CSS Inversio Uteri - PAYAKUMBUH
CSS Inversio Uteri - PAYAKUMBUH
INVERSIO UTERI
Oleh:
Preseptor:
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session (CSS) yang berjudul “Inversio Uteri”.
CSS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Efriza Naldi, Sp.OG selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang telah membantu dalam
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CSS ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga CSS ini dapat
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Inversio uteri adalah salah satu penyebab pendarahan post partum. Perdarahan post
partum adalah suatu kejadian mendadak dan tidak dapat diramalkan yang merupakan
penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Inversio uteri merupakan kasus yang jarang
dijumpai, walaupun demikian kita harus cukup tanggap pada keadaan syok post partum
dengan perdarahan yang tidak sesuai. Penyebab inversio uteri lebih sering spontan yang
berkaitan dengan abnormalitas uterus. Selain itu inversio uteri dapat juga disebabkan oleh
penanganan persalinan yang salah. Pembagian inversio uteri adalah inversio uteri inkomplit,
komplit dan inversio prolaps, dan dapat timbul akut, subakut dan kronis. Setiap tahun
diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari
kehamilan dan persalinan, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar
400 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2000). World Health Organization (WHO)
memperkirakan sejumlah 150.000 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena perdarahan
postpartum. 1
Walaupun inversio uteri adalah kasus yang jarang, tetapi masih merupakan salah
satu penyebab dari perdarahan pasca persalinan dini. Inversio uteri adalah suatu keadaan
dimana fundus uteri terputar balik keluar, baik sebagian atau seluruhnya ke dalam uterus atau
ke dalam vagina, bahkan dapat juga keluar vagina. Pada keadaan yang ekstrim, kita dapat
menjumpai endometrium yang berwarna keunguan dengan plasenta yang masih melekat.2-5
Kejadian inversio ini pertama kali dikenal oleh Hippocrates (460-770 SM). Angka
kejadian yang pasti dari beberapa peneliti mendapatkan angka yang berbeda dan bervariasi
berkisar antara 1:1000 sampai 1:20.000. Menurut Mc Cullagh memperkirakan 1 kasus dari
2
30.000 kelahiran, sedangkan Mochtar R mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, dan Watson juga
mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, Hakimi mencatat 1:5000 sampai dengan 1:10.000
kelahiran. Di India kejadiannya 1 dari 8.573 persalinan, di Inggris 1 dari 27.992 persalinan, di
Amerika 1 dari 23.127 persalinan, di Canada 1 dari 3737 persalinan dan di Perancis 1 dari
20000 persalinan.7
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan merupakan
kasus kedaruratan obstetri, oleh karena dapat menimbulkan syok bahkan sampai
menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat terjadi tanpa
gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan keadaan yang serius dan
fatal, dimana angka mortalitasnya cukup tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.8-10
Upaya pencegahan dengan cara penatalaksanaan kala III yang baik yaitu dengan
cara memperhatikan saat dan cara yang tepat untuk melepaskan plasenta, melalui tarikan
yang ringan pada tali pusat setelah kontraksi uterus atau setelah ada tanda-tanda lepasnya
plasenta. Serta mengenal secara dini dan penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan
Inversio Uteri.
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang dirujuk dari
berbagai literatur.
3
1.5. Manfaat Penulisan
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Inversio uteri merupakan kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum. Inversio uteri adalah keadaan di mana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar secara terbalik lewat ostium uteri eksternum, yang dapat
bersifat komplit dan inkomplit. Pada inversio uteri, bagian atas uterus memasuki kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang
sekali ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III persalinan atau segera setelah plasenta
keluar.1
2.2 Epidemiologi
Inversio uteri adalah suatu kejadian emergensi obstetrik yang sangat jarang terjadi.
Insiden dalam terjadinya inversio uteri adalah sebanyak 1:20.000 persalinan. Jika terjadi
harus ditangani dengan cepat karena dapat menyebabkan terjadinya kematian akibat
2.3 Klasifikasi
1. Inversio uteri ringan: jika fundus uteri terputar balik menonjol ke dalam kavum uteri,
2. Inversio uteri sedang: jika fundus uteri terbalik masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat: bila semua bagian fundus uteri terbalik dan, sebagian sudah
5
B. Berdasarkan derajat kelainannya
1. Derajat I (inversio uteri subtotal/inkomplit): bila fundus uteri belum melewati kanalis
servikalis.
