Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya

dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga

yang berukualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki

jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigm baru program, Kelurga

Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-

hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga

(Afandi dkk, 2014).

Menurut data SDKI tahun 2017, Cakupan peserta KB aktif Nasional 63,22%,

Capaian KB Nasional adalah IUD 3,5%, PIL 8,7%, MOW 2,8%, Suntik 20,9%

dan Implant 3,4%, dan untuk kunjungan wanita peserta KB ada 49.627. Cakupan

peserta KB aktif provinsi Sulawesi Utara 66,85%, Akseptor KB IUD di propinsi

Sulawesi Utara hanya 3,8%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan KBPP

dan PA, cakupan peserta KB aktif pada tahun 2016 di Kabupaten Minahasa

Selatan adalah sebesar 36.525 atau 87,4% dari jumlah 41.773 PUS (Pasangan

Usia Subur), sedangkan peserta KB baru berjumlah 4.017 atau 9,6% dari jumlah

PUS (Profile Puskesmas Minsel, 2016).

Data yang diambil dari register KB yang ada di Puskesmas Tenga Kecamatan

Tenga Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016 Jumlah PUS 4.205, capaian

akseptor KB aktif 71,1% terdiri dari IUD 126 (2,99 %), Implant 203 (4,82%),
2

Suntik 1297 (30,84%), Pil 1299 (30,89%), MOW 66 (1,56%), Tahun 2017

Jumlah PUS 4.286, capaian akseptor KB aktif 77,31% terdiri dari IUD 197 (4,59

%), Implant 278 (6,48%), Suntik 1371 (31,98%), Pil 1397 (32,59%), MOW 72

(1,67%), dan tahun 2018 jumlah PUS 4.397, capaian akseptor KB aktif 79,4%

terdiri dari IUD 205 (4,7 %), Implant 297(6,07%), Suntik 1.502 (34,2%), Pil

1.430 (32,5%), MOW 85(1,93%), berarti ada peningkatan capaian dari tahun 2016

naik sebanyak 8,3% ditahun 2018. Data 17 Kecamatan yang berada di Kabupaten

Minahasa Selatan, jumlah penduduk terbanyak yaitu di Kecamatan Tenga sebesar

18.411 jiwa, (BKKBN Kabupaten Minsel,2016), Apabila tidak dikendalikan maka

akan terjadi ledakan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa tahun mendatang.

Ledakan penduduk tersebut tentu dapat menimbulkan ancaman seperti kemiskinan

dan kelaparan. Ledakan penduduk tersebut merupakan salah satu faktor pemicu

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan karena

kemisikinan dan minimnya pendidikan ibu hamil untuk mengandung dan

melahirkan bayi yang sehat (Suryani dan Tiurna 2014).

Pemerintah Indonesia sudah membuat suatu kebijakan untuk menekan angka

pertumbuhan penduduk seperti melalui program Keluarga Berencana (KB). Badan

Kependudukan dan KB Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan Persatuan

Rumah Sakit Indonesia (PRSI) menggelar suatu proyek yaitu untuk meningkatkan

peran rumah sakit pemerintah maupun swasta dalam pelayanan KB khususnya KB

pasca persalinan dan pasca keguguran terutama KB MKJP (BKKBN Nasional,

2016). Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri tercantum dalam

rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019


3

yaitu peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka

Panjang (MKJP). MKJP mempunyai kontribusi penting dalam upaya untuk

menekan presentase laju pertumbuhan penduduk 1,38% tahun 2015 menjadi

1,21% tahun 2019, menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate) per

perempuan usia reproduksi dari 2,37% tahun 2015 menjadi 2,28% tahun 2019,

presentase kehamilan yang tidak diinginkan dari wanita usia subur (WUS) dari 7,1

tahun 2015 menjadi 6,6 tahun 2019 (Renstra BKKBN, 2015)

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB dalam bidang Keluarga

berencana di indonesia antara lain kerja sama lintas program dengan BKKBN

untuk pengadaan alat kontrasepsi gratis serta pemasangan KB gratis dan

pengadaan bantuan pemerintah berupa BPJS Kesehatan. Pemerintah juga

berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan mencanangkan

program Keluarga Berencana (KB) untuk membentuk keluarga yang sehat dan

sejahtera dengan membatasi kelahiran. Tujuan utamanya untuk meningkatkan

derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada

umumnya (Fatimah, 2013).

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Asuhan kebidanan pada Ny. R. P Akseptor Baru Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim di Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis dapat merumuskan masalah sebagai

berikut “Bagaimana penerapan Asuhan kebidanan pada Ny. R. P Akseptor Baru


4

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Poliklinik KB Puskesmas Tenga Kecamatan

Tenga Kabupaten Minahasa Selatan? ”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Kebidanan pada Ny. R. P Akseptor Baru Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim di Poliklinik KB Puskesmas Tenga Kecamatan

Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.


