Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

D USIA 66 TAHUN
DENGAN HIPERTENSI DI PANTI WREDAH KARITAS CIMAHI
BANDUNG TAHUN 2019

OLEH :
WAWAN GUNAWAN
4118135

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya dengan segala
kemampuan dan kesungguhan yang ada serta berkat bantuan dari berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan di Panti Wreda karitas yang berjudul “
Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Tn. D. Adapun tujuan dari penulisan laporan
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di bidang
keperawatan, Amin ya Rabbal Alamin.

Bandung, Juli 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial scara bertahap (Lilik Ma’rifatul azizah, 2011).
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia,
maka dapat diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat
pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan
mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih
penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan
penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa
muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan bertambahnya
usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit menurun sedangkan
tekanan sistolik akan terus meningkat.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena
prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang,
juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan
kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda
akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang
mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. (Bahrianwar,
2009)
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu
pada batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi
penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes
yaitu pada batas tekanan darah normal 139/89 mmHg). Selanjutnya akan
diestimasi akan meningkat menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada
tahun 2025. (Zamhir, 2006).
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi,
pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu
mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan
secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia dianggap tidak selalu perlu
diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk diturunkan. Memang teori ini didukung
oleh observasi yang menunjukkan turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada
jangka pendeknya oleh perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi
akhir-akhir ini dari penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat
antihipertensi pada lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia
merupakan risiko yang paling penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler,
strok dan penyakit ginjal. Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa
pengobatan hipertensi pada lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi
2) Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan
penyakit hipertensi yang meliputi pengkajian sampai intervensi dan
rasionalisasi.

C. Manfaat Penulisan
. 1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dalam melakukan menyusun dan menatalaksaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.
2. Bagi Klien
Menambah pengetahuan dan meningkatan derajat kesehatan pada klien
dengan hipertensi.
3. Bagi Institusi
Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara untuk
mengevaluasi materi ang telah diberikan kepada mahasiswa.

D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi makalah ini dengan 5 BAB ang terdiri dari :
1. BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang tujuan penulisan, manfaat penulisan,
sistematika penulisan.
2. BAB II Konsep dasar teori
Berisi tentang konsep medic yang terdiri dari definisi, klasifikasi etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
dan konsep keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
intervensi.
3. BAB III Tinjauan Kasus
Terdiri dari resume keperawatan dan pembahasannya.
4. BAB IV Pembahasan
Terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
5. BAB V Penutup
Terdiri dari 2 tahapan yaitu kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi hipertensi
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg
atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan
Tekanan sistolik
Tingkat diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 atau lebih 120 atau lebih Dirawat RS

2. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain

3. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d. Kebiasaan hidup kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
 Kegemukan atau makan berlebihan.
 Stress.
 Merokok.
 Minum alcohol.
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
B. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
C. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
D. Kalsium serum
ingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.

E. Kolesterol dan trigliserid serum


Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
F. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
G. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
H. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
I. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
J. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
K. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi

7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
3) Penurunan berat badan.
4) Penurunan asupan etanol.
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu:
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan.
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks.

3) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION
AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3
jenis lain
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
 Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
 Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
 Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
d. Integritas ego
 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
 Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
 Mual, muntah.
 Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).

f. Nyeri atau ketidak nyamanan :


 Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
 Nyeri hilang timbul pada tungkai.
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
 Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori :
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
Tujuan Kriteria Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2X24 jam,
diharapkan nyeri dapat berkurang.
Intervensi :
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

