Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan Bahasa. Fungsi kognitif terdiri dari : Orientasi Memori Bahasa Registrasi Fisiokonstruksi Eksekusi
2. Pemeriksaan nervus 3,4 & 6 ?
Pemeriksaan Nn. III, IV dan VI 1. Ptosis Pada keadaan normal, bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong garis pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain atau bila penderita mendongakkan kepala ke belakang-atas atau mengangkat alis secara kronis sebagai kompensasi. Kelumpuhan N.III menyebabkan ptosis. Untuk menilai tenaga M. levator palpebrae pasien disuruh memejamkan mata, pemeriksa menahan kelopak mata dan kemudian disuruh membukanya.5 2. Pupil a. Bentuk dan ukuran pupil Pada umumnya bentuk pupil bundar denga batas rata dan licin. Perhatikan besarnya pupil kedua mata, apakah sama (isokor) atau berbeda (anisokor), mengecil (miosis) atau melebar (midriasis). Otot untuk mengecilkan pupil disarafi oleh serabut parasimpatis (N.III) sedangkan untuk melebarkan pupil oleh serabut simpatis (thoracolumbal). b. Refleks pupil Refleks pupil langsung Pada waktu menyinari pupil salah satu sisi, batasi mata sebelahnya agar jangan mendapat sinar juga. Penyinaran dilakukan dari samping dan dibatasi mata sebelahnya. Normal akan terjadi miosis. Refleks pupil tidak langsung Cara melakukan pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan pupil langsung tetapi yang dinilai adalah pupil mata yang tidak disinari. Hal ini penting untuk menilai apakah lesinya pada jaras aferen (N.II) atau eferen (N.III). Refleks pupil akomodasi dan konvergensi Bila seseorang melihat benda di dekat mata, kedua M.rectus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ke medial disebut konvergensi dan akan diikuti miosis karena kontraksi otot ciliaris. Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan lesi di batang otak bagian atas.
Gambar 1. Kontraksi dan dilatasi Pupil
3. Gerakan bola mata Penderita disuruh melihat ke depan kemudian dilihat posisi pupil kedua mata. Jika ada lesi N.III, maka posisi mata kan divergen sedangkan lesi N.IV akan menyebabkan mata pada posisi konvergen. Penderita diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa ke arah nasal, temporal, atas dan bawah sekaligus ditanyakan apakah ada diplopia dan dinilai adanya nistagmus. Diplopia dijumpai pada pada kelumpuhan otot ekstraokular. Kerusakan N.VI saja tidak dapat menilai lokasi lesi karena perjalannanya sangat panjang. Di batang otak, letak nukleus Nn.cranilais berdekatan sehingga jarang dijumpai kerusakan tersendiri.
Lesi pada jaras reflex pupil secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi defek aferen (N.II) dan defek eferen (N.III). defek aferen seringkali tidak lengkap, yaitu satu mata yang terkena dapat tetap merespons secara langsung (direk) terhadap cahaya, tetapi tidak demikian pada mata lainnya. Defek pupil aferen relative merupakan tanda penting neuritis optic. Hal ini paling baik diperlihatkan dengan menggunakan tes swinging torch/cahaya berayun, yaiu penyinaran cahaya diberikan secara berulang pada mata yang terkena bergantian dengan mata yang sehat, maka kedua pupil berkonstriksi. Ketika cahaya disinarkan pada mata yang terkena, maka terjadi dilatasi kedua pupil. Hal ini disebabkan oleh reflex cahaya langsung yang lemah pada mata yang sakit akan lebih diimbangi oleh pengentian stimulus dari mata yang normal yang akan menyebabkan dilatasi konsensual.