2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengumpulan Data Subyektif pada Ny. R. P Akseptor
Baru Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Poliklinik KB Puskesmas

Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.


b. Melakukan pengumplan data Obyektif pada Ny. R. P Akseptor Baru
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Poliklinik KB Puskesmas Tenga
Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.
c. Melakukan Analisa data pada Ny. R. P Akseptor Baru Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim di Poliklinik KB Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga

Kabupaten Minahasa Selatan.


d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan Ny. R. P Akseptor

Baru Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Poliklinik KB Puskesmas

Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis
5

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pembelajaran untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian Asuhan

Kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Sebagai masukan untuk dijadikan bahan bacaan di perpustakaan
b. Bagi tempat penelitian
Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada

umumnya dan khususnya dalam penerapan Asuhan Kebidanan KB.


c. Bagi Responden
Hasil ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman dan

mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dan keluarga dalam memilih alat

kontrasepsi yang tepat bagi ibu.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini

dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen dan upaya ini dapat

dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati,

Islaely dan Aspuah, 2015).


6

Menurut World Health Organitation (WHO) keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan

yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat

diinginkan, mengatur interval antar kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran

dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam

keluarga. (Mandang J, dkk. 2016)

2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a) Pengertian

Menurut Solang. S,dkk (2014) AKDR adalah Suatu alat atau benda

yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversible dan

berjangka panjang dapat dipakai pada semua perempuan usia produktif.

AKDR pasca persalinan merupakan metode yang aman, efektif dan

nyaman bagi sebagian besar perempuan. Untuk perempuan yang kurang

mendapat akses ke klinik reproduksi atau fasilitas kesehatan, AKDR

pascaplasenta merupakan kesempatan yang paling baik untuk mengontrol

fertilitas pasca persalinan (BKKBN, 2014)

b) Cara kerja dari alat kontrasepsi AKDR adalah sebagai berikut :

1) Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba fallopi.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk


7

fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi.

c) Jenis-jenis IUD

Jenis alat kontrasepsi dalam rahim/ IUD yang sering digunakan di

Indonesia menurut Proverawati (2010) antara lain :

1) Copper-T

AKDR berbentuk T terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga

halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup

baik.

2) Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pasangan.Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm

ditambah gulungan tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan

200 mm2 sama dengan tembaga yg ada pada Copper-T.

3) Multi load

AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan kedua tangan kiri

dan kanan berbentuk flexibel. Panjangnya dari ujung atas kebawah 3,6

cm, batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan

250 mm2 atau 375 mm2 untul menambah efektifitas. Ada 3 ukuran

multi load yaitu standart, small dan mini.

4) Lippes Loop
8

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene bentuknya seperti spiral

atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dipasang

benang pada ekor. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah bila

terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau perforasi usus, sebab

terbuat dari bahan plastik.

d) Efektivitas IUD

Menurut Proverawati (2010), efektifitas IUD sangat tinggi yaitu

berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan dalam 100 perempuan dalam 1 tahun

pertama ( 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

e) Cara kerja IUD

Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD menurut Fajrin,(2014) adalah :

1) IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan

dipasang di dalam uterus. IUD memiliki benang yang menggantung

sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa

diperiksa oleh akspetor sendiri.

2) IUD mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma

dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan uterus. Hal

ini dikarenakan adanya IUD yang dianggap sebagai benda asing

sehingga menyebabkan peningkatan leuokosit. Tembaga yang

dililitkan pada IUD juga bersifat toksik terhadap sperma dan ovum.

Demikian pula IUD yang mengandung hormone progesterone. Lebih

kentalnya lender serviks akan mempersulit sperma untuk melewati


9

serviks dan akan terbunuh oleh leukosit yang timbul dalam cairan

uterus sebagai hasil dari rangsangan tembaga.

f) Indikasi pemakaian IUD antara lain :

1) Ingin menjarangkan kehamilan. Akseptor sudah mempunyai anak dan

ingin menjarangkan kehamilannya.

2) Sudah cukup anaknya dan takut atau menolak cara kontrasepsi

mantap (sterilisasi).

3) Tidak cocok menggunakan kontrasepsi hormonal.

4) Dianjurkan pada wanita umur 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal

kurang menguntungkan karena akan terjadi ketidakseimbangan

hormon disamping akan terjadi masa menopause.

g) Kontraindikasi pemakaian IUD

Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :

1) Sedang hamil

2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya

3) Sedang mengidap penyakit radang panggul atau pasca keguguran

septik.

4) Penyakit trofoblas yang ganas.

5) Kelainan rahim, misalnya rahim kecil endometrosis, polip

endometrium.

6) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak yang dapat

mempengaruhi kavum uteri.

7) Diketahui menderita TBC pelvic.


10

h) Persyaratan pemasangan IUD, antara lain :

1) Mendapatkan persetujuan dari akseptor (informed concent),

persetujuan dari suami merupakan informed concent yang paling

utama karena suami dapat memberi dukungan bagi akseptor KB.

