Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa
kepada kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan juga atas segala
limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita semua dapat merasakan
nikmat Islam, nikmat Iman dan nikmat sehat wal’afiat.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada sosok pembawa risalah,
penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia yakni Rasulullah
Muhammad Saw, kepada para sahabat dan para keluarganya, juga kepada orang-
orang shaleh yang mengikuti petunjuk-Nya.
Hanya karena rahmat, karunia, dan keridhaan-Nya lah penulis memiliki
kekuatan, kemauan, kesempatan, dan kemudahan sehingga kami sebagai penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “HAM dan Implementasinya”.
Akhirnya kami menyadari bahwa penulisan ini belum sempurna sehingga
masukan berupa kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 14 November 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................


DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................
C. Tujuan Penulisan ..............................................................
BAB II HAM dan Implementasinya
Pengertian HAM ..............................................................
A. Implemtasi HAM di Indonesia .........................................
B. HAM dalam Ideologi Nasional ........................................
C. HAM Versi Barat .............................................................
D. Metode HAM di Negara Maju .........................................
E. Membangun HAM Melalui Pendidikan ...........................
F. Pendidikan HAM di Asia .................................................
G. Pendidikan HAM di Indonesia .........................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dinyatakan dan dibicarakan di dalam


makalah ini adalah :

1. Bagaimana konsep HAM dan Implementasinya di Indonesia dan


negara-negara lain

2. Bagaimana perkembangan HAM di Indonesia dan negara-negara lain

3. Sejauh mana peran aktif HAM di Indonesia dan negara-negara lain

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui HAM dan Implementasinya

2. Untuk mendeskripsikan metode HAM di negara lain ke Indonesia

3. Untuk mengetahui peran aktif HAM dalam bidang pendidikan

4. Untuk mengetahui HAM dan Implementasinya di dalam ideologi


negara

BAB II
HAM DAN IMPLEMENTASINYA

Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata


karena ia manusia. Hak asasi manusia bersifat universal, hak-hak itu juga tidak
dapat dicabut (inalienable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami
oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan
berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki hak-hak tersebut.

Sejumlah hak universal atau yang umum dimiliki oleh setiap manusia
yaitu diantaranya hak hidup, kebebasan dan keamanan. Hak-hak tadi dimilki oleh
setiap manusia tanpa memandang ras, suku, budaya, agama, warna kulit, jenis
kelamin, pendapat politik, asal kebangsaan, status sosial, atau latar belakang
lainnya.

Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu berada dalam situasi hommo homini
luppus bellum omnium comtra omnes. Sementara John Lock memandang
masyarakat benegara merupakan kehendak manusia yang diwujudkan dalam dua
bentuk perjanjian, yaknipactum unionis, perjanjian antar anggota masyarakat
untuk membentuk masyarakat politik dan negara, dan pactum
subjectionis, perjanjian antara rakyat dengan penguasa untuk melindungi hak-hak
rakyat yang tetap melekat ketika berhadapan dengan kekuasaan sang penguasa.

Selain Hobbes dan Locke, filsuf Prancis Montesqieu sangat


mempengaruhi perkembangan perlindungan hak asasi di Prancis. Bersama-sama
dengan Rousseau ia melahirkan Deklarasi Hak Manusia dan Warganegara pada
tahun 1789. Deklarasi inilah yang kemudian melahirakan hak atas kebebasan
(Liberty), harta (Property), keamanan (Safety), dan perlawanan terhadap
penindasan (Resistence to Oppression).

Selain pandangan Internasional terhadap hak asasi manusia, bangsa


Indonesia juga mempunyai pandangan bahwa hak asasi manusia harus dijunjung
tinggi sesuai dengan Pancasila. Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia
mengalami berbagai kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh
penjajahan. Oleh karena itu pandangan mengenai hak asasi manusia yang dianut
oleh bangsa Indonesia bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan
nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

Hak warga negara Indonesia antara lain:

