Anda di halaman 1dari 6

Kronologi Kasus Mirna Hingga Penahanan Jessica

Joko Panji Sasongko, CNN Indonesia | Senin, 01/02/2016 09:18 WIB

Jessica saat ditangkap di Hotel Neo, Jakarta. (Dok. Subdit Jatanras Direskrimum Polda Metro Jaya)

Jakarta, CNN Indonesia -- Kematian Wayan Mirna Salihin menjadi perhatian publik sejak 6 Januari lalu.
Wanita berusia 27 tahun itu dinyatakan keracunan senyawa sianida yang terkadung dalam segelas es kopi
Vietnam yang ia minum saat bertemu dua rekannya, Jessica Kumala Wongso dan Hani di Restoran
Olivier, Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta.

Otoritas Polda Metro Jaya yang mengambil alih kasus kematian Mirna dari Polres Jakarta Pusat
menyatakan, sianida yang masuk ke tubuh Mirna memang dapat mengikis jaringan organ secara kimia.

“Penyebab utama kematian Mirna bukanlah kerusakan lambung yang tanpa sebab, namun diduga ada zat
korosif,” ujar Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafa.

Tim forensik yang mengautopsi jenazah Mirna di Rumah Sakit Polri, Jakarta, memastikan lambung Mirna
rusak. Zat korosif tersebut mereka ketahui, antara lain dari reaksi Mirna setelah mencecap kopi, yaitu
mulut yang mengeluarkan buih dan tubuh yang menegang.

Kepolisian lantas menggelar prarekontruksi di Restoran Olivier, Senin (11/1). Mereka melibatkan pula
Tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) dan Tim Laboratorium Forensik dari
Markas Besar Polri.

Salah satu adegan pada prarekonstruksi tersebut memperlihatkan reaksi Mirna yang terkejut usai
meminum kopi yang dipesannya.
Ketika itu, Hani, yang memperagakan reaksi Mirna usai menegak kopi, berulang kali mengulangi kalimat,
"It's awful, it's so bad."

Usai prarekonstruksi, kepolisian membawa sejumlah barang bukti dari Restoran Olivier untuk
kepentingan penyelidikan, antara lain kamera pengintai (CCTV) dan beberapa peralatan untuk menyeduh
kopi Vietnam yang diteguk Mirna.

Kepolisian melanjutkan penyelidikan dengan menggeledah rumah Jessica di kawasan Sunter, Jakarta
Utara, Selasa (12/1). Namun, penyelidik gagal menemukan celana yang dikenakan Jessica pada hari
kematian Mirna.

Usai penggeledahan, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna
Murti, mengatakan Jessica merupakan saksi potensial dalam kasus kematian Mirna.

“Dia ada di tempat kejadian perkara, yang memesan kopi, yang membayar kopi dan yang menunggu
korban. Itu fakta.” ujarnya.

Berdasarkan penyelidikan, kepolisian menyatakan Jessica datang ke Restoran Olivier lebih awal
ketimbang Mirna dan Hani. Penyelidik mengatakan, Jessica pulalah yang memesankan dua cocktail dan
es kopi Vietnam.

Sepekan berselang, kepolisian melakukan rekonstruksi ulang berdasarkan rekaman kamera pengintai
milik manajemen restoran yang mereka sita.

Pada hari yang sama, pengacara Jessica, Yudi Wibowo Sukinto, mengatakan kliennya stres akibat
berbagai pemberitaan yang dinilainya tidak berimbang.
Lihat juga:
Siane Sebut Ada Duka di Balik Senyum Jessica
“Jessica depresi karena media memberitakan seolah-olah dialah yang bersalah. Dia tidak bersalah,” ujar
Yudi saat mendampingi Jessica di kantor Polda Metro Jaya.

Terkait kopi yang dipesan Jessica, ujar Yudi, itu merupakan permintaan Mirna. “Ada permintaan dari
Mirna untuk pesan kopi Vietnam. Di Olivier, si Jessica hanya mem-booking saja," katanya.

Personel kepolisian kemudian meminta bantuan tiga psikiater forensik untuk memeriksa kondisi Jessica.
Polda Metro Jaya juga melibatkan Kepolisian Federal Australia pada pengusutan kematian Mirna. "Ada
informasi yang sedang kami cari dari Kepolisian Australia," ujar Krishna.

Ekspose ke Kejaksaan

Sebelum menetapkan tersangka pada kasus Mirna, kepolisian dua kali mengekspose hasil penyidikan
mereka ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.

