Anda di halaman 1dari 33

MODUL I

PENGENALAN DASAR LINUX SERVER

1.1. Pengenalan Linux Debian

Linux merupakan sebuah sistem operasi yang berbasis open source, yang artinya semua
komponen yang terdapat pada sistem operasi linux dapat secara bebas untuk dikembangkan
oleh siapapun tanpa terkecuali. Sistem operasi Linux yang berbasis open source saat ini banyak
digunakan baik itu oleh perusahaan maupun oleh institusi yang lainnya sehingga kebutuhan
untuk mempelajari setiap komponen yang terdapat pada sistem operasi linux menjadi sangat
penting untuk dipelajari oleh setiap mahasiswa yang memilih konsentrasi Teknik Komputer dan
Jaringan.

Modul ini dibuat untuk mempelajari sistem operasi linux yang khusus untuk membahas tentang
administrasi server pada distro Linux Debian 8.XX, namun jika anda menggunakan distro lain
contohnya Ubuntu, Knopix atau distro turunan dari Linux Debian lainnya, secara konseptual
sama sehingga modul ini dapat anda gunakan juga.

Pada modul ini lebih membahas tentang administrasi server pada Linux Debian 8.XX yang artinya
administrasi server ini lebih terkonsentrasi pada Linux yang berbasiskan text atau CLI (Command
Line Interface). Pertanyaannya adalah: “mengapa lebih memilih untuk menggunakan Linux yang
berbasiskan text? Kenapa tidak menggunakan linux yang berbasiskan GUI saja?” yang pertama
adalah jika anda menginginkan untuk mempelajari Linux maka pelajarilah mode CLI terlebih
dahulu, karena jika anda sudah mengerti tentang mode CLI pada linux, maka Linux yang
berbasiskan GUI akan dengan mudah anda pahami. Kemudian yang kedua adalah jika anda
menginginkan untuk mempelajari administrasi server pada Linux maka hal yang wajib untuk di
pelajari adalah mode CLI, karena server linux akan lebih maksimal jika menggunakan mode CLI
dibandingkan dengan server linux yang berbasiskan GUI, selain menghemat resource memori
dan prosesor yang digunakan juga dapat meringankan kinerja akses data pada server.
1.2. Struktur Direktori Linux Debian

Struktur direktori di Linux adalah sebuah struktur direktori yang semua direktori berada dibawah
direktori “ / ” (filesystem root). Terlepas darimana filesystem tersebut secara fisik diinstall, semua
direktori tersusun secara hirarki dibawah filesystem root. Beikut ini adalah rangkuman dari
beberapa direktori yang berada dibawah hirarki filesystem Linux:
a. “ / ” root
Struktur direktori root ini adalah struktur direktori yang menjadi direktori paling atas pada
struktur hirarki dari semua direktori pada sistem operasi linux
b. /boot
Direktori /boot merupakan direktori yang berisikan bootloader termasuk Grub Boot Loader
atau LILO. Pada direktori inilah disimpan informasi yang berkaitan dengan booting pada
sistem operasi linux.
c. /sys
Direktori /sys merupakan direktori yang berisi firmware dan semua file yang berhubungan
dengan sistem operasi
d. /sbin
Pada direkori ini berisi binary dari sistem operasi yang berfungsi sangat penting untuk
operasi dan kinerja dari sistem operasi
e. /bin
Berbeda dengan /sbin, /bin berisikan binary yang diperlukan untuk user dalam mode user
tersebut.
f. /lib
Pada direktori ini berisi file-file pustaka untuk semua binari yang ada didalam direktori
/sbin dan /bin.
g. /dev
Biasanya pada direktori ini berisikan kumpulan driver-driver perangkat yang terpasang
pada sistem operasi linux
h. /etc
Pada direktori /etc ini berisikan kumpulan file-file konfigurasi sistem essential dan service-
service yang terinstall
i. /home
Biasanya pada direktori ini digunakan untuk menyimpan semua file pada user, berikut
dengan pengaturan user dan profil user
j. /media
Direktori ini berisikan subdirektori yang mewakili semua perangkat removable yang
tersedia. Misalnya hardisk external, flashdisk, DVD Rom dan lain-lain. Secara otomatis
/media akan membuat sub direktori ketika removable media tersebut di koneksikan ke
komputer.
k. /mnt
Sebagai direktori tempat mounting filesystem yang akan digunakan secara sementara
l. /opt
Biasanya direktori berisikan paket software yang tidak terdapat pada file repository linux.
Biasanya digunakan ketika akan menginstal paket software tersebut.
m. /usr
Berisikan aplikasi dan file yang digunakan oleh user sebagai lawan aplikasi dan file yang
digunakan oleh sistem. Misalkan pada aplikasi non-essential yang terletak didalam
direktori /usr/bin bukan pada /bin.
n. /var
Biasanya pada direktori ini berisikan log-log dari aktifitas yang terjadi pada sistem operasi
Linux tersebut.
o. /tmp
Biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan data secara temporary, artinya data
yang tersimpan pada direktori ini, ketika sistem operasi di restart, maka data yang
tersimpan akan terhapus.

Berikut ini adalah diagram struktur direktori pada Linux:

1.3. Instalasi Linux Debian Server Berbasis Text (CLI)

1.4. Perintah Dasar Linux

Pada mode CLI Linux, anda diharuskan untuk menghafal perintah-perintah dasar yang biasa
digunakan pada Linux, karena pada mode CLI ini kita tidak dapat menggerakkan mouse seperti
halnya pada mode GUI. Maka dari itu anda hanya dapat menggunakan keyboard untuk
melakukan administrasi pada mode linux CLI.
Sebelum anda mengenal beberapa perintah dasar, ada hal yang perlu anda ketahui tentang shell
bash pada console linux. Shell bash merupakan interface pada mode linux CLI yang di tandai
dengan symbol $, shell bash dapat anda gunakan setelah anda melakukan autentikasi login pada
linux. Pada linux terdapat 2 mode user untuk autentikasi login shell bash yaitu root dan user
account, root merupakan user yang memiliki hak akses tertinggi yang dapat melakukan eksekusi
pada semua perintah linux berikut dengan dapat mengakses semua direktori yang terdapat pada
Linux. Sedangkan user account merupakan user yang memiliki hak ases terbatas dan tidak
semua direktori dapat dibuka ketika anda menggunakan user ini.
Saat login menggunakan user account maka tampilan shell bash nya adalah seperti berikut ini:

[fathur@localhost]$

Namun jika anda login menggunakan root maka tampilan shell bash nya akan terdapat perbedaan
seperi berikut ini:

[root@localhost~]#

Setelah login pada shell bash pada Linux, barulah anda dapat mengetikkan perintah-perintah
dasar linux sesuai dengan fungsi perintah itu sendiri. Dan berikut ini adalah ringkasan dari
perintah dasar linux yang sering digunakan untuk administrasi server linux berbasis CLI.

1.4.1. Perintah pwd


Yaitu perintah yang digunakan untuk melihat di direktori mana kita sedang aktif
(current directory). Perintah ini tidak mempunyai argument dan option. Contoh
penggunaannya adalah sebagai berikut:

[fathur@localhost]$ pwd
/home/fathur

Pada perintah tersebut berarti anda sedang berada pada direktori /home/fathur

1.4.2. Perintah ls
Perintah ls digunakan untuk melihat isi dari sebuah direktori. Perintah ls ini bisa
berdiri sendiri, bisa juga ditambahkan option setelahnya. Berikut ini adalah
beberapa option yang dapat digunakan untuk perintah ls:
-a : menampilkan semua file & folder yang tersembunyi
-A : fungsinya hampir sama dengan –a namun hanya menampilkan file saja
tanpa menampilkan direktori
-c : menampilkan direktori, namun dalam berbentuk kolom
-d : menampilkan list direktori saja, tanpa isi direktorinya
-f : menampilkan isi direktori tanpa diurutkan sesuai abjad
-l : menampilkan isi direktori secara lengkap, mulai dari kepemilikan file, hak
akses file, size, tanggal file modified sampai dengan tanggal file tersebut
dibuat
-1 : menampilkan isi direktori dengan format satu direktori per baris