1. a. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat


1 UUD 1945);
2. b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2
UUD 1945);
3. c. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (Pasal 28 UUD 1945);
4. d. Hak / kebebasan memeluk agama atau kepercayaan masing-masing
(Pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD 1945);
5. e. Hak dan kewajiban membela negara (Pasal 30 ayat 1 UUD 1945);
6. f. Hak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat 1 UUD 1945);
7. g. Kebudayaa Nasional Indonesia (Pasal 32 UUD 1945);
8. h. Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 ayat 1,2, dan 3 Pasal 34 UUD 1945).
HAM dalam Ideologi Nasional
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan di lindungi, oleh
Negara, Hukum dan Pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan seta
perlindungan harkat dan martabat manusia (pasal 1 angka 1 UU Nomor 39 Tahun
1999).
Konsep HAM secara prinsip adalah Universal, tapi dalam
pelaksanaan sistimnya berbeda pada masing masing negara, menyesuaikan
dengan kondisi politik adan sosial budaya masing masing negara.Konsep HAM
negara negara barat sifatnya individualisme, menitik beratkan pada Hak Hak
individu sehingga melahirkan Liberalisme dan Kapitalisme. Konsep HAM Negara
Komunis, menitik beratkan pada hak hak masyarakat, sehingga han individu
menjadi terbatas. Sementara Konsep HAM Indonesia, dari perspektif
keperibadian dan pandangan hidup bangsa, yaitu PANCASILA, maka konsep
Ham Indonesia menjaga keseimbangan antara Hak hak individu dan Hak hak
masyarakat.
Bangsa Indonesia terdiri dari atas bermacam suku bangsa yang memiliki
karakter, kebudayaan, serta adat istiadat yang beraneka ragam, memiliki agama
yang berbeda bedadan terdiri dari beribu ribu pulau di wilayah Nusantara. Dalam
proses panjang perjalanan sejarah dan beratus tahun dalam perjuangan untuk
mencari jati diri, bangsa indonesia menemukan Kepribadian dan Pandangan
Hidup/ Ideologi Bangsa yaitu PANCASILA. Keragaman suku bangsa, dan
keragaman budaya, adat istiadat, agama, bangsa Indonesia mengikatkan diri
dalam suatu persatuan dengan seloka Bhineka Tunggal Ika.
Azas kehidupan bangsa Indonesia yang pertama adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang berati nilai nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme
yang religius, yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa,
nasionalisme yang humanistik yang menjujung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai machluk Tuhan, menjujung tinggi Hak Asassi Manusia,
menghargai hak dan martabat tanpa membedakan suku, ras, keturunan,status
sosial maupun agama, mengembangkan sikap saling mencintai antar sesama,
tenggang rasa, tidak semena mena terhadap sesama manusia serta menjujung
tinggi nilai nilai kemanusiaan.
Dalam Pembukaan UUD 1945. Aliena pertama “bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu adalah hak segalabangsa, dan oleh sebab itu penjajahan diatas
dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri
keadilan.” Pernyataan alinea Pertama ini pada hakekatnya, merupakan pengakuan
terhadap kebebasan hak untuk merdeka, pernyataan Perikemanusiaan adalah inti
sari hak hak asasi manusia. Selanjutnya alinea kedua “............ negara Indonesia
yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, adil dan makmur. “ Kata sifat Adil,
menunjukan kepada salah satu tujuan dari Negara Hukum untuk mencapai suatu
Keadilan. Apabila prinsip Negara Hukum betul betuldijalankan, maka dengan
sendirinya hak hak asasi manusia akan terlaksana dengan baik. Alinea ketiga “
Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa......dst.” Pernyataan nilai religius
dalam kehidupan bangsa Indonesia, diiringi dengan kata kata “ berkehidupan
kebangsaan yang bebas “, mengandung perlindungan hak asasi dalam kebebasan
bidang politik. Selanjutnya dalam Aline keempat, menunjukan pengakuan dan
perlindungan dalam segala bidang, yaitu politik, hukum, sosial, kultural dan
ekonomi.
HAM dalam pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yaitu
Pancasila dan di jabarkan dalam Konstitusi Negara RI yaitu UUD 1945 Republik
Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, padal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1,
pasal 31 ayat 1,pasal 32, pasal 33, pasal 34,sudah cukup terkandungan nilai nilai
kemanusiaan, atau Hak Asasi Manusia dalam berbagai bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Zaman Globalisasi dewasa ini, zaman kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi dunia menjadi kecil dan tanpa batas. Informasi budaya, ekonomi, dan
lain lain memasuki negara negara tanpa bisa di hambat. Termasuk nilai nilai HAM
yang dikembangkan mengacu ke konsep Barat,secara substansi konsep HAM
yang ditawarkan sangat sempit dan terbatas, dengan menafikan kultural yang
berlaku pada bangsa bangsa lain terutama dunia ketiga, seperti kita bangsa
Indonesia. Status Universal yang yang dikembangkan oleh dunia barat dewasa ini
dianggap tidak fair dan bahkan sebagai upaya pelestarian dominasi Barat di dunia
Internasional atau neo-imperialisme.Aklhir akhir ini pada masyaraakat Indonesia
dengan alasan HAM, kebebasan berekpresi, dan kegiatan kegiatan lebih banyak
bernuansa sekuler, sedang euforianya, tanpa mempertimbangkan nilai nilai
kultural yang berlaku dalam suatu komunitas masyarakat.Pelaksanaan Hak Asasi
Manusia sebagai suatu sistim nilai, harus memperhatikan keragaman tata nilai,
sejarah, kebudayaan yang dimilikik suatu bangsa yang bersangkutan. Sebagai
contoh : dalam “Universal Declaration of Human Right” 10 Desember 1948,
antara lain ;
a.Pasal 16 ayat (1) menyatakan Kebebasan dalam melakukan perkawinan.
b.Pasal 18 menyatakan adanya “Hak Murtad”.
Dapat dibayangkan kalau konsep ini dipakai oleh bangsa kita, apa yang
akan terjadi dengan anak cucu kita nantinya. Dalam akar kebudayaan bangsa
Indonesia beratus tahun yang lalu, pengakuan dan penghormatan tentang hak hak
asasi manusia telah ada, baik dalam hukum adat maupun dalam Agama.
Dibandingkan Piagam HAM PBB tersebut diatas, telah lebih dahulu bangsa kita
mengakui HAM dalam keperibadian dan pandangan hidup bangsa, yang
dijabarkan pada Ideologi Pancasila dan UUD 1945, sementara Piagam PBB
tentang HAM baru tahun 1948.

HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN BARAT

Kita Sebagai manusia diberi kebebasan untuk memilih tindakanya.


Kebebasan itu dibatasi oleh tanggung jawab manusia itu sendiri sesuai petunjuk
Alquran dalam memanfaatkan kebebasan itu. Allah menunjukan bahwa manusia
diberi kebebasan untuk bertindak dan berpendapat. Ia harus mempertanggung
jawabkan kebebasanya tersebut, seluruh ebebasan dan pertanggungjawaban ini
selanjutnya berhubungan penuh dengan HAM.
Bicara soal Hak Asasi Manusia atau HAM, pasti selalu ada pertentangan
antara HAM versi Islam dan HAM versi para pemikir barat. Kedua perspektif ini,
pada dasarnya selalu mempunyai aspek yang saling bertolak belakan dalam
berbagai macam hal, terutama yang menyangkut Hak Asasi Manusia. Oleh karena
itu, dalam tulisan ini, penulis akan sedikit menjabarkan HAM dari dua perspektif
ini dengan cara mencari perbedaan dan persamaannya.
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang wajib dimiliki
oleh setiap manusia yang hidup di dunia tanpa terkecuali. Agama Islam sangat
menjunjung tinggi dan menghargai HAM. Dalam Islam, kewajiban yang
diperintahkan kepada manusia dibagi ke dalam dua kategori, yaitu huquuqullah
dan huquuqul ‘ibad. Huquuqullah (hak-hak) Allah adalah kewajiban manusia
kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk ritual ibadah. Sedangkan huquuqul
‘ibad (hak manusia) merupakan kewajiban manusia terhadap sesamanya dan
terhadap makhluk Allah lainnya.
Ada dua macam HAM jika dilihat dari kategori huquuqul ‘ibad. Pertama,
HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan oleh suatu Negara yang biasa
disebut hak-hak legal. Kedua, HAM yang tidak dapat secara langsung
dilaksanakan oleh Negara seperti hak-hak moral. Perbedaan antara keduanya
hanya terletak pada masalah pertanggung jawaban di depan Negara. Adapun
masalah sumber, sifat, dan pertanggungjawaban di hadapan Allah adalah sama.
Dalam Islam keserasian kesucian HAM jauh lebih besar daripada hanya sekedar
ibadah-ibadah ritual. Jika seseorang tidak memenuhi kewajibannya di hadapan
Allah dia mungkin saja masih bisa diampuni. Namun tidak demikian dalam kasus
tidak memenuhi kewajiban kepada sesama manusia.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan
Barat. HAM dalam Islam didasarkan premis bahwa aktifitas manusia sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan dunia Barat percaya bahwa pola tingkah
laku hanya ditentukan oleh Negara untuk mencapai aturan publik yang aman.
Selain itu, perbedaan mendasar terlihat dari cara memandang HAM itu sendiri. Di
barat perhatian kepada individu timbul dari pandangan yang bersifat
anthroposentris, dimana manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu.
Sedangkan Islam menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan, dan
manusia hanya untuk mengabdi kepadanya. Berdasarkan pandangan
anthoposentris tersebut, maka nilai-nilai utama kebudayaan Barat seperti
demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang
mendukung tegaknya HAM itu berorientasi pada penghargaan manusia. Dengan
kata lain manusia dijadikan sebagi sasaran akhir dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda dengan Islam yang bersifat theosentris, larangan dan perintah lebih
didasarkan ajaran Islam yang bersumber al-Quran dan Hadits. Al-Quran menjadi
transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Mengakui hak-hak manusai adalah
sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.
HAM dalam perspektif pertama (Barat) menempatkan manusiA dalam
suatu setting dimana hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak
asasi manusia dinilai sebagai perolehan alamiah sejak lahir. Sedangkan HAM
dalam Islam, mengangap dan meyakini bahwa hak-hak manusia merupaka
anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap individu akan merasa bertanggun
jawab kepada Tuhan (Shihab, 1998).
Perbedaan antara Barat dan Islam dalam memadang HAM, yang pertama
lebih bersifart sekuler karena orientasinya hanya kepada manusia sedangkan
kedua bersifat religious (ketuhanan) karena orientasinya kepada Tuhan sehingga
bertanggung jawab selain kepada manusia juga kepada Tuhan.
Tentunya kita sebagai kaum akademik dapat lebih mengerti seputar perbedaan
terminologi HAM berdasarkan 2 perspektif ini. Penulis berharap, kita tidak saling
membenturkan dua perspketif yang berbeda satu sama lain ini.