2) Ibu dalam masa post haid, post partum SC, post abortus, pada masa

ini OUE akseptor masih membuka hingga pemasangan IUD dapat

dengan mudah.

3) Pemeriksaan soundage uterus tidak boleh kurang dari 5 cm, jika

kurang dari 5 cm dapat terjadi ekspulsi.

i) Keuntungan pemakaian kontrasepsi IUD Menurut Afandi (2014) sebagai

berikut :

1) Kontrasepsi efektivitasnya tinggi

2) Efektif setelah pemasangan

3) Metode Jangka Panjang

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5) Tidak ada efek samping hormonal

6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

7) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

8) Tidak ada infeksi dengan obat-obat

9) Membantu mencegah kehamilan ektopik

j) Kerugian IUD menurut Fajrin (2014), adalah sebagai berikut :

1) Dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul

2) Perforasi uterus, usus dan kandung kemih


11

3) Bila terjadi kehamilan bisa terjadi kehamilan ektopik

4) Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV /

AIDS sehingga wanita yang memiliki peluang promiskuitas

(berganti-ganti pasangan) tidak direkomendasikan untuk

menggunakan alat kontrasepsi ini.

5) Prosedur medis (pemeriksaan pelvik) diperlukan sebelum

pemasangan sehingga banyak perempuan yang takut menggunakan

kontrasepsi jenis ini.

6) Adanya perdarahan bercak / spotting selama 1-2 hari pasca

pemasangan tetapi kemudian akan menghilang.

7) Klien tidak bisa memasang ataupun melepas sendiri, petugas

kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang terlatih.

8) Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau selama

pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek keberadaan AKDR

dengan meraba dengan jari benang pada liang vagina sewaktu-waktu

(bila ada indikasi terlepasnya AKDR) atau rutin pada akhir

menstruasi.

k) Efek Samping Pemasangan IUD

1) Perdarahan :

(a) Gejala / keluhan :

keluar darah dari liang vagina di luar haid dalam jumlah kecil

berupa bercak-bercak (spotting) atau dalam jumlah berlebihan


12

(metrorhagia). Perdarahan ini dapat pula terjadi masa haid dalam

jumlah berlebihan (menometrorhagia)

(b) Penanggulangan :

(1) Konseling :

beri penjelasan bahwa perdarahan ringan biasanya terjadi

pada awal pemasangan. Selama haid, perdarahan lebih

banyak dari pada biasanya hal ini tidak berbahaya.

(2) Pemberian preparat besi ; 1 x 1 tablet perhari

(3) Bila perdarahan banyak sekali rujuk ke RS dang anti cara KB.

2) Keputihan :

(a) Gejala / keluhan :

(1) Terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi akibat produksi

cairan rahim yang berlebihan

(2) Tidak berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak

terasa gatal, dan tidak merasa panas

(b) Penanggulangan :

(1) Berikan konseling sebelum pemasangan AKDR

(2) Pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat diberikan ekstrak

beladona 10mg 2x1 tablet untuk mengurangi cairan tersebut.

(3) Bila terdapat perubahan bau dan warna hal ini biasanya

disebabkan oleh infeksi.

3) Ekspulsi
13

(a) Gejala / keluhan :

tidak adanya AKDR dalam liang vagina yang menyebabkan rasa

tidak enak bagi wanita. Dapat terjadi ekspulsi sebagian atau

seluruhnya. Biasanya terjadi pada waktu haid.

(b) Penanggulangan :

(1) Konseling ; menjelaskan kepada pasien bahwa ekspulsi

mungkin saja terjadi pada pemakai AKDR (5%), hal ini

disebabkan oleh tidak sesuainya ukuran AKDR yang terpasang.

(2) Melepas AKDR dan mengganti dengan ukuran yang sesuai.

4) Nyeri

(a) Gejala / keluhan :

nyeri pada waktu pemasangan AKDR, waktu haid.

b) Penanggulangan :

(1) Konseling :

jelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh kontraksi yang

berlebihan dari rahim dan bersifat sementara dan mudah

diatasi.

(2) Tindakan medis :

((a)) Inspeculo :

apakah ada cairan keputihan yang berbau, erosi pada

portio

((b)) Pemeriksaan dalam :


14

apakah terdapat tanda-tanda radang di rahim. Bila

terdapat tanda-tanda radang, AKDR harus segera dilepas.

Apabila benang AKDR terlalu panjang dipotong.

((c)) Pemberian obat analgesic.

5) Infeksi :

(a) Gejala / keluhan :

danya rasa nyeri didaerah perut bagian bawah, bila disertai demam,

keputihan yang berbau busuk dan rasa nyeri pada waktu melakukan

hubungan suami istri / periksa dalam.

(b) Penanggulangan :

(1) Rujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

(2) Bila tidak dapat diatasi AKDR dilepas dan diganti dengan cara

kontrasepsi lain.

6) Translokasi

Translokasi adalah pindahnya AKDR dari tempat seharusnya.

