Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN CARSINOMA COLON

a. Anatomi dan Fisiologi


Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Kolon yng
membentuk sebagian usus besar tidak bergelung seperti usus halus dan
terdiri dari tiga bagain besar yaitu kolon asendens, kolon tranversum dan
kolon desenden (Sherwood, 2011). Bagian kanan kolon transversum didarahi
oleh cabang arteri mesenterika superior yaitu arteri ileokolika, arteri kolika
dekstra, dan arteri kolika media. Sedangkan kolon transversum bagian kiri,
kolon desendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum didarahi oleh
a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis
superior. Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus
splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut parasimpatis yang berasal
dari n.vagus. Oleh karena distribusi persarafan usus tengah dan usus
belakang sehingga nyeri alih pada kedua bagian kolon kiri dan kanan akan
berbeda.

Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, eksresi mukus,
serta menyimpan feses dan kemudian mendorongnya keluar. Sebagian besar
pencernaan dan penyerapan telah dilakukan usus halus maka isi yang
dialirkan ke kolon hanya residu pendernaan yang tidak tercerna (misal
selulosa), komponen empedu yang tidak diserap serta cairan (Sherwood,
2011). Kolon menerima 700-1000 ml cairan usus halus namun hanya 150-200
ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya.

Large Intestine
Transverse colon

Ascending colon
Descending
Small intestine colon
Ileocecal valve
Caecum
Appendix
Sigmoid colon
Rectum External anal sphincter
Internal anal sphincter
Anus Anal canal
b. Definisi, Etiologi dan Faktor Risiko
Kanker adalah proses pernyakit ang bermula ketika sel abnormal diubah oleh
mutasi genetik dari DNA seluler. Kanker kolon adalah kanker yang berasal
dalam permukaan usus besar (kolon) atau rektum/rektal, umumnya kanker
kolon berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas terdapat adenoma atau
berbentuk polip Distribusi kanker pada kolon adalah 20% terdapat di
sepanjang kolon asenden, 10% di kolon transversum, 15% di kolon desenden,
dan 50 % di rektosigmoideus.

Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti, tetapi factor
resiko tinggi telah teridentifikasi, termasuk usia lebih dari 40 tahun, darah
dalam feses, riwayat polip rectal atau polip colon, adanya polip adematosa
atau adenoma villus, riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga (100%),
riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif selama 20 th (50%), diet
tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker ini mungkin juga berhubungan dengan residu rendah, diet tinggi lemak
dan makanan yang asupan buah dan sayurnya tidak adekuat (Black & Hawks,
2014). Dua jenis kanker kolon herediter disebabkan oleh mutasi genetik.
Orang dengan HNPCC (hereditary nonpolyposis colorectal cancer)
menunjukan predisposisi kanker kanker kolon 90% dengan onset tipikal pada
usia 40n (Black & Hawks, 2014). Risiko kanker meningkat tajam pada usia
setelah 50 tahun, serta sangat sering terjadi pada orang dengan riwayat
kanker payudara, ovariium dan endometrium.

c. Patofisiologi
Umumnya tumor kolon adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip
adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat,
sebagian besar tumbuh dalam waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi
ganas. Ketika polip membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai
menginvasi dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan
besar, serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus
kiri bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai
darah (Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar kedalam lapisan
lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang berdekatan. Kanker
kolon menyebar dengan perluasan langsung ke sekeliling permukaan usus,
submukosa, dan dinding luar usus. Struktur yang berdekatan, seperti hepar,
kurvatura mayor lambung, duodenum, usus halus, pankreas, limpa, saluran
genitourinary, dan dinding abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan.
Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering berasal dari penyebaran
tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah
dikenai namun kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor
primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke
area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal.
“Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila
tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan (Black
& Hawks, 2014).

