Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kelemahan otot quadriceps umumnya berhubungan dengan tibiofemoral OA, terkait
dengan kecacatan fisik, dan dapat berperan dalam pathogenesis penyakit. Kekuatan otot
quadriceps(kapasitas untuk menghasilkan kekuatan) tampaknya sangat berkaitan dengan
kinerja fungsional, dan meminimalkan kelemahan telah diperlihatkan menghasilkan
perbaikan klinis atau mekanis dalam berbagai macam populasi. Oleh karena itu, meningkatkan
kekuatan otot qudricepsdianggap bermanfaat, karena dapat memperbaiki kualitas
kehidupan.Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) yang merupakan satu dari sekian
banyak modalitas yang biasannya digunakan oleh fisioterapis sebagai bentuk rehabilitasi
otot atau kejadian yang mengakibatkan hilangnya fungsi otot (Wisegeek, 2010). NMESdapat
digunakan untuk memperkuat otot yang sehat atau normal unuk mempertahankan massa
otot (Baley,2006). Dalam fisioterapi peningkatan kekuatan otot cenderung lebih optimal pada
situasi non pathologi, dari pada dengan adannyasebuah patologi(Adel dan Luykx, 1990). NMES
menggunakan arus listrik yang menyebabkan satu atau dua kelompok otot tertentu berkontraksi.
Dengan meletakan elektroda pada beberapa daerah dikulittertentu fisioterapi dapat
mempengaruhi serabut otot untuk berkontraksi. Kontraksi otot dengan menggunakan
neuromuscular electrical stimulationini dapat meningkatkan kekuatan otot (Laura,
2008).Penelitian Romero et all(1982).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelemahan otot quadriceps adalah ketidak mampuan otot untuk berkontraksi atau ketidak
mampuan otot untuk melawan garvitasi, beban berat tubuh/benda yang ingin di pegang sehingga
menghambat atau mengurangi kapasitas fungsional tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
baik berjalan, duduk, jongkok, naik turun tangga, lari dan serangkaian ADL ( aktivitas dayl ).
Kelemahan otot quadriceps umumnya berhubungan dengan tibiofemoral OA, terkait
dengan kecacatan fisik, dan dapat berperan dalam pathogenesis penyakit. Kekuatan otot
quadriceps(kapasitas untuk menghasilkan kekuatan) tampaknya sangat berkaitan dengan
kinerja fungsional, dan meminimalkan kelemahan telah diperlihatkan menghasilkan
perbaikan klinis atau mekanis dalam berbagai macam populasi.
B. Etiologi
1. Osteoarthritis genu
Seorang dengan osteoarthritis genu akan mengalami kelemahan pada otot quadriceps
femoris yang menyebabkan gangguan fungsional seperti kemampuan naik tangga. Osteoartritis
menurut lokasinya dapat dibedakan menjadi osteoartritis pada lutut,tangan, dan panggul. Menurut
angka kejadiannya, yang paling banyak terjadi adalah osteoartritis pada lutut (240
per100.00orang/tahun), tangan (100 per100.000/tahun), dan panggul (88 per
100.000orang/tahun).2Menurut Academy American of Orthopaedic Surgeon (AAOS),
osteoartritis merupakan salah satu dari 5 penyebab kecacatan akibat penyakit pada tulang.
Diperkirakan sekitar 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita kecacatankarena
osteoartritis sehingga mempunyai pengaruh yang besar pada bidang social dan ekonomi.4 Oleh
sebab itu pengkajian lebih lanjut mengenai manajemen terapi pada pasien osteoartritis perlu
dilakukan agar dapat mengurangi angka kecacatan yang di akibatkannya.American College of
Rheumatologymenjelaskan bahwa dengan melakukan penguatan otot quadriceps femoris pada
pasien osteoartritis genu dapat meningkatkan kekuatan otot, menurunkan rasa nyeri pada sendi,
serta mengurangi kaku sendi.
2. hemiparesis
Hemiparesis adalah istilah medis untuk menggambarkan suatu kondisi adanya kelemahan
pada salah satu sisi tubuh atau ketidakmampuan untuk menggerakkan anggota tubuh pada satu
sisi. Istilah ini berasal dari kata hemi yang berarti separuh, setengah, atau satu sisi dan paresis
yang berarti kelemahan.Hemiparesis juga sering disebut hemiparese. Anggota tubuh yang terkena
dampak biasanya otot-otot wajah, otot-otot pernafasan di dada, lengan, tangan, tungkai bawah
pada salah satu sisi. Bisa terjadi pada sebelah kanan saja atau sebelah kiri saja, apabila terjadi
pada kedua sisi maka disebut dengan paresis total atau bilateral.