Pada ekspose pertama, Kejati menyatakan berkas penyidikan kasus Mirna tidak lengkap. "Ada beberapa
hal yang harus dilengkapi. Nanti (nama tersangka) harus ada dalam berkas perkara," ujar Asisten Pidana
Umum Kejati DKI Jakarta, Muhammad Nasrun, Selasa (26/1).

Usai ekspose, Kepolisian diketahui telah menerbitkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
(SPDP) tanpa mencantumkan nama tersangka.
Usai ekspose kedua, Kepolisian dan Kejati mengaku telah mendapatkan hasil signifikan. Mereka pun
sepakat, gelar perkara bisa segera dilakukan.

"Saya harus memimpin rapat dengan rekan-rekan penyidik dan nanti setelah rapat itu apa yang diputuskan
dalam gelar perkara," ujar Krishna.

Jessica dicekal

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Heru
Santoso Ananta Yudha, mengatakan institusinya telah menerbitkan surat cegah dan tangkal (cekal) ke luar
negeri terhadap Jessica.

Pencekalan yang berlaku enam bulan atau hingga 26 Juni 2016 itu dilakukan atas permintaan kepolisian
melalui surat No.R/541/I/2016/DATRO tertanggal 26 januari 2016.

Jadi tersangka dan ditahan

Setelah ekpos kedua, kepolisian langsung melakukan gelar perkara hingga tengah malam. Jumat (29/1),
pada pukul 23.00 WIB, penyidik menetapkan Jessica menjadi tersangka pembunuhan Mirna.

"Penetapan dilakukan sehabis gelar perkara, jam 11 malam," kata Krishna. (Simak Fokus: BABAK
BARU KASUS MIRNA)

Usai gelar perkara itu, penyidik langsung mencari Jessica di rumahnya. Namun, rumah tersebut kosong.
Setelah ditelusuri, penyidik mengetahui keberadaan Jessica di sebuah Hotel Neo, di kawasan Mangga
Dua.

Sabtu (30/1), sekitar pukul 7.45 WIB, Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya
menangkap Jessica di hotel tersebut.

Penyidik memeriksa Jessica kurang lebih selama 12 jam. Keputusan penahanan diambil kepolisian karena
mereka khawatir Jessica akan melarikan diri, mengulang perbuatannya atau menghilangkan alat bukti.

"Penahanan berlaku untuk 20 hari. Jika penyidikan membutuhkan proses lanjutan, kami akan meminta
jaksa memperpanjang masa penahanan," kata Krishna.
Lihat juga:
Polisi Sebut Sudah Miliki Bukti Cukup Saat Tahan Jessica
Kepolisian menjerat Jessica dengan Pasal 340 pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang
pembunuhan berencana. Berdasarkan pasal itu, Jessica harus menghadapi ancaman pidana penjara
minimal selama lima tahun dan maksimal selama 20 tahun atau hukuman mati.

Di sisi lain, Yudi mempertanyakan alat bukti yang digunakan polisi untuk menangkap dan menahan
kliennya. Ia menduga bukti itu rekaan belaka.

"Siapa yang melihat, mendengar, mengalami, Jessica menaruh sianida? Itu saja yang perlu diungkap,"
katanya.

Dua sahabat
Jessica dan Mirna merupakan teman sekampus di Billy Blue College of Design, Sydney, Australia.
Jessica adalah lulusan jurusan desain grafis kampus itu.

Jessica tinggal di Australia sejak 2008. Kepolisian menyebut Jessica jarang kembali ke Indonesia karena
orang tuanya pun menetap di Australia sejak 2005.

Jessica pulang ke Indonesia, 5 Desember 2015, untuk mencari pekerjaan. Sejak itu, ia menjalin
komunikasi dengan Mirna dan Hani dan sepakat untuk bertemu.

Pertemuan pertama Jesssica dan Mirna di Indonesia terjadi 12 Desember 2015. Saat itu Mirna mengajak
suaminya untuk bertemu Jessica di sebuah restoran.

Pertemuan pertama itu berlanjut ke pertemuan kedua yang berlangsung di Restoran Olivier.
Olivier, menurut Jessica, merupakan tempat yang ditentukan oleh Mirna. Sepulangnya dari Australia,
Jessica mengaku tidak mengetahui banyak lokasi kopi darat di Jakarta .

Pada pertemuan kedua di Restoran Olivier, Jessica tiba dua jam lebih awal dari waktu yang ditentukan.
Kepolisian mencatat, Jessica lantas memesankan es kopi Vietnam sesuai permintaan Mirna, dan cocktail
serta fashioned fazerac untuk dia dan Hani.