2. Derajat II (inversio uteri total/komplit): bila fundus uteri sudah melewati kanalis
servikalis.
3. Derajat III (inversio uteri prolaps): bila fundus uteri sudah menonjol keluar dari vulva.
1. Inversio uteri akut : suatu inversio uteri yang terjadi segera setelah kelahiran bayi atau
2. Inversio uteri subakut: yaitu inversio uteri yang terjadi saat terjadi kontraksi cincin
serviks uteri.
3. Inversio uteri kronis: yaitu inversio uteri yang terjadi selama lebih dari 4 minggu
D. Berdasarkan etiologinya:
2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya dengan pasti
dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium. Inversio uteri sebagian
dapat terjadi spontan dan lebih sering terjadi karena prosedur tindakan persalinan dan kondisi
ini tidak selalu dapat dicegah. Berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua,
Pada inversio uteri nonobstetri biasanya diakibatkan oleh mioma uteri submukosa
yang terlahir, polip endometnum dan sarkoma uteri, yang akan menarik fundus uteri ke arah
bawah serta berkombinasi dengan kontraksi miometrium secara terus menerus mencoba
6
mengeluarkan mioma seperti benda asing. Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri
pada tumor yang berasal dan kavum uteri antara lain: keluarnya tumor dari kavum uteri yang
mendadak, dinding uterus yangtipis, dilatasi dari serviks uteri, ukuran tumor, ketebalan
Pada inversio uteri puerpuralis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih sering
disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik. Bila terjadi spontan, lebih banyak
untuk terapi PEB dan cenderung untuk berulang pada kehamilan berikutnya. Hal ini mungkin
berhubungan dengan abnormalitas dari uterus atau kelainan uterus lainnya. Keadaan lain
yang dapat menyebabkan inversio uteri yaitu pada grandemultipara, atau pada keadaan atonia
uteri, kelemahan otot kandungan, atau karena tekanan intra abdomen yang meningkat,
misalnya ada batuk, mengejan ataupun dapat pula terjadi karna tali pusat yang pendek. Pada
kasus inversio uteri komplit hampir selalu akibat konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat
dari plasenta yang berimplantasi di fundus uteri. Inversio uteri karena tindakan atau prosedur
yang salah baik kala II ataupun kala III sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong
.
7
Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu inversio uteri
yaitu:
a) Faktor predisposisi
1. Abnormalitas uterus
2. Plasenta adhesive
1. Relaksasi miometrium
3. Pemberian MgSO4
4. Atonia uteri
c) Faktor pencetus
tiba-tiba
b. Perasat Crede
4. Partus presipitatus
5. Gemelli
8
2.5 Patofisiologi
belum diketahui. Secara klinis, faktor utama yang mempengaruhi inversi uteri adalah plasenta
plasenta, serta dilatasi serviks segera post partum. Dalam beberapa kasus, terdapatnya tali
pusat yang pendek dan tarikan tali pusat yang berlebihan juga berkontribusi untuk inversi
uteri.
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
masuk. Ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang sangat ekstrem. Inversio
uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk ekstrem berupa terbaliknya uterus
sehingga bagian dalam fundus uteri keluar melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke
Untuk menghasilkan suatu inversi, uterus harus melanjutkan kontraksi pada waktu
yang tepat untuk memaksa fundus sebelumnya terbalik atau massa fundus plasenta, terbalik
ke arah segmen bawah uterus. Jika serviks berdilatasi kekuatan kontraksi cukup dan cukup
kuat, dinding endometrium melalui itu, menghasilkan inversi lengkap. Jika situasi kurang
ekstrem dari dinding itu, fundus sendiri terjebak dalam rongga rahim, menghasilkan inversi
parsial.