Pasien paresis masih mampu menggerakkan sisi tubuh yang terkena dan belum benar-
benar lumpuh. Hanya saja sisi tubuh yang menglami gangguan tersebut begitu lemah dan tidak
bertenaga. Gerakan yang timbul sangat sedikit (kecil). Apabila pasien sudah tidak dapat
menggerakan salah satu sisi anggota tubuhnya sama sekali atau lumpuh total, maka disebut
dengan hemiplegia. Kondisi dapat diperiksa dengan prosedur pemeriksaan kekuatan otot.
3. Penyakit Lou Gehrig

Penyakit Lou Gehrig atau dikenal sebagai Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
merupakan suatu penyakit langka. Istilah Lou Gehrig sendiri berasal dari nama atlet baseball
yang memiliki penyakit ALS pada tahun 1930 Penyakit ini menyerang saraf motorik dan tulang
belakang. Kondisi ini menyebabkan hilangnya kemampuan signal motorik saraf untuk
menggerakan otot dan melumpuhkannya.

Saraf motorik pada manusia terdiri dari upper motor neuron (UMN) atau saraf atas dan
lower motor neuron (LMN) atau saraf bawah. Saraf UMN merupakan sel saraf yang berespon di
otak, sedangkan LMN merupakan kumpulan sel saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.
Terjadinya penyakit Lou Gehrig timbul akibat terganggunya impuls saraf baik saraf atas atau
bawah sehingga tidak ada koordinasi otot-otot untuk berkontrasi. Otot- otot secara perlahan dapat
semakin mengecil (atrofi) dan saraf motorik akan mengalami pengerasan dan sama sekali tidak
dapat mengirim impuls saraf.
4. Hnp (hernia nucleus pulposus)
Hernia Nukleus Pulposus adalah kelainan yang terjadi di tulang belakang dan saraf.
Hernia Nukleus Pulpsus terjadi karena pecahnya Anulus Fibrosus di Diskus Invertebralis. Anulus
Fibrosus yang pecah menimbulkan tekanan pada Nukleus pulposus dan menyebabkan terjadinya
penekanan pada saraf sekitar. Hernia nukleus pulposus yang terjadi di tulang belakang
menyebabkan rasa nyeri punggung dan menganggu aktivitas sehari-hari. Herniasi adalah
penonjolan pada organ akibat suatu kelainan medis. Nukleus Pulposus sendiri terdapat di dalam
Diskus Invertebralis yang merupakan cairan berserat yang berfungsi menjaga kelenturan dan
mengurangi benturan di tulang belakang.
Pada Hernia Nukleus Pulposus, penonjolan terjadi akibat pecahnya Anulus Fibrosus yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Hernia Nukleus Pulpsu sering terjadi pada tulang belakang
setinggi lumbar 4, lumbar 5, dan sakrum 1. Penonjolan yang besar menimbulkan penekanan saraf
spinal yang beresiko menimbulkan gangguan Neurologis.
Faktor usia menjadi penyebab utama terjadi pada hampit 70% pasien dengan hernia
nukleus pulposus. Semakin tua usia maka semakin banyak resiko muncul gangguan ini. Resiko
palingg banyak terjadi pada usia 60 tahun keatas. Kondisi ini disebabkan hilangnya elastisitas
diskus invertebralis dan memudahkan anulu fibrosus didalamnya untuk pecah.
 Trauma
Trauma berat yang menyerang tulang belakang seperti tabrakan, terjatuh dari
tempat tinggi, dan akibat olahraga berat.
 Aktivitas
Aktivitas yang berat setiap hari yang mengandalkan tulang punggung seperti
memanggul barang atau posisi yang salah saat mengangkat barang dapat beresiko
terjadinya kelainan tersebut. Penyebab ini paling sering terjadi pada pria karena
aktivitas fisik yang dilakukan. Kelemahan Otot Akibat penekanan pada saraf
yang terlibat akan menimbulkan kelemahan otot.
5. HIV & AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mematikan yang hingga kini
belum ada obatnya. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini bersifat mematikan dan
belum ada vaksin untuk pencegahannya. Jika positif terinfeksi, penderita biasanya diberikan obat
antiretroviral. Obat ini tidak dapat membunuh virus, hanya memperlambat kerja virus tersebut.
Dengan memperlambat waktu pertumbuhan virus, maka penyakit yang timbul akibat HIV juga
diperlambat.
Pada tahap awal infeksi virus ini, gejala umum tidak terlalu tampak, sehingga tidak
diketahui meski telah terinfeksi. Padahal, dengan diagnosis sejak awal dan penanganan yang
tepat, HIV tidak akan menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV. Pada fase ini,
tubuh sudah tidak mampu melawan infeksi si virus. Ini gejala HIV yang mungkin muncul ketika
seseorang mulai terinfeksi HIV.
Salah satu gejala atau dampak yang ditimbulkan oleh HIV & AIDS adalah
Kesemutan dan kelemahan Infeksi tahap akhir HIV biasanya membuat mati rasa dan kesemutan
di tangan dan kaki. Ini adalah tanda kerusakan awal pada saraf.
6. Cerebral palsy (cp)
Cerebral Palsy dapat terjadi bersamaan dengan gangguan kognitif, sensasi, epileptik,
dan komunikasi anggota gerak yang seiring waktu mengalami perubahan gejala klinis yang tidak
progresif. Terdapat berbagai faktor resiko yang menimbukan Cerebral Palsy yang dibagi menjadi
Prenatal, Perinatal, dan Postnatal. Muscular Dystrophy
Kelainan sistem saraf pusat menimbulkan menurunnya massa otot secara progresif. Ini
disebabkan kelainan sel dystrophin yang mengakibatkan kematian sel-sel otot. Kondisi ini
bersifat genetik dan dapat beresiko kematian.
C. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya kelemahan otot quadriceps dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya kelainan
imunologi .
2. Kelainan struktur anatomi yang berakibat penekanan pada akar yang mempersarafi otot
motoric.
3. Penyakit yang disebabkan oleh trauma pada otot quadriceps.

