Anda di halaman 1dari 50

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

2.1.1 Pengertian

2.1.1.1 Masa nifas (Peurpenium) adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Arief Mansjoer, 2005:316)

2.1.1.2 Masa Nifas (Peurpenium) adalah mulai setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat

genital baru pulih kembali seperti belum ada kehamilan dalam

waktu 3 bulan (Hanifa Wiknjasastro, 2005:327)

2.1.1.3 Masa nifas (Peurpenium) adalah masa sejenak bayi lahir sampai

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil (Bobak, Lowdemik Jensen 2006:492)

2.1.2 Tahap Masa Nifas

Menurut Saleha Siti, (2008:5) tahapan masa nifas adalah sebagai

berikut:

2.1.2.1 Periode Early Post Partum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam,

pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

perdarahan karena atona uteri, oleh karena itu perlu dilakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah

dan suhu.

5
6

2.1.2.2 Periode Immediate Post Partum

Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahaan, lochea tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

2.1.2.3 Periode Late Post Partum (1 minggu – 5 minggu)

Pada masa ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.

2.1.3 Anatomi Reproduksi

Gambar 2.1
Organ Reproduksi Bagian Luar

Sumber: Bobak Lowdemik Jensen, 2005:29

2.1.3.1 Bagian Eksterna

a. Mons Pubis

Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk

bulat ang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat

jarang di atas simpisis pubis, banak mengandung kelenjar


7

minyak dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan

ikal pada masa pubertas.

b. Labia Mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang

melengkung ang menutupi lemak dan jaringan ikat ang

menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari

mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minora,

berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora

melindungi labia minora, meatus (muara) urinarius, dan

introitus vagina (pintu masuk ke vagina)

c. Labia Minora

Terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan

kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang menjang

kearah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan

fourrechette (lipatan yang mengelilingi lubang vagina).

Bagian samping dan bagian depan labia biasanya

mengandung pigmen.

d. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan

erektil yang terletak tepat dibawah arkus (lengkung)

pubis.Ujung badan klitoris di namakan glans dan lebih

sensitive dari pada badannya.


8

e. Vestibulum

Adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau

lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris, dan

fourechette.Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar

parauretra, vagina dan kelenjar pervagina.

f. Fourechette

Adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,

terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan

minora di garis tengah di bawah lubang vagina.

g. Perineum

Adalah daerah mucular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan

perineum.

h. Hymen (Selaput Darah)

Berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian besar dari

introitus vagina, hymen berlubang sebesar ujung jari hingga

getah dari genetalia interna dan darah haid dapat mengalir ke

luar.
9

2.1.3.2 Bagian internal

Gambar 2.2
Organ Reproduksi Bagian Dalam

Sumber: Bobak Lowdermilk Jensen, 2005:33

a. Ovarium (indung telur)

Terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan di belakang

tuba falopi.Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,

yaitu bagian mesovarium ligamen lebar uterus.Dua fungsi

ovarium adalah menelenggarakan ovulasi dan memproduksi

hormone.

b. Tuba Falopi

Merupakan jalan bagi ovarium. Tonjolan-tonjolan

infundibulum (saluran bentuk corong) yang menyerupai jari

menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan-gerakan

seperti gelombang. Ovum di dorong disepanjang tuba.


10

Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan

peristaltic.Aktivitas peristaltis tuba falopi dan fungsi sekresi

lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi, sel-

sel keluar menyereksi nutrient untuk menyokong ovum

selama berada di dalam tuba.

c. Uterus

Adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih,

cekung yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita

dewasa yang belum pernah hamil, berat uterus 60 gr (2

ons). Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila

ditekan, licin dan teraba padat.

Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan

peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.Fungsi-

fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan

untuk kelangsungan fisiologis wanita.

d. Vagina

Adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat

dan mampu merenggang secara luas. Membrane mukosa

glandular (glans klitoris) melapisi dinding otot polos, selama

masa reproduksi mukosa ini tersusun dalam bentuk lipatan-

lipatan transversal yang disebut rugae. Cairan vagina berasal

dari traktus genetalia atas atau bawah.


11

2.1.4 Perubahan Fisiologi dan Psikologis Dalam Masa Nifas

2.1.4.1 Perubahan Fisiologis

a. Involusi Uteri

Gambar 2.3
Penurunan Fundus Uteri pada Masa Nifas

Sumber: Gulardi Hanifa Wiknjosastro, (2005:24)

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses kembalinya uterus keadaan sebelum uterus. Uterus ibu

yang baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar,

tinggi pundus uteri kira-kira satu jari di bawah pusar, dan

beratnya kurang lebih 1000 gram. Pada hari kedua uteru masih

membesar dan setelah itu berangsur-angsur menjadi kecil.

Pada hari ke tiga kira-kira 2-3 jam di bawah pusar dan

simpisis. Uterus kemudian mengalami involusi yang cepat

selama 7-10 hari pertama, selanjutnya setelah post natal 12

hari uterus biasanya sudah tidak dapat diraba melalui

abdomen, dan setelah 6 minggu, ukurannya sudah kembali


12

pada ukuran tidak hamil, yaitu tingginya 8cm dan berat 50

gram. Semua ini di sebabkan karena pemberian darah didalam

dinding rahim jauh berkurang sehingga otot-otot menjadi

kecil.

b. After Pains

Setelah minggu petama bayi lahir, mungkin ibu

mengalami kram atau mulas pada abdomen yang berlangsung

sebentar, mirip sekali dengan kram waktu periode mnstruasi,

keadaan ini disebut after pains, yang ditimbulkan oleh karena

uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringa

yang terkumpul di dalam uterus.

c. Tempat placenta

Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar

telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil pada akhir

minggu kedua hanya sebesar 3-4 cmdan pada akhir nifas 1-2

cm pada permukaan nifas bekas pada placenta mengandung

banyak pmbuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.

Biasanya luka yang seperti ini sembuh dengan menjadi parut,

tetapi luka bekas placenta tidak meninggalkan parut. Hal ini

disebabkan karena dilepaskan dari dasarnya dengan

pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan muka.

Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisi

kelenjar pada dasar luka.


13

d. Lochea

Lochea adalah darah dan cairan yang keluar dari

vagina selama masa nifas, lochea terbagi menjadi tiga jenis

yaitu :

1). Lochea Rubra

Merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa

pelebaran dinding rahim dan sisa penanaman placenta

(selaput ketuban), berbau amis. Lochea rubra berwarna

kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke tiga sampai

hari ke empat.

2). Lochea Serosa

Lochea ini mengandung cairan darah dengan jumlah

darah yang lebih banyak mengandung serum dan leukosit,

serta robekan atau laserasi placenta. Lochea serosa

berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan dan keluar

dari hari ke lima sampai hari ke sembilan.

3). Lochea Alba

Lochea alba terdiri dari leukosit, lendir leher rahim

(serviks) dan jaringan mati yang lepas dalam proses

penyembuhan, lochea alba berwarna lebih pucat, puth

kekuning-kuningan dan keluar selama sampai tiga minggu.

e. Serviks

Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan.