Dalam inversi lengkap pada fundus melalui serviks, jaringan serviks berfungsi
sebagai band konstriksi dan edema cepat bentuk. Massa kemudian tumbuh semakin prolaps
dan akhirnya menghalangi aliran vena dan arteri, menyebabkan terjadinya edema. Jadi,
penanganan inversi uteri menjadi lebih sulit. Dalam kasus-kasus kronis atau yang lambat
Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak, maka inversio
uteri yang total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan
9
pasca persalinan yang masif akibat atonia uteri yang menyertainya. Inversio Uteri dapat
terjadi pada kasus pertolongan persalinan kala III aktif khususnya bila dilakukan tarikan
talipusat terkendali pada saat masih belum ada kontraksi uterus dan keadaan ini termasuk
Syok merupakan gejala yang sering menyertai suatu inversio uteri. Syok atau gejala-
gejala Syok yang terjadi dapat tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terjadi, oleh
karena itu sangat bijaksana bila syok yang terjadi setelah persalinan tidak disertai dengan
perdarahan yang berarti untuk memperkirakan suatu inversion uteri. Syok dapat disebabkan
karena nyeri hebat, akibat ligamentum yang terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan
serta tarikan pada peritoneum atau akibat syok kardiovaskuler. Perdarahan tidak begitu jelas,
kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula terjadi perdarahan yang hebat, menyusul inversio,
uteri prolaps dimana bila plasenta belum lepas atau telah lepas perdarahan tidak berhenti
karena tidak ada kontraksi uterus. Perdarahan tersebut dapat memperberat keadaan syok yang
telah ada. Sebelumnya bahkan dapat menimbulkann kematian- Dilaporkan 90% kematian,
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus uteri, bahkan
kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya fundus uteri dijumpai pada
pemeriksaan tersebut Pada pemeriksaan dalam teraba tumor lunak di dalam atau di luar
serviks atau di dalam rongga vagina, pada keadaan yang berat (komplit) tampak massa
berwarna merah keabuan yang kadang-kadang didapatkan plasenta masih melekat dengan
ostium tuba dan, endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah. Tetapi hal ini
dapat dibedakan dengan tumor mioma uteri submukosa yang terlahir, pada mioma uteri yang
terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan berada pada tempatnya serta, jarang sekah
mioma submukosa ditemukan pada kehamilan dan persalinan yang cukup bulan atau hampir
10
cukup bulan. Pada kasus inversio uteri yang kronis akan didapadum gangrene dan strangulasi
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Pasien sering datang dengan pendarahan setelah melahirkan. Pendarahan dapat terjadi
dengan atau tanpa adanya rasa nyeri. Selalunya pasien datang dalam kondisi yang sudah
lemas.Pasien juga mengeluh adanya massa merah yang menonjol keluar dari jalan lahir.4
Pemeriksaan fisik
Saat di palpasi tinggi fundus uteri dapat di raba sebagian atau sudah tidak dapat teraba
lagi.Jika tinggi fundus uteri masih teraba ianya dapat di rasakan seperti adanya lekukan ke
dalam. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam di mana untuk melihat adakah pendarahan
datangnya dari robekan rahim, sisa plasenta atau plasenta yang masih belum keluar.
Pemerikaan Penunjang
potongan melintang di panggul bawah, rahim tampak sebagai tanda target dengan fundus
yang bagian dalam hiperechoic, yang dikelilingi lingkaran hipoechoic. Menunjukkan cairan
antara ruang fundus terbalik dan dinding vagina. Endometrium sejajar di tepi dari fundus
terbalik.
cermin terbalik dari uterus yang normal. Fundus uteri berada di vagina dengan cairan di
fornik vagina. Kedua permukaan serosa berlawanan menggambarkan garis endometrium atau
garis semu.1,2,5
11
Gambaran inversio uteri pada USG
Mengingat bahaya syok dan kematian maka pencegaban lebih diutamakan pada
Pencegahan
1. Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri, terutama
2. Jangan dilakukan tarikan pada tali pusat dan penekanan secara Crede sebelum ada
kontraksi.
4. Tarikan pada tali pusat dilakukan bila benar-benar plasenta sudah lepas.
Pada kasus yang akut biasanya dicoba secara manual dan bila gagal dilanjutkan
metode operatif, sedangkan pada kasus yang subakut dan kronis biasanya dilakukan reposisi
b. Operatif
12
Prinsip penanganan pada pasien yang datang dengan inversio uteri melibatkan dua
Pasien dengan pendarahan post partum harus di tangani dengan melakukan resusitasi
Resusitasi cairan melibatkan cairan ringer laktat. Pemberian cairan kristaloid dalam volume
yang besar baik dengan NaCl atau Ringer Laktat melalui akses intravena perifer. RL
merupakan cairan yang cocok karena biaya ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian
Pemberian cairan dekstrosa seperti D5% tidak memiliki peran dalam penanganan
pendarahan post partum. Penggantian cairan yang melibatkan kristaloid tidak tahan lama di
intra vaskular tetapi sebaliknya terjadi pergeseran ke ruangan interstitial yang akan
Jika pendarahan masih berlanjut dan di perkirakan melebihi 2000 mL atau keadaan
klinis pasien menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah di lakukan resusitasi. Komponen
darah yang biasanya di gunakan adalah PRC untuk menggantikan Hb yang hilang dan untuk
Pasien yang datang dengan inversio uteri selalu datang dengan pendarahan yang
hebat dan disertai dengan syok. Apabila inversio uteri dengan gejala syok harus di atasi dulu
dengan infus IV cairan elektrolit dan transfusi darah, segera itu barulah dapat di lakukan
reposisi secara manual, hidrostatik atau secara operasi melalui transabdominal maupun
transvaginal.
13
Langkah reposisi inversio uteri secara manual dengan cara:
a. Memberikan muscle relaxan sehingga otot rahim menjadi lemas. Relaksan akan
o Anestesi umum
o Pemberian tokolisis relaksan otot uterus yaitu suatu relaksasi uterus sebelum
di lakukan reposisi manual atau pun repososi hidrostatik. Antara obat yang
Terbutaline 0, 25 mg IV
Uterotonika yang dapat diberikan adalah seperti oksitosin yang mempunyai efek kerja
cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah. Ergometrin dan prostagladin juga
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang di produksi oleh lobus posterior hipofisis.
Obat ini dapat menimbulkan kontraksi uterus, ianya dapat diberikan IM , IV , untuk
pendarahan aktif dapat di berikan lewat infus dengan Ringer Laktat. Efek sampingnya sangat
terjadinya tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Ianya mempunyai dosis maksimum 1,
25 mg, dan dapat di berikan langsung melalui IV bolus 0,12 mg. Obat ini dikenali sebagai
vasospasme perifer dan dapat menyebabkan hipertensi. Jadi tidak boleh diberikan pada
penderita hipertensi.
dapat mencapai 5 tablet 200 ug yaitu 1 g. Efek sampingnya adalah nausea, vomitus, diare,
sakit kepala di sebabkan kontraksi otot halus dan juga bekerja di termoregulasi sentral
Reposisi Manual5
Teknik Johnson
1. Seluruh telapak tangan di masukkan ke dalam vagina untuk mendorong inversio uteri
2. Setelah berhasil lakukan pijitan bimanual antara tangan intra uterine dan tangan lainnya di
4. Tampon dapat di pertahankan 24 jam atau lebih dan selanjutnya di tarik sedikit sehingga
15
Gambar . Teknik reposisi manual
1. Di pergunakan telunjuk , untuk melakukan reposisi fundus uteri sehingga dapat mencapai
2. Dorong fundus kearah umbilikus dapat memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus
16
3. Bila dengan upaya reposisi tersebut plasenta masih melekat jangan lakukan pelepasan
plasenta, tetapi baru di lakukan setelah reposisi berhasil dengan baik. Ini karena jika
Koreksi Hidrostatik :
1. Pasien dalam posisi trendelenburg dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari
perineum.
berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air hangat 2-5 L( NaCl atau RL )
4. Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia sekitar ujung
Teknik hidrostatik
Transabdominal :
Teknik Haultain
Di kerjakan secara laparotomi dengan dinding belakang lingkaran kontraksi di incisi secara
17
kemudian luka di bawah uterus di jahit dan luka laparotomi di tutup. Uterotonika di berikan
Teknik Huntington
Dinding abdomen di buka dan bagian inversio uteri akan terlihat. Dua allis forcep akan
digunakan untuk mengambil bagian fundus uteri dan forceps di tampone pada fundus. Di
lakukan sedemikian rupa supaya uterus tadi dapat di keluarkan dari cincin kontraksi dan
18
Transvaginal
Teknik Kustner ( forniks anterior) dan Teknik Spinelli ( teknik posterior). Merupakan
teknik operasi melalui transvaginal di mana fundus uteri di ganti melalui pemotongan servik
Tindakan operatif menurut Spinelli dilakukan pervaginam yaitu dengan cara dinding anterior
vagina dibuat tegang berlawanan dengan arch tarikan dari retraktor dan dilakukan insisi
transversal tepat di atas porno anterior. Kemudian plika kandung kemib dipisahkan dari
serviks dan segmen bawah rahim. Insisi medians dibuat melalui serviks pada jam 12, secara
komplit membagi cincin konstriksi. Insisi dilakukan pada lines medians sampai fundus uteri.
