Pada tahun 1950-an shabu shabu banyak digunakan untuk keperluan medis.
Tetapi setelah diketahui berbahaya dan dapat digunakan untuk kejahatan, maka
sekarang penggunaan legalpun sangat ketat sekali.
DIAGNOSA
Amfetamine dapat disalahgunakan melalui cara inhaler, penyalahgunaan obat
yang tidak rutin (occasional abuse), penyalahgunaan obat yang kronik (chronic
oral abuse), penyalahgunaan melalui intravena (intravenous abuse).
Diagnosa biasanya berdasarkan :
Riwayat pengguna amfetamine dan gambaran klinik dari intoksikasi obat
Simpatomimetik.
Pemeriksaan spesifik
Amfetamine dapat dideteksi melalui urine dan cairan lambung.
Bagaimanapun kadar serum kuantitatif tidak berhubungan dengan beratnya
efek klinis. Amfetamin ditemukan sangat cepat setelah penggunaan dan
dieksresi hanya dalam beberapa hari. Toksisitas sangat kurang berhubungan
dengan kadar dalam serum. Dilaporkan pula bahwa untuk mendeteksi
penyalahgunaan amfetamine dapat diperiksa pada rambut manusia. Pada
keringat amfetamine dapat dideteksi segera setelah dikonsumsi. Saliva atau
air liur dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mendeteksi amfetamine.
Tetapi kadar obatnya jauh lebih rendah daripada dalam urine, biasanya dapat
digunakan pada keadaan toksik akut.
Pemeriksaan lain
Kadar elektrolit, glukosa, BUN dan kreatinin, COK, urinalisis, urine dipstick
test untuk memeriksa hemoglobin yang tersembunyi. EKG dan monitoring
EKG, serta CT scan.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap toksisitas dari amfetamine bertujuan untuk
menstabilisasi fungsi vital, mencegah absorbsi obat yang lebih lanjut,
mengeliminasi obat yang telah diabsorbsi, mengatasi gejala toksik spesifik yang
ditimbulkan dan disposisi. Toksisitas amfetamine kurang berhubungan dengan
kadar dalam serum, penatalaksanaan hanya berupa perawatan tidak spesifik
berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan.
1. Tindakan emergensi dan suportif
a. Mempertahankan fungsi pernafasan
- Terapi agitasi: Midazolam 0,05-0,1 mg/Kg IV perlahan-lahan atau 0,1 -
0,2 mg/kg IM; Diazepam 0,1-0,2 mg/kg IV perlahan-lahan; Haloperidol
0,1-0,2/kg IM atau IV perlahan-lahan.
- Terapi kejang: Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB IV; Phenitoin 15-20 mg/kg
BB infus dengan dosis 25-50 mg/menit; pancuronium dapat digunakan
bila kejang tidak teratasi terutama dengan komplikasi asidosis dan
atau rabdomiolisis
- Terapi coma : Awasi suhu, tanda vital dan EKG minimal selama 6 jam
b. Terapi spesifik dan antidotum, pada amfetamine tidak ada antidotum
khusus
c. Terapi hipertensi: phentolamine atau nitroprusside
d. Terapi takiaritmia: propanolol atau esmolol
e. Terapi hiperthermia: bila gejala ringan terapi dengan kompres dingin atau
sponging bila suhu lebih dari 40oC atau peningkatan suhu berlangsung
sangat cepat terapi lebih agresif dengan menggunakan selimut dingin
atau ice baths. Bila hal ini gagal dapat digunakan Dantrolene.
Trimethorfan 0,3-7 mg/menit IV melalui infus
f. Terapi hipertensi dengan bradikardi atau takikardi bila ringan biasanya
tidak memerlukan obat-obatan. Hipertensi berat (distolik > 120 mmHg)
dapat diberikan terapi infus nitroprusid atau obat-obat lain seperti
propanolol, diazoksid, khlorpromazine, nifedipin dan fentolamin.
g. Gejala psikosa akut sebaiknya diatasi dengan supportive environment dan
evaluasi cepat secara psikiatri. Gejala yang lebih berat dapat diberikan
sedatif dengan khlorpromazin atau haloperidol.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi dari saluran cerna setelah penggunaan amfetamine
tergantung pada jenis obat yang digunakan, jarak waktu sejak digunakan,
jumlah obat dan tingkat agitasi dari pasien.
Pada pasien yang mempunyai gejala toksik tetapi keadaan sadar berikan
arang aktif 30-100 gr pada dewasa dan pada anak-anak 1-2 gr/kg BB diikuti
atau ditambah dengan pemberian katartik seperti sorbitol.
Bila pasien koma lakukan kumbah lambung dengan menggunakan naso atau
orogastric tube diikuti dengan pemberian arang aktif.
Referensi
1. Nelia P. Cortes – Maramba Cs, Algorithms Of Common Poisonings Part 1,
Second EditionNational Poison Control and Informations Services,
Philippine, 1998.
2. Olson, K.R, Poisoning and Drug Overdoses, Fifth Edition, Mc Graw Hill
Lange, 2007.
3. http://nsws.multiply.com/journal/item/3 (Juni 2010)
4. http://marami.dagdigdug.com/index.php/archives/20 (diunduh Mei 2010)
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1980/3/bedah-
iskandar%20japardi8.pdf.txt ( diunduh Juni 2010)
6. http://narkobaku.tripod.com/jenis_narkotika.htm (diunduh Mei 2010)