K om i t e Pen c ega h a n d a n Pen gen d a l i a n I n f eksi ( PPI )
BLUD RSUD H. PADJONGA DAENG NGALLE
Jl. H. Ince Husain Dg. Parani No.1 Telp. 0418-21065 – 21066 Pos 92211 Pattallassang Kab. Takalar
SURAT REKOMENDASI No.
Assalamualai’kum Warahmatullahi Wabarakatu.
Menindaklanjuti rencana rekonstruksi bangunan ruang flamboyant (rawat inap bedah)
dan ruang palem (rawat inap interna) yang akan dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dan dalam satu kontrak kerja dengan pihak kontraktor, maka kami dari Komite PPIRS Blud Rsud H. Padjonga Daeng Ngalle Kab. Takalar melakukan analisis terhadap rencana pemindahan ruang rawat inap bedah dan ruang rawat inap interna dalam satu atap yang sama (rawat bersama) yang recananya akan di tempatkan pada ruang cempaka lama. Namun setelah melalui survey lokasi langsung, kami menemukan beberapa hal sebagai berikut: 1. Akses keluar masuk transportasi pasien hanya satu pintu sehingga dipastikan transportasi pasien interna dan bedah pada jalur yang sama dan memiliki resiko penyebaran infeksi melalui airborne. Berdasarkan standar penempatan pasien yang tertuang dalam PMK No. 27 Tahun 2017, alur pasien dengan infeksi airborne (udara) tersendiri. 2. Ruang cempaka lama memiliki 2 kamar untuk rawat inap kelas tiga. Hal ini memungkinkan pembagian ruang rawat inap kelas tiga menjadi 2 bagian yaitu satu ruang untuk perawatan bedah dan satu ruang untuk perawatan interna. Namun kendati demikian pertimbangan lainnya adalah hak pasien dan keluarga bahwa mengingat ruang rawat inap kelas tiga hanya terdiri satu utuk masing-masing maka kemungkinan terbesar adalah pasien perempuan dan laki-laki dengan perawatan bedah atau interna akan dirawat gabung sehingga hal ini menyalahi hak pasien dan keluarga. 3. Kebijakan tentang rawat bersama dalam satu atap yang sama dapat dilakukan namun dengan ketentuan pembagian sisi. Dimisalkan perawatan interna pada sisi kiri dan perawatan bedah pada sisi kanan. Namun melihat penempatan ruangan pada ruang cempaka, hal ini tidak dapat dilakukan karena ruang rawat inap kkelas tiga berada pada sisi kiri bangunan dan pada sisi kanan bangunan merupakan ruang rawat inap kelas satu dan kelas dua sehingga kebijakan penempatan pasien berdasarkan pembagian zona tidak dapat diterapkan. Langkah selanjutnya adalah survey lokasi langsung pada ruang rawat inap pasien KIA (post partum dan ginekologi). Pada ruangan tersebut, kami memperoleh hasil analisis sebagai berikut: 1. Pada ruangan rawat inap KIA memiliki dua ruang untuk rawat inap kelas tiga yang cukup memadai untuk perawatan interna dan memiliki akses yang berbeda dari akses bagi pasien post partum sehingga untuk standar alur pasien hal ini sudah memenuhi syarat. Untuk penutupan akses dari perawatan KIA ke ruangan tersebut dapat dilakukan penyekatan ruangan dengan menutup secara keseleruhan dapat menggunakan papan triplek. Namun yang menjadi pertimbangan Komite PPI adalah bahwa meskipun akses telah terputus namun yang dirawat adalah klien neonates. Berdasarkan PMK No. 27 Tahun 2017, yang merupakan pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, pasca pembedahan, dan pengobatan dengan imunosupresi. Menimbang hal tersebut, maka neonates dan ibu dengan persalinan saesar memilik resiko tinggi tertular infeksi. 2. Masih banyak ditemukan vector (kecoa dan lalat) di ruangan rawat inap KIA sehingga hal ini dapat menjadi penyebab perpindahan infeksi yang dibawa oleh vector tersebut meskipun ruangan telah dilakukan penyekatan. Berdasarkan analisa masalah diatas, maka Komite PPI merekomendasikan kepada manajemen BLUD RSUD H Padjonga Daeng Ngalle untuk menetapkan dan memberlakukan rawatan tidak dalam satu atap yang sama. Takalar, 21 Juni 2018