Membangun HAM melalui pendidikan


Yang menjadi dasar penting hubungan Pendidikan dan HAM dalam bangsa dan
negara Indonesia adalah Hukum, dimana untuk menjaga koherelasi dan
perlindungan tersebut maka Hukum harus mengikat HAM dan Pendidikan
didalamnya dimana Pendidikan merupakan bagian penting dari HAM yang perlu
dijaga, karena merupakan Hak Hakiki yang harus dilindungi serta harus diberikan
kepada seluru umat manusia di Indonesia.
Untuk menunjang suatu usaha, maka diperlukan beberapa faktor, begitu juga
dalam menunjang suatu hubungan antara Hukum, HAM, dan Pendidikan,
diperlukan juga faktor penting sebagai penunjangnya, yaitu
a. Stabilitas Hukum
Faktor ini adalah faktor penunjang dalam bidang hukum, dimana stabilitas dari
hukum tersebut haruslah flexibel, dalam pengertian bahwa hukum tersebut tidak
terlalu sering diganti, dan dapat bertahan lama sehingga tidak terjadi
kesimpangan-kesimpangan, serta akibat perubahan zaman, sebab dengan sering
mengganti hukumnya, maka dapat mengakibatkan ketidak stabilan dalam
penerapan, karena seringnya berganti hukum yang digunakan.
b. Aparatur yang terampil, tegas, bersih dan takut akan hukum
Faktor satu ini juga tidak kalah penting, dikarenakan hukum merupakan benda
pasif yang tidak akan berfungsi tanpa adanya aparatur yang menjalankan
sistemnya, oleh karena itu aparatur sangat penting dalam penunjang hubungan
tersebut, aparatur haruslah terampil, tegas, bersih, dan takut akan hukum demi
menunjang kesterilan dalam bidang pengaturan, penghukuman, dan penerapan
Hukum dalam bidang pendidikan dan HAM. Sebab jika tidak maka hukum akan
runtuh karena sistem yang sudah baik jika dijalankan dengan orang yang tidak
baik maka akan berantakan. Aparatur tersebut tidak hanya dibidang hukum saja
seperti Hakim, Polisi, dan Kejaksaan, namun juga bidang pendidikan dan HAM,
dimana aparatur dibidang tersebut haruslah mematuhi segala sesuatu yang
sebagaimana telah diatur dalam UU maupun tata tertib yang telah dibuat. Tanpa
adanya neko-neko, atau lirik sana lirik sini, ataupun terjadi penyimpangan
peraturan demi keuntungan pribadi ataupun golongan.
c. Masyarakat yang madani dan taat hukum
Faktor yang satu ini juga faktor penting dalam menjaga hubungan antara hukum,
HAM, dan pendidikan, bagaimana tidak, jika seseorang tidak bisa menjaga
hubungannya dengan orang lain serta melanggar HAM nya maka akan terjadi
kekacauan, begitu juga jika dalam masyrakat terdapat diskriminasi dalam
penerimaan pendidikan, dimana salah satu kelompok masyarakat tidak dibolehkan
memperoleh pendidikan, maka akan terjadi pelanggaran HAM dan dapat
mengakibatkan jurang sosial didalam masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan
masyarakat yang madani dan taat hukum agar terciptanya kehidupan yang aman,
damai, dan berpendidikan didalamnya .
d. Sarana dan Prasarana
Selain ketiga faktor diatas, terdapat 1 faktor lagi yang tidak kalah penting, yaitu
sarana dan prasarana, tanpa adanya sarana dan prasarana maka kegiatan tidak
akan dapat dilakukan, tanpa sarana dan prasarana maka akan terjadi ketimpangan
dalam pelaksanaan, oleh karena itu untuk menunjangnya haruslah tersedia sarana
dan prasarana dalam Hukum, HAM, dan Pendidikan di Indonesia agar tercipta
keseimbangan, keteraturan, dan kemantapan dalam pelaksanaannya.

Pengimplementasian Pendidikan dan HAM di Indonesia dapat dilihat dari


a. Pasal 28c ayat 1 dan 2 UUD 1945
“(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk
memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya ”. Dimana dalam pasal ini
menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat pendidikan, disini dapat
dilihat bahwa kata setiap disini mengacu pada seluruh tanpa terkecuali sedikitpun,
artinya tidak ada yang tidak boleh mendapat pendidikan, serta kata berhak disini
mengacu bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menerimanya tanpa terkecuali
dan tanpa dikekang. Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan bagian dari HAM yang tidak terpisahkan, bahkan bagian
penting dari HAM.
b. Pasal 28i ayat 4 UUD 1945
“perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab Negara, terutama pemerintah”.
Artinya bahwa HAM wajib dilindungi oleh pemerintah dan subbagiannya,
penerapannya juga harus dilakukan pemerintah kepada warganya.
c. Pasal 28j UUD 1945
“ (1)Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,(2) dalam menjalankan hak dan
kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain untuk memenuhi tuntutan
yang adil, sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalm suatu masyarakat demokratis” dari pasal tersebut dapat kita
simpulkan bahwa pemerintah tidak saja hanya mengatur mengenai perlindungan
hukumnya saja bagi pelanggar, namun pemerintah juga mengatur mengenai tata
tertib HAM dalam bermasyarakat, dimana walaupun setiap orang mempunyai
HAM namun tidak boleh semena-mena karena ada batasan-batasannya juga yaitu
HAM orang lain.
d. Pembukaan UUD 1945
“Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” pada
pembukaan ini terdapat kata mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merujuk pada
pendidikan, disini tampak jelas bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
menjunjung tinggi pentingnya pendidikan bagi warganya serta bagi negaranya,
sehingga unsur pendidikan dimasukkan kedalam pembukaan konstitusi Indonesia.
e. UU No 23 Tahun Tentang Pendidikan Nasional
Dengan adanya UU ini maka dapat dipastikan bahwa pemerintah bersungguh-
sungguh dalam sistemnya untuk melindungi dan mengimplementasikan
pendidikan dalam kehidupan warga dan menaruhnya dalam lindungan hukum.
f. UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM
Dengan adanya UU ini, maka pemerintah mengakui keberadaan HAM dan
melindunginya dengan UU dan hukum yang berlaku sebagaimana tertera dalam
UU tersebut, selain itu dengan adanya UU ini maka sudah bisa dipastikan
pemerintah mengakui HAM dan melindunginya dengan menciptakan UU ini dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan bernegara dan bagi masyarakat.
g. UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Kepres No 50 Tahun 1998
tentang KOMNAS HAM, Kepres No 181 Tahun 1998 tentang KOMNAS anti
kekerasan Anak dan Perempuan
Dengan pembentukan UU dan Kepres diatas dapat dinyatakan bahwa pemerintah
serius dalam melindungi HAM di Indonesia, terutama bagi perempuan dan anak
sehingga dibentuk KOMNAS perlindungan anak dan perempuan, disamping itu
pemerintah menunjukkan keseriusannya juga dengan mendirikan pengadilan
HAM yang bertujuan mengadili para pelanggar HAM terutama HAM berat.