Dalam waktu sekitar 20 jam setelah persalinan, serviks


14

memendek dengan konsentrasi lebih padat dan kembali ke

bentuk semula dalam masa inovasi, muara serviks terdilatasi

10cm saat melahirkan dan menutup secara bertahap, pada hari

ke lima dan ke enam setelah persalinan mungkin masih dapat

dimasukkan 2 jari. Dan jadi akhir minggu kedua setelah

persalinan hanya tangkai kuret terkecil yang dapat

dimasukkan.

f. Vagina dan Vulva

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,

dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan,

kedua organ tersebut tetap berada dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

g. Pereneum (Helen Farrer, 2005:226)

Segera setelah melahirkan pereneum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada post natal hari ke lima, pereneum sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya sekalipun tetap lebih

kendur daripada keadaan setelah melahirkan.

h. Payudara

Pada hari kedua dan ketiga dapat di temukan adanya

nyeri seiring dimulainya produksi susu pada hari ketiga dan ke


15

empat paska partum bisa terjadi pembengkakan, keras, nyeri

bila ditekan dan hangat jika diraba. (Bobak, Irene M,

2006:498).

i. Sistem Gastrointestinal (Hellen Farrer, 2005:227)

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progestern menurun setelah

melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama 1 atau 2 hari. Gerak tubuh berkurang dan

usus bagia bawah sering jarang jika sebelum melahirkan

diberikan enema.

j. Sistem Perkemihan (Hellen Farrer, 2005 : 226)

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasme spingter dan edema leher buli-

buli, sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala,

janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah

yang besar akan dihasilkan dalam waktu 1236 jam sesudah

melahirkan. Setelah placenta dilahirkan kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok.

k. Sistem Kardiovaskuler (Hellen Farrer 2005 : 227)

Setelah terjadi diaresis yang mencolok akibat

penurunan estrogen, volume darah kembali pada keadaan

tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin


16

kembali pada hari ke lima meskipun kadar estrogen

mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,

namun kadarnya masih tetap lebih tinggi darpada normal.

Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan

demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus

dicegah dan penanganan yang cermat dan penekanan pada

ambulasi dini.

l. Perubahan Tanda-tanda Vital (Bobak Lowdermilk Jensen,

2005:501)

1). Suhu

Selama 24 jam pertama data meningkat sampai

38 0C sebagai akibat dari efek dehidrasi persalinan. Selama

24 jam wanita harus tidak demam.

2). Nadi

Denyut nadi dan volume serta curah jantung tetap

mengikat selama jam pertama setelah bayi lahir kemudian

menurun dengan frekuensi tidak diketahui. Pada minggu

ke 8-10 setelah melahirkan denyut nadi kembali ke

frekuensi sebelum hamil.

3). Tekanan Darah

Tekanan darah sedikit merubah dan menetap.

Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing

dan seakan ingin pinsan sebagai segera setalah berdiri.

Dapat timbul pada 48jam pertama, hal ini merupakan


17

akibat pembengkakan limjfa yang terjadi setelah wanita

melahirkan.

4). Respirasi

Pernafasan harus berada dalam rentang normal

sebelum melahirkan.

m. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi

Gambar 2.4
Anatomi Payudara

Sumber: Valerie C. Scanlon, 2005:437

1) Anatomi Payudara

Payudara adalah sepasang kelanjar mamae yang

terletak antara tulang iga kedua dan keenam sekitar 2/3

payudara terletak diatas otot perkolaris mayor antara

sternum dan aksilaris tengah, dengan perluasan ke arah

aksila yang disebut sebagai ekor spance, sepertiga bagian

payudara terletak diatas otot 100 anterior. Payudara

melekat pada otot jaringan ikat atau pasyia, setiap kelenjar


18

maame tersusun atas 15-20 lobus yang terbagi lagi

menjadi lobules-lobules. (Bobak Lowdermilk Jensen 2005

: 43).

2) Fisiologi Laktasi

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang

sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan

bermacam-macam hormon.

3) Pembentukan ASI (reflek prolaktin)

Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan

payudara, terutama besarnya payudara, yang disebabkan

oleh adanya poliperasi, ini dipengaruhi oelh hormon yang

dihasilkan oleh placenta, sekitar kehamilan 5bulan dari

ujung puting susu keluar cairan kolostrum, cairan tersebut

keluar selama pengaruh hormon laktogen dari placenta dan

hormon prolaktim dari hipofise. Dimana caoiran yang

dihasilkan tidak berlebih karena kadar prolaktin cukup

tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormo

estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan

progesteron menurun dengan lepasnya placenta sedangkan

prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan

bagi prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini

berfungsi untuk mebuat air susu.


19

4) Pengeluaran ASI (pelepasan ASI)

Proses pelepasan ASI atau sering disebut sebagai

refleks “let down” berada di bawah kendali neuro

endokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan

merangsang produksi oksitosin yang meneybabkan

kontraksi sel-sel meopitel, kontraksi dari sel-sel ini akan

memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan

masuk ke sistem duktulus laktiferus masuk ke mulut bayi

sehingga ASI tersedia bagi bayi.

2.1.4.2 Perubahan Psikologis

Menurut Bobak Lowdermilk Jensen, (2008 :512-513)

Ada tiga fase penyusunan ibu terhadap peranannya sebgai

orangtua setelah melahirkan yaitu :

a. Fase Taking In (Prilaku Dependen)

1) Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu

mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain.

2) Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, dimana

fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

3) Disebut fase taking in (fase menerima) karena selama

waktu ini ibu yang baru melahirkan memerlukan

perlindungan dan perawatan.

4) Sedangkan dikatakan sebagai fase dependen karena pada

waktu ini, ibu menunjukkan kebahagiaan, kegembiraan


20

yang sangat senang ntuk menceritakan tentang

pengalamannya.

5) Pada fase ini perlu diperhatikan pemberiaan ekstra

makanan untuk proses pemulihan ibu dan nafasu makan

ibu juga sedang meningkat.

b. Fase Taking Hold (Perilaku Dependen-Independen)

1) Bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan

perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan

untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri.

2) Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

3) Ibu mulai tertarik melakukan perawatan pada bayinya.

4) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan

bagi dirinya dan juga bayinya.

5) Pada fase ini ibu berespon dengan penuh semnagat untuk

memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara

perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat

bayinya secara langsung.

c. Fase Letting go (perilaku interdeperiden)

1) Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari paska

melahirkan.

2) Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya.
21

3) Keinginan ibu untuk dirawat diri dan bayinya sangat

mengikat pada fase ini.

4) Hubungan antara passangan memerlukan penyesuaian

dengan kehadiran anggota baru (bayi).

2.1.5 Perawatan Umum Post Partum

2.1.5.1 Perawatan Payudara

a. Pengertian Perawatan Payudara

Perawatan payudara telah dimulai sejak 8 bulan selama

wanita hamil supaya puting susu lemas. Tidak keras dan

kering.sebagai persiapan untuk menyususi bayi, sebaiknya

perawatan payudara dilakukan rutin agar tidak terjadi

pembengkakan akibat bendungan air susu ibu (ASI).

b. Tujuan Perawatan Payudara

1) Memelihara kebersihan payudara

2) Memperlancar atau memperbanyak produksi ASI

3) Mencegah payudara bengkak

c. Teknik-teknik perawatan payudara:

1) Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan

2) Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih

3) Libatkan keluarga selama prosedur

4) Rapihkan rambut ibu

5) Pasang handuk atau lilitkan handuk dibawah payudara ibu

sebagai pengalas

6) Bersihkan putting susu ibu menggunakan minyak kelapa


22

7) Minta ibu duduk dikursi dengan bantal ditaruh didepannya

sebagai penyangga dan posisi ibu menduduk

8) Siapkan gelas atau cakngkir yang telah dicuci dengan air

mendidih

9) Anjurkan ibu agar rileks

10) Masase bagian punggung ibu

Gambar 2.5
Cara Memijat Untuk Merangsang Oksitosin

Sumber: Rulina Suradi 2007

11) Lakukan kompres hangat dan dingin secara bergantian

diatas kedua payudara ibu

12) Pijat atau masase payudara dengan telapak tangan secara

bergantian

13) Ajarkan pada ibu untuk menekan daerah oareola kearah

dada dengan ibu jari dan telenjuk pada sisi areola yang

lain.
23

Gambar 2.6
Cara Menekan Daerah Areola

Sumber : Handy, 2010

14) Tampung ASI yang keluar kedalam gelas

15) Apabila ASI sudah keluar segera mungkin di tetekan pada

bayinya.

