Linux merupakan sebuah sistem operasi yang berbasis open source, yang artinya semua
komponen yang terdapat pada sistem operasi linux dapat secara bebas untuk dikembangkan
oleh siapapun tanpa terkecuali. Sistem operasi Linux yang berbasis open source saat ini banyak
digunakan baik itu oleh perusahaan maupun oleh institusi yang lainnya sehingga kebutuhan
untuk mempelajari setiap komponen yang terdapat pada sistem operasi linux menjadi sangat
penting untuk dipelajari oleh setiap mahasiswa yang memilih konsentrasi Teknik Komputer dan
Jaringan.
Modul ini dibuat untuk mempelajari sistem operasi linux yang khusus untuk membahas tentang
administrasi server pada distro Linux Debian 8.XX, namun jika anda menggunakan distro lain
contohnya Ubuntu, Knopix atau distro turunan dari Linux Debian lainnya, secara konseptual
sama sehingga modul ini dapat anda gunakan juga.
Pada modul ini lebih membahas tentang administrasi server pada Linux Debian 8.XX yang artinya
administrasi server ini lebih terkonsentrasi pada Linux yang berbasiskan text atau CLI (Command
Line Interface). Pertanyaannya adalah: “mengapa lebih memilih untuk menggunakan Linux yang
berbasiskan text? Kenapa tidak menggunakan linux yang berbasiskan GUI saja?” yang pertama
adalah jika anda menginginkan untuk mempelajari Linux maka pelajarilah mode CLI terlebih
dahulu, karena jika anda sudah mengerti tentang mode CLI pada linux, maka Linux yang
berbasiskan GUI akan dengan mudah anda pahami. Kemudian yang kedua adalah jika anda
menginginkan untuk mempelajari administrasi server pada Linux maka hal yang wajib untuk di
pelajari adalah mode CLI, karena server linux akan lebih maksimal jika menggunakan mode CLI
dibandingkan dengan server linux yang berbasiskan GUI, selain menghemat resource memori
dan prosesor yang digunakan juga dapat meringankan kinerja akses data pada server.
1.2. Struktur Direktori Linux Debian
Struktur direktori di Linux adalah sebuah struktur direktori yang semua direktori berada dibawah
direktori “ / ” (filesystem root). Terlepas darimana filesystem tersebut secara fisik diinstall, semua
direktori tersusun secara hirarki dibawah filesystem root. Beikut ini adalah rangkuman dari
beberapa direktori yang berada dibawah hirarki filesystem Linux:
a. “ / ” root
Struktur direktori root ini adalah struktur direktori yang menjadi direktori paling atas pada
struktur hirarki dari semua direktori pada sistem operasi linux
b. /boot
Direktori /boot merupakan direktori yang berisikan bootloader termasuk Grub Boot Loader
atau LILO. Pada direktori inilah disimpan informasi yang berkaitan dengan booting pada
sistem operasi linux.
c. /sys
Direktori /sys merupakan direktori yang berisi firmware dan semua file yang berhubungan
dengan sistem operasi
d. /sbin
Pada direkori ini berisi binary dari sistem operasi yang berfungsi sangat penting untuk
operasi dan kinerja dari sistem operasi
e. /bin
Berbeda dengan /sbin, /bin berisikan binary yang diperlukan untuk user dalam mode user
tersebut.
f. /lib
Pada direktori ini berisi file-file pustaka untuk semua binari yang ada didalam direktori
/sbin dan /bin.
g. /dev
Biasanya pada direktori ini berisikan kumpulan driver-driver perangkat yang terpasang
pada sistem operasi linux
h. /etc
Pada direktori /etc ini berisikan kumpulan file-file konfigurasi sistem essential dan service-
service yang terinstall
i. /home
Biasanya pada direktori ini digunakan untuk menyimpan semua file pada user, berikut
dengan pengaturan user dan profil user
j. /media
Direktori ini berisikan subdirektori yang mewakili semua perangkat removable yang
tersedia. Misalnya hardisk external, flashdisk, DVD Rom dan lain-lain. Secara otomatis
/media akan membuat sub direktori ketika removable media tersebut di koneksikan ke
komputer.
k. /mnt
Sebagai direktori tempat mounting filesystem yang akan digunakan secara sementara
l. /opt
Biasanya direktori berisikan paket software yang tidak terdapat pada file repository linux.
Biasanya digunakan ketika akan menginstal paket software tersebut.
m. /usr
Berisikan aplikasi dan file yang digunakan oleh user sebagai lawan aplikasi dan file yang
digunakan oleh sistem. Misalkan pada aplikasi non-essential yang terletak didalam
direktori /usr/bin bukan pada /bin.
n. /var
Biasanya pada direktori ini berisikan log-log dari aktifitas yang terjadi pada sistem operasi
Linux tersebut.
o. /tmp
Biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan data secara temporary, artinya data
yang tersimpan pada direktori ini, ketika sistem operasi di restart, maka data yang
tersimpan akan terhapus.
Pada mode CLI Linux, anda diharuskan untuk menghafal perintah-perintah dasar yang biasa
digunakan pada Linux, karena pada mode CLI ini kita tidak dapat menggerakkan mouse seperti
halnya pada mode GUI. Maka dari itu anda hanya dapat menggunakan keyboard untuk
melakukan administrasi pada mode linux CLI.
Sebelum anda mengenal beberapa perintah dasar, ada hal yang perlu anda ketahui tentang shell
bash pada console linux. Shell bash merupakan interface pada mode linux CLI yang di tandai
dengan symbol $, shell bash dapat anda gunakan setelah anda melakukan autentikasi login pada
linux. Pada linux terdapat 2 mode user untuk autentikasi login shell bash yaitu root dan user
account, root merupakan user yang memiliki hak akses tertinggi yang dapat melakukan eksekusi
pada semua perintah linux berikut dengan dapat mengakses semua direktori yang terdapat pada
Linux. Sedangkan user account merupakan user yang memiliki hak ases terbatas dan tidak
semua direktori dapat dibuka ketika anda menggunakan user ini.
Saat login menggunakan user account maka tampilan shell bash nya adalah seperti berikut ini:
[fathur@localhost]$
Namun jika anda login menggunakan root maka tampilan shell bash nya akan terdapat perbedaan
seperi berikut ini:
[root@localhost~]#
Setelah login pada shell bash pada Linux, barulah anda dapat mengetikkan perintah-perintah
dasar linux sesuai dengan fungsi perintah itu sendiri. Dan berikut ini adalah ringkasan dari
perintah dasar linux yang sering digunakan untuk administrasi server linux berbasis CLI.
[fathur@localhost]$ pwd
/home/fathur
Pada perintah tersebut berarti anda sedang berada pada direktori /home/fathur
1.4.2. Perintah ls
Perintah ls digunakan untuk melihat isi dari sebuah direktori. Perintah ls ini bisa
berdiri sendiri, bisa juga ditambahkan option setelahnya. Berikut ini adalah
beberapa option yang dapat digunakan untuk perintah ls:
-a : menampilkan semua file & folder yang tersembunyi
-A : fungsinya hampir sama dengan –a namun hanya menampilkan file saja
tanpa menampilkan direktori
-c : menampilkan direktori, namun dalam berbentuk kolom
-d : menampilkan list direktori saja, tanpa isi direktorinya
-f : menampilkan isi direktori tanpa diurutkan sesuai abjad
-l : menampilkan isi direktori secara lengkap, mulai dari kepemilikan file, hak
akses file, size, tanggal file modified sampai dengan tanggal file tersebut
dibuat
-1 : menampilkan isi direktori dengan format satu direktori per baris
[fathur@localhost]$ ls -la
Artinya perintah tersebut adalah untuk melihat semua file dan direktori termasuk
yang tersembunyi, dengan menampilkan isi direktori secara lengkap mulai dari
kepemilikan file, hak akses file, size file, dan sebagainya.
Masih banyak lagi option yang dapat anda gunakan sesuai dengan kebutuhan
anda untuk dapat melihat isi direktori menggunakan perintah ls.
Artinya anda akan membuat folder dengan nama FolderTest pada folder /home.
Dan jika anda ingin melihat apakah folder tersebut sudah ada atau belum pada
folder /home, maka gunakanlah perintah ls /home untuk melihat isi dari folder
/home.
Jika anda menghendaki untuk membuat 2 folder baru dengan nama yang sama
dalam satu folder maka hal tersebut tidak bisa dilakukan dan Linux akan
menampilkan error. Namun anda bisa saja untuk membuat beberapa direktori
secara bersamaan dengan memisahkan perintah mkdir dengan karakter ; seperti
contoh berikut:
1.4.4. Perintah cd
Perintah cd digunakan untuk berpindah direktori aktif. Perintah ini adalah untuk
berpindah dari sebuah direktori ke direktori lainnya. Sebagai contoh misalkan saat
ini anda sedang berada pada direktori /home/fathur, dan anda ingin berpindah ke
direktori /etc/network. Maka perintah yang digunakan adalah menggunakan
perintah cd. Syntaxnya adalah cd(spasi)folder tujuan. Berikut ini adalah contoh
penggunaannya:
[fathur@localhost]$ cd /etc/network
Maka saat anda sudah berpindah direktori maka cobalah untuk melihat di direktori
mana anda sedang aktif dengan perindah pwd, maka hasilnya akan seperti ini:
[fathur@localhost]$ pwd
/etc/network
[fathur@localhost]$ cd ..
Maka setelah perintah tersebut di eksekusi dengan enter, maka akan tampil isi
dari file info.php tersebut. Perintah ini tentunya tidak akan berpengaruh jika file
tersebut adalah merupakan file kosong.
1.4.10. Perintah cp
Perintah cp berfungsi untuk meng-copy atau menduplikasi file dan folder. Proses
copy ini artinya menduplikasi file/folder dengan tidak menghapus atau merubah
dari file/folder asal. Syntax yang digunakan untuk perintah ini adalah:
cp(spasi)NamaFileAsal NamaFileTujuan
sebagai contoh berikut adalah contoh penggunaannya:
Pada perintah diatas, artinya anda akan menduplikasi keseluruhan isi dari file
info.php ke file informasi.php. Tentunya yang namanya duplikasi, file hasil
duplikasi tersebut akan identik isinya dengan file asal. Pada contoh perintah cp
diatas berlaku untuk menduplikasi file pada direktori yang sama. Namun jika
menghendaki menduplikasi file pada direktori yang berbeda dengan file asal, maka
berikut adalah contoh dari penggunaannya
Nah, pada contoh perintah diatas, artinya anda akan menduplikasi file info.php ke
file informasi.php yang terdapat pada direktori /home/fathur.
1.4.11. Perintah mv
Perintah mv ini mempunyai 2 fungsi yaitu merubah nama dari sebuah file atau
folder (rename) atau memindahkan file atau folder ke direktori yang berbeda
(move). Untuk fungsi perintah mv sebagai rename, berikut adalah contoh
perintahnya:
Pada perintah diatas, artinya anda akan memindahkan file informasi.php ke folder
/home/fathur dengan nama yang sama yaitu informasi.php. Namun jika anda
menghendaki untuk memindahkan file/folder sekaligus rename file tersebut,
berikut adalah contoh dari penggunannya:
Pada perintah diatas, artinya anda akan memindahkan file informasi.php ke folder
/home/fathur dengan sekaligus me-rename file informasi.php menjadi
informasi2.php
1.4.12. Perintah rm
Perintah rm berfungsi untuk menghapus file atau direktori. Tetapi ada perbedaan
syntax yang digunakan untuk menghapus file dan direktori. Perbedaannya
adalah pada option yang harus di tambahkan. Untuk menghapus file tidak perlu
menambahkan option lain, namun jika anda menghapus direktori harus
menambahkan option -R.