Metode Hak Asasi Manusia di Negara Maju

Akar Ide HAM Barat Ide HAM Barat muncul dari hasil perkembangan Peradaban
Barat (Kapitalisme) dan merupakan produk sejarah Eropa. Abdul Qadim Zallum
secara mendalam memaparkan pemikiran mengenai HAM berpangkal dari
pandangan ideologi Kapitalisme terhadap tabiat manusia, hubungan individu
dengan masyarakat, fakta masyarakat, dan tugas negara. Menurut Muhammad
Hussain Abdullah akar pemikiran HAM muncul di Eropa pada abad ke-17 Masehi
sebagai akibat pergolakan antara penguasa dan para agamawan berhadapan
dengan para cendekiawan dan filosof.

Filosof John Locke menyerukan hak-hak alami bagi setiap individu yang diambil
dari pemikiran hukum alam. Setelah berlangsungnya pergolakan di antara dua
kubu tersebut, para cendekiawan mendapatkan kemenangan atas para pendukung
agamawan. Kemudian, para cendekiawan menetapkan sistem pemisahan agama
dari kehidupan (Sekularisme). Dengan demikian, muncullah perjalanan “mazhab”
baru yang sering disebut ideologi kapitalisme yang menonjolkan pemikiran hak
azasi manusia.

Sebenarnya, berbicara seputar HAM berarti berbicara tentang persamaan hak.


Namun, hak tersebut di Barat tidak mengedepankan esensi persamaan itu sendiri.
Di satu sisi ingin mengekspor ide HAM, namun di sisi lain justru mereka yang
menginjak-injak HAM mereka sendiri. Di dalam negeri AS, diskriminasi terus
berlanjut dan tiada hentinya. Hingga kini, di AS orang kulit hitam tidak akan
pernah diperlakukan sama dengan kulit putih. Kemudian, para wanita tetap akan
menjadi ”makhluk kelas dua” dalam kehidupan sosial.

AS gencar menyuarakan demokrasi, kebebasan, memerangi terorisme,


menghancurkan diktatorisme, dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, AS
aktor utama dalam melanggar kode etik demokrasi, memasung kebebasan di Irak,
dan menciptakan terorisme. Ide-idenya dibungkus dalam mega-proyek The Great
Middle East.
”Atas nama” demokrasi, AS mengecam junta militer Myanmar dan Thailand,
mengkritik demokrasi di Rusia dan Cina. Namun di sisi lain, AS mendukung
Jenderal Pervez Musharraf yang meraih kekuasaan lewat kudeta militer.
Musharraf didukung karena dapat memenuhi kepentingan AS.

AS juga menolak kemenangan Hamas dalam Pemilu Palestina, dan tidak dapat
berbuat apa-apa ketika dulu Partai FIS di Aljazair dan Partai Refah di Turki
memenangkan pemilu yang demokratis, namun dizalimi militer. AS diam saja
karena baik FIS dan Refah dianggap membahayakan kepentingannya.

AS mengutuk tragedi Tiananmen Cina, Musibah kemanusiaan penerapan Daerah


Operasi Militer (DOM) di Aceh, Tragedi Santa Cruz Timtim, Darfur Sudan dan
Somalia. Satu orang staf PBB terbunuh begitu dihargai di Timtim, namun ratusan
ribu kaum Muslim terbunuh di Irak, Afganistan, Libanon, Palestina sama sekali
tidak berharga. Bahkan tentara-tentara AS bertindak brutal dan binal yang
merendahkan nilai kemanusiaan di Korsel, Jepang, Irak dan Afganistan. Tidak
terhitung korban seksual dan korban kekerasan serdadu AS di negara-negara
tersebut.