2.1.5.3 Nutrisi Ibu Post Partum

Adapun tujuan nutrisi dan cairan pada ibu nifas adalah sebagai

berikut:

a. Mengembalikan cairan yang hilang karena keringat yang

berlebihan

b. Mengganti sel-sel yang keluar pada proses melahirkan

c. Membantu proses penyembuhan

d. Membantu produksi ASI

2.1.5.4 Keluarga berencana

Menentukan perencanaan KB harus dilakukan jauh hari

sebelum kehamilan dan masa nifas menekankan perencanaan

penggunaan kontrasepsi yang tepat untuk mencegah kehamilan

yang terkendali.
24

2.1.5.5 Follow up

Enam minggu setelah persalinan ibu hendaknya

memeriksakan diri agar jika ada kelainan agar cepat ditangani.

2.2 Sectio Caesarea

2.2.1 Pengertian

Beberapa pengertian section caesarea menurut para ahli:

2.2.1.1 Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan bayi

berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang

masih utuh. (Abdul Bari Saifuddin, 2007 536).

2.2.1.2 Sectio caesarea adalah untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding Rahim. (Kapita Selekta Kedokteran

Jilid 1, 2005: 344)

2.2.1.3 Sectio caesarea adalah alernatif dari kelahiran vagina bila kedaan

ibu dan janin terganggu (Marylin Doengoes, 2005:399)

2.2.2 Jenis-jenis Operasi Sectio Caesarea

Menurut Wiknjasastro Hanifa, (2007:133)

2.1.2.1 Sectio Caesarea klaisik atau corforal (dengan insisi memanjang

pada korpus uteri) dilakukan dengan sayatan memanjang pada

korpus uteri ira-kira 10 cm.

2.1.2.2 Sectio Caesarea ismika atau profundal

Yaitu dengan melakukan sayatan atau insisi melintang

dari kiri kekanan dengan segmen bawah rahim dan diatas tulang

kemaluan kira-kira 10 cm.


25

2.2.3 Etiologi Sectio Caesarea

Menurut Puspa Swara, (2006:12-25)

2.2.3.1 Faktor Janin

a. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4000 gr tau lebih (baby giant)

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir.

b. Kelainan letak bayi

Ada dua kelainan letak janin dalam Rahim, yaitu letak

sungsang dan letak lintang.

c. Ancaman gawat janin (fetal distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalianan

memungkinkan dokter memutuskan untuk segaera

melakukan oprasi.

d. Janin abnormal misalnya hidrosepalus

2.2.3.2 Faktor Plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan

keadaan gawat darurat pada ibu dan janin sehingga harus

dilakukan persalinan dengan oprasi diantaranya :

a. Plasenta previa

b. Plasenta lepas (solution plasenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih

cepat dari dingding rahim sebelum waktunya.


26

c. Plasenta accereta

Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot

rahim.

d. Vasa previa

Keadaan pembuluh darah dibawah Rahim yang apabla

dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan banyak yang

membahayakan ibu.

1) Kelainan tali pusat

a) Prolapses tali pusat (tali pusat menumbung)

Yaitu keadaan penyembuhan sebagian atau seluruh tali

pusat.

b) Terlilit tali pusat

Dalam Rahim tali pusat ikut “berenang “bersama janin

dalam kantung ketuban.

2) Bayi kembar (Gemeli)

2.2.3.3 Faktor Ibu

a. Usia

b. Tulang punggung

c. Persalinan sebelumnya dengan operasi cesar

d. Paktor hambatan janin lahir

e. Kelainan kontaraksi jiwa

f. Ketuban pecah dini


27

2.2.4 Komplikasi

Menurut Hanif Wiknjasastro (2005: 870)

2.2.4.1 Pada Ibu

Infeksi ringan ditandai dengan kenaukan suhu selama

beberapa hari dalam masa nipas. Infeksi yang berat seperti

peritonitis, sepsis,pada daerah yang terkena infeksi. Infeksi Ini

bias terjadi karena partus lama dan ketuban pecah yang terlalu

lama.

2.2.4.2 Pada Anak

Seperti halnya dengan ibunya nasib anak yang dilahirkan

dengan section cesarean banyak tergantung dari keadaan yang

menjadi alas an untuk melakukan cesar. Menurut statistic

dinegara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal

yang baik ,kematianperinatal pasca section cesarean berkisar 4-

7%. (Hanif wiknjasastro,2005:870)

2.2.5 Perawatan Pada Post Operasi Section Cesarean

Perawatan post section cesarean menurut abdul ban saefuddin,

(2008:431-433)

Pada dasarnya perawat post sectio cesarean dilihat dari anastesi

saat akan dilakukan tindakan operasi, anastesi yang dilakukan dapat di

bagi menjadi 2 yaitu: anastesi umum dan anastesi supinal.


28

2.2.5.1 Perawatan post section cesarea dengan anastesi umum dan spinal

pada dasarnya sama, yang membedakan hanya pada mobilisasi,

minum dan makan

a. Perawaan post sc dengan anastesi umum

1) Mobilisasi

a) Klien pasca operasi dapat menggerakan kaki dan tangan

serta tubuhnya dapat dianjurkan miring kanan dan kiri

b) Setelah 24 jam pasca operasi klien boleh duduk di

tempat tidur, turun dari tempat tidur secara perlahan, dan

jalan-jalan disekitar tempat tidur.

2) Minum dan makan

Setelah platus dan bising usus (+) klien baru dibolehkan

makan dan minum

b. Perawatan post secarea denga anastesis spinal

1) Mobilisasi

a) Klien harus berbaring dan terlentang tanpa bantal selama

24 jam

b) Bila klien sudah sadar setelah 24 jam boleh duduk dan

boleh latihan jalan.

2) Minum dan makan

Pasca operasi cesarea klien sudah sadar dapat makan dan

minum secara bertahap.


29

2.2.5.3 Analgetik

Analgetik yang diberikan ialah

a. Supositoria : Ketopropen supp 2 x / 12 jam atau tramadol

b. Oral : Tramadol tiap 6 jam atau phynyl butazone atau

Paracetamol.

c. Inject : Cepotaxin

d. Parenteral : Metronidazole

2.2.5.6 Perawatan Luka

Perawatan luka dapat dilakukan umumnya pada hari ke 3

sebelum pulang dan seterusnya pasien dapat mengggantinya

setiap hari atau jika menggunakan perban anti air dapat

menggantinya 3 sampai 4 hari berikutnya.Luka dapat di berikan

salep betadine sedikit.

2.2.5.7 Perawatan Gabung

Pasien dapat dirawat gabung dengan bayinya dan

memberikan ASI dalam posisi tidur atau duduk.

2.2.5.8 Laboratorium

a. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ialah Hb dan Ht,

biasanya akan terdapat penurunan Hb 2 %

b. Bila Hb dibawah 8 %maka dibutuhka transfusi

2.2.5.9 Pengangkatan Kateter

a. Katerter di buka 12-24 jam pasca bedah, bila terdapat

hematuria maka pengangkatan dapat ditunda.


30

b. Kateter akan tetap dipertahankan bila:

1) Ruptura uteri

2) Partus lama

3) Edema perineal

4) Sepsis

5) Perdarahan

2.2.5.10 Memulangkan Pasien

a. Perawatan 3-4 hari kiranya cukup untuk pasien. Berikan

instruksi mengenai perawatan luka dan keterangan tertulis

mengenai teknik pembedahan.

b. Pasien diminta datang untuk tindak lanjut mengenai

perawatan luka 7 hari setelah pulang. Pasien dapat mandi

biasa setelah hari ke 5 dan mengeringkan luka dan merawat

luka seperti biasa.

c. Pasien diminta datang segera bila terdapat: perdarahan,

demam, dan nyeri perut berlebih.

2.3 Preeklamsi Berat (PEB)

2.3.1 Pengertian

Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi

proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat

terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Prawirohardjo,

2005).
31

2.3.1.1 Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,

bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu

hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai

konvulasi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukan tanda-

tanda kelaian vascular atau hipertensi sebelumnya (Muchtar,

1998).

2.3.1.2 Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau

segera setelah persalinan. (Mansjoer, Arif, 2001:270).

2.3.1.3 Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik dan

diastolic sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg.Jika

tekanan darah ibu trismester pertama diketahui, angka-angka

tersebut dipakai patokan dasar tekanan darah dasar ibu.

2.3.2 Etiologi

2.3.2.1 Riwayat preeklamsi seseorang yang mempunyai riwayat

preeklamsi atau riwayat keluarga dengan preeklamsi maka akan

meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia.

2.3.2.2 Primgravida karena pada primgravida pembentukan anti bodi

belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya

preeklamsia.

2.3.2.3 Kegemukan

2.3.2.4 Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita

yang mempunyai bayi kembar atau lebih.


32

2.3.2.5 Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat

penyakit tentu sebelumnya, memiliki resiko terjadinya

preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik,

diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti

reumatik.

2.3.3 Patofisiologi

Perubahan pokok yang terjadi pada preeclampsia adalah spasmus

pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsy

ginjal, Altchek dkk (1968) menemukan spasmus yang hebat pada

arteriola glomerulus.Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga

ditemukan diseluruh tubuh maka mudah dimengerti bahwa tekanan

darah yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan

tahanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.Kenaikan berat

badan dan oedema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebih

dalam ruang intersititas belum diketahui sebabnya. Telah diketahui

bahwa pada Preeklamsi dijumpai kadaraldosterone yang rendah dan

konsentrasi prolactin yang tinggi dari pada kehamilan normal.

Aldosterone penting untuk mempertahankan volume plasma dan

mengatur retensi air dan natrium.Pada preeklamsi permeabilitas

pembuluh darah terhadap protein meningkat.


33

2.3.4 Manifestasis Klinis

Diagnosa preeclampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari

tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebih bila terjadi

kenaikkan 1 kg seminggu beberapa kali.Edema terlihat sebagai

peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan

muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg yang diukur setelah pasien

beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada trimester kedua

yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai pre-eklampsia berat

bila ditemukan gejala berikut:

2.3.4.1 Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolic > 90 mmHg

2.3.4.2 Oliguria (<400 ml dalam 24 jam)

2.3.4.3 Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan

2.3.4.4 Nyeri epigastrium dan icterus

2.3.4.5 Edema paru dan sianosis

2.3.5 Komplikasi

Tergantung derajat preeclampsia atau eklampsianya, yang

termasuk komplikasi antara lain gagal ginjal, perdarahan otak, edema

paru, gagl jantung, hingga syok dan kematian.

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya

insufisensi unteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan

prematuritas.
34

2.3.6 Penatalaksanaan

2.3.6.1 Preeklampsi Ringan

Pada pasien rawat jalan, istirahat baring 2 jam siang dan

tidur > 8 jam malam hari. Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu

kemudian untuk menilai perkembangan kehamilan dan

kesejahteraan janin, apakah ada perburukan berat keluhan

subjektif, peningkatan berat badan berlebihan, kenaikan tekanan

darah, dan melakukan pemeriksaan penunjang lain sesuai

kebutuhan, terutama protein urine.

2.3.6.2 Preeklampsi Berat

Upaya pengobatan ditunjukan untuk mencegah kjang

memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan melahirkan

bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.

Preeklampsi berat dilakukan secara sectio caesarea salah

satu alternative yang dilakukan di bidang kedokteran dalam

proses persalinan, terutama bila terhadap komplikasi seperti

preeklampsia / eklamspsia dan masih banyak komplikasi lain

yang menyebabkan tindakan operasi section caesarea ini harus

dilakukan dalam menyelamatkan nyawa ibu dan janin yang

dikandungnya (Gondo, 2006).


35

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea

2.4.1 Pengkajian

Perawat melatih keterampilan perseptual observasional dengan

menggunakan penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman

(Marlylin E. Donges, 2006: 13)

2.4.1.1 Biodata

a. Identitas klien meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

agama, status marital, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,

diagnosa medis, dan alamat.

b. Identitas suami/penanggung jawab meliputi : Nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status marital,

hubungan dengan klien.

c. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama (keluhan saat dikaji)

2) Riwayat kesehatan sekarang (PQRST) keluhan waktu

datang ke rumah sakit

P = Provokatif/Paliatif

Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa

memperberat? Apa yang bisa mengurangi?

Q = Quality/Quantity

Bagaimana gejala dirasakan? Sejauh mana gejala

dirasakan

R = Regian/Radiasi

Dimana gejala dirasakan? Apakah menyebar?


36

S = Skala/Severity

Seberapakah tingkat keparahan dirasakan? Pada

skala berapa?

T = Time

Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala

dirasakan? Tiba-tiba atau bertahap? Seberapa

gejala dirasakan?

d. Riwayat Obstetri

e. Riwayat kehamilan meliputi : Jumlah kehamilan, jumlah

anak yang hidup, abortus, HPHT, umur kehamilan, taksiran

persalinan, imunisasi TT, PNC (prenatal care), masalah

kesehatan umum, penyulit kehamilan, riwayat kehamilan

yang lalu (usia kehamilan, tipe persalinan, penyulit : BB lahir

bayi, jenis kelahiran).

f. Riwayat persalinan : Tanggal persalinan, jumlah perdarahan,

perawatan dan pengobatan yang diberikan, penyulit

persalinan, jenis kelamin bayi, apgar score.

TABEL 2.1
APGAR SCORE

Tanda 0 1 2
Apprerance ( warna kulit ) Pucat Badan merah , Seluruh badan kemerah - merahan
ekstrmitas biru
Pulse rate ( frekuensi nadi ) Tidak Kurang dari 100x/ Lebih dari 100x/ menit
ada menit
Grimace (reaksi rangsangan) Tidak Sedikit gerakan Batuk, bersin
ada mimic
Activity (aktivitas) Tidak Ekstrimitas sedikit Gerakan aktif
ada fleksi
Respirator (usaha nafas) Tidak Lemah teratur/tidak Baik, menangis
ada teratur
Sumber : Mansjoer Arif, 2001 : 294
37

Keterangan: 0-3 : Asfiksia berat

4-7 : Asfiksia ringan

7-10 : Normal

g. Riwayat penggunaaan KB : Metode, waktu lama, masalah

alasan berhenti, metode KB yang akan digunakan.

h. Riwayat kesehatan masa lalu :

1) Pemeriksaan fisik

(a) Keadaan umum

(b) Tanda-tanda Vital

(c) Berat badan dan tinggi badan

(d) Kepala dan rambut distribusi dan warna rambut,

kebutuhan rambut dan tidak adanya benjolan.

(e) Mata : Bentuk simetris atau tidak dan gerakan mata,

konjungtiva, sklera, pupil (cembung/cekung), lingkar

hitam pada kelopak mata bawah.

(f) Hidung : Bentuk, ada tidaknya pernafasan, cuping

hidung, sekret dan perdarahan.