Penanggulangan :

(a) Konseling :

menjelaskan kepada akseptor bahwa hal tersebut mungkin saja

terjadi. Penyebabnya dapat karena kelainan rahim, kesalahan

teknis dalam pemasangannya.

(b) Rujuk ke RS untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pengangkatan

IUD.

l) Prosedur Pemasangan IUD


15

1) Persiapan Alat-alat Untuk Pemasangan IUD

(a) Satu set IUD

(b) Cairan antiseptic secukupnya, antara lain : yodium 1%, betadine 1

%, dettol : air = 1:20

(c) Kapas

(d) Speculum cocor bebek / speculum SIMS

(e) Gunting

(f) Sonde uterus

(g) Tenakulum satu gigi

(h) Tang tampon / pinset panjang

(i) Sepasang sarung tangan steril

(j) Busi / dilatator hegar

(k) Kartu KB

(l) Buku-buku administrasi dan registrasi KB

2) Cara Pemasangan IUD Secara Umum

(a) Member penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,

efek samping dan cara menanggulangi efek samping,

(b) Melaksanakan anamnesa umum, keluarga, media dan kebidanan,

(c) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,

mengukur tekanan darah,

(d) Mempersilahkan calon peserta untuk mengosongkan kandung

kemih,

(e) Calon peserta dipersilahkan berbaring dalam posisi litotomi untuk


16

mempermudah pemasangan IUD,

(f) Petugas cuci tangan

(g) Memakai sarung tangan kanan dan kiri

(h) Lakukan pemeriksaan dalam (PD), untuk menentukan besar rahim

dan bentuk rahim,

(i) Masukkan speculum, bersihkan dinding vagina dan mulut rahim

dengan kapas desinfektan. Perhatikan dinding vagina dan mulut

rahim apakah terdapat kelaianan atau tidak,

(j) Bersihkan portio dengan larutan antiseptic,

(k) Kait bibir depan portio serviks dengan tenakulum tepat pada sebelah

atas portio,

(l) Masukkan sonde sesuai dengan arah rahim, untuk menentukkan

dalamnya rahim,

(m) Siapkan IUD steril. Biasanya IUD generasi II atau III telah dikemas

dalam keadaan suci hama (bila bungkusannya tidak rusak ).

Sedangkan lippes loop perlu disucihamakan dulu,

(n) Masukkan IUD sesuai dengan arah dan dalamnya sonde,

(0) Gunting benang sehingga panjang benang ± 5 cm,

(p) Speculum sym dilepas dan benang IUD didorong kesamping mulut

rahim,

(q) Peserta dirapikan dan dipersilahkan berbaring ± 5 menit

(r) Alat-alat dibersihkan

(s) Petugas cuci tangan


17

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan dan Dokumentasi

Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB


1. Pengertian
Asuhan kebidanan pada ibu/akseptor keluarga berencana (KB) merupakan

bentuk catatan asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu yang akan

melaksanakan pemakaian KB atau akseptor KB, seperti pil, suntik, implan,

IUD, metode operasi pria (MOP), dan lain sebagainya (Mulyani, 2013).
2. Tujuan
Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif dan terstandar

pada ibu akseptor KB dengan memperhatikan riwayat kesehatan ibu,

kebutuhan dan respon ibu serta mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi

selama penggunaan alat kontrasepsi.


3. Langkah-langkah (7 langkah Varney dan SOAP) (Sudarti, 2011).
Teknik penulisan dalam dokomentasi asuhan kebidanan pada ibu yang

menggunakan alat kontrasepsi sebagai berikut:


1) Langkah I : pengumpulan data/ Pengkajian Data
a) Ananmnesis
(1) Keluhan
(2) Riwayat menstruasi
(3) Riwayat penyakit
(4) Riwayat sosial budaya
(5) Riwayat psikologi
(6) Riwayat pemakaian alat dan obat kontrasepsi
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan umum
(2) Tanda-tanda vital
(3) Pemeriksaan head to toe dengan inspeksi, perkusi, palpasi dan

auskiltasi
(4) Pemeriksaan penunjang
2) Langkah II : interpretasi data dasar
Intepretasi data dasar yang akan dilakukan adalah berasal dari beberapa

data yang ditemukan pada saat pengkajian ibu/akseptor KB.


Contoh :
a) Diagnosa : Ny. P1A0 umur 20 tahun akseptor KB suntik 3 bulan
b) Masalah : kenaikan berat badan
c) Kebutuhan : konseling menu seimbang dan pola makan
18

3) Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial


Beberapa hasil dari intepretasi data dasar dapat digunakan dalam

mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial kemungkinan sehingga

ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial ibu/akseptor KB

seperti ibu ingin menjadi akseptor KB pil dengan antisipasi masalah

potensial terjadinya peningkatan berat badan, potensial fluoralbus

meningkat, obesitas, mual dan pusing.


4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial

pada ibu/akseptor KB.


Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi

dan kolaborasi dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien seperti

kebutuhan KIE (Komunikasi, informasi, dan edukasi).


5) Menyusun perencanaan asuhan yang menyeluruh.
Rencana asuhan menyeluruh pada ibu/akseptor KB yang dilakukan

sebagaimana contoh berikut : apabila ibu adalah akseptor KB pil, maka

jelaskan tentang pengertian dan keuntungan KB pil, anjurkan

menggunakan pil secara teratur dan anjurkan untuk periksa secara dini

bila ada keluhan.


6) Melaksanakan perencanaan.menyeluruh yang dibatasi oleh standar

asuhan kebidanan pada ibu/akseptor KB.


7) Evaluasi menggunakan bentuk SOAP
S : (Data subjektif): berisi data pasien melalui anamnesis.
O : (Data objektif): data yang didapat dari hasil observasi malalui
pemeriksaan sebelum atau selama pemakaian KB.
A : (Analisis dan interpretasi): berdasarkan data yang terkumpul
dibuatkan kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
masalah, atau masalah potensial, serta perlunya dilakukan
tindakan segera.
P : (Perencanaan): rencana tindakan yang akan diberikan termasuk
asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosa, laboratorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.
19

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus

menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan dengan metode 7 langkah Varney

dan didokumentasikan dengan metode 4 langkah SOAP.


B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2019,

dengan menerapkan Asuhan Kebidanan KB IUD pada tanggal 22 Februari

2019
2. Tempat Penelitian
20

Tempat penelitian dilaksanakan di Poliklinik KB Puskesmas Tenga

Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.

C. Definisi Operasional

Asuhan Kebidanan pada Akseptor baru KB IUD adalah pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis, mulai dari pengkajian, diagnose kebidanan, tindakan segera,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada Ny. R.P akseptor baru KB IUD di

Poliklinik KB Puskesmas Tenga kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang ibu yaitu Ny. R.P Akseptor

baru yang datang berkunjung untuk melakukan pemasangan KB IUD di Poliklinik

KB Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan format pengkajian melalui hasil

pemeriksaan, wawancara, observasi, dan pendokumentasi kepada ibu sebagai

akseptor baru KB IUD dengan menggunakan format pengkajian data


2. Data Sekunder
Data yang di peroleh dari buku register kunjungan KB, dokumentasi lain di

puskesmas Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.


F. Analisis Data
Data yang di peroleh melalui format asuhan kebidanan pada akseptor baru

KB IUD selanjutnya di analisis berdasarkan manajemen asuhan kebidanan dan

didokumentasikan dengan metode 4 langkah SOAP.


21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran umum Puskesmas Tenga
a. Pengenalan wilayah
Puskesmas Tenga terletak di Desa Pakuweru Kec. Tenga di Desa Minahasa

Selatan
Batas-batas wilayah kerja Rumah Sakit Bhayangakara terdiri dari:
1) Sebelah Utara : Rumah Penduduk
2) Sebelah Timur : Jalan Lorong Siswa
3) Sebelah Barat : Rumah Penduduk
4) Sebelah Selatan : Jalan Raya
b. Jumlah tenaga kesehatan ada 37 orang, klasifikasi sebagai berikut :
1) Kepala Puskesmas: 1 orang
2) KTU : 1 orang
3) Dokter : 2 orang
4) Perawat : 11 orang
5) Bidan : 13 orang
6) Sanitarian : 2 orang
7) Perawat gigi : 2 orang
8) Penyuluh : 1 orang
9) Nutrisions : 1 orang
10) Farmasi : 1 orang
11) Administrasi : 1 orang
c. Sarana dan Prasarana :
22

Puskesmas Tenga yang terdiri dari 1 ruang dokter, 1 ruang administrasi, 1

ruang poli umum, 1 ruang poli anak, 1 ruang poli gigi, 1 ruang KIA/KB, 1

ruang laboratorium, 1 ruang apotek, 1 ruang tata usaha dan 1 ambulance.

2. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Kunjungan I

Hari/Tanggal : Jumat, 22 Februari 2019

Jam : 09.00 wita

Tempat : Poliklinik KB Puskesmas Tenga

a. Identitas Keluarga
Istri Suami
Nama : Ny R.P Nama : Tn S.S
Umur : 23 Tahun Umur : 31 Tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Paku Ure Dsn 01

Pengumpulan data dilakukan saat kunjungan Ny. R.P di Puskesmas tenga

dengan penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan

untuk mengkaji Asuhan Kebidanan pada Ny. R.P untuk menyelesaikan

Pendidikan di Jurusan Kebidanan Poltekkes Manado, Ny R.P menandatangani

Lembar Persetujuan Responden, dilanjutkan dengan melakukan informed

choice, Ny. R.P memilih KB AKDR karena efektifitasnya yang tinggi juga

tidak mempengaruhi volume ASI, setelah itu penandatangan informed consent

oleh Ny. R.P sebagai bentuk bahwa Ny. R.P bersedia untuk dilakukan

pemasangan IUD dengan penjelasan tentang alat kontrasepsi yang sudah

dipilih.
23

Subjektif

Ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi IUD, ibu baru melahirkan

anaknya yang pertama 1 bulan lalu tanggal 20 Januari 2019.

Objektif

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg

N : 78 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : 36,8°C

Payudara : Puting susu menonjol, ada pengeluaran ASI, tidak ada benjolan

pada payudara dan tidak ada nyeri tekan

Pemeriksaan Penunjang

Planotest : negatif (-)

Inspekulo : Dalam batas normal : portio terlihat halus dan tidak terlihat

adanya lesi dan benjolan pada serviks, tidak ada cairan keluar

dari osteum uteri eksternum.

Analisa Data

P1 A0 Akseptor baru KB IUD

Penatalaksanaan

Tanggal : 22 Februari 2019 jam 10.00 witta

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik dan

tidak sedang hamil. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.


24

2. Melakukan konseling kepada ibu dan suami tentang pengertian, keuntungan

dan kerugian, efektifitas, cara kerja, efek samping, keuntungan dan

kerugian dari metode kontrasepsi IUD serta memberikan leaflet pada ibu

tentang KB IUD agar ibu dapat mengerti saat penjelasan berlangsung dan

dapat membacanya ulang dirumah untuk diingat. Ibu sudah mengerti

tentang penjelasan yang diberikan, dan memutuskan menggunakan IUD.

3. Melakukan Informed Concent. Ibu dan suami sudah menandatangani

format informed Concent sebagai tanda persetujuan pemasangan IUD.

4. Persiapan Alat-alat untuk pemasangan IUD :

a. Satu set IUD

b. Cairan antiseptic secukupnya, antara lain : yodium 1%, betadine 1 %,

dettol : air = 1:20

c. Kapas

d. Speculum cocor bebek / speculum SIMS

e. Gunting

f. Sonde uterus

g. Tenakulum satu gigi

h. Tang tampon / pinset panjang

i. Sepasang sarung tangan steril

j. Busi / dilatator hegar

k. Kartu KB

l. Buku-buku administrasi dan registrasi KB

5. Melakukan pemasangan IUD :


25

a. Memberikan penjelasan bahwa pemasangan IUD akan segera

dilaksanakan, menganjurkan ibu untuk BAK . Ibu sudah BAK

b. Mempersilahkan akseptor berbaring dengan posisi litotomi untuk

mempermudah pemasangan IUD. Ibu sudah berbaring secara litotomy

c. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menyalahkan dan

mengarahkan lampu sorot kearah genitalia.

d. Memakai sarung tangan steril dan membersihkan vagina dengan kapas

DTT.

e. Memasukan speculum dan membersihkan dinding vagina dan mulut

rahim dengan kapas desinfektan, memperhatikan dinding vagina dan

mulut rahim apakah ada kelainan dan tanda-tanda infeksi.

f. Membersihkan portio dengan larutan antiseptik, menjepit serviks

dengan tenakulum tepat pada sebelah atas portio.

g. Masukkan sonde uterus sesuai dengan arah rahim untuk menentukan

dalamnya rahim mengukur kedalaman uterus dengan sonde uterus dan

menyesuaikan tabung inserter sesuai hasil pengukuran dengan

menggeser leher biru.

h. Memegang tenakulum dengan tangan kiri, memasukkan IUD sesuai

dengan arah dan kedalaman sonde, menarik sedikit pendorong dari

tabung inserter kemudian inserter didorong kembali kearah kranial

sampai leher biru menyentuh serviks dan merasa ada tahanan.


26

i. Memegang ujung bawah dari inserter dengan tangan kiri dan pendorong

dengan tangan kanan bersamaan dengan tarikan tetap pada tenakulum,

pada saat ini pendorong IUD tidak bergerak.

j. Mengeluarkan pendorong lalu menarik inserter sepanjang benang yang

akan dipotong dengan benar, menggunting benang IUD 2-3 cm didepan

portio dan mengeluarkan inserter.

k. Mengeluarkan tenakulum dengan hati-hati menekan dengan kassa pada

bekas jepitan tenakulum selama 30-60 detik, mengeluarkan speculum

dengan hati-hati.

l. Membereskan alat-alat dan merendam dalam larutan klorin, melepas

sarung tangan dan merendam pada larutan klorin 0,5% dalam keadaan

terbalik, mencuci tangan dengan sabun.

m. Memberitahu pada klien bahwa tindakan telah selesai dilakukan.

6. Memberikan konseling pasca pemasangan :

a. Menjelaskan daya guna IUD

b. Menjelaskan cara memeriksa benang IUD

c. Menganjurkan klien untuk tidak pulang sebelum 15 menit setelah

pemasangan

d. Menyampaikan pada ibu bahwa IUD dapat dilepas kapan saja

7. Menyampaikan kepada ibu jadwal untuk kontrol ulang 1 minggu setelah

pemasangan. Ibu mengerti dan akan datang kontrol kembali Tanggal 01

Maret 2019.