Diagnosa II: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.
Intervensi
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20
kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata
selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada: kelemahan
dan keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. RESUME KEPERAWATAN
1. Identitas data
Nama : Tn. D
Umur : 66 tahun
Alamat : Jln, Sudirman, Bandung
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk panti werda : 16 september 2017
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku : Cainis
Agama : Kristen
Status perkawinan : Kawin
Tanggal pengkajian : 16 Juli 2019
2. Status kesehatan saat ini
Tn. D mengatakan sering merasakan pusing sampai ke leher.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Tn. D mengatakan sebelumnya pernah mengalami hipertensi
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. D mengatakan tidak ada anggota keluargan menderita penyakit tekanan
darah tinggi
5. Tinjauan system
a. Keadaan umum
Keadaan Tn. D tampak sedikit lemah.
b. Tanda- tanda vital
Td : 160/90 mmhg N : 80x/i
S : 36,6oc Rr : 20x/i

c. Kepala, wajah, mata, leher


 Kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut beruban
 Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
 Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening
 Hidung tampak simetris, tidak tampak ada cairan berlebih
d. System pernafasan
Bentuk thorax normal, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal
premitus merata di semua lapang paru, perkusi terdengar sonor, auskultasi
terdengar vesicular
e. Sistem kardiovaskuler
Auskultasi tidak terdengar murmur
f. Sistem urinaria Tn. D BAK 6-7 kali sehari, tidak sakit saat BAK dan
lancar.
g. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki Tn. D tampak sejajar dan sama besar dan panjang. Tidak
tampak adanya kifosis dan scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik,
kekuatan otot tangan baik.
h. Sistem syaraf pusat
 Nervus I (Olfactorius) : Tn. D dapat membedakan bau dari minyak
kayu putih dan minyak wangi/parfum.
 Nervus II (Opticus) : Tn. D sudah tidak dapat melihat jauh tulisan dan
benda-benda yang kecil tanpa bantuan kacamata.
 Nervus III, IV, V (Oculomotoris, Trochlearis, Abdusen)
 Nervus V (Trigeminus) : Sensasi sensorik kulit wajah klien baik, dapat
merasakan goresan kapas pada pipi kanan.
 Nervus VII (Facialis) : dapat, menggerakan alis dan mengerutkan dahi
 Nervus VIII (Vestibulococlear) : Fungsi keseimbangan baik
 Nervus IX, X (Glasopharingeus, Vagus) : Reflek menelan baik
 Nervus XI (Accesorius) : dapat menggerakkan kedua bahunya dan
menggerakkan kepalanya
 Nervus XII : dapat berbicara dengan jelas dan lidah berfungsi baik

6. Teknik Pengkajian Emosi


A. PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami sukar tidur ? ya
 Apakah klien sering merasa gelisah ? tidak
 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? ya
 Apakah klien sering was was atau kuatir ? ya
B. PERTANYAAN TAHAP 2
 Keluhan lebih dari bulan atau lebih dari 11 kali dalam 1 bulan ? ya
 Ada masalah atau banyak fikiran ? ya
 Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ? tidak
 Menggunakan obat tidur atas anjuran dokter ? tidak
 Cenderung mengurung diri ? tidak

MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)


7. Teknik pengkajian spiritual
 Agama : kristen
 Kegiatan keagamaan : Ibadah
 Harapan klien yang berhubungan dengan kematian : klien berharap ketika
meninggal di kembalikan sama keluarga
8. Teknik pengkajian fungsional
KATZ Indeks :
A. Bila klien mandiri dalam makan, kontinensia (BAK.BAB), menggunakan
pakaian, pergi ketoilet, berpindah dan mandi
9. Teknik pengkajian tingkat kemandirian klien; Barthel Indeks :
c. 130 : mandiri
10. Teknik pengkajian status mental
benar Salah No Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini ?