Sebagai contoh berikut adalah contoh penggunaan untuk menghapus file:
[fathur@localhost]$ rm informasi.php
[fathur@localhost]$ rm –R FolderTest
Pada perintah diatas, option –R digunakan untuk menghapus folder dengan nama
FolderTest. Jika perintah rm tanpa diikuti dengan option –R, maka linux akan
menampilkan error pada saat menghapus folder. Hati-hati dalam menggunakan
perintah ini, bisa jadi folder-folder penting dapat ikut terhapus pula.
1.4.13. Perintah find
Perintah find digunakan ketika anda ingin mencari suatu file dalam sebuah
direktori. Pencarian dengan menggunakan perintah find ini bisa berdasarkan
nama, ukuran file ataupun waktu pembuatan file tersebut, tentunya dengan
memberikan option sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah contoh penggunaan
perintah find jika ingin mencari file berdasarkan nama file:
Pada contoh perintah diatas, artinya akan mencari semua file dengan ekstensi .txt
yang terdapat pada folder /home/fathur/FolderTest. Nantinya hasil pencarian akan
menampilkan semua file yang berekstensi .txt yang terdapat pada folder tersebut.
Dalam hal ini adalah menggunakan option –name karena pencarian berdasarkan
nama file.
Pada contoh perintah diatas terdapat option –xzvf, berikut adalah penjelasan
masing-masing option tersebut:
Option x adalah untuk meng-ekstrak file
Option z adalah untuk melakukan filter terhadap file dengan format gzip
Option v untuk menampilkan proses ekstrak sehingga user dapat
mengetahui proses ekestrak tersebut
Option f adalah berarti ada nama file yang harus di ikuti, biasanya nanti
akan membentuk sebuah folder sesuai dengan nama asalnya
Sedangkan untuk file yang berekstensi .tar.gz2 anda bisa mengganti option z
dengan menggunakan option j. misalkan:
[fathur@localhost]$ tar –xjvf wordpress.tar.gz2
Pada contoh diatas artinya akan menampilkan 15 baris terakhir pada file
/var/log/message. Perintah tail ini juga bisa digunakan untuk menampilkan baris
secara real time, biasanya lebih sering digunakan untuk menampilkan log secara
realtime. Untuk itu option yang digunakan adalah –f untuk menampilkan isi file
secara realtime. Sebagai contoh perintah untuk melihat log dari mysql yang ada di
/var/log/mysql seperti berikut ini:
Artinya perintah tail akan menampilkan secara realtime isi dari file /var/log/mysql,
jika file tersebut ada tambahan baris, maka secara otomatis perintah tail akan
menampilkannya.
1.4.17. Perintah grep
Perintah grep digunakan untuk mencari sebuah kata atau karakter yang terdapat
pada sebuah file. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
Maka perintah tersebut akan mencari kata thanks pada file TestFile.txt
1.4.18. Perintah wc
Perintah ini digunakan untuk menampikan jumlah baris, jumlah kata dan ukuran
yang terdapat pada sebuah file. Berikut adalah contoh penggunaannya:
[fathur@localhost]$ wc TestFile.txt
5 10 213 TestFile.txt
Pada contoh diatas 5 berarti adalah jumlah baris pada file tersebut, 10 adalah
jumlah keseluruhan kata pada file tersebut dan nilai 213 adalah ukuran dari file
tersebut.
Dan berikut ini adalah contoh dari penggunan perintah uname dengan
menggunakan option –a:
[fathur@localhost]$ uname –a
[fathur@localhost]$ date
[fathur@localhost]$ cal
1.4.22. Perintah df
Perintah df ini digunakan untuk menampilkan list partisi yang terdapat pada sistem
operasi berikut dengan penggunaan space dan sisa space pada hardisk anda.
Perintah df ini dapat berdiri sendiri sebagai contoh:
[fathur@localhost]$ df
Pada perintah diatas akan menampilkan keterangan free space maupun used
space pada hardisk, namun satuannya masih dalam satuan bit sehingga susah
untuk dibaca. Untuk merubah satuannya menjadi satuan kilobyte, megabyte,
gigabyte atau terabyte maka gunakannya perintah df –h seperti pada contoh
dibawah ini:
[fathur@localhost]$ df -h
1.4.23. Perintah du
Perintah du digunakan untuk menampilkan ukuran dari sebuah file atau direktori.
