Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL

Disusun untuk memenuhi tugas perbaikan nilai mata kuliah Urologi

Dosen Pembimbing : Laviana Nita Ludyati, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

ISNA AHADYAH

201501052

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan Nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan batu
ginjal.
Sholawat dan Salam tetaplah terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang memberikan
pencerahan kepada kami, sehingga kami semua menjadi umat yang beradab. Dalam kesempatan
ini, kami ucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dosen Pembimbing : Laviana Nita Ludyati, S.Kep.Ns.,M.Kep


2. Juga kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan sebaik-
baiknya. Kami semua menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari sempurna untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah
selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Pare, 5 Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia
dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran
kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum,
ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu
di dalam divertikel uretra.

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai
batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan
mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %
penduduk menderita batu saluran kemih. Untuk wilayah Asia, telah tercatat resiko untuk
terkena batu ginjal dan batu saluran kemih lainnya sebesar 2-5%, 8-15% untuk wilayah Asia
barat, dan 20%untuk Arab Saudi. Di negara berkembang, batu kandung kemih lebih umum
terjadi daripada batu saluran kemih bagian atas, sedangkan di Negara maju,malah sebaliknya,
batu saluran kemih bagian atas lebih sering terjadi. Perbedaan ini diyakini berhubungan diet,
pola hidup dan konsumsi di masing-masing negara.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat membuat rumusanmasalah sebagai
berikut:

1. Apakah definisi dengan batu ginjal?


2. Bagaimana etiologi batu ginjal?
3. Bagaimana manifestasi klinis batu ginjal?
4. Bagaimana patofisiologi batu ginjal?
5. Bagaimana klasifikasi batu ginjal?
6. Bagaimana komplikasi batu ginjal?
7. Bagaimana asuhan keperawatan batu ginjal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dengan batu ginjal
2. Untuk mengetahui etiologi batu ginjal
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis batu ginjal
4. Untuk mengetahui patofisiologi batu ginjal
5. Untuk mengetahui klasifikasi batu ginjal
6. Untuk mengetahui komplikasi batu ginjal
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan batu ginjal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau
calyces ginjal atau di saluran kemih (Pratomo, 2007).

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).
Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organic (Suyono, 2001).

Batu di dalam saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun
di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

Jenis-jenis Batu Ginjal

Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang
berbeda-beda. Menurut Arimurti (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang
masing-masing cenderung memiliki penyebab yang berbeda, diantaranya.
a. Batu Kalsium
Sekitar 75 % samapi 85% dari batu ginjal adalah baru kalsium. Batu ini biasanya
kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu banyak di
dalam urin, selain itu jumlah berlebih vitamin D, menyebabkan tubuh terlalu
banyak menyerap kalsium.
b. Batu Asam Uric
Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan dari metabolisme protein.
c. Batu Struvite
Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkan infeksi
saluran kencing kronis, disebabkan bakteri. Batu ini jika membesar, akan
menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.
d. Batu Cystine
Batu ini mewakili sekira 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan
kelainan genetik, sehingga ginjal kelebihan jumlah asam amino.

2.2 Etiologi Batu Ginjal


Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
1). Faktor intrinsik, meliputi:
Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
Iklim dan temperatur.
Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:


1). Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal
atau benda asing saluran kemih.
2.). Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3). Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.

2.3 Manifestasi Klinis Batu Ginjal


Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi bervariasi, rasa sakit disebabkan
oleh obstruksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan permukaan kasar yang
masuk ke dalam ureterakan menambah frekuensi dan memaksa kontraksi ureter secara
otomatis. Rasa sakit dimulai dari pinggang bawah menuju ke pinggul, kemudian ke alat
kelamin luar. Intensitas rasa sakit berfluktasi dan rasa sakit yang luar biasa merupakan
puncak dari kesakitan. Handriadi (2006) menyatakan apabila batu berada di pasu ginjal
dan di calix, rasa sakit menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi apabila
batu yang membuat obstruksi berada dalam ginjal. Sedangkan, rasa sakit yang parah
pada bagian perut terjadi bila batu telah pindah ke bagian ureter. Mual dan muntah
selalu mengikuti rasa sakityang berat. Penderita batu ginjal kadang-kadang juga
mengalami panas, kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai ureter,
distensi perut, nanah dalam urine.
Batu, terutama yang kecil, bila tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan
nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya didaerah kemaluan dan paha sebelah
dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam,
menggigil dan darah dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih,
terutama ketika batu melewati ureter. Baru bisa menyebabkan infeksi saluran kemih.
Jika baru menyumbat aliran kemih, bahkan akan terperangkap di dalam air kemih yang
terkumpul diatas penyumbatan sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal,
menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidroneffrosis) dan
pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Jarot, 2008)

2.4 Patofisiologi Batu Ginjal


Berbagai kondisi yang menjadi pemicu terjadinya batu saluran kemih menjadi
kompleksitas terjadinya urolithiasis. Komposisi batu yang beragam menjadi factor
utama bekal identifikasi penyebab urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal (renal)
dan berjalan menuju ureter paling mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi berikut
a) sambungan ureteropelvik
b) titik ureter menyilang pembuluh darah illiaka
c) sampai dalam kondisi statis menjadikan modal awal dari pengambilan keputusan
untuk tindakan pengangkatan batu.
Batu yang masuk pada pelvis akan membentuk pola koligentes yang disebut sebagai
batu staghorn. Stagnansi batu pada saluran kemih menimbulkan gambaran klinis yang
berbeda-beda. Stagnansi batu yang lama akan menyebabkan berbagai komplikasi
misalnya hidronephrosis, gagal ginjal, infeksi ginjal, ketidakseimbangan asam basa
bahkan mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke sirkulasi
(Prabowo & Pranata, 2014).
2.5 WOC (Web Of Causation)

2.6 Komplikasi Batu Ginjal

Antara 70-90% Kristal berukuran kecil dapat berjalan di dalam saluran kemih dan
meninggalkan tubuh melalui urin tanpa diketahui sebelumnya. Ketika terjadi gejala atau
tanda klinis, batu ginjal dapat di diskripsikan sebagai suatu penyakit yang nyerinya sakit
sekali yang dikenal dengan Renal Colic.Perbedaan penatalaksanaan dan ukuran dari
batu mengakibatkan beberapa komplikasi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sepsis Infeksi yang sudah menyebar melalui darah bisa menimbulkan gejala/tanda
klinis dari komplikasi di seluruh tubuh.
2. Steinstrasse, suatu kondisi dimana terjadi penyumbatan yang diakibatkan batu-batu
tersebut berada pada ureter. Dapat mengakibatkan suatu obstruksi yang bersifat
sementara dan tanpa meninggalkan luka yang tidak permanen. Dalam beberapa kasus
obstruksi terjadi tanpa ada gejala. Infeksi mungkin saja terjadi. Dimana harus
membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
3. Adanya luka dalam ureter ketika batu tersebut menggores dinding saluran kemih maka
bisa terjadi luka dalam ureter. Bisa terjadi di seluruh permukaan saluran kemih.
4. Infeksi pada saluran kemih ( termasuk di dalam steinstrasse )
5. Pendarahan pada saat operasi
6. Rasa sakit yang luar biasa
7. Penyakit ginjal akut pasien dengan batu ginjal, tinggi resiko untuk terkena penyakit
ginjal kronik. Didukung oleh faktor resiko seperti diabetes mellitus, tekanan darah
tinggi, atau pernah terjadi infeksi saluran kemih.
8. Gagal ginjal Jarang sekali mengakibatkan gagal ginjal. Namun beberapa orang
memiliki faktor resiko yang membuat komplikasi lebih serius.

2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Penatalsanaan Medis Batu Ginjal


2.7.1 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sedimen urine untuk menunjukan adanya lekosit, hematuria dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
2. Pemeriksaan kultur urine untuk menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea.
3. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi
ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran
kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
5. Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-
opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non
opak (radio-lusen).
6. Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan
fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non
opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
7. Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV
seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi.
Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai
echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

2.7.2 Penatalaksanaan Medis


Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan
agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau
indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan
dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan
terbuka.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Batu Ginjal


1). Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: berdasarkan klasifikasi Doenges dkk.
(2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat (aktivitas monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak
duduk)
2. Gejala
3. Riwayat pekerjaan
4. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
5. Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
6. Sirkulasi
7. Tanda: Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal), distensi abdomen,
penurunan/tidak ada bising usus, perilaku berhati-hati, perilaku distraksi,
oliguria, hematuria, piouria
8. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
9. Eliminasi (Diare)
10. Gejala: Mual/muntah, nyeri tekan abdomen, riwayat ISK kronis, obstruksi
sebelumnya, nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung
lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
11. Penurunan volume urine
12. Rasa terbakar, dorongan berkemih
13. Perubahan pola berkemih
14. Makanan dan cairan:
15. Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
16. Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
17. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
18. Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

2). Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema
dan iskemia seluler.
b. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
c. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

3). Intervensi Keperawatan

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan,


edema dan iskemia seluler.

No NIC NOC
1 Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala Membantu evaluasi tempat obstruksi
1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda dan kemajuan gerakan batu. Nyeri
non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, panggul sering menyebar ke punggung,
gelisah, meringis, merintih, menggelepar. lipat paha, genitalia sehubungan dengan
proksimitas pleksus saraf dan pembuluh
darah yang menyuplai area lain. Nyeri
tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan
gelisah, takut/cemas.
2 Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Melaporkan nyeri secara dini
melaporkan kepada staf perawatan setiap memberikan kesempatan pemberian
perubahan karakteristik nyeri yang terjadi. analgesi pada waktu yang tepat dan
membantu meningkatkan kemampuan
koping klien dalam menurunkan
ansietas.
3 Lakukan tindakan yang mendukung Meningkatkan relaksasi dan
kenyamanan (seperti masase ringan/kompres menurunkan ketegangan otot
hangat pada punggung, lingkungan yang
tenang)
4 Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan Mengalihkan perhatian dan membantu
imajinasi dan aktivitas terapeutik relaksasi otot
5 Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat
aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan meningkatkan lewatnya batu, mencegah
sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas stasis urine dan mencegah pembentukan
toleransi jantung. batu selanjutnya.
6 Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan Obstruksi lengkap ureter dapat
nyeri abdomen. menyebabkan perforasi dan
ekstravasasiurine ke dalam area
perrenal, hal ini merupakan kedaruratan
bedah akut.
7 Kolaborasi pemberian obat sesuai program Analgetik (gol. narkotik) biasanya
terapi: diberikan selama episode akut untuk
Analgetik,Antispasmodik, Kortikosteroid menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental
Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.

Mungkin digunakan untuk menurunkan


edema jaringan untuk membantu
gerakan batu.
8 Pertahankan patensi kateter urine bila Mencegah stasis/retensi urine,
diperlukan menurunkan risiko peningkatan tekanan
ginjal dan infeksi

Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

No NIC NOC
1 Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
karakteristik urine, catat adanya adanya komplikasi. Penemuan batu
keluaran batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
2 Tentukan pola berkemih normal Batu saluran kemih dapat menyebabkan
klien dan perhatikan variasi yang peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
terjadi menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat
bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal.
3 Dorong peningkatan asupan cairan. Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri,
darah, debris dan membantu lewatnya batu
4 Observasi perubahan status mental, Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
perilaku atau tingkat kesadaran elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
5 Pantau hasil pemeriksaan Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
laboratorium (elektrolit, BUN, menjukkan disfungsi ginjal
kreatinin)
6 Berikan obat sesuai indikasi: Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
menurnkan pembentukan batu asam.
Asetazolamid (Diamox),
Alupurinol (Ziloprim) Mencegah stasis urine ddan menurunkan
pembentukan batu kalsium.
Hidroklorotiazid (Esidrix,
Hidroiuril), Klortalidon (Higroton) Menurunkan pembentukan batu fosfat

Amonium klorida, kalium atau Menurnkan produksi asam urat.


natrium fosfat (Sal-Hepatika)
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Agen antigout mis: Alupurinol
(Ziloprim) Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi
selama pembuangan bikarbonat dan atau
Antibiotika alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan
batu.
Natrium bikarbonat
Mengasamkan urine untuk mencegah
Asam askorbat berulangnay pembentukan batu alkalin
7 Pertahankan patensi kateter tak Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran
menetap (uereteral, uretral atau aliran urine.
nefrostomi).
8 Irigasi dengan larutan asam atau Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan
alkali sesuai indikasi batu dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya
9 Siapkan klien dan bantu prosedur Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan
endoskopi untuk mengeluarkan batu.

Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf


abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

No NIC NOC
1 Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
ginjal.
2 Catat insiden dan karakteristik muntah, Mual/muntah dan diare secara umum
diare. berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal
dengan lambung.
3 Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari Mempertahankan keseimbangan cairan untuk
homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya
membilas batu keluar.
4 Awasi tanda vital Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
5 Timbang berat badan setiap hari Peningkatan BB yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
6 Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
elektrolit.
7 Berikan cairan infus sesuai program Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan
terapi. per oral tidak cukup)
8 Kolaborasi pemberian diet sesuai Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
keadaan klien saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan keseimbangan
nutrisi.
9 Berikan obat sesuai program terapi Antiemetik mungkin diperlukan untuk
(antiemetik misalnya Proklorperasin/ menurunkan mual/muntah.
Campazin).

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d


kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

No Intervensi Rasional
1 Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal menurunkan
hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu.
2 Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe
indikasi batu yang ditemukan
3 Diet rendah purin Idem
4 Diet rendah kalsium Idem
5 Diet rendah oksalat Idem
6 Diet rendah kalsium/fosfat Idem
7 Diskusikan program obat-obatan, Idem.
hindari obat yang dijual bebas
8 Jelaskan tentang tanda/gejala yang Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk
memerlukan evaluasi medik (nyeri mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine
berulang, hematuria, oliguria) tergantung penyebab dasar pembentukan batu
9 Tunjukkan perawatan yang tepat Meningkatakan kemampuan rawat diri dan
terhadap luka insisi dan kateter bila kemandirian.
ada

4). Implementasi Keperawatan

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa pun
yang telah anda lakukan pada pasien.

5). Evaluasi Keperawatan

Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan tindakan.
Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya adalah:

1. Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
2. Faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
3. Patofisiolofi dari batu ginjal di mulai dari Infeksi è Pielonefritis è Ureritis è Sintitisè
Hidronefrosis è Hidroureter è Pionefrosis è Urosepsis.
4. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
5. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi
ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV.
6. Terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih
bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis
(nyeri kolik yang hebat).
7. Asuhan Keperawatan pada pasien batu ginjal dimulai dari pengkajian sampai tahap
evaluasi.
3.2 Saran

Pencegahan

Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya
mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata
7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.

1. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah
diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
2. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari
3. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
4. Aktivitas harian yang cukup
5. Medikamentosa
6. Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
a. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
b. Rendah oksalat
c. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
d. Rendah purin
e. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II
DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC

 Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.

 Abdul, 2007, Gagal Ginjal, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Akmal. 2010.Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Batu Saluran Kemih Di RSUP DR. WAHIDIN

Sudirohusodo Makassar. Skripsi

 Change,2009.Aplikasi Pada Praktik Keperawatan Pathopysiology: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

 Basuki,2011. Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan NasionalRI, Katalog Dalam Terbitan

(KTO) Jakarta. EGC

 PharosIndonesia, 2012. Definisi Batu Saluran Kemih

Available.www.dechacare.com/Cefadroxil500mgP581.html.pharosIndonesia.diakses 18

Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai