Anda di halaman 1dari 3

Terapi

Menurut teori, sebagian besar pneumoniaapada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan,atidak
mauamakan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan
usia pasien. Neonatusadan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap. Dasar
tatalaksana pneumonia rawat inap adalahapengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta
tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguanakeseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat
diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbuktiaefektif. Penyakit penyerta harus
ditanggulangi dengan adekuat, kompilasi yangamungkin terjadi harus dipantau danadiatasi.

Penggunaan antibiotik yang tepatamerupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi


antibiotikaharus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapatadilakukan karena tidak tersedianya uji
mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris.aUmumnya
pemilihan antibiotik empiris didarkan pada kemungkinanaetiologi penyebab dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktoraepidemiologis. (Rahajoe et. al, 2013).
Tabel 1. Pedoman Tatalaksana Kasus Pneumonia Pada Anak (Kartasmita, 2010)

(*) Disebut napas cepat, apabila:

Anak usia < 2 bulanabernapas 60 kali atau lebih per menit

Anak usia 2 bulan sampai 11 bulan bernapasa50 kali atau lebih per menit

Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun bernapas 40 kali atau lebih per menit

Pencegahan

Vaksin influenza yang diberikan tiap tahun dianjurkan untuk seluruh anak berusia 6 bulan-18
tahun. Bayi 6abulan sampaiadengan anak usia 5 tahun memiliki risiko tinggi terjadinya komplikasi dari
influenza yang dilemahkan dapat diberikan pada pasien 2-49 tahun. Beberapa vaksinatrivalen telah
memiliki lisensi untuk digunakan sejak berusia 6 bulan. Vaksinasiauniversal sejak masa kanak-
kanakadengan vaksinasi H. Influenzae tipe B terkonjungasi dan S.pneumoniae telah menurunkan
insidens terjadinyaapneumonia secaraabermakna (Marcdante et. al, 2014).

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga terutama
ibuarumah tangga, karena pneumoniaasangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan di luar rumah.
Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita.
Beberapa upaya pencegahan penyakit pneumonia di antaranya:

1. Perawatan selama masa kehamilan.

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, selama kehamilan Ibu memerlukan
giziayang adekuat dengan mengkonsumsiazat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkansterkenanya infeksi selama kehamilan.

2. Perbaikan gizi balita.

Untuk mencegah risiko pneumoniaspada balita yang disebabkan karena malnutrisi, sebaiknya
dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin
kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktoraantibodi sehingga dapat
memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Oleh karena itu,abalita
yang mendapat ASI secara ekslusif lebihatahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan imunisasi lengkap pada anak.

Untuk mencegah pneumoniaadapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai, yaitu
imunisasi anak campak pada anak umurs9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3
kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksakan anak sedini mungkin apabila terserang batuk.

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.

5. Mengurangi polusi di dalam dan di luar rumah.

Untuk mencegahapneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara
mengganti bahan bakar kayu dan tidakamembawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang
cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca dingin, perubahan cuaca
sebagai faktor yang memberiakecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakitaterutama penyakit pada saluran pernapasan, karena itu
jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas sepertiabatuk dan bersin-
bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini menyebar dengan
droplet, infeksi akan menyebar denganamudah. Perbaikan rumah akan menyebabkanaberkurangnya
penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang
selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karenaamalnutrisi
(Rahajoe et. al, 2013; YAPNAS, 2007; Marcdante et. al, 2014).

Anda mungkin juga menyukai