Polip adenoma

Polip maligna

Menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya

Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian
tubuh yang lain
Penyebaran kanker kolon dapat melalui 3 cara, yaitu penyebaran secara
langsung ke organ terdekat, melalui sistem limpatikus dan hematogen, serta
melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan rektum
mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding
dan meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran
perkontinuitatum menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya
ureter, buli-buli, uterus, vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke
kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta. Penyebaran hematogen
terutama ke hati. Penyebaran peritoneal mengakibatkan peritonitis
karsinomatosa dengan atau tanpa asites.
Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan
20–30 % terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997).
Kanker kolon terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
sebanyak 95%. Tumor pada kolon asenden lebih banyak ditemukan
daripada pada transversum (dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna
menyebar dengan cara (Black & Hawks, 2014):
1. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung
misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara
langsung juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ reproduksi.
2. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa
mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.
3. Tertanam ke rongga abdomen.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon secara umum (Black & Hawks, 2014):
1. Perdarahan rektum 6. Kehilangan berat badan
2. Perubahan pola BAB 7. Anorexia
3. Tenesmus 8. Mual dan muntah
4. Obstruksi intestinal 9. Anemia
5. Nyeri abdomen 10. Massa palpasi

Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon yang terkena kaeganasan


Colon Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid
 Nyeri dangkal abdomen.  Obstruksi (nyeri  Evakuasi feses yang
 anemia abdomen dan kram, tidak lengkap
 melena (feses hitam, seperti penipisan feses, setelah defekasi.
ter) konstipasi dan distensi )  Konstipasi dan diare
 dyspepsia  Adanya darah segar bergantian.
 nyeri di atas umbilicus dalam feses.  Feses berdarah.
 anorexia, nausea, vomiting  Tenesmus  Perubahan
 rasa tidak nyaman diperut  Perdarahan rektal kebiasaan defekasi.
kanan bawah  Perubahan pola BAB  Perubahan BB
 teraba massa saat palpasi  Obstruksi intestine
 Penurunan BB
Klasifikasi Dan Stadium Kanker Rektal

Duke (Black & Hawks, 2014)


Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.

Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau
ketiga (submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum
tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke A).

Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dinding usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar
pada kelenjar getah bening (Duke B).

Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum
pada organ tubuh lainnya (Duke C).

Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D).
Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Stadium T N M Duke
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
II A T3 N0 M0 B
II B T4 N0 M0
III A T1-T2 N1 M0 C
III B T3-T4 N1 M0
III C Any T N2 M0
IV Any T Any N M1 D
(Black & Hawks, 2014)
Keterangan
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi
pada lamina propria
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam
subserosa atau ke dalam jaringan sekitar kolon atau rektum tapi
belum mengenai peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan
perforasi
peritoneum viseral.

N : Kelenjar getah bening regional/node


Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening
regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah
bening
M : Metastasis
Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
M0 : Tidak terdapat metastasis
M1 : Terdapat metastasis

f. Penatalaksanaan Kanker Kolon


1. Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup
bermakna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan
tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan.
Pengobatan medis untuk kanker kolon paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain
pengobatan bedah yang mencakup kemoterapi, terapi radiasi, dan
imunoterapi.
 Terapi radiasi: sering digunakan sebelum pembedahan untuk
menurunkan ukuran tumor dan membuat mudah untuk direseksi.
Intervensi lokal pada area tumor setelah pembedahan termasuk
implantasi isotop radioaktif ke dalam area tumor. Isotop yang
digunakan termasuk radium, sesium, dan kobalt. Iridium digunakan
pada rektum.
 Kemoterapi: kemoterapi dilakukan untuk menurunkan metastasis dan
mengontrol manifestasi yang timbul. Kemoterapi adalah penggunaan
obat-obatan (5-flourauracil (5-FU)) untuk membunuh sel-sel kanker.
Ia adalah suatu terapi sistemik, yang berarti bahwa pengobatan
berjalan melalui seluruh tubuh untuk menghancurkan sel-sel kaker.
Setelah operasi kanker usus besar, beberapa pasien mungkin
mengandung microscopic metastasis (foci yang kecil dari sel-sel
kanker yang tidak dapat dideteksi). Kemoterapi diberikan segera
setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel mikroskopik (adjuvant
chemotherapy).
2. Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolon.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan, sebagai berikut:

