Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UJIAN TAHAP 3

Nama : Nadia Kurnia


Penguji : dr.Robby Tjandra, Sp.K.F.R
dr. Rahmi Isma A.P, Sp.K.F.R, Ped(K), M.Si.Med

1. Patomekanisme subluksasi hip pada anak dengan CP?


Pada saat lahir, acetabulum sangat dangkal sehingga tidak sampai setengahnya meliputi
caput femur dan menghasilkan sendi panggul yang relatf tidak stabil. Dengan adanya kombinasi
acetabulum yang dangkal, caput femur yang datar, sudut leher femur yang besar, dan anteversi
yang besar, maka sendi panggul mudah mengalami dislokasi pada trimester ketiga. Dalam masa
neonatus hingga 8 tahun, kompresi dan gerakan akan membantu meningkatkan kedalaman
acetabulum. Anak dengan spastisitas memiliki risiko subluksasi dan dislokasi dengan adanya
tarikan otot spastik sekitar panggul.
Sumber: Perdosri: Kedokteran Fisik Rehabilitasi pada Anak halaman 149-150

Sudut anteversi caput femoris/ femoral neck anteversion (FNA) atau torsi femoral
merupakan sudut antara proyeksi dua garis pada bidang aksial yang tegak lurus terhadap poros
femoralis; satu garis melalui regio caput femoris proksimal dan yang kedua melalui regio
kondilar distal, menunjukkan derajat 'putaran' femur. FNA melewati perkembangan substansial
selama pertumbuhan dengan perubahan dari 0° di awal kehamilan menjadi 30° saat lahir,
menurun menjadi 15° di masa dewasa. Selain usia, FNA tampaknya sangat dipengaruhi oleh
beban mekanis selama pergerakan, sehingga beberapa kondisi klinis yang terkait dengan
keterlambatan atau gangguan pergerakan dikaitkan dengan FNA yang lebih besar.
Representasi skematik aksial femur kanan dan anteversi leher femoralis (FNA). Area abu-abu
mewakili caput femoris dan area putih mewakili daerah kondilus distal. Dari Cibulka (2004)
Sumber: Scorcelletti, M, Reeves, ND, Rittweger, J, Ireland, A. Femoral anteversion: significance
and measurement. J. Anat. 2020; 237: 811– 826. https://doi.org/10.1111/joa.13249

Persistent fetal configuration pada anak-anak non-ambulasi dengan disabilitas fisik


meningkatan ketidakseimbangan otot neurogenic pada sendi panggul dan memperbesar dislokasi
panggul. Pada anak dengan CP, kelainan progresif yang terjadi oleh karena kombinasi dari
imbalans otot, refleks primitive yang persisten, postur yang abnormal, dan tidak adanya stimulasi
weight bearing pada tulang oleh karena instabilitas yang progresif. Pada anak dengan CP, otot-
otot aduktor dan iliopsoas spastik sehingga terjadi kontraktur adduksi dan fleksi. Selain itu,
terjadi spastisitas pada otot hamstring sehingga menyebabkan imbalans otot. Tonus otot yang
imbalans tersebut menyebabkan gaya yang konstan pada perkembangan hip, merubah
acetabulum dan femur, sehingga terjadi anterversi femur (penurunan anteversi pada femur tidak
terjadi dan tetap mengalami anteversi fetal) and coxa valga (peningkatan neck shaft angle pada
proximal femur) dan menyebabkan insufiensi acetabular dan instabilitas hip, dimana mayoritas
terjadi pada arah posterior-superior karena otot-otot adductor dan fleksor lebih kuat dibanding
otot abduktor dan ekstensor.
Tes rotasi hip
Tes dalam posisi pronasi dengan lutut fleksi.
Rotasi internal yang berlebihan menunjukkan anteversi femoralis yang persisten.

Sumber: HELP CP hal 106


Subluksasi adalah separasi sendi yang inkomplit dengan reduksi segera.
Dislokasi separasi inkomplit tanpa reduksi segera.
Sumber: Sara J, Cuccurullo, Physical Medicine and Rehabilitation Board Review hal 159
2. Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan Silverskiold
Dilakukan untuk mengetahui adanya pemendekan/contracture pada otot gastrocnemius
Otot gastrocnemius: biarticular (origo: kondilus medial dan lateral femur dan insersio os
calcaneus melalui tendon calcaneus)
Otot soleus: monoarticular, (origo: medial border tibia, caput fibula, insersio: os calcaneus
melalui tendon calcaneus)
Pemeriksaan :
1. Posisikan pasien dalam posisi supine, posisikan ekstremitas inferior sedikit rotasi internal
2. Ukur sudut ankle dorsifleksi dengan posisi fleksi knee dan kemudian ekstensi
Jika sudut ankle dorsifleksi lebih besar ketika fleksi knee, maka gastrocnemius memendek dan
soleus normal. Jika sudut dorsifleksi didapatkan sama maka baik m.gastrocnemius dan soleus
keduanya mengalami kontraktur.

3. Tes Thomas :
Tes dilakukan dengan untuk mengetahui adanya kontraktur fleksi hip (otot iliopsoas) yang
menyebabkan lordosis lumbal.
Origo: prosesus transversus lumbalis, 2/3 fossa iliaca
Insersio: trochanter minor femur
Cara pemeriksaan:
1. Pasien dalam posisi supinasi, posisikan kedua
2. posisikan kedua ekstremitas bawah ke dada untuk menstabilisasi vertebra lumbal dan
menurunkan lordosis, rasakan posisi pelvis dalam kondisi lurus
3. Biarkan 1 ekstremitas bawah dalam kondisi fleksi dan 1 ekstremitas bawah diekstensikan
hingga resistensi pada posisi ekstensi hip dirasakan dan terjadi pergerakan pada pelvis.
4. Ekstremitas bawah yang ekstensi harus lurus dengan lutut ekstensi maksimal. Bila kontraktur
fleksi terjadi, kaki ekstensi akan berada di atas meja. Sudut antara paha dengan meja
pemeriksaan menunjukkan derajat kontraktur fleksi hip.

3. Phelps tes/tes kontraktur adduksi


Evaluasi ROM abduksi saat fleksi hip dan pada ekstensi
Bila abduksi terlimitasi ketika hip diekstensikan dan meningkat ketika difleksikan, kontraktur
adduksi terjadi karena spastisitas otot gracillis dan hamstring bagian medial.
Bila abduksi hip terlimitasi baik fleksi maupun ekstensi, penyebab kontrakturnya adalah
spastisitas hip adductor.
Gracillis:
Origo: anterior pubis
insersio: proximal tibia bagian medial

Semimembranosus:
Origo: tuberositus ischii
Insersio: condyles medial tibia

4. Tes Ely
Digunakan untuk mengetahui adanya tightness/spastisitas pada rectus femoris. Rektus femoris
memfleksikan pinggul dan ekstensi lutut, menyilang pada kedua sendi sehingga pada saat
pinggul dalam ekstensi, sulit untuk memfleksikan lutut jika rektusnya kencang.
Origo: spina iliaca anterior inferior
Insertio: os patella
Pemeriksaan:
1. Anak dalam posisi pronasi
2. Stabilkan salah satu pinggul saat ekstensi dan bawa kaki bagian bawah dengan cepat ke dalam
fleksi
3. Jika hip terangkat dari meja, kondisi ini menunjukkan adanya spastisitas otot paha bagian
depan yang spastik atau tightness.
4. Lakukan tes sekali lagi, secara perlahan, untuk membedakan tightness dengan spastisitas
rektus femoris.

3. Latihan chest expansion pada anak DMD


Insufisiensi pernapasan pada DMD disebabkan oleh kegagalan otot pernapasan progresif,
khususnya diafragma, yang menyebabkan gangguan pernapasan restriktif. Latihan mobilisasi
dinding dada mengkombinasikan gerakan aktif pada trunkus atau ekstremitas dengan nafas
dalam, sehingga otot-otot inspirasi tambahan, seperti intercostalis eksternal, pectoralis mayor,
levator scapula, upper trapezius, rhomboid, dan pectoralis minor ikut berkontraksi.

Anda mungkin juga menyukai