AS mengecam penahanan prajurit Israel oleh pejuang Hizbullah. Namun, AS


mengkerangkeng manusia di penjara-penjara rahasianya bagaikan binatang. AS
menahan mereka tanpa melalui proses hukum —Terbukti kasus pemusnahan VCD
introgasi CIA pada umat Islam yang diduga Al-Qaida, yang menghebohkan saat
ini. Penjara di Abu Ghuraib dan Guantanamo menjadi bukti kesadisan AS.
Siksaan sistematis menjadi metode penyelidikan yang dilegalkan di negara yang
menyebut dirinya beradab dan pelopor HAM.
Atas nama HAM dan kebebasan berpendapat, AS tidak menyalahkan kasus
pemuatan kartun Nabi Muhammad di Denmark, bahkan AS mendukung Perdana
Menteri Denmark untuk terus maju menyuarakan kebebasan berpendapat dengan
dalih demokrasi. Namun, ketika Iran membuat Festival kartun kebohongan
Holocaust yang memuat gambar penistaan terhadap Bush dan konconya Israel, AS
meradang dan menyatakan tindakan Iran tidak bisa diterima dan suatu
penghinaan.
Realitas tersebut menunjukkan AS bertindak “the Hypocrite One” yang tidak bisa
membuktikan ketulusannya melaksanakan HAM. AS memandang sesuatu dengan
kaca mata kemunafikan. Oleh karena itu, para lulusan barat yang bangga dengan
pemahaman HAM-nya harus belajar ke Timur (Islam) tentang kejujuran, moral
dan etika. Akademisi kenamaan AS, Prof Noam Chomsky mampu bicara jujur
dengan mengkritik habis-habisan negaranya sendiri yang menerapkan standar
kemunafikan.

A. Pendidikan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Melalui teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat dapat mengakses
berbagai macam informasi, sehingga kejadian di penjuru dunia dapat diketahui
dengan cepat. Sebagian besar masyarakat semakin menyadari akan hak-haknya.
Dengan alasan kebebasan dan demokrasi, orang memperjuangkan aspirasinya
dilakukan dengan melanggar hak orang lain. Tidak sedikit yang dibarengi dengan
tindak kekerasan berupa merusak fasilitas umum, dan mengganggu ketertiban
umum.
Sebagian anggota masyarakat memahami HAM secara sempit yaitu
diidentifikasi dengan kebebasan. Toleransi, kegotongroyongan, kepeduliaan sosial,
solidaritas sosial sudah dianggap sebagai sesuatu yang tidak relevan bagi
kebebasan.
Berbagai tindak kekerasan sekarang ini dijadikan sebagai alternatife untuk
melampiaskan aspirasi yang tidak terakomodasikan dengan baik. Kekerasan
dianggap menjadi salah satu model penyelesaian masalah yang efektif mengingat
penyelesaian secara rasional tidak dapat berjalan. Penyelesaian masalah secara
rasional dapat dilakukan apabila tingkat pendidikan sudah tinggi.
Demonstrasi sebagai bentuk saluran aspirasi masyarakat sesungguhnya
merupakan aplikasi HAM. Pelaksanaannya yang tanpa memperhatikan nilai-nilai
religus, sopan santun, kepatutan, keadilan, hukum dan lain sebagainya, akan
mengubah demonstrasi menjadi pelanggaran HAM. Misalnya, demonstrasi yang
tidak tertib sangat nengganggu tertib lalu lintas dan pemakaian jalan.
Aksi teror, baik secara kekerasan fisik maupun mental psikologis dalam bentuk
ancaman bom membuat masyarakat cemas. Kecemasan yang ditimbulkan dari aksi
teror membuat tatanan kejiwaan masyarakat menjadi tergoncang. Apabila didukung
dengan teknologi informasi dan komunikasi, aksi teror begitu mudah dilakukan.
Aksi teror ini juga merupakan fenomena yang menunjukan bahwa hak-hak orang
lain atau masyarakat banyak dilanggar.
Masa depan bangsa sangat bergantung pada pendidikan yang diberikan pada
generasi muda. Pendidikan HAM yang diberikan sejak dini di sekolah dapat
memberiken dasar-dasar pemahaman dan sikap yang sesuai dengan HAM.
Gerakan HAM di berbagai negara, baik Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan
Australia memberikan tekanan kepada masyarakat di negara berkembang, termasuk
Indonesia agar lebih memperhatiak HAM. Melalui gerakan Green Peace
menentang segala bentuk perusakan dan pencemaran lingkungan dan menentang
penggunaan nuklir yang mengancam hak hidup setiap manusia.
Pertumbuhan gerakan HAM di Indonesia sangat pesat. Lembaga-lembaga
perjuangan HAM dilihat dari adanya lembaga-lembaga Non Gouverment
Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penanganan
persoalan HAM tidak dapat dilakukan dengan perangkat hukum saja tetapi harus
ditangani secara menyeluruh.