a. Pada tumor sekum dan kolon asenden


Dilakukan hemikolektomi kanan,
lalu anastomosis ujung ke ujung.
Pada tumor di fleksura hepatika
dilakukan juga hemikolektomi,
yang terdiri dari reseksi
bagian kolon yang diperdarahi
oleh arteri iliokolika, arteri kolika
kanan, arteri kolika media
termasuk kelenjar limfe
dipangkal arteri mesentrika
superior.

b. Pada tumor transversum

Dilakukan reseksi kolon


transversum (transvesektomi)
kemudian dilakukan anastomosis
ujung ke ujung. Kedua fleksura
hepatika dan mesentrium daerah
arteria kolika media termasuk
kelenjar limfe.

c. Pada Ca Colon desenden dan fleksura lienalis


Dilakukan hemikolektomi kiri
yang meliputi daerah arteri kolika
kiri dengan kelenjar limfe sampai
dengan di pangkal arteri
mesentrika inferior.

d. Tumor rektum
Pada tumor rectum 1/3 proximal
dilakukan reseksi anterior tinggi
(12-18 cm dari garis anokutan)
dengan atau tanpa stapler. Pada
tumor rectum 1/3 tengah
dilakukan reseksi dengan
mempertahankan spingter anus,
sedangkan pada tumor 1/3 distal
dilakukan reseksi bagian distal
sigmoid, rektosigmoid, rektum
melalui abdominal perineal
(Abdomino Perineal
Resection/APR), kemudian dibuat
end colostomy. Reseksi
abdoperineal dengan kel.
retroperitoneal menurut geenu-
mies. Alat stapler untuk membuat
anastomisis di dalam panggul
antara ujung rektum yang pendek
dan kolon dengan
mempertahankan anus dan untuk
menghindari anus
pneternaturalis. Reseksi anterior
rendah (Low Anterior
Resection/LAR) pada rektum
dilakukan melalui laparatomi
dengan menggunakan alat
stapler untuk membuat
anastomisis kolon/koloanal
rendah.

e. Tumor sigmoid
Dilakukan reseksi sigmoid
termasuk kelenjar di pangkal
arteri mesentrika inferior.

Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru


dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat
keputusan di kolon; massa tumor kemudian di eksisi.

Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan


buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.
Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya.
Kolostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy
sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang
dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut
terfixir retroperitoneal. Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu
merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa
merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak
biasanya bersifat sementara.
f. Pengkajian
 Aktifitas/Istirahat
Gejala:
- Kelemahan dan atau keletihan
- Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam
hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas, berkeringat malam.
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stress tinggi.
 Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Tanda: perubahan pada tekanan darah.
 Intregritas Ego
Gejala:
- Faktor stress dan cara mengatasi stress.
- Masalah tentang perubahan dalam penampilan.
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
 Eliminasi
Warna, bau, konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus;
riwayat penyakit inflamasi kronis atau polip rektal, darah dalam feses
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, seperti darah pada feses, nyeri saat
defekasi.
- Perubahan eliminasi urin
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
 Makanan/Cairan
Kebiasaan diit, masukan lemak dan atau serat, penurunan BB, konsumsi
alkohol, bising usus, nyeri tekan, distensi dan massa padat.
Gejala:
- Kebiasaan diet buruk, seperti rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet.
- Anoreksia, mual/muntah.
- Intoleransi makanan
- Perubahan berat badan; penurunan berat badan secara drastis,
kaheksia, berkurangnya massa otot.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.
 Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope
 Nyeri/Kenyamanan
Nyeri abdominal atau rektal, lokasi, frekuensi, durasi
Gejala: Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi sesuai dengan
perjalanan penyakit.
 Pernafasan
Gejala: Merokok, Pemajanan asbes
 Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Tanda: Demam
 Seksualitas
Gejala: Masalah seksual; Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun;
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
 Interaksi Sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.
 Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
- Riwayat kanker pada keluarga
- Sisi primer: penyakit primer.
- Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat.
- Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk lokasi kanker
dan pengobatan yang diberikan.

