Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

KATARAK SENILIS STADIUM MATUR OKULI DEKSTRA

Oleh:

Debora Victoria Kirojan, S.Ked

18014101018

Supervisor Pembimbing

dr. Herny Poluan, Sp.M

Residen Pembimbing

dr. Matilda Susanto

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

KATARAK SENILIS STADIUM MATUR OKULUS DEKSTRA

Oleh

Debora Victoria Kirojan, S.Ked

18014101018

Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada :

Februari 2019

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. Herny Poluan, Sp.M

Residen Pembimbing

dr. Matilda Susanto

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan

Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular

dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.1 Kekeruhan

pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi

protein lensa terjadi akibat kedua-duanya, yang mengakibatkan tergantungnya

cahaya masuk ke lensa mata sehingga penglihatan menjadi kabur dan lama

kelamaan dapat menyebabkan kebutaan.1,2

Bedasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2012

katarak merupakan penyebab kebutaan utama di dunia. Terdapat 39 juta orang yang

buta di seluruh dunia, dengan penyebab utama kebutaan yaitu katarak sebesar 51%.3

Di Indonesia sendiri menurut data dari Riskesdas tahun 2013, prevelensi katarak

semua umur sebesar 1,8% atau sekitar 18.499.734 orang. Sementara perkiraan

insidensi katarak sebesar 0,1% pertahun atau setiap tahun diantara 1.000 orang

terdapat 1 orang penderita katarak baru. Prevelensi katarak tertinggi di Provinsi

Sulawesi Utara yaitu sebesar 3,7%.4

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni katarak

kongenital, katarak juvenil, dan katarak senilis. Katarak senilis adalah semua

kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas 50 tahun.1 Hal ini terjadi

karena suatu perubahan degenerasi dari lensa atau karena proses penuaan.2 Dalam

perlangsungannya katarak senilis dibagi dalam 4 stadium yakni stadium insipien,

imatur, matur, dan hipermatur.1

1
Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

Tetapi, seiring dengan meningkatnya usia, maka lensa seseorang akan mengalami

perubahan-perubahan yaitu bertambahnya tekanan dan ketebalan lensa, serta

berkurangnya kekuatan akomodasi dari lensa.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lensa

Lensa mata adalah suatu massa dengan struktur bikonvek, avaskular,

transparan dan tidak mempunyai serabut saraf dan saluran limfatik. Lensa

memiliki berat sebesar 135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada

usia 40- 80 tahun, diameter sebesar 9-10 mm dan ketebalan sebesar 3,5

mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Lensa memiliki radius

kurvatura anterior 10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm sehingga

permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior.5

Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari

zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan

menipis pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam

bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang

membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk

3
serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa

dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral

lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa

tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus

embrional, fetal, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa

yang lebih muda dan disebut sebagau korteks lensa. Korteks yang terletak

di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di

belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih

keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul

lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh

ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam

akomodasi untuk menjadi cembung

- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan

- Terletak di tempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan

presbiopia

- Keruh atau apa yang disebut katarak

- Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi

bertambah besar dan berat.1

4
B. Definisi

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya yang

disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak yang dapat ditemukan dengan tanpa

kelainan mata atau kelainan sistemik lainnya terbagi dalam tiga bagian yaitu katarak

senilis, katarak juvenili dan katarak herediter.1

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses

penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi

pupil, akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu

katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea

dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera.

Kejadian ini disebut arkus sinilia atau biasanya ditemukan pada lansia hingga

sekarang sering disebut katarak sinilis.6

5
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun diduga

katarak senilis terjadi karena:

1. Proses pada nukleus

Oleh karena serabut-srabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu

terdorong ke arah tengah muka serabut-serabut lensa bagian tengah akan

menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion

kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi

penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi kurang

hipermetrop.

2. Proses pada korteks

Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan

penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung

dan membengkak menjadi lebih miopia.7

Berdasarkan kekeruhan pada lensa maka katarak senilis dibedakan atas:

1. Katarak insipien

Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti baji dengan dasar di perifer dan

jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau

posterior. Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak bila pupil

dilebarkan sedangkan pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak

pada pupil normal. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh

karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.

2. Katarak imatur

Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih

ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada keadaan ini dapat terjadi

6
hidrasi korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan

bertambah, yang memberikan miopisasi. Pencembungan lensa ini akan

menyebabkan bilik depan mata menjadi dangkal dan dapat memberikan

penyulit glaukoma. Hal ini disebut katarak intumesen.

3. Katarak matur

Kekeruhan yang telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa

terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.

4. Katarak hipermatur

Terjadi akibat korteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat

keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus

“tenggelam” ke arah bawah (jam 6) (Katarak Morgagni). Lensa akan

mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar ke dalam bilik mata depan

maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik tau glaukoma

fakolitik.4

Perbedaan katarak insipien, imatur, matur, dan hipermatur

7
Berdasarkan kepustakaan terdapat 2 jenis ekstraksi lensa yaitu intra

capsuler cataract extraction (ICCE) dan extra capsuler cataract extraction

(ECCE). ECCE saat ini dikembangkan dengan adanya teknik Small Incision

Cataract Surgery (SICS) dan fakoemulsifikasi.8

ICCE merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh

lensa bersama kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan dalam kapsulnya dengan

cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar.

ECCE merupakan teknik pembedahan pada lensa dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga

massa lensa dan kortex dapat keluar melalui robekan.

8
Fakoemulsifikasi merupakan suatu teknik pembedahan ekstraksi lensa

dengan memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan

yang sangat kecil. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan

katarak, selanjutnnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur

sampai bersih. Karena irisan yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan

akan pulih dengan sendirinya.9

9
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. RR

Umur : 65 tahun

Pekerjaa : IRT

Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Penglihatan mata kanan kabur

2. Riwayat Penyakit sekarang

Penglihatan mata kanan kabur disadari sejak 3 bulan yang lalu.

Penglihatan kabur seperti tertutup kabut, terjadi secara perlahan-lahan,

makin lama makin kabur, dan penglihatan dirasa makin buruk sejak 1

minggu yang lalu dan apabila mata kiri ditutup pasien sudah tidak dapat

melihat karena sangat kabur. Penglihatan kabur saat melihat jauh

maupun dekat. Penglihatan sama kaburnya pada siang hari atau malam

hari. Keluhan ini dirasakan pasien sudah mengganggu aktivitas sehari-

hari pasien. Mata merah berulang (-), silau bila ada sinar (-), nyeri (-),

gatal (-), pusing (-), melihat benda melayang layang (-), melihat kilatan

sinar (-).

10
3. Riwayat penyakit dahulu

- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi (+) sudah 5 tahun dan sering

minum obat tetapi pasien lupa nama obatnya

- Riwayat kencing manis (-)

- Riwayat mata merah berulang (-)

- Riwayat penggunaan obat-obatan (-)

- Riwayat trauma pada daerah mata disangkal (-)

- Riwayat operasi mata (+), operasi pterigium 20 tahun lalu kedua mata

- Riwayat operasi katarak sebelumnya (-)

- Riwayat menggunakan kacamata baca (+)

- Riwayat Alergi (-)

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler, isi cukup

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7oC

Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal

11
2. Status Oftalmikus

Okulus Dekstra Okulus Sinistra

Visus 1/~ 6/15

Tekanan Intraokuler Normal/ palpasi Normal/palpasi

Segmen Anterior

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Konjungtiva Dalam batas normal Dalam batas normal

Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal

Kornea Jernih Jernih

COA Kedalaman cukup Kedalaman cukuo

Pupil: RAPD (-), bulat, Pupil: RAPD (-), bulat,

Iris/Pupil refleks cahaya (+/+) refleks cahaya (+/+)

Iris: sinekia (-) Iris: sinekia (-)

Lensa Keruh Jernih

12
D. Diagnosis

Katarak senilis stadium matur okulus dekstra

E. Tatalaksana

Rencana dilakukan operasi SICS dan pemasangan IOL OD

F. Prognosis

 ad vitam : bonam

 ad sanationam : dubia ad bonam

 ad fungsionam : dubia ad bonam

G. Resume

Seorang pasien perempuan, umur 65 tahun datang ke Poliklinik

Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tanggal 15 Februari 2019

dengan keluhan utama mata kanan kabur dialami penderita sejak sejak

3 bulan yang lalu. Penglihatan kabur seperti tertutup kabut, terjadi

secara perlahan-lahan, makin lama makin kabur, dan penglihatan dirasa

makin buruk sejak 1 minggu yang lalu dan apabila mata kiri ditutup

pasien sudah tidak dapat melihat karena sangat kabur. Pemeriksaan fisik

pasien tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan

visus mata kanan 1/~ dan lensa keruh.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien wanita 65 tahun datang dengan keluhan utama pandangan kabur saat

melihat. Usia pasien yang sudah lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu

jenis katarak. Berdasarkan usia pasien, jenis katarak yang sesuai yakni katarak

senilis. Pasien ini didiagnosis dengan katarak senilis stadium matur okulus dekstra

berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan usia pasien serta anamnesis. Dari anamnesis yang dilakukan

didapatkan informasi mengenai tanda dan gejala penurunan penglihatan serta

kemampuan melihat cahaya atau kesilauan saat melihat. Hal ini sesuai dengan

kepustakaan, bahwa pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berkabut

atau berasap, dan penurunan penglihatan menurun secara progresif. Usia penderita

yang sudah lanjut (65 tahun) digolongkan sebagai katarak senilis.

Pada pemeriksaan visus didapatkan visus okulus dekstra 1/~ yang

menjelaskan penurunan penglihatan akibat lensa keruh. Dengan visus 1/~ pasien

hanya dapat melihat cahaya saja sedangkan orang lain bisa melihat dalam jarak

yang tak terhingga. Pada pemeriksaan segmen anterior didapatkan lensa yang

keruh. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa pemeriksaan

pada pasien katarak ditemukan adanya kekeruhan pada lensa sehingga

menyebabkan mata berwarna putih atau abu-abu serta adanya kelainan refraksi.

Pada pemeriksaan dengan slit lamp tampak COA normal pada okulus

dekstra dan okulus sinistra. Lensa pada okulus dekstra tampak keruh. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa stadium katarak terbagi atas :

14
1. Stadium katarak senilis insipien : stadium paling dini yang belum

menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada

bagian perifer berupa bercak seperti baji terutama mengenai kortaks

anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih.

2. Stadium katarak senilis imatur : pada stadium ini lensa berwarna putih

keabuan tetapi masih ada korteks yang jernih sehingga tampak bayangan

iris.

3. Stadium katarak senilis matur : pada stadium ini kekeruhan menjadi

komplit oleh karena korteks secara keseluruhan terlibat sehingga semua

sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior

lensa, sehingga tidak tampak bayangan iris. Warna lensa menjadi seperti

mutiara.

4. Stadium katarak senilis hipermatur : pada stadium ini korteks lensa yang

konsistensinya seperti bubur telah menjadi cair, sehingga nukleus turun

oleh karena bertanya kebawah.

Dengan operasi diharapkan dapat mencegah kebutaan total dan

memperbaiki visus penderita. Suatu operasi katarak bertujuan untuk mengangkat

dan mengeluarkan lensa yang telah keruh sehingga menghalangi penglihatan.

Penanganan operatif pada pasien ini yaitu direncanakan dilakukan

ECCE atau Extra Capsuler Cataract Extraction dengan teknik Small Incision

Catarct Surgery (SICS) dimana nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan

menyisakan kapsula posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior dan

zonula zein. Teknik ini selain menyediakan lokasi untuk menempatkan IOL atau

intra ocular lens, juga dapat dilakukan pencegahan propalps vitreous juga sebagai

15
pembatas antar segmen anterior dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik ini dapat

menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti vitreousloss dan edema

kornea. Dengan dilakukannya operasi ini diharapkan dapat mencegah kebutaan

total dan memperbaiki visus pasien. Suatu operasi katarak bertujuan untuk

mengangkat atau mengeluarkan lensa yang keruh sehingga menghalangi

penglihatan.

Prognosis pada pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak

merupakan suatu kekeruhan lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam

penglihatan pasien setelah dilakukan tindakan operasi akan lebih baik dibandingkan

sebelum dilakukan operasi.

16
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Perempuan, umur 65 tahun, datang ke Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou dengan keluhan penglihatan mata kanan kabur. Berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan oftalmologi didiagnosis dengan katarak senilis stadium matur okulus

dekstra. Rencana penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan penanganan

operatif dengan teknik ECCE serta pemasangan IOL pada mata kanan. Prognosis

pada kasus ini untuk ad vitam bonam, ad sanationam dan ad fungsionam dubia ad

bonam.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2014. h. 9;210-20.

2. Sari A, Masriadi, Arman. Faktor Resiko Kejadian Katarak Pada Pasien


Usia 40-55 Tahun Di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan. Balikpapan:
Universitas Muslim Indonesia; 2018.

3. Cameron M, Lee N, Afshari A. The global state of cataract blindness.


California: Shiley Eye Institute; 2017. h. 28;98-103.

4. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.

5. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 17. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.

6. Nazira A, Kowara RA, Amalia, Yunaidah A, Putri RA, Rahyuningtias,


dkk. Katarak senilis, risiko bagi orang yang berusia lanjut. Dalam: Jurnal
EPTM Katarak; 2014, h. 1-12.

7. Hadini MA, Eso A. Faktor Risiko yang Berhubunfan dengan Kejadian


Katarak Senilis di RSU Bahteramas tahun 2016. Kendari: Universitas Halu
Oleo; 2016, h. 257-67.

8. Widiadnyana IN, Nuryanto IK. Hubungan Jenis Insisi Katarak dengan


Kejadian Sindroma Mata Kering Pasien Pasca Operasi Katarak. Bali:
JRKN; 2017, h. 60-5.

9. Effendi IK. Prevalensi dan Faktor Risiko Usia dan Visus sebelum Operasi
dengan Kejadian Komplikasi Intraoperatif pada Operasi EKEK Pasien
Katarak Senilis di RSUP Fatmawati Tahun 2015-2017 [Skripsi]. Jakarta:
Universitas Islma Negeri Syarif Hidayatullah; 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai