BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
HAM DAN IMPLEMENTASINYA
Sejumlah hak universal atau yang umum dimiliki oleh setiap manusia
yaitu diantaranya hak hidup, kebebasan dan keamanan. Hak-hak tadi dimilki oleh
setiap manusia tanpa memandang ras, suku, budaya, agama, warna kulit, jenis
kelamin, pendapat politik, asal kebangsaan, status sosial, atau latar belakang
lainnya.
Menurut Thomas Hobbes, manusia selalu berada dalam situasi hommo homini
luppus bellum omnium comtra omnes. Sementara John Lock memandang
masyarakat benegara merupakan kehendak manusia yang diwujudkan dalam dua
bentuk perjanjian, yaknipactum unionis, perjanjian antar anggota masyarakat
untuk membentuk masyarakat politik dan negara, dan pactum
subjectionis, perjanjian antara rakyat dengan penguasa untuk melindungi hak-hak
rakyat yang tetap melekat ketika berhadapan dengan kekuasaan sang penguasa.
Akar Ide HAM Barat Ide HAM Barat muncul dari hasil perkembangan Peradaban
Barat (Kapitalisme) dan merupakan produk sejarah Eropa. Abdul Qadim Zallum
secara mendalam memaparkan pemikiran mengenai HAM berpangkal dari
pandangan ideologi Kapitalisme terhadap tabiat manusia, hubungan individu
dengan masyarakat, fakta masyarakat, dan tugas negara. Menurut Muhammad
Hussain Abdullah akar pemikiran HAM muncul di Eropa pada abad ke-17 Masehi
sebagai akibat pergolakan antara penguasa dan para agamawan berhadapan
dengan para cendekiawan dan filosof.
Filosof John Locke menyerukan hak-hak alami bagi setiap individu yang diambil
dari pemikiran hukum alam. Setelah berlangsungnya pergolakan di antara dua
kubu tersebut, para cendekiawan mendapatkan kemenangan atas para pendukung
agamawan. Kemudian, para cendekiawan menetapkan sistem pemisahan agama
dari kehidupan (Sekularisme). Dengan demikian, muncullah perjalanan “mazhab”
baru yang sering disebut ideologi kapitalisme yang menonjolkan pemikiran hak
azasi manusia.
AS juga menolak kemenangan Hamas dalam Pemilu Palestina, dan tidak dapat
berbuat apa-apa ketika dulu Partai FIS di Aljazair dan Partai Refah di Turki
memenangkan pemilu yang demokratis, namun dizalimi militer. AS diam saja
karena baik FIS dan Refah dianggap membahayakan kepentingannya.
Pada hakikatnya, hak asasi manusia adalah merupakan hak dasar yang dimiliki
oleh setiap manusia semenjak dia lahir dan merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, hak asasi manusia bukanlah merupakan hak yang
bersumber dari Negara dan hukum.[3]
Dalam masyarakat internasional hak asasi manusia telah diakui secara resmi,
dengan dideklarasikannya suatu piagam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang dikenal dengan “Universal Declaration of Human Right pada tanggal 10
Desember 1948. Lebih lanjut, hak-hak asasi manusia tersebut dijabarkan dalam
berbagai instrument PBB dalam bentuk konvensi internasional tentang HAM.
Konvensi ini mengikat setiap Negara yang ikut menandatanganinya dan setelah
itu di ratifikasi oleh masing-masing Negara, maka konvensi tersebut akan
mengikat secara langsung setiap warga Negara dari Negara bersangkutan.
Negara–negara di Asia belum mempunyai piagam hak asasi manusia,
sebagaimana dimiliki Negara-negara Eropa, Amerika, maupun Afrika. Hal ini
disebabkan kuat dan dalamnya tradisi dan agama-agama besar di kebanyakan
Negara-negara Asia. Pengaruh tradisi dan agama pada sebagian besar Negara-
negara Asia mewarnai pola pikir/pola tindak dan sikap sebagian besar Negara-
negara Asia.[4]
Sejauh mana pengaruh tradisi dan agama tersebut terhadap Negara-negara di Asia,
kiranya perlu diketahui beberapa ide yang ada/hidup di antara Negara Asia, antara
lain pandangan/Filsafat Konfusius tentang hubungan antar manusia.
Ide HAM yang tersirat dari ajaran konfusius, sebagaimana tergambar di depan
diakui spirit HAM tidak/kurang dapat dirasakan secara langsung. Namun, dalam
kehidupan masyarakat, rakyat tetap dapat menikmati kebebasannya, karena
konsep HAM Asia berbeda dengan konsep HAM Negara Barat “oriental
society… freedom often mean the conditions of person who live beyond the reach
of state power…in cottage…” (1985:33)
Sebaliknya, dalam tradisi agama Hindu dan Buddha, dikenal pula hak-hak asasi
manusia, pertama: dengan cara berpikir matematis, serba terukur yang merupakan
etos masyarakatnya. Kedua, dikenalnya lewat buku-buku hukum agama yang
memberikan bingkai pola/system hukum yang ada.
Di dalam praktek kemasyarakatan, terutama dalam tradisi Hindu, konsep harmoni
sangat kuat, sehingga segi-segi keseimbangan antara penguasa (pusat) dengan
daerah tetap diperhatikan, di samping itu, ada kecenderungan “.. a society is no
longer regarded as an aggregate of families or groups, but as an aggregate of
individual” (1985:35).
Di dalam Negara-negara beradab, terdapat lima hak yang harus ada dan diakui di
dalam suatu Negara. Negara Asia yang juga pusat awal tumbuhnya agama,
pengaruh agama sangat kuat dalam proses bermasyarakat dan bernegara. Kata Ali
Abdul Wahid Wafi: “….the legal and moral institution of civilized societies, can
be reduced to live in number, corresponding to five kinds of freedom to work,
educational and cultural freedom and civil liberty”. Di dalam agama islam, kelima
kebebasan tersebut terjamin (1985:38).
Kesimpulan
Implementasi HAM adalah bagaimana HAM dilaksanakan secara sungguh-
sungguh berdasarkan acuan norma tertentu agar tujuan dari HAM dapat tercapai
dengan baik.
Tujuan akhir (high purpose) Pendidikan HAM adalah menciptakan kemakmuran
dan kebahagiaan masyarakat di alam semesta. Dengan kata lain,tujuan Pendidikan
HAM adalah membentuk masyarakat yang sarat moralitas.
HAM pada tataran global terdapat konsep utama mengenai HAM seperti HAM
menurut konsep negara-negara barat, HAM menurut konsep sosialis, HAM
menurut konsep bangsa-bangsa Asia-Afrika dan HAM menurut konsep PBB.
Daftar Pustaka
Syarbaini, Dr.Syahrial,2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Bogor : Ghalia Indonesia
Effendi, A. Masyhur.2004. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia
http://kafepknums.blogspot.co.id/2010/04/HAM-dan-implementasinya
http://sii-lukman-oneheart-blogspot.com/2011/03/implementasi-HAM-di-
indonesia