Pemeriksaan Diagnostik Pada Kanker


1. Palpasi Abdomen. Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi
perut, bila teraba menunjukkan keadaan sudah lanjut. Apabila ada massa,
massa di dalam sigmoid lebih jelas teraba daripada massa di bagian lain
kolon
2. Fecal occult blood test, pemeriksaan darah samar feses di bawah
mikroskop
3. Colok dubur. Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor.
 Tonus sfingter ani (keras atau lembek)
 Mukosa (kasar, kaku, licin atau tidak)
 Ampula rektum (kolaps, kembung, atau terisi feses)
Tumor dapat teraba atau tidak, mudah berdarah atau tidak, jarak dari garis
anorektal sampai tumor, lokasi, pergerakan dari dasar, permukaan, lumen
yang dapat ditembus jari, batas atas, dan jaringan sekitarnya
4. Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian
bawah, sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rektum
5. Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy), dengan menggunakan
teropong, melihat gambaran rektum dan sigmoid adanya polip atau daerah
abnormal lainnya dalam layar monitor. Sigmoidoskopi atau kolonoskopi
adalah test diagnostik utama digunakan untuk mendeteksi dan melihat
tumor. Sekalian dilakukan biopsy jaringan. Sigmoidoskopi fleksibel dapat
mendeteksi 50 % sampai 65 % dari kanker kolon. Pemeriksaan enndoskopi
dari kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi
pada klien dengan perdarahan rektum. Bila kolonoskopi dilakukan dan
visualisasi sekum, barium enema mungkin tidak dibutuhkan. Tumor dapat
tampak membesar, merah, ulseratif sentral, seperti penyakit divertikula,
ulseratif kolitis
6. Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop.
7. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai
dengan sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah
indikasi umum untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan
kepastian kanker kolon.
8. Test Guaiac pada feces untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces,
karena semua kanker kolon mengalami perdarahan intermitten.
9. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di
membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolon. Antigen ini
dapat dideteksi oleh radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh
lainnya dan sekresi. Karena test ini tidak spesifik bagi kanker kolon dan
positif pada lebih dari separuh klien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak
termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam pengobatan penyakit.
Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis postoperative dan
untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan
10. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi
serum protein, kalsium, dan kreatinin.
11. Barium enema sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya
dan lokasi tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam
usus bagian bawah, kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus,
konstriksi, atau gangguan pengisian. Dinding usus terfiksir oleh tumor, dan
pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk tumor
kolon, sinar-X tidak nyata dalam mendeteksi rektum
12. X-ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
13. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau
pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah
mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase
tumor.
14. Whole-body PET Scan Imaging. Sementara ini adalah pemeriksaan
diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi kanker kolon rekuren (yang
timbul kembali).
15. Pemeriksaan DNA Tinja.

g. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2. Risiko konstipasi/diare berhubungan dengan lesi obstruksi
3. Nyeri(akut) berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan kesulitan
bergerak
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi
DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
NO.
KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1. Nyeri berhubungan Tujuan : pasien 1) Pantau tempat dan
dengan insisi mengatakan bahwa respons pasien
pembedahan, trauma rasa nyeri telah terhadap nyeri
muskuloskletal, terkontrol atau 2) Ajarkan tindakan
kehancuran yang hilang. untuk meningkatkan
terus-menerus Criteria hasil kenyamanan
(misalnya lokalisasi) :pasien tampak perubahan posisi,
rileks, dapat gosokan (massase)
beristirahat / tidur dan teknik relaksasi
dan melakukan 3) Ciptakan
pergerakan yang lingkungan yang
berarti sesuai kondusif untuk
toleransi.. relaksasi,
membatasi
pengunjung
4) Kolaborasi
pemberian analgetik

