Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, udara,
dan tanah; kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar. Kerusakan lingkungan adalah salah
satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi diperingatkan oleh High Level Threat
Panel dari PBB. The World Resources Institute (WRI), UNEP (United Nations Environment
Programme), UNDP (United Nations Development Programme), dan Bank Dunia telah
melaporkan tentang pentingnya lingkungan dan kaitannya dengan kesehatan manusia, pada
tanggal 1 Mei 1998.
Resiko perusakan lingkungan yag terjadi baik itu sengaja maupun tidak sengaja merupakan
dampak penghancuran lingkungan yang terjadi akibat ekspansi suatu perusahan atau pelaku
bisnis.
Ada beberapa jenis sektor industri yang di anggap dominan dalam memberikan pengaruh pada
perusakan lingkungan, antara lain:
A. Sektor pertambangan
B. Sektor Pabrik
C. Sektor Minyak dan Gas
D. Sektor Perhotelan dan real estate
Keempat sektor ini di anggap memiliki dominasi tinggi dalam mendukung timbulnya pengaruh
pada perusakan ligkungan. Ada beberapa solusi yang dpat di terapkan dalam rangka
menghindari terjadinya resiko lingkungan yaitu :
1. Perusahaan menganggarkan sejumlah dana untuk mengalokasikan guna menyelesaikan
berbagai permaslahan-permaslahan yang berhubungan dengan resiko lingkungan
( environment risk)
2. Menerapkan konsep pembanguman yang berkesinambungan dengan alam serta turut
mengembangkan alam atau eco-development
3. Di bangunnya solusi konstruktif dalam bidang pengembangan lingkungan
4. Bagi sebuah perusahaan menempatkan suatu devisi khusus yang bertugas menyelesaikan
berbagai urusan yang berhubungan dengan environment risk
5. Pihak lembaga terkait memberikan penghargaan dalam bidang lingkungan
Analisis
PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan pertambangan yang berkerja sama
dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka Penanaman Modal Asing. Markas Induk
PT. NMR, selanjutnya dikenal dengan Newmont Gold Company (NGC) berada di Denver,
Colorado, Amerika Serikat. NGC menempati posisi lima produsen emas dunia. Selain PT.
NMR, di Indonesia perusahaan ini juga berkegiatan di Sumbawa, Nusa Tengara Barat dengan
nama PT. Newmont Nusa Tenggara. Proyek Newmont antara lain tersebar di Kazakhtan,
Kyryzstan, Uzbekistan, Peru, Brasilia, Myanmar dan Nevada.
Pencemaran dan Dampak akibat kegiatan penambangan PT. NMR terjadi mulai tahun 1996–
1997 dengan 2000-5000 kubik ton limbah setiap hari di buang oleh PT. NMR ke perairan di
teluk Buyat yang di mulai sejak Maret 1996. Menurut PT. NMR, buangan limbah tersebut,
terbungkus lapisan termoklin pada kedalaman 82 meter. Nelayan setempat sangat memprotes
buangan limbah tersebut. Apalagi diakhir Juli 1996, nelayan mendapati puluhan bangkai ikan
mati mengapung dan terdampar di pantai. Kematian misterius ikan-ikan ini berlangsung sampai
Oktober 1996. Kasus ini terulang pada bulan juli 1997. Kematian ikan-ikan yang mati misterius
ini, oleh beberapa nelayan dan aktivis LSM di bawa ke laboratorium Universitas Sam Ratulangi
Manado dan Laboratorium Balai Kesehatan Manado, tetapi kedua laboratorium tersebut
menolak untuk meneliti penyebab kematian ikan-ikan tersebut. Hal yang sama PT. NMR
berjanji untuk membawa contoh ikan mati tersebut ke Bogor dan Australia untuk diteliti tetapi
dalam kenyataannya penyebab kematian dan terapungnya ratusan ikan tersebut belum pernah
di sampaikan pada masyarakat. Padahal PT. NMR sendiri, mulai melakukan analisis dalam
daging dan hati beberapa jenis ikan di Teluk Buyat sejak 1 November 1995. Ini rutin tercatat
setiap bulannya.
Dari kasus yang terdapat di atas dapat kita lihat bahwa aktivitas pabrik sudah melanggar etika
bisnis yang sudah menyebabkan terjadinya pencemaran air laut, dan menimbulkan kerugian
bagi para warga sekitar, nelayan, bahkan negara. Oleh karena itu, sebaiknya tempat
pembuangan air limbah harus di buat dengan sebaik mungkin agar tidak merusak dan
merugikan warga dan negara kita
https://pseudorechtspraak.wordpress.com/2012/04/06/pt-newmont-minahasa-raya-pencemar-
teluk-buyat/
http://rinaernawati23.blogspot.co.id/2015/12/makalah-etika-dan-perusakan-lingkungan.html
Masih rendahnya kesadaran para pebisnis untuk menjalankan bisnisnya sesuai dengan
etika bisnis yang telh ditetapkan.
Sikap antroposentrisme, yaitu memandang manusia sebagai pusat dari semesta alam,
sehingga manusia bias mengeksplorasi alam serta lingkungan semaksimal mungkin untuk
memenuhi kebutuhannya.
Egoism yang tinggi untuk mengejar keuntungan sebagai cadangan serta dana investasi
dalam pengembangan bisnisnya.
Didunia bisnis khususnya industry, terdapat 4 sektor industry yang dianggap dominan
dalam memberikan penngaruh dalam kerusakan lingkungan, antara lain :
Sector pertambangan
Sector pabrik
Sector minyak dan gas
Sector perhotelan dan real estate
Bagi perusahaan / industry yang telah menimbulkan perusakan lingkungan, maka ada
bentuk risiko yang harus di tanggung , antara lain :
Pihak perusahaan akan menghadapi sangsi hokum karena telah melakukan perusakan
lingkungan sekitar.
Pihak manajemen perusahaan harus menghadapi tekanan dari para NGO (Non
Government Organization) dari dalam negeri dan internasional.
Tindakan prudent (hati – hati0 para mitra bisnis yang semula mendukung perusahaan.
Sikap protes dari masyarakat yang telah dirugikan akibat aktivitas perusahaan.
Di Indonesia, persoalan perusakan Lingkunngan hidup dengan motif pengembangan bisnis
masih saja menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini dikarenakan model direct
investement yang diterapkan yang seyogyanya diharapkan mampu mengolh SDA yang belum
terolah justru menjadi boomerang bagi Indonesia sendiri. Banyak sekali perusakan lingkungan
yang disebabkan oleh direct investement ini. Sebagai contoh tercemarnya tanah dan air
disekitar area pertambangan PT Freeport, alih fungsi dari hutan bakau menjadi area kelapa
sawit, dll. Lemahnya control manajemen yang dibuat, belum adanya kemampuan dalam
menaggung risiko yang besar, tidak adanya teknologi yang canggih, tnaga kerja ahli yang
berkualitas, serta belum adanya aturan dan pengawasan yang ketat dalam bidang lingkunagn
dinilai sebagai factor-faktor yang memicu banyaknya pelanggaran lingkunagn di Indonesia.
Selama ini, pemantauan serta pengawasan hanya dilakukan oleh lembaga- lembaga swadaya
masyarakat yang notabene tidak memilki political power kuat untuk menekan pemerintah.
Padahal independensi dari lembaga swadaya masyarakat masih sering dipertanyakan.
Sudah saatnya para pebisnis menerapkan manajemen yang terukur dan sistematis untuk
memperkecil timbulnya risiko lingkungan selama mereka mengeksplorasi alam demi
keberlangsungan bisnisnya. Penerapan manajemen yang terukur dan sistematis dapat dilakukan
dengan cara :
Penganggaran sejumlah dana untuk dialokasikan guna menyelesaikan berbagai
permaslahan yang berhubungan dengan risiko lingkungan.
Penerapan konsep pembangunan yang berkesinambungan dengan alam serta turut
mengembangkan alam / eco-development.
Pembangunan solusi konstruktif dalam bidang pengembangan lingkungan
Penempatan divisi khusus yang bertugas menyelesaikan berbagai urusan yang
berhubungan dengan environment risk
Pemberian penghargaan dalam bidang lingkungan oleh pihak terkait kepada
perusahaan – perusahaan yang elah mampu menjaga lingkungan.
f. Penentuan dengan jelas dan tegas persyaratan – persyaratan yang berhubungan dengan
lingkungan (seperti sertifikat ISO yang berhubungan dengan lingkungan, AMDAL, dll)
sebelum sebuah perusahaan menggarap proyek