Uterus dibalik dengan cara telunjuk mengait ke dalam insisi pada permukaan endometrium
yang, terbuka dan membuat tekanan. yang berlawanan dengan ibu juri pada bagian
Tindakan operatif menurut Kustner dilakukan pada inversio uteri kronis. Dengan cara
dengan insisi sedalam ketebalan servils pada jam 6 sampai dinding posterior uterus. Insisi
19
dibuat sepanjang garis putus-putus seperti pada gambar 8. Kemudian dengan menggunakan
ibu jari uterus direversi sepanjang sisi insisi. Setelah uterus direversi, insisi dinding posterior
uterus den servik diperbaiki, demikian jugs dengan insisi transverse den kolpotomi pada
vagina. Luka ditutup dengan jahitan terputus dan uterus ditempatkan kembali ke dalam
kavum pelvis. Bila inversio uteri sudah terjadi gangren atau inversio uteri terjadi pada wanita
yang usianya sudah mendekati akhir masa reproduksi dapat ditakukan histerektomi
pervaginam. Kerugian dari teknik ini adalah mempunyai resiko yang besar untuk terjadinya
perlengketan pelvis. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi rupture uteri yang tersembunyi.
Histerektomi
Pada teknik ini dilakukan jahitan seperti rantai melingkari korpus, uterus
pada korpus uterus distal dari jahitan sedikit demi sedikit sehingga tidak
20
yang terjadi dirawat. Keadaan pangkal tuba, ovarium, ligamentum rotundum
dan jaringan lain dievaluasi. Dengan bantuan sonde trans uretra diidentifikasi
uterus tahap II kurang lebih 1 cm di luar introitus vagina. Setelah itu dilakukan
dan dijahit dengan chromic catgut no.2. Jika diyakini tidak ada perdarahan,
tetes/ menit.
abdominal vaginal.
f. Jika ada tanda infeksi berikan antibiotik kombinasi sampai pasien bebas
2.9 Komplikasi
Apabila seluruh uterus tertarik ke awah ini menyebabkan fascia dinding depan
vagina mengendor dan vesika urinaria akan terdorong ke belakang. Selain itu
Ini dapat terjadi karena ruang yang kosong antara cavum dauglasi terisi usus halus
atau sigmoid masuk ke dalam karena dinding uterus sudah menonjol keluar.5,7
2.10 Pencegahan
melakukan perasat Crede berulang-ulang saat tidak ada his dan hati-hatilah dalam
22
BAB III
KESIMPULAN
Inversio uteri adalah salah satu penyebab pendarahan post partum. Perdarahan
Postpartum adalah suatu kejadian mendadak dan tidak dapat diramalkan yang merupakan
penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Inversio uteri merupakan kasus yang jarang
dijumpai, walaupun demikian kita harus cukup tanggap pada keadaan syok postpartum
dengan perdarahan yang tidak sesuai. Penyebab inversio uteri lebih sering spontan yang
berkaitan dengan abnormalitas uterus. Selain itu inversio uteri dapat juga disebabkan oleh
penanganan persalinan yang salah.Pembagian inversio uteri adalah inversio uteri inkomplit,
komplit dan inversio prolaps, dan dapat timbul akut, subakut dan kronis.
Tindakan pada kasus inversio uteri adalah meliputi perbaikan keadaan umum dengan
infus, transfusi dan antibiotik, reposisi manual, dan bila gagaldilanjutkan dengan tindakan
operatif.Operasi dapat perabdominal dengan teknik Houltain dan huntington dan dapat juga
pervaginam dengan teknik Spinelli atau Kustner, atau pada keadaan tertentu dapat dilakukan
diagnosis serta penanganan kasus. Makin dini maka prognosisnya semakin baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Obstetrical Hemorrhage. Dalam:
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et all. Williams Obstetrics. Edisi ke-23. New
2. KA. Rana, P.S. Patel. Complete uterine inversion. American Institute of Ultrasound
6. Niswander KR, Evans AT. Abnormal labor and delivery. In: Manual of obstetrics.5 th
edition. Boston: Little, Brown and Company, 1983; 42511.Baskett TF. Acute uterine
7. Benson Ralph C, Pernoll Martin L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, ed 9th. In : dr.
8. Ilmu Kebidanan, ed4th. In : Saifudin Bari Abdul. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharadjo, 2009.p.527-8.
24