D. Patofisiologi
Kontraksi :Impuls di tangkap oleh saraf sensorik SSP motoric rangsang jalan ke serabut
saraf sampai di ujung ke otot sekresi acetilkolin (Ach) kerja local membuka banyak kanalgudang
acetilkolin ion Na+ bs berdifusi ke membrane serabut oto depolarisasi reticulum sarcoplasma
melepas banyak Ca2+ mengelilingi myofibril ion Ca2+ memacutarik menarik antaran aktin dan
myosin Jembata silang bergeser manifestasi darikontraksi Relaxasi :Ca2+ kembali ke
RSdisimpan lagi relaxsasi
Kelumpuhan atau kelemahan
Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan atau kelemahan otot-otot ekstremitas tipe lower
motor neurone.Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas bawah
kemudianmenyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf kranialis. Kadang-
kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai secara serentak, kemudian menyebar ke badan
dansaraf kranialis.Kelumpuhan atau kelemahan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh
hiporefleksia atau arefleksia. Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat
dari bagian distal, tapi dapat juga samaberatnya, atau bagian distal lebih berat dari bagian
proksimal (2,4).
Gangguan sensibilitas
Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka juga bisa dikenai
dengandistribusi sirkumoral (3). Defisit sensoris objektif biasanya minimal dan sering dengan
distribusiseperti pola kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering dikenal
dari padasensibilitas proprioseptif. Rasa nyeri otot sering ditemui seperti rasa nyeri setelah suatu
aktifitasfisik (1,4).
Saraf Kranialis
Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah N.VII. Kelumpuhan otot-otot muka
seringdimulai pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral, sehingga bisa ditemukan
beratantara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I dan N.VIII. Diplopia bisa
terjadiakibat terkenanya N.IV atau N.III. Bila N.IX dan N.X terkena akan menyebabkan
gangguan

E. GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien kelemahan otot quadriceps tergantung
pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada atau tidak adanya komplikasi
lanjut. . Gejala dan tanda klinis tersebut dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan
dapat tidak nyata atau tanpa gejala penyakit yang ringan. Tanda dan gejala dari kelemahan otot
quadriceps diantaranya ialah sebagai berikut :
1) Kesemutan pada kedua tungkai atau salah satunya.
2) Nyeri otot pada kedua tungkai atau salah satunya.
3) Sakit punggung.
4) Kaki terasa berat ketika ingin digerakkan.
5) Susah melakukan ADL ( berjalan, duduk, jongkok, & lari).
6) Kelainan fisik (artrofi).