B. Tujuan Pendidikan Hak Asasi Manusia


Kesadaran akan hak-hak itu akan meningkatkan kepekaan terhadap nasib
diri sendiri dan bangsanya. Berdasarakan Universal Declaration of Human Right
tahun 1948, dikatakan bahwa pengembangan dan pembinaan hak asasi manusia
ditempuh dengan jalan pendidikan dan pengajaran.
Tujuan pendidikan HAM di sekolah, khususnya SD, diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional dan tujuan negara. Di dalam pembukaan UUD 1945
disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang didirikan
oleh para pendiri negara bertujuan:
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
2. Memajukan kesejahteraan umum,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4. Ikut serta dalam menjaga ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi.
Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang terlindungi hak-haknya.
Untuk memenuhi hak itu negara member layanan yang memenuhi hajat hidup orang
banyak.
Tujuan negara untuk memajukan kesejahteraan tidak akan dapat dicapai
manakala kehidupan bangsa Indonesia tidak cerdas. Bangsa yang cerdas dapat
hidup berdampingan secara damai melalui upaya menjaga ketertiban dunia.Tujuan
negara dapat diujudkan melalui peningkatan kesadaran seluruh bangsa dengan
suatu sistem pendidikan yang baik.
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dikatakan bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Semakin tinggi tingkat pemahaman anak
SD tentang HAM, diharapkan semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap
ajaran agamanya. Pemahaman yang sempit terhadap ajaran agama membuat orang
yang berbeda agama dianggap sebagai munsuh yang berbahaya sehinga harus
dilawan.
Pemahaman dan penghayatan HAM dapat meningkatkan akhlak anak,
kerena akhlak itu bukan semata pengetahuan tentang moral saja, tetepi juga
keseluruhan kepribadian anak
Pendidikan bertujuan agar anak itu dapat tumbuh dan berkembang secara
sehat. Secara singkat pendidikan itu bertujuan agar pesetra didik sehat jasmani dan
rohani, individu dan sosial, serta spiritualitasnya. Kebutuhan fisik jasmaniah anak
agar berkembang perlu diberikan layanan secara proporsional sesuai dengan
usianya.
Dikatakan berilmu karena pendidikan nasional itu dilahirkan agar peserta
didik dapat melek atau tidak buta ilmu pengetahuan. Pendidikan yang dijalani anak
diharapkan dapat meningkatkan kecakapan hidup. Kecakapan hidup yang
dimaksudkan meliputi kecakapan berpikir kreatif, personal, sosial, akademik, dan
kecakapan vocational (Ibrahim Bafadal, 2003).
Kreativitas peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan memberikan
layanan pendidikan yang memungkinkan anak dapat belajar dengan bebas.
Dikatakan bebas karena peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan
bakatnya, suasana belajar menarik dan menyenangakan serta bebas dari tekanan
rasa takut, kecemasan, dan kejenuhan. Peserta didik dibiasakan untuk siap
menyelesaiakan problem yang dihadapi dengan caranya sendiri.
Anak perlu dididik kemandirian agar kelak setelah dewasa anak mampu
berpikir dan memutuskan sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
Rasa tanggung jawab sebagai produk pendidikan merupakan bentuk dari
kemampuan peserta didik dalam ikut menanggung kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Usia anak SD adalah suatu masa ketika anak sedang mengalami
pertumbuhan berpikir secara operasional konkrit.
Tujuan pendidikan di SD adalah memberikan kompetensi agar kemampuan
anak dapat berkembang secara menyeluruh dan dapat melanjutkan belajar pada
jenjang pendidikan atasnya.
Pendidikan HAM di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Pemelajaran di SD tidak akan kebermaknaan pada anak untuk menghormati HAM.
Tujuannya untuk mengenalkan nilai-nilai hak asasi manusia kepada siswa. Di
samping itu , pendidikan HAM memberikan kemampuan untuk menghayati dan
menghargai hak dan kewajiban yang kelak akan berguna bagi anak di masa
mendatang.

Pendidikan Hak Asasi Manusia di Asia


Hak asasi manusia pada awalnya merupakan terjemahan dari kata droits de
I’home (Prancis), yang terjemahan harfiyahnya ialah hak-hak manusia. Yaitu
suatu hak-hak manusia dan warga negara yang dikeluarkan di prancis dalam tahun
1789 sewaktu berlangsung revolusi negara itu. Pernyataan ini lalu digunakan puka
oleh perserikatan Bangsa-bangsa yang didalam bahasa inggrisnya disebut pada
mulanya dengan istilah fundamental human rights,kemudian disingkat dengan
Human Rights saja. Didalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “hak asasi diartikan
sebagai hak dasar atau hak pokok seperti hidup dan hak mendapatkan
perlindungan”. Hak-hak tersebut,menurut Al-Maududi,bukanlah pemberian siapa-
siapa tapi adalah pemberian Tuhan kepada seseorang sejak ia terlahir ke dalam
dunia. Sebab, kalau hak itu dianggap pemberian manusia,misalnya dari negara
atau parlemen,ia dapat ditarik kembali dengan cara yang sama ketika hak itu
diberikan. Karena Hak-hak sasi itu datangnya dari Tuhan,maka tak satupun
lembaga atau perorangan di dunia ini berhak mencabut atau membatalkannya.
Hak-hak yang ada dalam diri seseorang diantaranya ialah sebagai berikut :
A. Hak Persamaan dan Kebebasan,seperti :
1. Persamaan di dalam Politik dan Hukum.
2. Hak Berekspresi dan Mengeluarkan Pendapat.
3. Hak Berpartisipasi dalam Politik dan Pemerintah.
4. Hak Wanita Sederajat dengan Pria (Persamaan).
5. Hak Kebebasan Memilih Agama.
6. Hak dan Kesempatan Yang Sama Untuk Memperoleh Kesejahteraan Sosial.
7. Hak Kebebasan Bertempat Tinggal dan Mencari Serta Memberi Suaka.
B. Hak Hidup, Perlindungan dan Kehormatan, seperti :
1. Hak Hidup dan Memperoleh Perlindungan.
2. Hak Atas Kehormatan Pribadi.
3. Hak Anak Dari Orang Tua.
4. Hak Memperoleh Pendidikan dan Berperanserta Dalam Perkembangan
Iptek.
5. Hak Untuk Bekerja dan Memperoleh Imbalan.
6. Hak Tahanan dan Narapidana.
C. Hak Kepemilikan , seperti :
1. Hak Kepemilikan Pribadi.
2. Hak Menikmati Hasil/Produk Ilmu dan Hak Cipta.
3. Hak Menikah dan Berkeluarga.[2]

Pada hakikatnya, hak asasi manusia adalah merupakan hak dasar yang dimiliki
oleh setiap manusia semenjak dia lahir dan merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, hak asasi manusia bukanlah merupakan hak yang
bersumber dari Negara dan hukum.[3]
Dalam masyarakat internasional hak asasi manusia telah diakui secara resmi,
dengan dideklarasikannya suatu piagam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang dikenal dengan “Universal Declaration of Human Right pada tanggal 10
Desember 1948. Lebih lanjut, hak-hak asasi manusia tersebut dijabarkan dalam
berbagai instrument PBB dalam bentuk konvensi internasional tentang HAM.
Konvensi ini mengikat setiap Negara yang ikut menandatanganinya dan setelah
itu di ratifikasi oleh masing-masing Negara, maka konvensi tersebut akan
mengikat secara langsung setiap warga Negara dari Negara bersangkutan.
Negara–negara di Asia belum mempunyai piagam hak asasi manusia,
sebagaimana dimiliki Negara-negara Eropa, Amerika, maupun Afrika. Hal ini
disebabkan kuat dan dalamnya tradisi dan agama-agama besar di kebanyakan
Negara-negara Asia. Pengaruh tradisi dan agama pada sebagian besar Negara-
negara Asia mewarnai pola pikir/pola tindak dan sikap sebagian besar Negara-
negara Asia.[4]
Sejauh mana pengaruh tradisi dan agama tersebut terhadap Negara-negara di Asia,
kiranya perlu diketahui beberapa ide yang ada/hidup di antara Negara Asia, antara
lain pandangan/Filsafat Konfusius tentang hubungan antar manusia.
Ide HAM yang tersirat dari ajaran konfusius, sebagaimana tergambar di depan
diakui spirit HAM tidak/kurang dapat dirasakan secara langsung. Namun, dalam
kehidupan masyarakat, rakyat tetap dapat menikmati kebebasannya, karena
konsep HAM Asia berbeda dengan konsep HAM Negara Barat “oriental
society… freedom often mean the conditions of person who live beyond the reach
of state power…in cottage…” (1985:33)
Sebaliknya, dalam tradisi agama Hindu dan Buddha, dikenal pula hak-hak asasi
manusia, pertama: dengan cara berpikir matematis, serba terukur yang merupakan
etos masyarakatnya. Kedua, dikenalnya lewat buku-buku hukum agama yang
memberikan bingkai pola/system hukum yang ada.
Di dalam praktek kemasyarakatan, terutama dalam tradisi Hindu, konsep harmoni
sangat kuat, sehingga segi-segi keseimbangan antara penguasa (pusat) dengan
daerah tetap diperhatikan, di samping itu, ada kecenderungan “.. a society is no
longer regarded as an aggregate of families or groups, but as an aggregate of
individual” (1985:35).
Di dalam Negara-negara beradab, terdapat lima hak yang harus ada dan diakui di
dalam suatu Negara. Negara Asia yang juga pusat awal tumbuhnya agama,
pengaruh agama sangat kuat dalam proses bermasyarakat dan bernegara. Kata Ali
Abdul Wahid Wafi: “….the legal and moral institution of civilized societies, can
be reduced to live in number, corresponding to five kinds of freedom to work,
educational and cultural freedom and civil liberty”. Di dalam agama islam, kelima
kebebasan tersebut terjamin (1985:38).
Kesimpulan
Implementasi HAM adalah bagaimana HAM dilaksanakan secara sungguh-
sungguh berdasarkan acuan norma tertentu agar tujuan dari HAM dapat tercapai
dengan baik.
Tujuan akhir (high purpose) Pendidikan HAM adalah menciptakan kemakmuran
dan kebahagiaan masyarakat di alam semesta. Dengan kata lain,tujuan Pendidikan
HAM adalah membentuk masyarakat yang sarat moralitas.
HAM pada tataran global terdapat konsep utama mengenai HAM seperti HAM
menurut konsep negara-negara barat, HAM menurut konsep sosialis, HAM
menurut konsep bangsa-bangsa Asia-Afrika dan HAM menurut konsep PBB.
Daftar Pustaka
Syarbaini, Dr.Syahrial,2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Bogor : Ghalia Indonesia
Effendi, A. Masyhur.2004. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia

http://kafepknums.blogspot.co.id/2010/04/HAM-dan-implementasinya
http://sii-lukman-oneheart-blogspot.com/2011/03/implementasi-HAM-di-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai