Anda di halaman 1dari 31

 Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan

dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat


intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh
melalui intravena.
 Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak,
dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral.
 Memperbaiki keseimbangan asam-basa.

 Memperbaiki volume komponen-komponen darah.

 Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-


obatan kedalam tubuh.
 Memonitor tekanan vena sentral (CVP).

 Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan


diistirahatkan.
Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena
berdasarkan osmolalitasnya
 Isotonik(Nacl normal 0,9%, Ringer
Laktat, Komponen-komponen darah
(albumin 5%, plasma), Dextrose
5% dalam air ( D 5 W )
 Hipotonik (Dextrose 2,5% dalam Nacl
0,45%, Nacl 0,45%, Nacl 0,2%)
HIPERTONIK

1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%


2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit
hipertonis karena dextrose dengan cepat
dimetabolisme dan hanya sementara
mempengaruhi tekanan osmotic).
3) Dextrose 10% dalam air
4) Dextrose 20% dalam air
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
7) Dextrose 5% dalam ringer laktat
8) Albumin 25
 Nutrient solution : D5W, Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium
chloride
 Electrolyte solution : Normal Saline (NS),Larutan ringer
(sodium, Cl, potassium dan kalsium),Ringer Laktat /RL
(sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)
 Alkalizing solution / Menetralkan asidosis metabolik: Ringer
laktat / RL
 Acidifying solution / Menetralkan Alkalosis metabolik :
Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,9 %
 Blood volume expanders / meningkatkan volume darah
karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah besar. (misal:
hemoragi, luka bakar berat : Dekstran, Plasma, Human Serum
Albumin.
 Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan
pemberian obat langsung ke dalam IV
 Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian
obat
 Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-
menerus melalui IV
 Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral
atau intramuskuler
 Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan
elektrolit
 Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
 Klien yang mendapatkan tranfusi darah
 Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)
 Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.
 Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau
trombosis
 Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan
hangat saat disentuh
 Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di
bawah area flebitis
 Vena yang sklerotik atau bertrombus
 Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
 Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah,
atau kerusakan kulit
 Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran
balik vena terganggu)
 Lengan yang mengalami luka bakar
1. Infus set
2. Abocath
3. Cairan infus
4. Tornikuet/tensimeter
5. Kapas alkohol
6. Kasa steril
7. Betadin salep
8. plester, gunting,
9. spalk dan pembalut kalau perlu
10. tiang infus
11. perlak kecil dan alasnya
 Vena yang telah digunakan sebelumnya
 Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis
 Vena yang keras dan sklerotik
 Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan
 Area-area fleksi, termasuk antekubiti
 Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih
sering terjadi
 Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding
tipis
 Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke
 Vena yang memar, merah dan bengkak
 Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi
 Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah
laboratorium
Venapunctur perifer
 vena mediana kubiti

 vena sefalika

 vena basilika

 vena dorsalis pedis

Venapunctur central
 vena femoralis

 vena jugularis internal

 vena subklavia
TEMPAT INSERSI
TEMPAT INSERSI
SUBCLAVIKULA CENTRAL
INTRAVENUS TERAPI
1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien.
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
3. Mengatur letak baring pasien.
4. Mencuci tangan.
5. Membuka pakaian pada daerah yang akan dipasang
infuse.
6. Membentangkan pengalas di bawah anggota badan
yang akan dipasang infuse.
7. Menggantungkan botol cairan pada tiang infuse.
8. Menghapushamakan tutup botol dengan kapas
alcohol.
9. Membuka perangkat infus, mengeluarkan pipa /jarum
udara, menusukan jarum udara ke dalam tutup botol
infuse.
 10. Menusukan jarum pipa ke dalam tutup botol,
membuka penjepit (klem), mengeluarkan udara
dalam pipa dan mengisi tabung pengatur tetes
cairan kemudian pipa infus diklem kembali.
 11. Vena yg sering digunakan adalah vena – vena
superfisial didaerah kepala vena antecubital, vena
Brachiacephalica dextra dan sinistra.
 12. Anggota badan yang akan diinfus dibendung
(stuwing) dengan menggunakan tourniquet
sehingga vena terlihat jelas.
 13. Menghapuskanhamakan kulit dengan kapas
alcohol
 14. Menusukan jarum infus ke dalam vena dengan
lobang jarum mengarah ke atas. Bila darah
mengalir kedalam pipa infus , menandakan jarum
masuk tepat ke dalam vena, karet pembendung
dilepaskan, kemudian klem dilonggarkan untuk
melihat kelancaran cairan mengalir.
 15. Menghitung cairan sesuai dengan instruksi.

 16. Merekatkan pengkal jarum dengan plester


pada kulit.
 17. Memasang bidai bila diperlukan.

 18. Selesai.
MEMASUKKAN JARUM INFUS
1. Infiltrasi (ektravasasi)
2. Trombophlebitis
3. Bakteremia
4. Emboli udara
5. Perdarahan
6. Trombosis
7. Imbalance elektroli,
8. Hematom, dll.

Anda mungkin juga menyukai