F. Proses fisioterapi

I. ANAMNESIS
• Umum
Nama : mrs.y
Alamat : Jl. Paccerakkang
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : pensiunan guru (PNS)
• Khusus
Keluhan Utama : tidak bisa lama berjalan
Sifat Keluhan : Nyeri/ kaki terasa berat ketika digerakkan.
Lokasi keluhan : paha kanan
Kapan terjadi : Sekitar 1 bulan yang lalu
Factor penyebab utama : post trauma benda tumpul
Riwayat penyakit : maag sejak berumur 14 thn. Kolestrol & ginjal sejak
Berumur 40 thn.
II. VITAL SIGN
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Pernasafan : 16x permenit
• Denyut nadi : 78x permenit
• Suhu : 37° C

III. INSKPEKSI
Statis : Postur (ekspresi wajah & bentuk paha)
 wajah lesu & cemas.
 bentuk paha ( paha kanan lebih kecil dari pada paha kiri dengan perbandingan
ukuran 5 : 8 cm )

Dinamis : Pola berjalan pasien ketika memasuki tahap terminal swing terganggu
Atau mengalami keterlambatan karena di curigai adanya kelemahan
Pada otot quadriceps & otot hamstring.
G. Quick test
 penatalaksanaan
Minta pasien untuk melakukan jongkok berdiri (squad & bouncing), kemudian perhatikan
gerakan yang dilakukan oleh pasien, serta ekspresi wajah pasien.
 Hasil
Pada gerakan flexi 30° menuju ke ekstensi knee pasien mengalami nyeri dan perlambatan
gerak yang berlebihan, mengindikasikan adanya kelemahan pada otot quadriceps.

Pemeriksaan fungsi dasar knee

 Aktif
Flexi – ekstensi
Hasil : normal
 Pasif
Flexi – ekstensi
Hasil : nyeri pada gerakan ekstensi
 Timt
Flexi – ekstensi
Hasil : pada gerakan ekstensi tidak mampu melawan tahanan full.
Nilai otot : 4¯

H. Interverensi FT ( AFR berlokasi taman & permandian)


1) Peningkatan kekuatan otot
Dosis terapi : - terapi ini dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu
Selama 30-45 menit ( tergantung kesanggupan dari pasien).
Cara penanganan : - minta pasien menaiki sepeda atau perahu bebek air.
- Minta pasien untuk berkeliling sekitar lingkungan dengan
transportasi yang kita berikan.
Catt : - hindari kelelahan yang berlebihan pada pasien.
2) Perbaikan pola berjalan :
Dosis terapi : - terapi ini dilakukan sebanyak 2-3 kali seminggu
Selama 10-15 menit ( tergantung kesanggupan dari pasien).
Cara penanganan : - minta pasien untuk berjalan di parallel walk.
- Perhatikan pola gerak pasien
- Koreksi jika terdapat kesalahan gerak
- Terapis meningkatkan durasi waktu dalam jarak tertentu untuk
meningkatkan kapasitas fungsi gerak.
Catt : - hindari kelelahan yang berlebihan pada pasien.

I. Evaluasi
 INSKPEKSI
Statis : Postur (ekspresi wajah & bentuk paha)
 Cemas berkurang
 bentuk paha ( paha kanan lebih kecil dari pada paha kiri dengan perbandingan
ukuran 6 : 8 cm )

Dinamis : Pola berjalan pasien ketika memasuki tahap terminal swing mulai
Membaik karena kelemahan Pada otot quadriceps telah teratasi.
 Timt
Flexi – ekstensi
Hasil : pada gerakan ekstensi mampu melawan tahanan full.
Nilai otot :5
Catatan : setelah dilakukan terapi selama 1 bulan 3 minggu.

J. Referensi

https://www.honestdocs.id/phlegmon
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=sepeda+dewasa+roda+tiga
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=perahu+bebek+air
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=patofisiologi+kelemahan+otot+quadriceps
https://www.academia.edu/3985111/MUSCULO
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=biomekanik+kerja+otot+quadriceps

Anda mungkin juga menyukai