2. Intolintoleransi Tujuan : Pasien - Rencanakan


aktivitas adalah suatu memiliki cukup periode istirahat
keadaaan seorang energi untuk yang cukup.
individu yang tidak beraktivitas. - Berikan latihan
cukup mempunyai Kriteria hasil: aktivitas secara
energi fisiologis atau - Perilaku bertahap.
psikologis untuk menampakan - Bantu pasien alam
bertahan atau kemampuan untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan sesuai
atau aktivitas sehari- kebutuhan diri. kebutuhan.
hari yang diinginkan. - Pasien mengatakan - Setelah latihan dan
mampu untuk aktivitas, kaji
melaku-kan respons pasien.
beberapa aktivitas
tanpa dibantu.
- Koordinasi otot,
tulang dan anggota
gerak lainya baik.

3. Perubahan nutrisi Tujuan : klien - Kaji sejauh mana


kurang dari kebutuhan mampu ketidak adekuatan
tubuh adalah keadaan mempertahan-kan nutrisi klien.
individu yang dan meningkatkan - Perkirakan/ hitung
mengalami intake nutrisi. pemasukan kalori,
kekurangan asupan Kriteria hasil : jaga komentar
nutrisi untuk- klien akan tentang nafsu
memenuhi kebutuhan memperlihat--kan makan sampai
metabolik. perilaku minimal.
mempertaha -kan - Timbang berat
atau meningkat-kan badan sesuai
berat badan dengan indikasi.
nilai laboratorium - Anjurkan makan
normal. sedikit tapi sering
- Klien mengerti - Anjurkan kebersihan
dan mengikuti oral sebelum
anjuran diet. makan.
- Melaporkan - Tawarkan minum
peningkatan intake saat makan bila
makanan. toleran.
- Tidak ada mual - Konsultasi tentang
muntah kesukaan/
ketidaksukaan klien
yang menyebabkan
distress.
- Kolaborasi ahli gizi
pemberian
makanan yang
bervariasi
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
suplemen dan obat-
obatan, serta
kebutuhan nutrisi
parenteral dan
pemasang pipa
lambung.

4. Konstipasi adalah Tujuan : pola - Kaji warna dan


suatu penurunan eleminasi dalam konsistensi feses,
frekuensi defekasi rentang yang frekuensi, keluarnya
yang normal pada diharapkan; feses flatus, bising usus
seseorang, disertai lembut dan dan nyeri tekan
dengan kesulitan berbentuk. abdomen.
keluarnya feses yang Kriteria hasil : - Pantau tanda gejala
tidak lengkap atau- Klien akan rupture usus
keluarnya feses yang menunjukkan dan/atau peritonitis.
sangat keras dan pengetahuan akan - Kaji factor penyebab
kering. program defekasi konstipasi.
yang dibutuhkan.
- Melaporkan
keluarnya feses
dengan berkurang-
nya nyeri dan
mengejan.

Kekurangan volume Tujuan : · Ukur dan catat


5. cairan b.d dengan keseimbangan pemasukan dan
pembatasan cairan tubuh adekuat pengeluaran.
pemasukan cairan Criteria hasil : tidak Tinjau ulang
tubuh secara oral ada tanda-tanda catatan intra
dehidrasi (tanda- operasi.
tanda vital stabil,
kualitas denyut nadi
baik, turgor kulit · Kaji pengeluaran
normal, membrane urinarius,
mukosa lembab dan terutama untuk
pengeluaran urine tipe prosedur
yang sesuai) operasi yang di
lakukan
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society.2014. Colorectal Cancer Facts & Figures 2014-2016.
Atlanta, Ga:American Cancer Society.
Black, J.C & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8 buku 3.
Singapore: Elsheiver
Syaifudin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, J.M. & Ahhern. N. R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan edisi
9.(Esty Wahyuningsh, penerjemah). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai