Anda di halaman 1dari 56

Isnanto, S. Kep., Ns.

, MAN
Neurologic System
Saraf Temuan
Olfaktorius Penghidu
Optikus Ketajaman, LP, Pem.Fundus
Okulomotorius Refleks pupil, Gerak keatas /kebawah/mediana, dilatasi pupil
Troklear Gerakan okuler, melihat kebawah, kesamping, nistagmus.
Trigeminal Fungsi sensoris, refleks kornea, kulit wajah, dahi, mukosa hidung dan
mulut, fungsi motorik dan maksilaris
Abdusen Gerakan okuler, melihat kebawah, kesamping dan nistagmus.
Fasial Fungsi motorik wajah atas, bawah asimetris wajah, dan paresis, fungsi
sensori uji dgn pengecapan
Akustikus Tes saraf koklear, pendengaran, konduksi udara dan tulang, tinitus kurang
pendengaran atau tuli.
Glosofaringeus Fungsi motorik : gag paringeal, menelan, bicara jelas.
Vagus Jantung, paru, bronkus, saluran GI
Asesorius Kekuatan otot trapesius dan sternokleidomastoideus ketidamampuan
mengangkat bahu
Hipoglosal Fungsi motorik lidah, penyimpangan kerah leteral, atropi, tremor,
ketidakmampian menjulurkan lidah dari samping kiri kekanan.
Neurologic System
Neurologic Assessment
• Pemeriksaan persarafan dimulai sejak kontak
pertama dengan klien
• Evaluasi: Respon verbal, Pergerakan dan
sensasi
• Tambahan:
ORIENTASI BERBAHASA

MEMORI BERHITUNG
Item Pengkajian

TANDA
SYARAF
RANGSANG
KRANIAL
MENINGEAL

REFLEKS REFELEKS
FISIOLOGIS PATOLOGIS
Glasgow Coma Scale

• Pemeriksaan Status Kesadaran


• Ada 2 macam cara penilaian :
1. Penilaian Kualitatif
2. Penilaian Kuantitatif
Penilaian Kualitatif
• Compos mentis  kesadaran penuh
• Apatis  acuh tak acuh terhdp keadaan sekitarnya
• Somnolen  ksdrn lbh rendah ditandai ps tampak
mengantuk, sll ingin tdr, tdk responsif trhdp rangsangn
ringan ttp msh responsif trhdp rangsangn yg kuat
• Sopor  tdk mmbrkn respon ringan maupun sedang,
ttp msh sdkt respon trhdp rangsangan yg kuat, refleks
pupil trhdp cahaya msh positif
• Koma  tdk dapat bereaksi trhdp stimulus apapun,
refleks pupil thdp cahaya tdk ada
Penilaian Kuantitatif
Diukur melalui GCS (Glasgow Coma
Scale)
1. Membuka Mata/ Eye Movement (E)
2. Respon Verbal (V)
3. Respon Motorik (M)
• Membuka mata (E)
Spontan :4
Dengan diajak bicara :3
Dengan rangsangan nyeri :2
Tidak membuka :1
• Respon Verbal (V)
Terdapat kesadaran dan orientasi :5
Berbicara kacau :4
Berkata tanpa arti :3
Hanya mengerang :2
Tidak ada suara :1
• Respon Motorik (M)

1.Sesuai perintah :6
2.Terhadap rangsangan nyeri
Timbul gerakan normal :5
3. Fleksi cepat dan abduksi bahu :4
4. Fleksi lengan dengan adduksi bahu :3
5. Ekstensi lengan, adduksi, endorotasi
bahu, pronasi lengan bawah :2
6. Tidak ada gerakan :1
FOUR SCORE
Four Score
SYARAF KRANIAL
Saraf Temuan
Olfaktorius Penghidu
Optikus Ketajaman, LP, Pem.Fundus
Okulomotorius Refleks pupil, Gerak keatas /kebawah/mediana, dilatasi pupil
Troklear Gerakan okuler, melihat kebawah, kesamping, nistagmus.
Trigeminal Fungsi sensoris, refleks kornea, kulit wajah, dahi, mukosa hidung dan mulut,
fungsi motorik dan maksilaris

Abdusen Gerakan okuler, melihat kebawah, kesamping dan nistagmus.


Fasial Fungsi motorik wajah atas, bawah asimetris wajah, dan paresis, fungsi sensori
uji dgn pengecapan

Akustikus Tes saraf koklear, pendengaran, konduksi udara dan tulang, tinitus kurang
pendengaran atau tuli.

Glosofaringeus Fungsi motorik : gag paringeal, menelan, bicara jelas.


Vagus Jantung, paru, bronkus, saluran GI
Asesorius Kekuatan otot trapesius dan sternokleidomastoideus ketidamampuan
mengangkat bahu

Hipoglosal Fungsi motorik lidah, penyimpangan kerah leteral, atropi, tremor,


ketidakmampian menjulurkan lidah dari samping kiri kekanan.
SYARAF KRANIAL
• N.I : Olfaktorius (daya penciuman)

• N.II : Optikus (Tajam penglihatan):


SYARAF KRANIAL
• N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas,
kontriksi pupil, gerakan otot mata)
SYARAF KRANIAL
• N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasien
memejamkan mata, diminta membedakaan bau
yang dirasakaan (kopi,tembakau, alkohol,dll).

• N.II : Optikus (Tajam penglihatan):Dengan snelen


card, funduscope, dan periksa lapang pandang.

• N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas,


kontriksi pupil, gerakan otot mata) :Tes putaran
bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra,
refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
SYARAF KRANIAL
• N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan
ke dalam):sama seperti N.III.
SYARAF KRANIAL
• N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi
wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks
kedip)
SYARAF KRANIAL
• N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan
ke dalam):sama seperti N.III.

• N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi


wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks
kedip): menggerakan rahang ke semua sisi,
psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas
pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan
dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan
dengan air panas dan dingin, menyentuh
permukaan kornea dengan kapas.
SYARAF KRANIAL
• N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama
sperti N.III.

• N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa


2/3 anterior lidah )
SYARAF KRANIAL
• N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan
keseimbangan ) :test Webber dan Rinne.
SYARAF KRANIAL
• N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama
sperti N.III.

• N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa


2/3 anterior lidah ):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat
alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan.
Menjulurkan lidah untuk membedakan gula
dengan garam.

• N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan


keseimbangan ) :test Webber dan Rinne.
SYARAF KRANIAL
• N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio
lidah )

• N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan)


SYARAF KRANIAL
• N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio
lidah ):membedakan rasaa mani dan asam (gula
dan garam)

• N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan)


:menyentuh pharing posterior, pasien menelan
ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”
SYARAF KRANIAL
• N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan
sternocleidomastoideus

• N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah)


SYARAF KRANIAL
• N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan
sternocleidomastoideus): palpasi dan catat
kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat
bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan
tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot
sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar
kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien
melawan tahan.

• N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah) : pasien suruh


menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi.
Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan
dari luar, dan perintahkan pasien melawan
Pemeriksaan Rangsang Meningeal
• Kaku Kuduk
• Laseque
• Kernig
• Brudzinsky I
• Brudzinsky II

Lumbantobing, 2012
KAKU KUDUK
KAKU KUDUK
• Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di
bawah kepala pasien yang sedang baring.
Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu
menyentuh dada.
• Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada
tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.

Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis,


miositis otot kuduk, abses retrofaringeal,
arthritis di servikal
Laseque
Laseque
• Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan
(ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu
tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi
dalam keadaan lurus (tidak bergerak)
• Tes Lasegue
• Interpretasi: Tanda lasegue (+) bila sakit /
tahanan timbul pada sudut < 70° (dewasa) dan
< 60° (lansia)
• Tanda Lasegue (+) dijumpai pada meningitis,
isialgia, iritasi pleksus lumbosakral (ex.HNP
lumbosakralis)
KERNIG
KERNIG
• Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya
difleksikan sampai membuat sudut 90°. Lalu
tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut. Biasanya ekstensi dilakukan sampai
membentuk sudut 135°
KERNIG
• Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila
terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum
mencaai sudut 135°
• Kernig Sign (+) dijumpai pada penyakit – penyakit
seperti yang terdapat pada tanda lasegue (+)
Brudzinsky I
Brudzinsky I
• Caranya: Tangan ditempatkan di bawah
kepala yang sedang baring. Kita tekuk
kepala (fleksi) sampai dagu mencapai dada.
Tangan yang satu lagi sebaiknya
ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan.
• Interpretasi: Tanda brudzinski I (+) bila terdapat
fleksi pada kedua tungkai
Brudzinsky II
• Caranya: Pada pasien yang sedang baring, satu
tungkai di fleksikan pada persendian panggul,
sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam
keadaan ekstensi (lurus).
• Interpretasi: Tanda Brudzinski II (+) bila tungkai
yang satunya ikut pula terfleksi.
Brudzinsky II
Refleks Fisiologis
Refleks Fisiologis
Refleks Fisiologis
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk
pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
krena kontraksi m.brachiradialis
Refleks Fisiologis
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna,
posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadratus
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius
REFLEK PATOLOGIS
REFLEK PATOLOGIS
REFLEK PATOLOGIS
• Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
• Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
• Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari
kaki ke-4
Respon : seperti babinsky
• Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari
kaki lainnya
• Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral
sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
• Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke
distal
Respon : seperti babinsky
References
• Hickey, V., J. (2014). The Clinical Practice of Neurogical And
Neurosurgical Nursing Seven edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
• Kandel, R., E, Schwartz, H., J, Jessel,M.,T, Siegelbaum, A,. S &
Hudspeth, A., J. (2013). Principles of Science fifth edition.
USA: McGrawHill Companies.
• Lindsay,W., K, Bone, I, Fuller, G. (2010). Neurology and
Neurosurgery Illustrated. Inggris: Churchill Livingstone.
• Lumbantobing (2012). Pemeriksaan Fisik Neurologi. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI

Anda mungkin juga menyukai