(g) Mulut : Kelembaban bibir, kelengkapan gigi, ada

tidaknya stomatitis.

(h) Telinga : Bentuk, ada tidaknya lessi, benjolan dan

nyeri tekan, fungsi pendengaran.

(i) Leher : Peningkatan vena jugolaris, pembesaran

kelenjar tiroid, fungsi menelan.


38

(j) Dada : Bentuk dan pergerakan dada. Payudara :

Bengkak atau tidak, warna arleola, puting susu

menonjol atau tidak, ada tidaknya benjolan,

kebersihan, kolostrum susu keluar atau belum.

(k) Abdomen dan fundus uteri : Ukuran tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus, bising usus, kaji fundus uteri.

Bentuk simetris, fundus uteri satu jari dibawah pusat,

terdapat luka jaitan kurang lebh 1cm.

(l) Ekstremitas atas dan bawah : Edema, nyeri, kaji

human’s sign in, reflek, pemasangan infus, parises,

ada tidaknya keterbatasan gerak.

(m) Kulit : Warna, kelembaban, turgor kulit.

(n) Genetalia dan rektum /anus : Kebersihan, lochea, ada

tidaknya hemoroid

(o) Pola aktivitas sehari-hari meliputi : Kebutuhan nutrisi,

istirahat dan tidur, kebutuhan eliminasi, kebutuhan

personal hygine.

2) Data spiritual

3) Data penunjang (pemeriksaan diagnostik dan

laboratorium)

4) Terapi (pengobatan)
39

2.4.2 Diagnosa Keperawatan Post Sectio Caesarea dengan Indikasi

Preeklampsia Berat (PEB)

Menurut Marlin E. Donges dan Mari Prances Moorguose

(2001:10). Diagnosa keperawatan yaitu penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah-masalah

kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar terhadap pemilihan intervensi

keperawatan yang mecapai hasil dimana perawat dapat bertanggung

gugat. Diagnosa keperawatan yang muncul pada post operasi section

caesaria adalah :

2.4.2.1 Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan

2.4.2.2 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan bertambahnya

anggota keluarga

2.4.2.3 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada

konsep dirii.

2.4.2.4 Resiko terhadap cidera berhubungan dengan efek-efek ansietas.

2.4.2.5 Defisit perwatan diri berhubunga dengan penurunan kekuatan,

ketahanan, dan kelemahan fisik.

2.4.2.6 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan atau kulit rusak.

2.4.2.7 Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

2.4.2.8 Harga diri rendah berhubungan dengan rasa gagal dalam

peristiwa kehidupan
40

2.4.2.9 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan

kurang pemajaan atau meningkat interpretetasi, tidak mengenal

sumber-sumber.

2.4.2.10 Perubahan eliminasi urin berhubungan trauma atau di post

mekanis efek-efek anastesi.

2.4.3 Perencanaan

Perencanaan menurut Marlyn E. Doenges (2001:18)

perencanaan adalah klien yang diharapkan bertumpu dari pernyataan

diagnostic dan didefinisikan sebagai hasil dari intervensi keperawatan

serta respon klien dan perawat maka dapat dicapai jalan periode

tertentu. Berdasarkan situasi dan sumber-sumber yang ada.

Pedoman perumusan rencana tujuan atau criteria hasil

(outcome) berdasarkan SMART

S : Specific sasaran harus jelas dan tidak ambigu

M : Measurable sasaran harus bisa teruktur

A : Achievable rencana yang di buat harus dapat di capai

R : Relevant rencana harus realistik sesuai dengan kondisi

T : Time - bournd : sasaran harus memiliki titik awal , titik akhir ,

rentang waktu

Perencanaan keperawatan bedasarkan diagnosa sesuai yang

mucul post secio caesar adalah :

2.4.3.1 Nyeri berhubungan dengan kontiunitas jaringan

a. Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi


41

b. Kreteria : Mengungkapkan kurang nya nyeri dan klien

tampak rileks mampu tidur dan istirahat dengan cepat

Tabel 2.2
Intervensi dan Rasional Diangnosa Keperawatan 1

No Intervensi Rasional
1 2 3
1. Mandiri
1. Tentukan karakteristik dan ketidak 1. Klien mumgkin tidak secara langsung
nyamanan perhatikan isyarat verbasl melaporkan ketidak nyamanan
seperti meringis dan gerakan membedakan karakteristik diri
melindungi atau terbatas membedakan nyeri pasca oprasi dari
terjadi nya komlikasi Misal nya (ileus,
retensii kandung kemih)
2. Berikan informasi dan petunjuk 2. Meningkatkan pemecahan masalah
antisipasi penyebab ketidaknyamanan membantu mengurangi masalah nyeri
dan intervensi yang tepat berkenaan dengan ansietas dan
kekuatan rasa cotrol
3. Evaluasi tekanan darah TD perhatikan 3. Pada kebanyakan klien, nyeri
perubahan prilaku ( mebedakan antara meneyebabkan kegelisahan serta TD
kegelisahan akibat kurang darah atau dan nadi meningkat dan analgetik
kelebihan nyeri ) dapat menutunkan TD
4. Perhatiakan nyeri tekan uterus adanya 4. Memungkinkan gerakan tidak terbatas
karakteristik nyeri penyerta post op kontraksi uterus kuat dan
teratur dan ini berlanjut selama 2 – 3
jam berikutnya meskipun frekuensi
dan intensitas di kurangi
5. Ubah posisi klien kurangi yang 5. Merileksasikan otot–otot dan
membayangkan dan memberikan mengalihkan perhatian dari sensasi
gosokan punggung anjurkan pengunaan nyeri meningkatkan kenyamanan dan
teknik pernafasan relaksasi dan menurunkan ditraksi tidak
distraksi anjurkan partisipasi pasangan menyenangkan
bila tepat
6. Anjurkan ambulasi dini, anjurkan 6. Menurunkan pembentukan gas
menghindari makanan cair dan bergas, peningkatan pristatik untuk
missal: kacang-kacangan, kol, menghilangkan ketidak nyamanan
minuman karbonat, minuman terlalu karena akumulasi gas yang sering
dingin atau hangat. memuncak pada hari ke tiga setelah
kelahiran caesar
7. Anjurkan pengunaan posisi rekumben 7. Memungkinkan gas meningkatkan dari
rateral kiri kolon desenden ke sigmoid
memudahkan pengeluaran
8. Anjurkan mengunakan bra penyokong 8. Mengangkat payudara kedalam dan
keatas, mengakibatkan posisi lebih
nyaman dan menurunkan kelelahan .
42

1 2 3
Kolaborasi
1. Berikan analgetik setiap 3 – 4 jam , 1. Berikan obat pada klien yang yang
berlanjut dari rute IV / intramaskuler menyusui 40 – 60 menit sebelum
sampai rute oral menyusi meningkatkan kenyamanan
yang memperbaiki satu fisiologi dan
meningkatkan mobilitas, penggunaan
obat yang bijaksana memungkinkan
ibu yang menikmati dalam
memberikan makna tanpa efek-efek
samping pada bayi.
2. Tinjau ulang atau pantau penggunaan 2. Analgesik yang di kontrol pasien
analgesic yang di kontrol pasien sesuai memberikan penghilangan nyeri cepat
indikasi tanpa efek samping
Sumber: Doengoes 2005

2.4.3.2 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota

Keluarga

a. Tujuan : Dapat menerima penambahan angota keluarga

b. Kriteria : Mengendong bayi bila kondisi ibu dan bayi

memungkinkan dan mendemostrasikan prilaku

kedekatan ikatan yang tepat

Tabel 2.3
Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 2

No Intervensi Rasional
1 2 3
2. Mandiri
1. Anjurkan klien untuk mengendong, 1. Jam pertama setelah kelahiran
menyentuh bayi, memeriksa bayi, memberikan kesempatan untuk ikatan
tergantung pada kondisi klien dan bayi keluarga terjadi karena ibu dan bayi
baru lahir , bantu sesuai kebutuhan secara emosianal menerima syarat satu
sama lain yang memulai kedekatan
dan proses pengetahuan
2. Berikan kesempatan untuk ayah/ 2. Membantu memudahkan ikatan/
pasangan untuk menyentuh mengendong kedekatan diantara ayah dan bayi.
bayi dalam perawatan bayi sesuai Memberikan kesempatan untuk ibu
kemungkinan situasi memvalidasi realitas situasi dan bayi
baru lahir pada waktu dimana prosedur
dan kebutuhan fisiknya mungkin
membatasi kemampuan interaksinya
3. Berikan kesempatan pada orang tua 3. Konflik tidak teratasi selama proses
untuk mengunkapkan perasaan– pengenalan awal orang tua bayi dapat
perasaan yang negatif diri mereka dan mempunyai efek – efek negatif jangka
bayi pada masa depan hubungan orang tua
anak.
43

1 2 3
4. Anjurkan dan bantu dalam menyusui 4. Kontak awal mempunyai efek positif
tergantung pilihan klien dan keyakinan / pada durasi menyusui kontak kulit
praktik budaya dengan kulit dan meningkatkan ikatan
5. Berikan informasi sesuai kebutuhan 5. Membantu pasangan utuk memproses
tentang keamanan dan kondisi bayi dan mengevaluasi informasi yang
diperlukan khususnya bila periode
penegluaran awal lebih lambat
6. Beritahu anggota sesuai kebutuhan 6. Ketidakadekuatan perilaku ikatan atau
tentang keamanan dan kondisi bayi, interaksi bayi memerlukan dukungan
dukung pasangan sesuai kebutuhan. evaluasi lanjut.
7. Siapkan untuk dukungan/evaluasi terus 7. Banyak pasangan mempunyai konflik
menerus setelah pulang misalnya tidak teratasi mengenai proses
pelayanan perawat berkunjung. pengendalian awal orang tua bayi
memerlukan pemecahan setelah
pulang.
Sumber : Doengoes 2005

2.4.3.3 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri

a. Tujuan : Ansietas berkurang

b. Kriteria : Mengunkapkan kesadaran akan perasaan ansietas dan

kelihatan rileks, dapat tidur.

Tabel 2.4
Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 3

No Intervensi Rasional
3. Mandiri
1. Dorong keberadaan partisipasi dari 1. Memberikan dukungan emosinal dapat
pasangan mendorong pengunkapan masalah
2. Tentukan tingkat ansietas klien dan 2. Kelahiran saesar mungkin di pandan
sumber dari masalah. Mendorong klien sebagai suatu kegagalan dalam hidup
untuk mengunkapkan kebutuhan dan oleh klien /pasangan dan hal tersebut
harapan yang tidak terpenuhi dapat memiliki dampak negative
dalam proses ikatan /menjadi orang
tua
3. Bantu klen atau pasangan dalam 3. Membantu menfasilitasi adaptasi yang
Mengidentifikasi mekanisme koping positif terhadap peran baru,
yang lazim dan perkembangan strategi mengurangi perasaan ansietas
koping baru bila di perlukan
4. Berikan informasi yang akurat tentang 4. Khayalan yang di sebabkan oleh
Keadaan klien atau bayi kurang nya informasi atau kesalah
pahaman dapat meningkatkan tingkat
ansietas
5. Mulai kontak antara klien / pasangan 5. Mengurangi ansietas yang mugkin
dengan bayi. Jika dibawa ke Neonatal berhubungan dengan penenangan bayi,
Care Unit (NICU) bentuk jalur takut terhadap suatu yang tidak di
komunikasi antara staf perawat dan ketahui dan menganggap hal yang
klien/pasangan buruk berkenan dengan keadaan bayi .
Sumber: Doengoes 2005
44

2.4.3.4 Resiko terhadap cidera berhubungan dengan efek efek ansietas

a. Tujuan : Cidera tidak terjadi

b. Kriteria : Mendemostrasikan perilaku untuk menurunkan

faktor–faktor resiko dan perlindungan dan bebas dari

infeksi

Tabel 2.5
Intervensi dan Rasional Diagnosa 4

No Intervensi Rasional
1 2 3
4. Mandiri
1. Tinjau ulang catatan prenatal 1. Adanya faktor resiko seperti kelelahan
internatal terhadap faktor –faktor disertai uterus berlebih, memungkinkan
mempredisposisikan klien pada klien lebih rentan terhadap komplikasi
komplikasi pasca oprasi
2. Pantau TD catat kulit dingin, basah, 2. TD yang tinggi dapat menandakan
nadi lemah dan halus, perubahan terjadi nya atau berlanjut nya hipertensi
prilaku
3. Infeksi balutan terhadap pendarahan 3. Luka daerah dengan drain tanpa
berlebih, catat tanggal drainase, membasahi balutan namun rembesan
beritahu dokter bila rembesan biasanya tidak terlihat
berlanjut
4. Anjurkan ambulasi dini dan latihan 4. Meningkatkan sirkulasi dan aliran baik
kecuali pada klien yang mendapatkan vena dan ekstermitas bawah
anastesi subaraknoid yan tepat, tidur menurunkan resiko pembentukan
datar selama 6 – 8 jam tanpa thorombus yang berkenan dengan statis
menggunakan bantal dan meninggikan
kepala
5. Infeksi insisi secara teratur, perhatikan 5. Peregangan berlebihan pada insisi atau
tanda pelambatan atau perubahann pelambatan penyembuhan dapat
penyembuhan (misalkan kurang menyebabkan klien cenderung terhadap
penyatuan) pemisahan jaringan dan kemungkinan
hemorong
6. Infeksi ektremitas bawah terhadap 6. Peregangan berlebihan terhadap insisi
tanda- tanda thromboplebitis misal atau perlambatan penyembuhan dapat
kemerahan, nyeri/nyeri tekan menyebabkan klien cenderung terhadap
pemisahan jaringan dan Kemungkinan
hemorogi
7. Anjurkan latihan kaki, pergelangan 7. meningkatkan aliran balik vena,
kaki dan ambulasi dini mencegah statis penumpukan
ekstrimitas bawah Menurunkan resiko
phlebitis.
Kolaborasi
1. Gantiakan kehilangan cairan 1. Rata-rata kehilangan darah biasanya
intravena sesuai progam 600 ml , tetapi oedema fisiologi
prenatal yang menghantarkan pasca
partum meningkatkan kebutuhan
terhadap penggantian volume besar.
45

1 2 3
2. Pantau Hb, Ht pasca operasi 2. Klien dengan Ht 33% atau lebih besar
bandingkan Saat pra reproduksi, peningkatan plasma berkenaan dengan
tromboembolisme profil darah kehamilan dapat mentoleransi
abnormal ( anemia) kehilangan darah actual sampai 1500
ml tanpa kesulitan
Sumber: Marliney E doenges 2005

2.4.3.5 Defisit perawatan diri brhubungan dengan kekuatan, keemahan,

kesehatan fisik

a. Tujuan : Pengungkapan ketidak mampuan berpatisipasi

dalam tingkat yang di inginkan

b. Kriteria :

1) Mendemostrasikan teknik – teknik untuk kebutuhan

perawatan diri

2) Mendefinisikan / menggunakan sumber – sumber yang

tersedia

Tabel 2.6
Intervensi dan Rasional Diagnosa 5

No Intervensi Rasional
1 2 3
5. Mandiri
1. Pastikan berat /durasi 1. Nyeri hebat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan, perhatikan adanya emosi prilaku sehingga klien mungkin
sakir kepala pasca operasi tidak mampu berfokus pada aktivitas
perawatan diri sampai kebutuhan
2. Kaji status psikologi klien 2. Pengalaman nyeri fisik mungkin di setai
dengan nyeri mental yang
mempengaruhi kegiatan klien dan
memotivasi untuk mendapatkan
atonomi
3. Tentukan tipe – tipe anastesi perhatikan 3. Klien yang menjalani ansietas spinal
Adanya perasaan atau protocol dapat diarahkan berbaring datar tanpa
mengenai Perubahan posisi batal untuk 6 – 8 jam setelah pemberian
anastesi
4. Ubah posisi klien setiap 1 – 2 jam bantu 4. Membatu mencegah komplikasi bedah
dalam latihan paru sambulasi dan seperti phebitis dan pneumonia
latihan kaki
5. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 5. Memperbaiki harga diri dan
dengan hygiane (misalnya : mandi , memperbaiki kesejahteraan
46

1 2 3
Gosok gigi perawatan perinatal )
6. Berikan pilihan jadwal misal : Mandi 6. Mengkaji beberapa anatomi meskipun
jarak selama ambulasi klien bergantung pada batuan
profesional
Kolaborasi

1. Berikan analgesik setiap 3–4 jam 1. Menurunkan ketidaknyamanan yang


sesuai kebutuhan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
melaksanakan perawatan diri.
2. Ubah jalur IV heparin pada posisi yang 2. Memungkinkan gerakan tidak terbatas
tepat pada ekstrimitas sehingga
memungkinkan klien berfungsi dengan
mandiri tanpa memperhatikan terapi IV
intervena terus menerus
Sumber: Marliney E Donges 2005

2.4.3.6 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan/kulit rusak

a. Tujuan : Infeksi tidak terjadi

b. Kriteria : Mendemostrasikan teknik – teknik untuk menurukan

resiko bebas dari infeksi, nyaman, tidak demam

Tabel 2.7
Intervensi dan Rasional Diagnosa 6

No Intervensi Rasional
1 2 3
6. Mandiri
1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci 1. Membantu mencegah atau
tangan dengan cepat dan pembuangan membatasi penyebab infeksi
pengalas kotoran pembuat parinel dan
linen terkontamiasi dengan cepat
2. Kaji status nutrisi klien perhatikan 2. Klien yang berat badan nya 20% di
penampilan rambut, kuku jari, kulit dan bawah berat normal atau anemia atau
sebagainya malnutrisi lebih rentan terhadap
infeksi pasca partum dan dapat
memerlukan diet khusus
3. Dorong masukan oral dan diet tinggi 3. Mencegah dehidrasi, menghasilkan
protein vitamin C dan zat besi volume sirkulasi dan Urine. Protein
dan vitamin C di perbolehkan untuk
pembentukan Kolagen: Zat besi
diperlukan untuk sintesis Hb
47

1 2 3
4. Insfeksi bautan abdominal terhadap 4. Balutan streril menutupi luka pada 24
eksudat/rembesan lepaskan balutan sesuai jam pertama kelahiran Caesarea
indikasi membantu melindungi luka dari
cidera atau kontaminasi.
Pengangkatan balutan
memungkinkan insisi mengering dan
meningkatkan penyembuhan.
5. Perhatikan catatan oprasi untuk 5. Lingkungan lembab merupakan
pengunaan Drain dan sifat dari insisi. media paling baik untuk
Bersihkan luka ganti Balutan jiga basah pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat
berpindah, melalui aliran kapiler
melalui balutan basah ke luka
6. Infeksi insisi terhadap proses 6. Tanda–tanda ini menandakan infeksi
penyembuhan perhatiakan kemerahan, luka biasanya disebabkan oleh
oedema, nyeri eksudat atau ganguan steptokokus, stapilokokus
penyautan
7. Kaji suhu nadi dan jumlah sel darah putih 7. Demam pasca operasi hari ke tiga
leukositosis dan takikardi
menunjukan infeksi, peningkatan
suhu tubuh sampai 38,3oC pada hari
ke dua dalam 10 hari pertama pasca
partum adalah bermakna
Kolaborasi
1. Lakukan pengunaan spirometer intensif. 1. Meningkatkan pernafasan maksimal
Berikan informasi sesuai kebutuhan terus menerus, mengembangkan
alveoli dan mencegah atelektasis
2. Beikan antibiotic khusus untuk proses 2. Perlu untuk mematikan organisme
infeksi yang teridentifikasi
Sumber: Marliney E Donges 2005

2.4.3.7 Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

a. Tujuan : Tidak terjadi konstipasi

b. Kriteria :

1) Mendemostrasikan kembali mobilitas usus dibuktiakn

kembali oleh bising usus dan keluarnya platus

2) Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya optimal dalam

4 hari pasca partum


48

Tabel 2.8
Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperwatan 7

No Intervensi Rasional
7. Mandiri
1. Usus pada keempat kuadran setiap 4jam 1. Menentukan kesiapan terhadap
setelah kelahiran Caesar pemebrian makan per oral dan
Kemungkinan terjadi komplikasi
misal nya Ileus
2. Palpasi abdomen perhatikan distensi 2. Menandakan pembentukan gas dan
atau ketidaknyamanan akumulasi atau kemungkinan ileus
paralitik
3. Anjurkan cairan oral yang adekuat 3. Makanan kasar (misal : buah – buahan
(misal 6 – 8 gelas perhari ) dan sayuran khususnya dengan kulit
dan bijinya) dan meningkatkan cairan
yang menghasilkan baik, merangsang
eliminasi mencegah kontipasi dan
defekasi.
Kolaborasi
1. Berikan analgetik 30 menit sebelum 1. Memudahkan kemampuan untuk
ambulasi ambulasi namun narkotik bila
digunakan dapat menurunkan aktivitas
usus.
2. Beriakn sabun hipertonik atau kecil 2. Meningkatkan evakuasi usus dan
untuk edema menghialangkan distensi karena gas
3. Berikan pelunak faces atau katarik 3. Melunakan faces, merangsang
ringan perisaltic dan mampu mengendalikan
fungsi usus

Sumber: Marliney E Dongoes 2005

2.4.3.8 Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa

kehidupan

a. Tujuan : Harga diri klien meningkat

b. Kriteria : Mengespresikan harga diri yang positif dan

mengunkapkan pemahaman mengenai individu yang

dapat mencetuskan situasi saat ini.


49

Tabel 2.9
Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 8

No Intervensi Rasional
8. Mandiri
1. Tentukan respon dan emosional klien 1. Kedua anggota pasangan mungkin
terhadap kehadiran bayi mengalami reaksi emosional negative
terhadap harga diri klien, membuat
klien merasa tidak adekuat dan setelah
gagal menjadi wanita
2. Tinjau ulang partisipasi klien/ pasangan 2. Repon terbuka dapat berkurang bila ibu
dan peran dalam pengalaman kelahiran dan ayah mampu saling berbagi akan
pengalaman kelahiran

3. Tekankan kemiripan antara kelahiran 3. Klien dapat mengubah presepsinya


caesar dan vagina sampaikan sikap tentang pengalaman kelahiran caesarea
positif terhadap kelahiran caesarea dan sebagaimana presepsinya tentang
perawatan partum setelah kelahiran kesehatan/penyakit berdasarkan sifat
vagina professional

Kolaborasi

1. Rujuk klien / pasangan untuk konseling 1. Klien dapat mampu mengatasi rasa
profesional bila masih maladatif. berduka atau perasaan negative
memerlukan keadaan lebih lanjut.
Sumber: Marliney E doengoes dan Marry Frances Foorhouse 2007:432

2.4.3.9 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) berhubungan dengan

kurang pemahaman/mengingat interpretetasi, tidak mengenal

sumber–sumber

a. Tujuan : Mengungkapkan masalah / konsep

b. Kriteria :

1) Mengunkapkan pengalaman tentang perubahan fisiologis,

kebutuhan – kebutuhan individu hasil yang di harapkan

2) Melakukan aktivitas prosedur yang perlu dengan benar dsn

penjelasan alasan untuk tindakan .


50

Tabel 2.10
Intervensi Rasional Diagnosa Keperawatan 9

No Intervensi Rasional
9. Mandiri
1. Kaji kesiapan dan motivasi 1. Periode pasca partum dapat menjadi
belajar. Bantu klien/pasangan positif bila kesempatan penyuluhan
dalam mengidentifikasi di berikan untuk membantu
kebutuhan–kebutuhan. mengembangkan pertumbuhan ibu,
maturasi, dan kompetensi, namun
klien membutuhkan untuk bergerak
dari fase “menahan” yang
penerimaan dan kesiapanya
ditingkatkan dan ia secara emosi
dan fisik siap untuk mempelajari
informasi baru untuk memudahkan
kekuasaan peran barunya
2. Tinjau ulang kebutuhan 2. Memudahkan otonomi membantu
kebutuhan-kebutuhan mencegah infeksi dan
perawatan diri (misal: perawatan meningkatkan pemulihan. Dengan
periniak perawatan insisi, hygian membalik pada posisinya dengan
berkemih) anjurkan pertisipasi menggunakan lengan untuk
dalam perawatan diri bila klien mengangkat dirinya pada posisi
mampu. duduk dan mendorong dengan
tangannya untuk mengangakat
bokong dari tempat tidur untuk
posisi berdiri. Klien dapat
mengurangi stress
3. Diskusikan progam latihan yang 3. Progam latihan progresif biasanya
tepat sesuai kebutuhan dapat dimulai bila
ketidaknyamanan abdomen
berkurang (ada kira–kira 3-4
minggu pasca partum) membantu
tonus otot–otot, menghasilkan
gambaran keseimbangan tubuh dan
meningkatkan perasaan
kesejahteraan umum
4. Demontrasikan teknik perawatan 4. Membantu orang tua dalam
bayi. penguasaan tugas – tugas baru
5. Tinjau ulang informasi berkenaan 5. Meningkatkan kemandirian dan
dengan pilihan tepat untuk pengalaman pemberian makan
memberi makan bayi (misal: optimal. Bila memberi makan
fisiologi menyusui, perubahan melalui botol, penting untuk
posisi, perawatan payudara dan memberi makan bayi secara
puting , diet) bergantian pada kanan dan kiri.
Sumber: Marliney E doengoes dan Marry Frances Moorhouse 2007:432
51

2.4.3.10 Perubahan urine berhubungan dengan efek–efek anastesi

a. Tujuan : Pola eliminasi kembali normal

b. Kriteria : Mendapatkan pola eliminasi yang bisa/optimal

setelah pengangkatan kateter dam pengosongan

kandung kemih pada setiap berkemih

Tabel 2.11
Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan 10

No Intervensi Rasional
10 Mandiri
1. Perhatikan dan catat jumlah, warna dan 1. Oliguria (keluaran kurang dari 30
konsentrasi drainase urine menit) mungki di sebabkan oleh
kehilangan cairan ketidak adekuatan
pegantian cairan
2. Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan 2. Aliran plasma ginjal yang meningkat
lokasi jumlah cairan locea 25 -509 selama periode prenatal,
tetap tinggi pada minggu peratama
pasca partum.
3. Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran 3. Adanya kateter mempredisposisikan
kemih, misal : warna keruh, bau busuk klien. Masuknya bakteri dari infeksi
frekuensi setelah pengankatan kateter saluran kemih
4. Perhatikan tanda gejala infeksi saluran 4. Perhatikan tanda gejala infeksi
kemih misal: warna keruh, bau busuk, saluran kemih, misal : warna keruh
frekuensi setelah pengangkatan kateter bau busuk, frekuensi setelah
pengankatan kateter
5. Perhatikan infuse intravena selama 24 jam 5. Perhatikan infuse intravena selama
setelah pembedahan sesuai indikasi. 24 jam setelah pembedahan
tingkatkan jumlah cairan infuse bila sesuai indikasi. Tigkatkan jumlah
pengeluaran 30 ml/jam atau kurang. cairan infuse bila pengeluaran
30 ml/jam atau kurang

Sumber: Marliney E. dongoes dan Marry Frances Moorhouse 2007:43

2.4.6 Implementasi

Menurut Nikamatur Rohman “proses keperawatan teori dan

aplikasi” (2009:93) impelementasi adalah realisasi rencana

tindakan utuk mencapai tujuan yang telah di tepatkan. Ada

bebebrapa keterampilan yang di butuhkan dalam hal ini. Pertama,

keterampilan kognitif, keterampilan mencakup pengetahuan

keperawatan yang menyeluruh. Kedua keterampilan interpersonal,


52

keterampiulan ini penting untuk tindakan keperawatan yang

efektif. Perawat harus berkomunikasi dengan jelas kepada klien,

keluarga dan anggota tim perawat kesehatan lainnya. Ketiga

keterampilan psikomotor, keterampilan psikomotor mencakup

kebutuhan langsung terhadap perawatan kepada klien, membantu

klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari–hari dan lainnya.

2.4.7 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan klien atau hasil yang diamati dengan tujuan dan

kriteria hasil yang dibuat pada saat perencanaan. Tujuan dari

evaluasi ini adalah :

2.4.7.1 Untuk mengakhiri rencana keperawatan

2.4.7.2 Memodifikasi rencana tindaka keperwatan

2.4.7.3 Meneruskan rncana tindakan keperawatan.

Adapun dua komponen untuk mengevaluasi kualitas

tindakan keperawatan menurut (Nikmatur Rohman

2009:95) yaitu:

a. Evaluasi proses (formatif )

1) Evaluasi yang di lakuakan setiap selesai tindakan

2) Berorientasi pada etiologi

3) Dilakuan secara terus menerus sampai tujuan yang

telah di tentukan tercapai


53

b. Evaluasi hasil ( sumatif )

1) Evaluasi yang di lakukan setelah akhir tindakan

keperawatan secara pari purna pada masalah

keperawatan

2) Menjelaskan keberhasilan atau tidak berhasil

3) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan sesuai

dengan kerangka waktu yang di tetapkan.

Evaluasi dapat di lakuakan dengan mengunakan

kemampuan SOP yaitu :

S : Respon subjectif klien terhadap tindakan

keperawatan telah dilaksanakan

O : Respon objectif klien terhadap tindakan

keperawatan telah di laksanakan

A : Analisis ulang terhadap data subjectif dan objectif

untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap

atau muncul masalah baru serta apakah ada data

yang kontra indikasi dengan masalah yang ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil

analisis terhadap respon klien berupa:

a. Rencana di modifikasi jiga masalah tetap

artinya semua tindakan sesuai dilaksanakan

tetapi hasilnya belum memuaskan.

b. Rencana di teruskan jika masalah tidak berubah


54

c. Rencana di batalkan jika di tenukan masalah

baru dan bertolak belakang dengan masalah

yang ada serta diagnosa pertama di batalkan,

dibuat diagnosa baru.

d. Rencana atau diagnosa selesai jika sudah

tercapai.

Anda mungkin juga menyukai