Penggunaan dan optionnya sama dengan perintah df, jika hanya berupa perintah
du saja tanpa ada option dibelakangnya, maka akan menampilkan ukuran file
dalam satuan bit. Untuk menampilkan ukuran dari sebuah file atau direktori
dengan menggunakan satuan kilobyte, megabyte, gigabyte atau terabyte maka
gunakan option –h, seperti pada contoh dibawah ini:
[fathur@localhost]$ du -h
[fathur@localhost]$ uptime
[fathur@localhost]$ hostname
[fathur@localhost]$ free
1.4.27. Perintah ps
Perintah ps yang merupakan kepanjangan dari “process status” merupakan
perintah yang digunakan untuk memberikan status proses pada sistem operasi
yang anda gunakan. Perintah ini dapat menampilkan berbagai informasi mengenai
proses apa saja yang sedang aktif, berikut user yang menjalankan proses
tersebut, berapa lama proses tersebut dijalankan, sampai dengan id dari masing-
masing proses. Berikut adalah penggunaannya:
[fathur@localhost]$ ps
[fathur@localhost]$ who
[fathur@localhost]$ whoami
1.4.30. Perintah su
Perintah su digunakan untuk berpindah dari user yang saat ini anda gunakan ke
user lainnya yang terdapat dalam sistem operasi, perintah su ini haruslah di ikuti
dengan user pengganti dibelakang perintah su, seperti pada contoh dibawah ini:
[fathur@localhost]$ su fathurrohman
Artinya anda akan berpindah dari user fathur ke user fathurrohman. Namun jika
perintah su ini tidak di ikuti dengan user pengganti dibelakangnya, maka sistem
akan menganggap akan berpindah ke user root. Seperti berikut ini
[fathur@localhost]$ su
Maka anda diharuskan untuk mengetikkan password root untuk berpindah dari
user fathur ke user root.
[root@localhost~]# visudo
Maka kemudian tambahkan user anda dibawah baris tersebut, seperti contoh
dibawah ini:
Kemudian save file tersebut dengan cara klik tombol ESC pada keyboard anda
kemudian ketik :wq untuk save file. Maka user fathur akan mendapatkan hak akses
yang sama dengan user root, namun untuk mengeksekusi perintah yang dimiliki
root harus di sertai dengan peritah sudo di depannya, sebagai contoh:
Perintah adduser yang notabene hanya bisa diakses oleh root, dapat juga diakses
mengvgunakan user fathur dengan catatan menggunakan tambahan perintah
sudo sebelum perintah adduser contohnya.
Namun jika ingin mengganti password untuk user sendiri, berikut adalah
contohnya:
[fathur@localhost]$ passwd
Perlu diketahui pada beberapa distro linux terdapat ketentuan tentang minimal 6
karakter untuk password dan password tidak boleh mudah ditebak. Maka dari itu
gunakanlah password yang sedikit lebih panjang serta tidak mudah ditebak untuk
keamanan dari user account tersebut.
Dan berikut adalah contoh untuk menghapus user account berikut dengan home
direktori dari user tersebut:
Pada perintah diatas linuxxer merupakan nama group yang akan dibuat.
[root@localhost~]# clear
Perintah diatas haruslah diakses dalam mode root. karena seperti perintah mount,
perintah umount ini dapat dijalankan hanya dengan mode user root. Dan perlu
diketahui untuk melepas sebuah mount, anda diharuskan untuk berada diluar
direktori yang akan di umount, karena jika tidak maka akan terjadi kesalahan saat
melakukan umount.