Kunjungan ulang
27

Hari/Tanggal : Jumat, 01 Maret 2019

Jam : 10.00 Wita

Tempat: Poliklinik KB Puskesmas Tenga

Subjektif

Ibu mengatakan mengalami perdarahan sedikit,

Ibu mengatakan sudah dapat mengecek benang secara mandiri.

Objektif

Keadaan umum : Baik

Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg

N : 78 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : 36,8°C

Payudara : Puting susu menonjol, ada pengeluaran ASI, tidak ada benjolan pada

payudara dan tidak ada nyeri tekan

Analisa Data

P1 Akseptor KB IUD 1 minggu

Penatalaksanaan :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik dan tidak

sedang hamil. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan kewanitaan. Ibu mengerti

dan bersedia melakukannya.

3. Menganjurkan ibu untuk selalu mengontrol benang IUD. Ibu mengerti dan

bersedia melakukannya.
28

4. Menganjurkan ibu untuk datang kontrol kembali bila ada keluhan mengenai

IUD. Ibu bersedia untuk datang kontrol kembali bila ada keluhan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan

Kebidanan Akseptor baru KB AKDR yang diberikan pada Ny R.P umur 23 tahun

di Poliklinik KB Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa

selatan dengan melakukan pengambilan data, selanjutnya melakukan pengkajian

di mulai.
Tahap awal yang dilakukan adalah pengumpulan data dasar, pengumpulan

data diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan yang dilakukan peneliti kepada

ibu, ibu datang berkunjung ke Puskesmas dan melakukan anamnesa. Penulis

melakukan Informed Choice pada ibu dan suami karena Menurut Asmawati, dkk

(2015) Informed Choice merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan

Keluarga Berencana karena Informed Choice sebagai langkah awal dari

penerapan Informed Consent, Ny. R.P dan suami kemudian memilih untuk

menggunakan KB AKDR dengan alasan efektivitas tinggi dan tidak mengganggu

produksi ASI, sesuai dengan teori Afandi, (2014) yang mengatakan bahwa

keuntungan KB AKDR adalah sebagai kontrasepsi yang efektivitasnya tinggi,

tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI dan lain sebaginya.

Informed Consent dilakukan sebelum pemasangan kontrasepsi AKDR pada

Ny. R.P, hal ini sesuai dengan teori Fajrin, (2014) salah satu persyaratan

dilakukannya pemasangan AKDR adalah mendapatkan persetujuan atas tindakan

medis yang akan dilakukan pada pasien atau yang dikenal dengan informed

consent. Menurut Rozana dan Sulistyaningsih (2010), dalam penelitian tentang


29

“Evaluasi Pelaksanaan Informed Consent pada Akseptor KB di RSU PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010 menyimpulkan Informed Consent telah

menjadi prosedur yang mutlak harus dilakukan oleh semua tenaga kesehatan

sebelum memberikan asuhan/tindakan kepada klien.

Hasil observasi pada Ny. R.P dengan hasil keadaan umum, tanda-tanda vital

dalam batas normal, pengeluaran ASI ada, kemudian melakukan pemeriksaan

penunjang yaitu inspekulo dalam batas normal test HSG dengan hasil negatife

sesuai teori Fajrin, (2014), kontraindikasi pemasangan AKDR salah satunya

pasien tidak sedang hamil.

Tindakan pemasangan AKDR dilakukan pada Ny.R.P sesuai dengan protap

pemasangan AKDR di Puskesmas Tenga, kemudian menjelaskan cara memeriksa

benang AKDR, menganjurkan Ny. R.P untuk istirahat selama 15 menit setelah

pemasangan dan menyampaikan bahwa AKDR bisa dilepas kapan saja juga

mengingatkan Ny. R.P untuk kontrol ulang 1 minggu setelah pemasangan atau

jika ada keluhan.

Pada kunjungan kedua tanggal 01 Maret 2019 ibu datang dengan keluhan

mengalami perdarahan sedikit dari jalan lahir hal ini sesuai dengan teori Fajrin,

(2014) bahwa efek samping dari pemasangan AKDR adalah terjadi perdarahan

ringan berupa bercak-bercak (spooting) atau perdarahan ini dapat pula terjadi saat

masa haid dalam jumlah berlebihan, penulis memberikan konseling bahwa

perdarahan ringan biasanya terjadi pada awal pemasangan, selama haid,

perdarahan haid lebih banyak dari biasanya dan hal ini adalah normal.
30

Rencana asuhan yang diberikan pada Ny. R.P berdasarkan diagnosa dan

kebutuhan yaitu observasi tanda-tanda vital, KIE efek samping KB AKDR,

siapkan alat untuk pemasangan AKDR, anjurkan ibu untuk menjaga daerah

kewanitaan, anjurkan ibu untuk selalu mengontrol benang IUD dan beritahu ibu

untuk datang kontrol ke puskesmas jika ada keluhan mengenai alat kontrasepsi

yang digunakan.

Pelaksanaan langsung diberikan sesuai dengan rencana yaitu mengobservasi

tanda-tanda vital, KIE efek samping KB AKDR, menyiapkan alat untuk

pemasangan AKDR, menganjurkan ibu untuk menjaga daerah kewanitaan,

menganjurkan ibu untuk selalu mengontrol benang IUD dan memberitahu ibu

untuk datang kontrol ke puskesmas jika ada keluhan mengenai alat kontrasepsi

yang digunakan.

Hasil evaluasi keadaan ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal ibu

mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan bersedia melakukan apa

yang dianjurkan. Peneliti melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :


31

1. Pengumpulan data subjektif Ny. R.P diperoleh Ny. R.P , 23 tahun melahirkan

anak pertama 1 bulan yang lalu, ibu ingin menggunakan AKDR. Penulis

melakukan Informed Choice dan Informed Consent pad Ny. R.P


2. Pengumpulan data objektif diperoleh hasil keadaan umum baik, tanda-tanda

vital dalam batas normal, pemeriksaan penunjang : Hasil plano (-), inspeculo

dalam batas normal.


3. Analisa data Ny. R.P yaitu P1 A0 Akseptor baru AKDR.
4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan Ny. R.P dilakukan konseling tentang

pemasangan AKDR, Menjelaskan efek samping dari AKDR, menjelaskan

cara periksa benang AKDR, menganjurkan Ny. R.P kontrol kembali tanggal

01 Maret 2019.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dapat diajukan saran yaitu :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat terus memberikan perkembangan ilmu dalam asuhan kebidanan

khususnya KB, sehingga dapat menciptakan generasi baru yang lebih baik dari

sebelumnya.

2. Bagi Tempat Penelitian

Agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan pada keluarga berencana.

3. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan asuhan kebidanan pada ibu berKB

khususnya ibu dengan KB IUD.

4. Bagi Responden
32

Diharapkan dapat mengetahui pentingnya melakukan kunjungan ulang secara

rutin untuk mendeteksi dini kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan

pada penggunaan alat kontrasepsi IUD serta dapat mengaplikasikan informasi-

informasi kesehatan yang telah didapatkan dari tenaga medis khususnya

mengenai kontrasepsi IUD.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Asmawati. Rahayu Sri. Informed Choice dengan Kepuasan Pasien Akseptor KB


Baru di PKM Benteng Kota Palopo. Jurnal Voice of Midwife. Vol 04. Akbid
Muhamadiyah Palopo.

BKKBN. 2015. Rencana Strategi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional Tahun 2015-2019. BKKBN. Jakarta

BKKBN “Pentingnya Promosi dan Konseling Kb Pasca Persalinan PP dan Pasca


Keguguran PK ”, Official Website Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/pentingnya- promosidan- konseling-kb-
pasca-persalinan-pp-dan-pasca-keguguran-pk

BKKBN “ Peganugerahan Persi Award - IHMA”, Official Website Badan


33

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/penganugerahan-persi-award-ihma-2016.

Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan (2016), Profile kesehatan


Minahasa Selatan Tahun 2016.

Fatimah, Dewi. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB dalam


Memilih Alat Kontrasepsi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan. Unniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Hartanto. H 2003, Keluarga Berencana dan kontrasepsi, Jakarta


Mandang J, Lumy F, Manueke I, Tando N. (2016). Kesehatan Reproduksi dan
Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Bogor: IN MEDIA

Nurul, Fajrin (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengunaan Alat


Kontrasepsi IUD pada Pasangan Usia Subur di Puskesmas Limba B
Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Other Tesis. Gorontalo:Universitas
Negeri Gorontalo

Proverawati, A., Islaely, A.D., dan Aspuah, Siti. 2010. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Proverawati, A., Islaely, A.D., dan Aspuah, Siti. 2015. Panduan Memilih
Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Puskesmas Tenga (2017,2018), Register Kunjungan KB tahun 2017, 2018.

Rozana, E. Sulistyaningsih. 2010. Evaluasi Pelaksanaan Informed Consent pada


Akseptor KB di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2010. Skripsi.
Stikes Aisyiyah Yogyakarta

Suryani, Ringgi dan Rosmauli Tiurna. Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Kebidanan


Jakarta Timur: Dunia Cerdas, 2014

SDKI (2017), Jumlah Akseptor KB IUD Propinsi Sulawesi Utara tahun 2017.

SDKI-WUS (2017) Survey Demograsi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta

Solang S, Pinontoan S, Tombokan S (2014), “Faktor-faktor yang berhubungan


dengan Penggunaan alat Kontrasepsi dalam Rahim di Puskesmas Tatelu
Kabupaten Minahasa Utara” Jidan

Syafuddin A. B, (2006), Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai