BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
deskriptif kuantitatif yang diperoleh dari data primer dan sekunder, dimana
Makassar.
Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah ini
N
n = (7)
N.d² + 1
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
tiap rumah tangga yang dijadikan sampel penelitian, untuk meninjau dan
melihat bagaimana sistem pengelolaan air limbah dan air bersih. Adapun
Meliputi jarak air bersih dari tangki septik, jenis sarana sumber
instansi yang terkait, yaitu Badan Pusat Statistik, Bappeda, Dinas PU, dan
E. Definisi Operasional
Tingkat resiko dalam penelitian ini adalah penilaian dan pemetaan
air tanah.
air harus dijaga dengan jarak >10m untuk jenis tanah liat dan
berapa lama.
dalam menentukan tingkat resiko air limbah. Sumur yang diteliti memiliki
variasi jarak dari tangki septik, baik tangki septik yang pernah dilakukan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Jumlah sampel yang diuji yaitu 8
penduduk.
oksigen yang terlarut dalam air. Kadar oksigen dalam air dapat ditentukan
dengan dua cara yaitu dengan cara titrimetri dan dengan penggunaan alat
dengan hati-hati, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan
38
larut. Kalau endapan belum larut semua, tambahkan lagi 0,5 ml H 2SO4
pekat. Ambil 100 ml air dari botol BOD tersebut dengan menggunakan
0,025 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua ke kuning muda.
1000 x A x N x 8
DO = (8)
Vc x Vb / (Vb-6)
Dimana:
Dimana:
diperlukan agar limbah organik yang ada di dalam air dapat teroksidasi
H2Oserta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat
dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu
adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan
gelombang 600 nm. Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L
ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh
uji dengan nilai COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih
dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan
(A – B)
TSS = (10)
Vol sampel (mL)
Dimana:
dan gravimetri adalah dua metode standar yang hingga saat ini
digunakan. Kelemahan metode-metode tersebut yaitu penggunaan pelarut
CCl4(metode IR) dan daerah konsentrasi analisis yang besar (metode
gravimetri) sehingga penting dilakukan penelitian penggunaan pelarut lain
dan penurunan limit deteksi, khususnya metode gravimetri. Pelarut C2Cl4
dan S316 digunakan sebagai pelarut ekstraksi pada metode IR karena
tergolong pelarut yang masih direkomendasikan untuk penggunaannya.
Variasi volume sampel dan tahapan ekstraksi dengan n-heksan sebagai
pelarut dilakukan untuk pengembangan metode gravimetri sehingga
mampu menurunkan limit deteksi di bawah 10 mg/L. Jenis minyak yang
digunakan sebagai sampel yaitu minyak nabati dan minyak mineral. Pada
pembacaan absorbansi pelarut C2Cl4 dan S316 menunjukkan level
respon yang sangat tinggi yaitu 18 mg/L (C2Cl4) dan 15 mg/L (S316)
sehingga tidak bisa digunakan untuk analisis minyak dengan metode infra
merah. Pada metode gravimetri diperoleh persen recovery 92,28%
(sampel minyak nabati) dan 99,25% (sampel minyak mineral) dengan
konsentrasi analit sebesar 0,9 mg/L dan 0,88 mg/L. Nilai persen recovery
tersebut diperoleh pada volume sampel 2000 mL dan teknik ekstraksi 4
tahap dengan limit deteksi 0,5639 mg/L dan 0,4736 mg/L sehingga
pengembangan metode gravimetri ini layak digunakan untuk analisis
sampel air limbah dan air permukaan.
5. Analisis statistik
Data yang terkumpul dari hasil wawancara dan pengamatan sistem
SPSS for windows. Analisis data menggunakan syntax cleaning data dan
G. Tahapan Penelitian
Mulai
Studi pendahuluan
Kajian pustaka
Pengambilan data
Analisis data
Pertumbuhan penduduk
Kepadatan penduduk
Sistem pengelolaan air limbah black water
Sumber air bersih yang tercemar
Selesa
i
43