Selain itu perintah apt juga dapat digunakan untuk menghapus packet software
yang sebelumnya sudah di install. Berikut adalah contoh penggunaannya:
Berikut adalah contoh perintah apt yang digunakan untuk mengupdate packet
software:
Atau:
Saat anda menjalankan perintah vim, anda akan menghadapi sebuah command
mode, namun anda belum dapat melakukan editing file karena secara default,
pada saat membuka file pertama kali dengan vim, maka file tersebut hanya tidak
dapat diedit. Untuk masuk ke input mode, silahkan ketikkan tombol INSERT pada
keyboard anda untuk memulai editing file.
Setelah anda selesai melakukan editing, untuk melakukan save pada file tersebut,
silahkan anda ketikkan tombol ESC untuk kembali ke command mode, serta
ketikkan tombol :wq untuk menyimpan file dan langsung keluar dari file. Namun
jika tidak ingin menyimpan file tersebut, anda tinggal ketikkan tombol :q untuk
langsung keluar tanpa save file.
[root@localhost~]# ifconfig
Network Interface Card (NIC) atau pada linux lebih familiar disebut dengan Ethernet
adalah sebuah peripheral yang berfungsi untuk menghubungkan server ke sebuah
jaringan melalui media kabel. Pada linux debian Ethernet biasanya diberi nama eth0,
eth1, eth2 dan seterusnya sesuai dengan jumlah Ethernet yang aktif pada server
tersebut. Selain interface eth0, eth1, eth2 dan seterusnya, terdapat interface dengan
nama lo yang merupakan kepanjangan dari loopback. Interface lo atau loopback ini
adalah interface default dari sistem operasi yang merupakan interface untuk
localhost machine dari sistem operasi linux. Untuk melihat ethernet yang aktif berikut
konfigurasi IP Addressnya, gunakan perintah ifconfig yang sudah dibahas
sebelumnya.
[gambar ifconfig]
Jika ethernet masih belum muncul, dan hanya menampilkan interface lo saja. Maka
itu berarti ethernet anda tidak aktif secara otomatis, melainkan anda harus aktifkan
secara manual dengan perintah ifup. Berikut contohnya:
Perintah diatas artinya akan mengaktifkan interface eth0 namun perlu di ingat bahwa
perintah ifup hanya untuk mengaktifkan interface ethernet secara temporary, artinya
ketika sistem operasi restart atau dinyalakan kembali, maka interface tersebut tetap
tidak aktif secara otomatis. Harus mengaktifkan manual kembali.
Sebaliknya jika anda menginginkan untuk menonaktifkan salah satu dari interface
ethernet yang sedang aktif, anda bisa gunakan perintah ifdown seperti berikut:
Pengalamatan IP atau lebih familiar disebut dengan IP Address merupakan hal yang
sangat penting jika server yang anda punya ingin terhubung kedalam sebuah
jaringan intranet maupun internet. IP Address merupakan sebuah identitas yang
digunakan untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dalam sebuah jaringan.
Memberikan IP Address pada sebuah perangkat bisa menggunakan 2 cara yaitu
dengan DHCP (Dynamic Host Client Protocol) dan Static. DHCP merupakan metode
pemberian IP Address pada sebuah perangkat secara otomatis. IP Address akan
diberikan langsung oleh router, atau server DHCP untuk di distribusikan ke client-
client yang terhubung dengan router atau server DHCP. Artinya jika anda
menghendaki untuk memberikan IP Address pada server anda secara DHCP anda
tidak perlu repot untuk menkonfigurasi IP Address. Namun jika anda menghendaki
pemberian IP Address pada server dengan static IP Address, maka IP Address
harus anda tambahkan secara manual ke server. Berikut adalah contoh perintah
untuk memberikan ip address pada Linux Server Debian:
Artinya bahwa anda akan memberikan IP Address pada interface eth0 dengan IP
192.168.10.1 dan netmask 255.255.255.0, up adalah untuk memberikan perintah
mengaktifkan interface.
Namun perlu di perhatikan bahwa perintah diatas bersifat temporary, yaitu bahwa
ketika server restart atau dinyalakan ulang, maka konfigurasi akan hilang dan anda
harus menjalankan perintah seperti itu lagi untuk menambahkan IP Address secara
manual.
Tetapi tentunya hal tersebut tidak praktis karena setiap kali restart diharuskan untuk
setting ulang. Maka dari itu anda harus mengedit file /et/network/intefaces
menggunakan perintah nano atau vim untuk memberikan IP Address secara manual
pada server. Berikut adalah contoh merubah IP Address menggunakan editor nano:
[gambar konfigurasi IP Address dengan nano]
Tambahkan IP Address sesuai dengan gambar diatas, setelah dirasa konfigurasi
sudah sesuai dengan gambar maka untuk save & exit pada editor nano silahkan
ketak kombinasi CTRL+X kemudian tekan Y untuk menyimpan dan N untuk tidak
menyimpannya.
Perhatikan juga pada baris auto eth0. Baris ini menandakan bahwa interface eth0
akan otomatis aktif ketika server booting. Apabila tidak disertai dengan baris auto,
maka interface tidak akan otomatis aktif, dan anda perlu mengaktifkan secara
manual dengan perintah ifup.
Setelah selesai mengkonfigurasi IP Address, jangan lupa untuk merestart terlebih
dahulu service networkingnya agar konfigurasi tersebut dapat aktif. Perintah untuk
restart service networking adalah:
Pada jaringan, dikenal istilah routing, yaitu kemampuan sebuah interface jaringan
untuk dapat melewati network yang berbeda. Dengan menggunakan tabel routing
ini anda dapat melihat konfigurasi routing yang ada pada server anda.
Untuk melihat tabel routing pada linux, dapat menggunakan perintah berikut:
[root@localhost~]# route -n
Hostname digunakan untuk penamaan pada setiap host atau dalam hal ini server
dalam sebuah jaringan. Fungsi dari hostname memudahkan anda dalam
memberdakan setiap server yang anda kelola, karena sifat manusia yang lebih
mudah menghafal nama dibandingkan dengan menghafal nomor maka hostname
ini sangat diperlukan.
Sebenarnya secara otomatis pada saat anda menginstall sistem operasi Linux
Debian, sudah diberikan fasilitas wizard untuk pemberian hostname tersebut.
Namun jika anda menghendaki untuk merubah hostname tanpa melakukan install
ulang pada sistem operasi, maka anda hanya diminta untuk merubah file
/etc/hostname menggunakan editor nano
Kemudian cek kembali hostname nya apakah sudah diganti atau belum dengan
perintah hostname seperti pada contoh dibawah ini:
[root@localhost~]# hostname
Untuk memulai melakukan instalasi SSH Server pada Linux Debian Server anda, pastikan
terlebih dahulu bahwa Linux Server anda sudah terupdate. Jika sudah terupdate, maka
jalankan perintah seperti dibawah ini untuk memulai instalasi SSH Server:
Option –y pada contoh diatas artinya secara otomatis sistem operasi akan melakukan
persetujuan pada instalasi SSH Server, sehingga tidak perlu lagi melakukan konfirmasi Y/N
lagi. Tunggu sampai instalasi selesai di lakukan.
Maka akan tampil konfigurasi yang berkaitan dengan SSH Server. Sebagain contoh misalkan
anda ingin merubah port SSH, silahkan cari baris “port 22” kemudian ganti dengan ”Port 2200”
kemudian save file tersebut.
[gambar contoh konfigurasi merubah port ssh]
Setelah setelah lakukan restart pada service SSH Server
Untuk melakukan pengujian pada service SSH Server yang sudah anda konfigurasi
sebelumnya, bisa menggunakan aplikasi SSH Client. Secara default SSH Client sudah
terinstall pada sistem operasi Linux Debian. Namun jika anda menggunakan sistem operasi
Windows, maka anda diharuskan untuk mendownload aplikasi PuTTY untuk dapat
mengakses SSH Server.
a) Akses SSH Server menggunakan CLI di Linux
Untuk dapat akses ke SSH Server menggunakan CLI di Linux, ketikkan perintah
seperti pada contoh dibawah ini:
Pada contoh diatas adalah root bertindak sebagai username dan 192.168.10.1
adalah bertindak sebagai IP Address Server yang akan kita remote.
[gambar contoh akses ssh melalui CLI]
b) Akses SSH Server menggunakan PuTTY di Windows
Untuk dapat akses SSH Server di windows, silahkan download aplikasi PuTTY
terlebih dahulu, setelah selesai, silahkan dibuka kemudian sesuaikan dengan
gambar dibawah ini
[gambar contoh akses ssh melalui PuTTY]
Setelah sukses dan dapat masuk ke SSH Server, maka anda dapat
mengkonfigurasikan server anda melalui windows dengan bantuan aplikasi
PuTTY dan service SSH Server. Mudah bukan?
MODUL IV
Untuk memulai instalasi DNS Server, pastikan kembali sistem operasi Linux anda sudah
terupdate. Kemudian jalankan perintah dibawah ini:
Sebenarnya pada kenyataannya walaupun anda hanya menginstall bind9, namun aplikasi
pendukung lainnya akan ikut terinstall seperti bindutils, dig, dns-cache dll.
[gambar contoh instalasi bind9]
4.2 Konfigurasi DNS Server
Beberapa file penting yang harus di perhatikan dalam mengkonfigurasikan DNS Server
adalah, file named.conf. file forward zone, file reverse zone, file resolve.conf, dan file hosts.
Pastikan anda memahami letak dari file-file tersebut karena dalam modul kali ini anda akan
berkutit dengan file-file tersebut.
File Zone Domain ini adalah file dimana anda akan menentukan nama
domain untuk nameserver dari DNS Server anda. Anda boleh membuat zone
domain menggunakan TLD namun hanya terbatas pada jaringan local saja.
Karena untuk domain TLD yang dapat diakses di internet, sudah ada
organisasi yang khusus mengatur pendaftaran domain TLD tersebut. Namun
anda bisa menambahkan sub domain yang akan menjadi name server DNS
Server anda.
Untuk memulai konfigurasi, maka anda bisa membuka file named.conf atau
named.conf.local dengan menggunakan perintah nano atau vim, dalam hal
ini saya contohkan dengan menggunakan perintah nano. Berikut adalah
contoh dari penggunaan perintahnya:
File forward zone ini berfungsi untuk menterjemahkan DNS Server menjadi
sebuah IP Address. Sebagai contoh misalkan anda ketikkan domain
debianserverku.com melalui web browser anda, maka DNS Server
selanjutnya akan merespon dari request tersebut, biasanya dengan
menampilkan halaman web.
Kemudian untuk memulai membuat file forward zone, anda disarankan
untuk mengcopykan dari file default yang sudah ada yaitu file db.local.
Karena untuk lebih simple, daripada anda mengetik dari awal, lebih baik
untuk mengcopy file yang sudah ada.
Cobalah sesuaikan file yang anda buat dengan script dibawah ini:
[gambar contoh script konfigurasi forward zone]
Silahkan untuk mengikuti script yang terdapat pada gambar dibawah ini.
Sesuaikan dengan keadaan yang terdapat pada jaringan anda.
[gambar contoh script konfigurasi reverse zone
4.2.4 Menambahkan DNS Name Server
Selanjutnya, agar DNS Server dapat diakses melalui localhost maupun host
lainnya, tambahkan DNS dan nameserver pada file /etc/resolv.conf. Edit file
/etc/resolv.conf tersebut menggunakan perintah nano.
Maka jika pengujian sukses, akan tampil seperti pada gambar dibawah ini:
[gambar contoh pengujian nslookup]
Jika masih terdapat error pada saat melakukan pengujian, maka periksalah file
forward zone, reverse zone, dan named.conf. karena file itulah yang merupakan inti
dari membuat DNS Server.
Atau selain dengan menggunakan perintah nslookup, anda dapat menggunakan
perintah dig untuk melakukan pengujian pada DNS Server tersebut. Seperti pada
contoh perintah dig dibawah ini;
[gambar contoh pengujian dig]