang khusus ditanam untuk diambil energinya di ladang-ladang
energi serta kotoran-kotoran hewan sebagai sumber energi. Biomassa
juga merupakan salah satu sumber energi penting yang dapat
diperbaharui. Disamping itu juga termasuk energi terbarukan yang sedang
diteliti dan dikembangkan untuk dipersiapkan menjadi energi alternative
pengganti bahan bakar fosil.
Tanaman panen darat yang terrnasuk penghasil energi biomassa
adalah:
1.Tumbuhan gula seperti tebu dan sorgum manis.
2.Tumbuhan daun, yaitu tumbuhan bukan kayu yang mudah dikonversi
menjadi bahan bakar dan gas.
3.Tumbuhan silvikultur (hutan) seperti poplar hibrida, sycamore, petai
cina, getah manis, alder, ekaliptus, dan kayu-kayu keras lainnya.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 8
C. Biobriket
Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket, ataupun
batangan. Briqueting (briket) merupakan metode yang efektif untuk
mengkonversi bahan baku padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi
yang lebih mudah untuk digunakan (i~:I:j-~i~.iii,.~-:~;:.~i-.:~~ 11, 2004). Briket
merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik, limbah
pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini murupakan
bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak
yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal
dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang
digunakan relatif sederhana ('ivi*-*j i.istek.l:c,id, 2004).
Biobriket adalah bahan bakar padat yang berasal dari biomassa
seperti kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, limbah pertanian yang
diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan yang
lebih menarik) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar padat untuk
keperluan energi sehari-hari. Penggunaan biobriket untuk kebutuhan
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 9
. . - _ _..-
.
-.r;.! :I :
r;en6d!a; ~ i a:dl .2s
I - _ _
3 ~ k a l i;?atis.
cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada
keadaan normal jika terdapat udara yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen,
dan sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai
pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai
oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran.
Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada
suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NO,), yang
merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan
bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon dioksida,
uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas masing-masing 8.084 kkal,
28.922 kkal dan 2.224 kkal (www.energyeficiencyasia.org).Pada kondisi
tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk
karbon monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430
kkallkg karbon). Karbon terbakar yang membentuk C02 akan
menghasilkan lebih banyak panas per satuan bahan bakar daripada bila
menghasilkan CO atau asap.
Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh
panas yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan
pengontrolan "tiga T" pembakaran yaitu (1) Temperature1 suhu yang
cukup tinggi untuk menyalakan dan menjaga penyalaan bahan bakar, (2)
Turbulence1Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang
baik, dan (3) Time1 Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.
Pembakaran sempurna (complete combustion) dapat dicapai
dengan pencampuran antara bahan bakar dan oksidator tepat atau baik,
dengan rasio udara dan bahan bakar yang tepat. Pembakaran sempurna
terjadi jika semua komponen bahan bakar (seperti C, H dan N) terbakar
semuanya dan membentuk ikatan dengan komponen-komponen udara
membentuk suatu senyawa baru (C02, H20, N2). Pencampuran yang baik
terjadi kalau berlangsung secara turbulen. Enthalpi pembakaran
merupakan selisih antara enthalpi dari produk dengan enthalpi dari
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 13
HEAT
- -6.;
.-.
&?-.
- N ; H 2 3- ._
..----
-._ --
- GOOD .-.--.
:... ,.- . .cohleusrroy
... :, .
-....
. "'..... --.
..
,1
:
..-;..-.. .
..-
' . . I 1
E. Nilai Kalor
Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran yang menunjukkan
nilai energi kalor yang dihasilkan dari suatu proses pembakaran setiap
satuan massa bahan bakar. Bahan bakar yang banyak digunakan
umumnya berbentuk senyawa hidrokarbon. Nilai kalor bahan bakar
menurut Eddy dan Budi (1990) merupakan jumlah energi panas
maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi
pembakaran sempurna per satuan massa atau volume bahan bakar
dengan satuan kJ/kg, k ~ / mkkallkg,
~, kkal/m3, Btullb, atau ~ t u l f t M.
~ . M. El-
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 14
Wakil (1992) mendefinisikan nilai kalor adalah kalor yang berpindah bila
hasil pembakaran sempurna. Nilai kalor kotor atau gross calorific value
(GCV) mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama proses
pembakaran sepenuhnya terembunkan atau terkondensasikan. Nilai kalor
netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan produk
pengembunan tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus
dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto. Analisa kalor suatu bahan
bakar dimaksudkan untuk memperoleh data tentang energi kalor yang
dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya pembakaran
reaksi atau proses (Eddy dan Budi, 1990). Menurut standard ASTM D2015
nilai kalor ditentukan dalam uji standard bomb kalorimeter.
Nilai kalor berhubungan langsung dengan kadar C dan H yang
dikandung oleh bahan bakar padat. Semakin besar kadar keduanya akan
semakin besar nilai kalor yang dikandung. Menariknya dengan proses
charing (pembuatan arang), nilai kalor arang yang dihasilkan akan
meningkat cukup tajam. Nilai kalor rendah (LHV, lower heating value)
adalah jumlah energi yang dilepaskan dari proses pembakaran suatu
bahan bakar dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan, atau
setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 1 5 0 ' ~ . Pada
temperatur ini, air berada dalam kondisi fasa uap. Jika jumlah kalor laten
uap air diperhitungkan atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran
dibuat 2 5 ' ~ , maka akan diperoleh nilai kalor atas (HHV, higher heating
value). Pada temperatur ini, air akan berada dalam kondisi fasa cair. Nilai
LHV selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai HHV. Hal ini
dikarenakan kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran dengan LHV
sebagian digunakan untuk mengubah H20 dari fasa cair menjadi fasa gas
sehingga besar energi kalor yang dapat dimanfaatkan menjadi lebih kecil.
Ada dua macam penentuan yaitu nilai kalor atas higher heating
value (HHV) dan nilai kalor bawah lowerheating value (LHV). Nilai kalor
atas (HHV) merupakan nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran I kg
bahan bakar dengan memperhitungkan panas kondensasi uap. Nilai kalor
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 15
F. Limbah Lingkungan
Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Lirnbah
merupakan suatu benda yang mengandung zat yang bersifat
membahayakan atau tidak membahayakan kehidupan manusia, hewan,
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 16
G. Pertanyaan Penelitian
Potensi energi dari limbah pertanian masih dimungkinkan untuk
dimanfaatkan lagi. Salah satunya pembuatan briket dengan proses yang
sederhana dapat dilakukan. Briket yang terdiri dari limbah ampas tebu dan
perekat dengan perbandingan fraksi massa yang optimal masih perlu
diteliti lebih lanjut. Bagaimanakah karakteristik briket ampas tebu sebagai
bahan bakar pengganti minyak tanah (kerosin). Sehingga briket ampas
tebu ini dapat direkomendasikan dan dijadikan sebagai bahan bakar
alternatif.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB Ill
TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:
1. Mendeskripsikan proses pembuatan biomassa dari limbah tanaman
dengan memanfaatkan ampas tebu menjadi briket bahan bakar
2. Menentukan nilai kalor y G g dikandung briket ampas tebu
3. Mendeskripsikan bahwa briket ampas tebu merupakan bahan bakar
alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat.
B. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu referensi dalam mengatasi limbah tanaman dan
lingkungan, menjadi rekomendasi bagi pemerintah serta pengembangan
penelitian dilingkungan akademik dan masyarakat.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB IV
METODE PENELlTlAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen,
dimana hasil pengujian diperoleh melalui percobaan langsung terhadap
benda uji. Berdasarkan pokok masalah yang di bahas dalam bab
sebelumnya, maka data diperoleh melalui hasil pengujian lama nyala api
dan nilai kalor briket ampas tebu, dilanjutkan dengan pengamatan dan
analisa terhadap data yang diperoleh dari percobaan di laboratorium.
BAB IV
METODE PENELlTlAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen,
dimana hasil pengujian diperoleh melalui percobaan langsung terhadap
benda uji. Berdasarkan pokok masalah yang di bahas dalam bab
sebelurnnya, maka data diperoleh rnelalui hasil pengujian lama nyala api
dan nilai kalor briket ampas tebu, dilanjutkan dengan pengamatan dan
analisa terhadap data yang diperoleh dari percobaan di laboratorium.
Getah Damar
Tapioka
Gambar 2. Bahan Pembuatan Briket
- -
--- / -
D. Metode Pelaksanaan
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan kegiatan. Diawali
dengan persiapan bahan dan alat beserta cetakan, pembuatan briket
ampas tebu dan pembuatan sampel uji nilai kalor.
Bahan utama berupa ampas tebu terlebih dahulu dicacah sampai
halus dan ditimbang sesuai kebutuhan pemakaian 70%. Selanjutnya
getah damar yang sudah kering dan dihaluskan dipersiapkan sebanyak
10%. Bahan pengikat briket digunakan tepung tapioka sebanyak 20%.
Setelah persiapan bahan selesai dilanjutkan dengan proses pembuatan
briket. Ampas tebu yang telah dicacah dengan mixer, serbuk getah damar
dan tepung tapioka dicampur dalam wadah dan diaduk beberapa menit
sampai benar-benar tercampur dengan merata. Kemudian air dimasukan
ke dalam wadah sambil di aduk lagi sampai air tersebut tercampur
dengan merata juga pada bahan-bahan campuran tadi. Campuran ini
diaduk terus sampai campuran tersebut mengempal seperti tanah
lempung. Proses pencetakan dilakukan dengan memasukan campuran
yang sudah mengempal tadi ke dalam cetakan sedikit demi sedikit sesuai
dengan ukuran beriket yang akan dibuat. Briket ampas tebu ini dibuat
berbentuk selinder dengan ukuran diamater + 50 mm dan tinggi + 45 mm.
Cetak seluruh campuran tersebut sampai selesai seluruhnya. Proses
pengeringan briket ampas tebu yang sudah di cetak kemudian dilakukan
proses pengeringan. Untuk mengeringkan briket dapat dijemur dengan
cahaya matahari, tetapi untuk mempercepat proses ini dilakukan dengan
memanggang briket dengan menggunakan open pemanas di atas tungku
sederhana. Tungku dapat terbuat dari tumpukan batu bata, dimana
dibawah open pemanas tersebut dinyalakan api untuk memanaskan open
pemanas. Pada saat proses ini harus diperhatikan Briket ampas tebu
harus benar-benar kering. Tempat penyimpanan briket ampas tebu tidak
diperlukan tempat khusus tetapi harus menghindarkan briket tidak terkena
air. Geometri dan dimensi briket yang diproduksi ditunjukkan pada
Gambar 6 dan Gambar 7.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 21
E. Pengamatan
Setelah beberapa sampel briket diuji pada bomb kalorimeter dan
mendapatkan beberapa data uji, selanjutnya dilakukan pengolahan data
uji dengan kalkulasi matematis dengan menggunakan persamaan yang
ada. Sehingga dari keseluruhan pengujian akan diketahui nilai kalor rata-
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 22
rata briket. Demikian juga dengan pengujian lama nyala api briket
dianalisa secara teoritis dengan membandingkan hasilnya apabila
menggunakan bahan bakar minyak.
I
, Getah
,/ Ampas Tebu Tapioka '---..' Damar
1 Pembuatan Briket
1
7
Pengujian
,*
I
Briket
-
-
I
Kesimpulan dan
Penulisan Laporan
L
Selesai
BAB V
HASlL DAN PEMBAHASAN
maka:
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dapat dibuktikan dalam pembuatan biomassa dari limbah tanaman
dengan memanfaatkan ampas tebu menjadi briket bahan bakar
serta dapat diperoleh informasi mengenai karakteristiknya.
2. Nilai kalor atas (HHV) briket ampas tebu rata-rata 18382,4 kJ/kg
dan nilai kalor bawah (LHV) 15142,4 kJlkg. Nilai ini diperoleh
dengan pengujian menggunakan alat bomb kalorimeter. Jika
dibandingkan dengan minyak tanah yang memiliki nilai kalor
sebesar 11.100 kKal/kg (46465 kJkg) menunjukkan bahwa nilai
kalor briket ampas tebu hanya 40 % dari nilai kalor minyak tanah
3. Dapat dibuktikan bahwa briket ampas tebu merupakan bahan bakar
alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat. Lama nyala api
briket ampas tebu dapat berlangsung selama 43,96 menit dengan
banyaknya briket 500 gram. Untuk 1000 gram (1 kg) briket ampas
tebu lama penyalaan pembakaran mencapai waktu 87,93 menit
Jika dibandingkan dengan pembakaran dengan bahan bakar
minyak tanah (kerosin) lama pembakaran mencapai & 60 menit.
Dengan demikian pemakaian briket ampas tebu sebagai bahan
bakar sangat dimungkinkan dan briket sangat berpotensi dijadikan
sebagai bahan bakar padat pengganti bahan bakar cair (minyak
ianah)
B. Saran
Kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan masih dapat
dilanjutkan lagi untuk mendapaikan kajian yang lebih spesifik mengenai
karakteristik briket ampas tebu. iiasii penelitian ini dapat diaunakan
sebaqai referensi dalam menqatasi limbah tanaman dan linakunnan.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010 26
DAFTAR PUSTAKA
Eddy dan Budi. (1990). Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar,
JTM-FTI-ITS, Surabaya.
Estela, A., (2002). Rice husk-an Alternative Fuel in Peru, Boiling Point
No.48.