 2 Hari apa hari ini ?


 3 Apa nama tempat ini ?

 4 Dimana alamat anda ?

 5 Berapa umur anda ?

 6 Kapan anda lahir ?

 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

 8 Siapa presiden Indonesia sebeluumnya ?

 9 Siapa nama ibu anda ?

 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan dari setiap angka


baru, semua secara menurun
Ƹ= Fungsi intelektual utuh

11. Teknik pengkajian aspek kognitif pada fungsi mental dengan menggunakan
MMSE
N Aspek Nilai Nilai klien Criteria
O kognitif maks
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan yang benar:
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
Orientasi 4 4 Dimana kita sekarang berada ?
 Negara
 Provinsi
 Kota
 PSTW
 Wisma
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek ( oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mnegatakan
masing-masing objek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi
 Objek : pantai
 Objek :

3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk mulai dari angka 100
dan kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk menyebutkan kembali
ketiga obyek no 2 ( registrasi ). Bila
benar satu point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 9 Tunjukan satu benda dan tanyakan
namanya pada klien :
 Jam
 Pen
 Kertas
Minta klien untuk mengulang kata
berikut: “ tak ada jika, dan, atau, tetapi.”
( dapat diganti dengan bahasa daerah
klien ), bila benar nilai satu point
 benar 2 kata tak ada, tetapi
Minta klien untuk mengikuti tiga
langkah perintah berikut;
 ambil kertas dan pegang
 lipat dua
 letakkan di atas meja
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut ( bila benar dapat nilai 1 point;
 “ tutup mata “
 tuliskan satu kalimat
……………………
salin gambar
Total nilai 30 aspek goknitif fungsi mental baik

Interpretasi hasil:
> 23 : aspek goknitif fungsi mental baik
18 –22: kerusakan aspek fungsi mental ringan
< 17 : kerusakan aspek fungsi mental berat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral
.

INTERVENSI KEPERWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Setelah di lakukan  Mempertahan  Meminimalkan
nyaman/nyeri tindakan kan tirah stimulus/
beruhubungan keperawatan 1x24 baring selama meningkatkan
dengan peningkatan jam lansia fase akut. relaksasi.
 Berikan  Tindakan yang
tekanan vascular mengatakan nyeri
tindakan menurunkan
serebral berkurang dan
nonfarmakolo tekanan vaskular
Ds : terkontrol
gi untuk serebaral dan
- Klien mengatakan Dengan criteria
menghilangka yang
nyeri kepala sampai hasil :
n sakit kepala, memperlambat/
ke leher Skala nyeri
mis: kompres memblok respons
- Klien mengatakan normal
dingin pada simpatis efektif
sering pusing apabila Klien tampak
dahi, pijat dalam
bangun tidur tenang
punggung dan menghilangkan
Do : TTV normal
leher, teknik sakit kepala dan
- Skala nyeri 4 - TD : 120/80
relaksasi komplikasiny
- Karakteristik - S : 36,0 C
hilang timbul - RR : 20 x/menit (panduan  Aktivitas yang
- Klien tampak - N : 80x/menit imajinasi, meningkatkan
memegangi leher distraksi) dan vasokontriksi
bagian belakang aktivitas menyebabkan
Nadi :80x/mnt waktu sakit kepala pada
Suhu :36,6°c senggang. adanya
 Hilangkan/
RR :20x/mnt peningkatan
minimalkan
TD : 150/90 mmhg tekanan vaskular
aktivitas
serebral.
vasokontriksi  Pusing dan
yang dapat peningkatan
meningkatkan kabur sering
sakit kepala, berhubungan
mis: mengejan dengan sakit
saat BAB, kepala. Pasien
batuk panjang, juga dapat
membungku. mengalami
 Bantu pasien
episode hipotensi
dalam
postural
ambulasi  Meningkatkan ke
sesuai nyamanan umum.
 Menurunkan/
kebutuhan.
 Berikan mengontrol nyeri
cairan, dan menurunkan
makanan Menyebutkan
lunak, parameter
perawatan membantu dalam
mulut yang mengkaji respons
teratur bila fisiologi terhadap
terjadi stres aktivitas
perdarahan dan; bila ada
hidung atau merupakan
kompres telah indikator dari
dilakukan kelebihan kerja
untuk yang berkaitan
menghentikan dengan tingkat
perdarahan. aktivitas.
 Berikan sesuai
indikasi : obat
analgesik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal No. Implementasi Respon Paraf
Dx
18 Juli 2019  Mengajarkan dan  Klien mengerti tentang
08.00 menganjurkan teknik apa yang di ajarkan
 Klien mengatakan
manajemen nyeri
skala nyeri dan lokasi
Dengan menarik nafas
nyeri pada bagian
melaui hidung sambil
kepala
menyebutkan dalam hati.
 Klien tampak rileks dan
 Mengobservasi skla
mengatakan nyeri
nyeri dan lokasi nyeri.
 Melakukan pijatan berkurang
 Klien merasa nyaman
masase yang lembut.
 Klien menganggukan
 Menganjurkan klien
kepala dan mengatakan
untuk istirahat tanpa
iya.
bantal.
 Klien menggunakan
 Mengajarkan klien untuk
waktunya untuk
banyak istirahat.
 Memberikan dorongan istirahat.
 Klien menggunakan
untuk melakukan
alat bantu sementara
aktivitas.
 Mengukur tanda-tanda untuk melakukan
vital aktiviats.
 TTV normal
-
- TD : 140/60
- S : 36,5 C
- RR : 27 x/menit
- N : 120x/menit

Evaluasi Keperawatan
No tanggal No. Evaluasi Paraf
diagnosa
20 Juli Ds: Klien mengatakan nyeri kepala
2019 berkurang
10.00 Do :skala nyeri berkurang ( 2)
wib 4. TTV normal
- TD : 130/800
- S : 36,5 C
- RR : 20 x/menit
- N : 80x/menit
Masalah teratasi sebagian
Intervensi dilanjutkan
klien mengatakan dapat melakukan
aktivitas seperti biasa
O : - Sebagian aktivitas klien lansia
dibantu
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan
Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar
akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus
dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur
hidup (Brunner and Suddart , 2002).
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.D dengan
Hipertensi. maka pada Bab ini penulis membahas tentang hal-hal yang
menghambat & mendukung terlaksananya proses perawatan & kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus .
Pembahasan dilakukan sesuai dengan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, perncanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.
4.1. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan
pengkajian secara head tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem.
Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien, peran keluarga klien lebih
dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam
memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa,
disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik
4.2. Perumusan Diagnosa
Diagnosa yang ditemukan oleh penulis pada tinjauan teoritis adalah :
1. Gangguan rasa nyaman/nyeri beruhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral
Kriteria evaluasi :
 Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol.
 Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
4.3. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukukan
penulis berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah didapat penulis
membuat beberapa perencanaan yaitu:
a. Memberikan dukungan dan support kepada lansia
b. Mengatur posisi yang nyaman untuk
c. Observasi TTV
d. Mengukur skala nyeri
4.4. Pelaksanaan
Didalam pelaksanaan, penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan yang telah direncanakan, yaitu:
a. Mengatur posisi lansia
b. Memantau skala nyeri dan TTV
4.5. Evaluasi
Dalam asuhan keperawatan dapat di evaluasi, penulis menemukan
hasil dan dapat melewati proses dengan baik yaitu:
a. klien dapat relaksasi terhadap nyeri
b. klien tampak tampak tenang

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn.D di Panti Wrda
karitas , maka penulis menarik kesimpulan yaitu :
1. Masalah yang sering timbul sesuai dengan apa yang dikaji yaitu rasa nyeri
yang dialami
2. Perencanaan & pelaksanaan berjalan dengan baik karena adanya kerjasama
yang baik antara petugas kesehatan pasien tersebut
3. Evaluasi dari perencanaan & pelaksanaan adalah baik sesuai dengan yang
diharapkan
B. Saran
 Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang
menuju ke arah berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam
berlebih, hindari stress, jangan banyak pikiran, dan olah raga teratur.
Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat.
 Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi
peningakat status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada
terhadap resiko pada keluarga klien sendiri

Anda mungkin juga menyukai