Es kopi vietnam yang ia pesan ternyata menewaskan Mirna. Hasil uji laboratorium forensik Mabes Polri
menunjukkan, kopi itu dibubuhi tiga gram racun sianida, dosis yang dapat menewaskan lima orang
sekaligus. (abm/agk)

Sumber berita : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160201085309-12-107972/kronologi-


kasus-mirna-hingga-penahanan-jessica
Analisis Kasus “Kopi Beracun-Sianida” Jessica Mirna

Ilmu Bantu yang digunakan dalam kasus ini pertama ialah ilmu bantu

Kedokteran Forensik : Hal ini dikarenakan pada saat Mirna (Korban) Meninggal Kepolisian
melakukan Autopsi terhadap Jenazahnya dan alhasil berdasarkan artikel diatas hasil dari autopsy
tesebut ditemukan bahwasannya Penyebab kematian Mirna ialah karena adanya kerusakan
Lambung.

Toksikologi Forensik: Setelah hasil autopsy menyatakan bahwasannya kematian Mirna


disebabkan oleh Kerusakan lambung, maka dari itu tim forensic melakukan pengecekan terhadap
apa yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan lambung terhadap Mirna, dari hasil autopsy
menggunakan ilmu toxicology ditemukan bahwasannya Lambung Mirna Rusak disebabkan oleh
Zat Korosif. Lalu setelah dipelajari didapatilah bahwasannya zat korosif yang merusak lambung
Mirna adalah Racun Sianida.

Kimia Forensik : Labor forensic mabes POLRI menyatakan bahwa komposisi racun sianida
yang diberikan kepada Mirna melalui kopi Vietnam tersebut ialah 3 gram. Dengan dosis tersebut
dapat menewaskan 5 orang sekaligus.

Ilmu Logika : Ilmu Logika ini digunakan saat Tim Pemeriksa Forensik pada saat para-
rekonstruksi kejadian mengetahui reaksi mirna yang terkejut saat mencecap kopi Vietnam
tersebut dan Mirna mengatakan “It’s Awful, It’s So Bad!” sehingga muncul dugaan bahwa
Penyebab kematian Mirna ialah Kerusakan Lambung dan untuk memastikannya selanjutnya
dilakukan autopsy terhadap jenazah.

Psikiatri Forensik : personel kepolisian kemudian meminta bantuan tiga psikiater forensik untuk
memeriksa kondisi Jessica.

Logika Penyelidikan dan Penyidikan :

Penyelidkan dilakukan oleh POLDA Metro Jaya, Pertama pihak kepolisian melakukan olah TKP
dan juga Pra-rekonstruksi kejadian, pihak kepolisian juga melakukan penyitaan terhadap alat-alat
bukti yang ada di TKP antara lain ialah Alat-alat yang digunakan untuk menyeduh kopi yang
diminum korban serta Rekaman CCTV café Olivier tersebut. Dari hasil penyelidikan di TKO
tersebut ditemukan fakta bahwa Jessica dating lebih awal dan yang melakukan pemesanan dan
pembayaran kopi tersebut ialah Jessica. Dari hasil Rekaman CCTV ditemui bahwasannya Jessica
sempat mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Usai mendapati hal-hal diatas kemudian
pihak kepolisian melanjutkan penyelidikan dan menggeledah rumah milik Jessica di kawasan
Sunter guna mencari Celana yang dikenakan oleh Jessica pada saat Kejadian karna didapati dari
hasil rekaman CCTV Jessica mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sehingga pihak kepolisian
merasa perlu memeriksa celana tersebut dan jika memang Jessica yang membawa Racun tsb
kemungkinan bekas racun tersebut tinggal ialah ada. Namun polisi tidak dapat menemukan
celana tersbut di rumah Jessica. Setelah melakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti
pihak kepolisian melakukan ekspose ke kejati namun dikembalikan Karena masih belum lengkap
dan setelah hasil signifikan pihak kepolisian melakukan ekspose kedua ke kejati. Setelah itu
polisi melakukan Gelar Perkara. Setelahnya polisi langsung menetapkan Jessica sebagai
tersangka dan memburu Jessica ke rumahnya namun ternyata Jessica Lari (Hal ini semakin
menguatkan bahwasannya Jessica ke arah sebagai Pelaku). Akhirnya Jessica ditangkap disebuah
hotel dan kemudian penyidik melakukan penyidikan terhadap dirinya selama 12 jam. Pihak
kepolisian melakukan penahanan dan pencekalan terhadap Jessica untuk mencegahnya kabur.

Anda mungkin juga menyukai