Berikut ini adalah contoh penggunaan dari perintah ls

[fathur@localhost]$ ls -la

Artinya perintah tersebut adalah untuk melihat semua file dan direktori termasuk
yang tersembunyi, dengan menampilkan isi direktori secara lengkap mulai dari
kepemilikan file, hak akses file, size file, dan sebagainya.
Masih banyak lagi option yang dapat anda gunakan sesuai dengan kebutuhan
anda untuk dapat melihat isi direktori menggunakan perintah ls.

1.4.3. Perintah mkdir


Perintah ini digunakan untuk membuat sebuah direktori/folder. Syntax nya adalah
mkdir(spasi)NamaFolder. Berikut adalah contoh penggunaannya:

[fathur@localhost]$ mkdir /home/FolderTest

Artinya anda akan membuat folder dengan nama FolderTest pada folder /home.
Dan jika anda ingin melihat apakah folder tersebut sudah ada atau belum pada
folder /home, maka gunakanlah perintah ls /home untuk melihat isi dari folder
/home.
Jika anda menghendaki untuk membuat 2 folder baru dengan nama yang sama
dalam satu folder maka hal tersebut tidak bisa dilakukan dan Linux akan
menampilkan error. Namun anda bisa saja untuk membuat beberapa direktori
secara bersamaan dengan memisahkan perintah mkdir dengan karakter ; seperti
contoh berikut:

[fathur@localhost]$ mkdir music; mkdir video; mkdir foto


Artinya anda sudah membuat folder music, video dan foto dalam satu kali eksekusi
perintah.

1.4.4. Perintah cd
Perintah cd digunakan untuk berpindah direktori aktif. Perintah ini adalah untuk
berpindah dari sebuah direktori ke direktori lainnya. Sebagai contoh misalkan saat
ini anda sedang berada pada direktori /home/fathur, dan anda ingin berpindah ke
direktori /etc/network. Maka perintah yang digunakan adalah menggunakan
perintah cd. Syntaxnya adalah cd(spasi)folder tujuan. Berikut ini adalah contoh
penggunaannya:

[fathur@localhost]$ cd /etc/network

Maka saat anda sudah berpindah direktori maka cobalah untuk melihat di direktori
mana anda sedang aktif dengan perindah pwd, maka hasilnya akan seperti ini:

[fathur@localhost]$ pwd
/etc/network

Selain itu perintah cd bisa digunakan untuk berpindah ke direktori sebelumnya,


yaitu direktori 1 tingkat diatasnya, sebagai contoh misalkan saat ini anda berada
pada direktori /home/fathur, maka untuk berpindah ke direktori /home yang ada 1
tingkat diatas direktori fathur, maka anda cukup dengan perintah cd ..

[fathur@localhost]$ cd ..

1.4.5. Perintah rmdir


Perintah rmdir ini adalah digunakan untuk menghapus direktori kosong, artinya
perintah ini tidak dapat digunakan jika anda ingin menghapus direktori yang
didalamnya sudah berisi file. Syntaxnya hanyalah rmdir(spasi)folder yang akan
dihapus.

[fathur@localhost]$ rmdir FolderTest


Contoh perintah diatas adalah untuk menghapus direktori dengan nama
FolderTest yang tentunya adalah merupakan folder kosong.

1.4.6. Perintah touch


Perintah ini digunakan untuk membuat file kosong, artinya jika anda menginginkan
untuk membuat file kosong dengan nama TestFile.txt maka gunakanlah perintah
touch. Perintah touch ini harus disertakan juga ekstensi dari file tersebut. Sebagai
contoh, berikut adalah penggunaannya:

[fathur@localhost]$ touch TestFile.txt

1.4.7. Perintah cat


Perintah cat secara fungsinya adalah digunakan untuk melihat isi dari suatu file.
Misalkan anda menginginkan untuk melihat isi dari sebuah file yaitu file info.php
yang terdapat pada direktori /var/www/info.php maka berikut adalah contoh
penggunaan cat:

[fathur@localhost]$ cat /var/www/info.php

Maka setelah perintah tersebut di eksekusi dengan enter, maka akan tampil isi
dari file info.php tersebut. Perintah ini tentunya tidak akan berpengaruh jika file
tersebut adalah merupakan file kosong.

1.4.8. Perintah more


Perintah more fungsinya sama dengan perintah cat, hanya saja dengan perintah
more ini dapat menampilkan isi file secara perlayar. Biasanya perintah ini
dibutuhkan untuk membaca file yang panjang. Untuk menampilkan layar
selanjutnya dapat menggunakan tombol spasi. Namun kelemahan dari perintah ini
adalah anda tidak dapat melihat kembali isi dari layar sebelumnya.

1.4.9. Perintah less


Secara fungsi perintah less ini sama dengan perintah cat dan more, yaitu untuk
melihat isi dari file. Namun kelebihan dari perintah less ini adalah untuk
menampilkan isi file secara perlayar dan dapat melihat kembali isi dari layar
sebelumnya. Berbeda bukan dengan perintah more yang tidak dapat melihat isi
dari layar sebelumnya? Perintah less ini dapat menampilkan isi dari layar
sebelumnya dengan menggunakan tombol panah atas atau Page Up.

1.4.10. Perintah cp
Perintah cp berfungsi untuk meng-copy atau menduplikasi file dan folder. Proses
copy ini artinya menduplikasi file/folder dengan tidak menghapus atau merubah
dari file/folder asal. Syntax yang digunakan untuk perintah ini adalah:
cp(spasi)NamaFileAsal NamaFileTujuan
sebagai contoh berikut adalah contoh penggunaannya:

[fathur@localhost]$ cp info.php informasi.php

Pada perintah diatas, artinya anda akan menduplikasi keseluruhan isi dari file
info.php ke file informasi.php. Tentunya yang namanya duplikasi, file hasil
duplikasi tersebut akan identik isinya dengan file asal. Pada contoh perintah cp
diatas berlaku untuk menduplikasi file pada direktori yang sama. Namun jika
menghendaki menduplikasi file pada direktori yang berbeda dengan file asal, maka
berikut adalah contoh dari penggunaannya

[fathur@localhost]$ cp info.php /home/fathur/informasi.php

Nah, pada contoh perintah diatas, artinya anda akan menduplikasi file info.php ke
file informasi.php yang terdapat pada direktori /home/fathur.

1.4.11. Perintah mv
Perintah mv ini mempunyai 2 fungsi yaitu merubah nama dari sebuah file atau
folder (rename) atau memindahkan file atau folder ke direktori yang berbeda
(move). Untuk fungsi perintah mv sebagai rename, berikut adalah contoh
perintahnya:

[fathur@localhost]$ mv informasi.php informasi2.php

Artinya anda akan merename file informasi.php menjadi informasi2.php, perintah


diatas adalah digunakan untuk merename file pada direktori yang sama.
Sedangkan perintah mv yang berfungsi untuk memindahkan file atau folder ke
direktori yang berbeda (move) maka berikut ini adalah contoh penggunaannya:

[fathur@localhost]$ mv informasi.php /home/fathur/informasi.php

Pada perintah diatas, artinya anda akan memindahkan file informasi.php ke folder
/home/fathur dengan nama yang sama yaitu informasi.php. Namun jika anda
menghendaki untuk memindahkan file/folder sekaligus rename file tersebut,
berikut adalah contoh dari penggunannya:

[fathur@localhost]$ mv informasi.php /home/fathur/informasi2.php

Pada perintah diatas, artinya anda akan memindahkan file informasi.php ke folder
/home/fathur dengan sekaligus me-rename file informasi.php menjadi
informasi2.php

1.4.12. Perintah rm
Perintah rm berfungsi untuk menghapus file atau direktori. Tetapi ada perbedaan
syntax yang digunakan untuk menghapus file dan direktori. Perbedaannya
adalah pada option yang harus di tambahkan. Untuk menghapus file tidak perlu
menambahkan option lain, namun jika anda menghapus direktori harus
menambahkan option -R.
Sebagai contoh berikut adalah contoh penggunaan untuk menghapus file:

[fathur@localhost]$ rm informasi.php

Sedangkan contoh penggunaan untuk menghapus direktori adalah:

[fathur@localhost]$ rm –R FolderTest

Pada perintah diatas, option –R digunakan untuk menghapus folder dengan nama
FolderTest. Jika perintah rm tanpa diikuti dengan option –R, maka linux akan
menampilkan error pada saat menghapus folder. Hati-hati dalam menggunakan
perintah ini, bisa jadi folder-folder penting dapat ikut terhapus pula.
1.4.13. Perintah find
Perintah find digunakan ketika anda ingin mencari suatu file dalam sebuah
direktori. Pencarian dengan menggunakan perintah find ini bisa berdasarkan
nama, ukuran file ataupun waktu pembuatan file tersebut, tentunya dengan
memberikan option sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah contoh penggunaan
perintah find jika ingin mencari file berdasarkan nama file:

[fathur@localhost]$ find /home/fathur/FolderTest –name *.txt

Pada contoh perintah diatas, artinya akan mencari semua file dengan ekstensi .txt
yang terdapat pada folder /home/fathur/FolderTest. Nantinya hasil pencarian akan
menampilkan semua file yang berekstensi .txt yang terdapat pada folder tersebut.
Dalam hal ini adalah menggunakan option –name karena pencarian berdasarkan
nama file.

1.4.14. Perintah tar


Fungsi dari perintah tar, adalah untuk meng-ekstrak file yang dikompres
menggunakan ekstensi .tar.gz atau .tar.bz2, sebagai contoh file wordpress.tar.gz.
File tersebut berekstensi .tar.gz, untuk meng-ekstrak file tersebut perintah yang
digunakan adalah:

[fathur@localhost]$ tar –xzvf wordpress.tar.gz

Pada contoh perintah diatas terdapat option –xzvf, berikut adalah penjelasan
masing-masing option tersebut:
 Option x adalah untuk meng-ekstrak file
 Option z adalah untuk melakukan filter terhadap file dengan format gzip
 Option v untuk menampilkan proses ekstrak sehingga user dapat
mengetahui proses ekestrak tersebut
 Option f adalah berarti ada nama file yang harus di ikuti, biasanya nanti
akan membentuk sebuah folder sesuai dengan nama asalnya
Sedangkan untuk file yang berekstensi .tar.gz2 anda bisa mengganti option z
dengan menggunakan option j. misalkan:
[fathur@localhost]$ tar –xjvf wordpress.tar.gz2

1.4.15. Perintah unzip


Perintah unzip secara fungsi hampir sama dengan perintah tar, namun perintah
unzip ini digunakan untuk file yang berekstensi .zip, sebagai contoh misalkan file
wordpress.zip, maka perintah untuk mengekstrak file wordpress.zip adalah
sebagai berikut:

[fathur@localhost]$ unzip wordpress.zip

1.4.16. Perintah tail


Perintah tail digunakan untuk menampilkan isi dari beberapa baris terakhir pada
suatu file. Secara default, tail akan menampilkan setidaknya 10 baris terakhir pada
suatu file. Namun, jika anda ingin menampilkan jumlah baris tertentu bisa
menggunakan option –nx, dimana x adalah jumlah baris yang anda inginkan.
Sebagai contoh:

[fathur@localhost]$ tail –n15 /var/log/message

Pada contoh diatas artinya akan menampilkan 15 baris terakhir pada file
/var/log/message. Perintah tail ini juga bisa digunakan untuk menampilkan baris
secara real time, biasanya lebih sering digunakan untuk menampilkan log secara
realtime. Untuk itu option yang digunakan adalah –f untuk menampilkan isi file
secara realtime. Sebagai contoh perintah untuk melihat log dari mysql yang ada di
/var/log/mysql seperti berikut ini:

[fathur@localhost]$ tail –f /var/log/mysql

Artinya perintah tail akan menampilkan secara realtime isi dari file /var/log/mysql,
jika file tersebut ada tambahan baris, maka secara otomatis perintah tail akan
menampilkannya.
1.4.17. Perintah grep
Perintah grep digunakan untuk mencari sebuah kata atau karakter yang terdapat
pada sebuah file. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

[fathur@localhost]$ grep thanks TestFile.txt

Maka perintah tersebut akan mencari kata thanks pada file TestFile.txt

1.4.18. Perintah wc
Perintah ini digunakan untuk menampikan jumlah baris, jumlah kata dan ukuran
yang terdapat pada sebuah file. Berikut adalah contoh penggunaannya:

[fathur@localhost]$ wc TestFile.txt
5 10 213 TestFile.txt

Pada contoh diatas 5 berarti adalah jumlah baris pada file tersebut, 10 adalah
jumlah keseluruhan kata pada file tersebut dan nilai 213 adalah ukuran dari file
tersebut.

1.4.19. Perintah uname


Perintah uname ini adalah berfungsi untuk menampilkan informasi dari system
Linux anda, antara lain informasi berupa arsitektur komputer, hostname, kernel
sistem operasi dan tipe prosesor. Untuk menjalankan perintah ini diperlukan option
yang disesuaikan dengan informasi yang anda inginkan. Berikut adalah list option
yang bisa digunakan untuk menjalankan perintah ini:
option –a atau –all : menampilkan semua informasi
option –m atau –machine : menampilkan dari tipe mesin/hardware
option –n atau –nodename : menampilkan hostname dari sistem operasi
option –r atau –release : menampilakn release version dari sistem operasi
-s atau –o : menampilkan nama sistem operasi
-p atau –processor : menampilkan jenis dari tipe prosesor yang digunakan
-v : menampilkan versi dari sistem operasi

Dan berikut ini adalah contoh dari penggunan perintah uname dengan
menggunakan option –a:
[fathur@localhost]$ uname –a

1.4.20. Perintah date


Sesuai dengan nama perintahnya, perintah ini digunakan untuk menampilkan
tanggal dan waktu pada sistem operasi, contohnya:

[fathur@localhost]$ date

1.4.21. Perintah cal


Sesuai dengan nama perintahnya juga, perintah ini digunakan untuk menampilkan
kalender

[fathur@localhost]$ cal

1.4.22. Perintah df
Perintah df ini digunakan untuk menampilkan list partisi yang terdapat pada sistem
operasi berikut dengan penggunaan space dan sisa space pada hardisk anda.
Perintah df ini dapat berdiri sendiri sebagai contoh:

[fathur@localhost]$ df

Pada perintah diatas akan menampilkan keterangan free space maupun used
space pada hardisk, namun satuannya masih dalam satuan bit sehingga susah
untuk dibaca. Untuk merubah satuannya menjadi satuan kilobyte, megabyte,
gigabyte atau terabyte maka gunakannya perintah df –h seperti pada contoh
dibawah ini:

[fathur@localhost]$ df -h
1.4.23. Perintah du
Perintah du digunakan untuk menampilkan ukuran dari sebuah file atau direktori.
Penggunaan dan optionnya sama dengan perintah df, jika hanya berupa perintah
du saja tanpa ada option dibelakangnya, maka akan menampilkan ukuran file
dalam satuan bit. Untuk menampilkan ukuran dari sebuah file atau direktori
dengan menggunakan satuan kilobyte, megabyte, gigabyte atau terabyte maka
gunakan option –h, seperti pada contoh dibawah ini:

[fathur@localhost]$ du -h

1.4.24. Perintah uptime


Perintah uptime digunakan untuk menampilkan informasi berupa lamanya sistem
operasi diljalankan setelah terakhir shutdown, atau restart. Selain dari informasi
lamanya sistem operasi dijalankan, perintah ini juga menampilkan waktu saat ini,
jumlah user yang sedang aktif login, serta load average, pengunaan perintah
uptime sangat simple tanpa harus ada option apapun, seperti contoh dibawah ini:

[fathur@localhost]$ uptime

1.4.25. Perintah hostname


Perintah ini digunakan untuk menampilkan nama komputer dari sistem operasi
yang saat ini digunakan (hostname). Berikut pengggunaannya:

[fathur@localhost]$ hostname

1.4.26. Perintah free


Perintah free ini digunakan untuk menampilkan detail dari penggunaan memory
(RAM) pada sistem operasi linux. Berikut penggunaannya:

[fathur@localhost]$ free
1.4.27. Perintah ps
Perintah ps yang merupakan kepanjangan dari “process status” merupakan
perintah yang digunakan untuk memberikan status proses pada sistem operasi
yang anda gunakan. Perintah ini dapat menampilkan berbagai informasi mengenai
proses apa saja yang sedang aktif, berikut user yang menjalankan proses
tersebut, berapa lama proses tersebut dijalankan, sampai dengan id dari masing-
masing proses. Berikut adalah penggunaannya:

[fathur@localhost]$ ps

1.4.28. Perintah who


Perintah who ini digunakan untuk menampilkan user mana saya yang sedang login
kedalam sistem operasi saat ini. Informasi yang ditampilkan adalah berupa nama
user, tanggal login dan berapa lama user tersebut login. Berikut penggunaannya:

[fathur@localhost]$ who

1.4.29. Perintah whoami


Berbeda dengan perintah who, perintah whoami hanya akan menampilkan user
yang sedang anda gunakan saat ini.

[fathur@localhost]$ whoami

1.4.30. Perintah su
Perintah su digunakan untuk berpindah dari user yang saat ini anda gunakan ke
user lainnya yang terdapat dalam sistem operasi, perintah su ini haruslah di ikuti
dengan user pengganti dibelakang perintah su, seperti pada contoh dibawah ini:

[fathur@localhost]$ su fathurrohman
Artinya anda akan berpindah dari user fathur ke user fathurrohman. Namun jika
perintah su ini tidak di ikuti dengan user pengganti dibelakangnya, maka sistem
akan menganggap akan berpindah ke user root. Seperti berikut ini

[fathur@localhost]$ su

Maka anda diharuskan untuk mengetikkan password root untuk berpindah dari
user fathur ke user root.

1.4.31. Perintah adduser / useradd


Perindah adduser atau useradd adalah perintah yang digunakan untuk
menambahkan user baru pada sistem operasi linux.
Ada perbedaan penggunaan adduser dan useradd. Yaitu jika anda menggunakan
perintah adduser, anda akan langsung diminta untuk memasukkan password dan
beberapa data pendukung lainnya. Tetapi jika anda menggunakan useradd maka
anda tidak langsung diminta untuk memasukkan password saat itu juga,
melainkan dapat memasukkan password kemudian dengan menggunakan
perintan passwd, berikut ini adalah penggunaan adduser atau useradd:

[root@localhost~]# adduser fathurr

[root@localhost~]# useradd fathurr

1.4.32. Perintah visudo / sudo


Perintah visudo digunakan untuk menambahkan user account yang mempunyai
hak akses terbatas supaya dapat mempunyai hak ases yang sama dengan user
root. Untuk menjalankan perintah visudo ini haruslah user root, tidak dapat
menggunakan user account, sebagai contoh:

[root@localhost~]# visudo

Kemudian akan tampil file konfigurasi, carilah baris berikut


# User privilege specification
root ALL=(ALL) ALL

Maka kemudian tambahkan user anda dibawah baris tersebut, seperti contoh
dibawah ini:

# User privilege specification


root ALL=(ALL) ALL
fathur ALL=(ALL) ALL

Kemudian save file tersebut dengan cara klik tombol ESC pada keyboard anda
kemudian ketik :wq untuk save file. Maka user fathur akan mendapatkan hak akses
yang sama dengan user root, namun untuk mengeksekusi perintah yang dimiliki
root harus di sertai dengan peritah sudo di depannya, sebagai contoh:

[fathur@localhost]$ sudo adduser

Perintah adduser yang notabene hanya bisa diakses oleh root, dapat juga diakses
mengvgunakan user fathur dengan catatan menggunakan tambahan perintah
sudo sebelum perintah adduser contohnya.

1.4.33. Perintah passwd


Perintah passwd ini adalah untuk membuat password pada user atau merubah
password dari user tertentu. User dalam hal ini adalah bisa user account biasa
maupun user root. perintah passwd ini jika digunakan pada mode user root dapat
mengganti atau menambahkan password user lain. Namun jika perintah passwd
ini digunakan pada mode user account biasa hanya dapat mengganti password
miliknya sendiri. Berikut ini adalah contoh untuk mengganti password dari account
lain dengan menggunakan mode user root:

[root@localhost~]# passwd fathurr

Namun jika ingin mengganti password untuk user sendiri, berikut adalah
contohnya:
[fathur@localhost]$ passwd

Perlu diketahui pada beberapa distro linux terdapat ketentuan tentang minimal 6
karakter untuk password dan password tidak boleh mudah ditebak. Maka dari itu
gunakanlah password yang sedikit lebih panjang serta tidak mudah ditebak untuk
keamanan dari user account tersebut.

1.4.34. Perintah userdel


Setiap user yang sudah ditambahkan dapat dihapus dengan perintah userdel.
Perlu diketahui juga setiap anda membuat user, maka secara otomatis sistem
operasi akan membuat sebuah home direktori khusus bagi user tersebut. Nama
direktori tersebut akan dibuat sama dengan nama user yang ditambahkan.
Perintah userdel selain dapat menghapus user account, sekaligus juga dapat
menghapus home direktori dari user tersebut dengan menambahkan option pada
perintah userdel.
Berikut adalah contoh untuk menghapus user account:

[root@localhost~]# userdel fathur

Dan berikut adalah contoh untuk menghapus user account berikut dengan home
direktori dari user tersebut:

[root@localhost~]# userdel –r fathurr

Option –r digunakan untuk menghapus user account berikut dengan home


direktori user dan isi direktori didalamnya.

1.4.35. Perintah groupadd


Perintah groupadd digunakan untuk membuat group baru. Dalam hal ini group
berarti adalah sekelompok user yang dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
yang disebut group. Sebenarnya setiap kali anda membuat user baru maka secara
otomatis group akan dibuat sesuai dengan nama user yang dibuat. Namun jika
menghendaki untuk menambahkan group lain, maka gunakanlah perintah ini,
berikut adalah contoh penggunaannya:
[root@localhost~]# groupadd linuxxer

Pada perintah diatas linuxxer merupakan nama group yang akan dibuat.

1.4.36. Perintah groupdel


Sesuai dengan namanya, perintah groupdel ini adalah untuk delete group yang
sudah dibuat sebelumnya. Berikut ini adalah penggunannya:

[root@localhost~]# groupdel linuxxer

1.4.37. Perintah clear


Perintah clear digunakan untuk membersihkan tampilan command line interface
pada sistem operasi, tentunya tampilan CLI yang terlalu banyak akan membuat
anda bingung, anda dapat membersihkannya dengan menggunakan perintah
clear

[root@localhost~]# clear

1.4.38. Perintah mount


Perintah mount digunakan untuk mengakses media penyimpanan seperti hardisk,
flashdisk, CD Rom dan media lainnya. Beberapa distro mengharuskan untuk
menjalankan mounting media secara manual untuk dapat mengakses media
tersebut. Untuk itu perintah mount dapat anda gunakan tentunya harus dengan
menggunakan mode user root. berikut adalah contoh penggunaannya:

[root@localhost~]# mount /dev/sda1 /home/HDDExt

Pada contoh diatas, mount digunakan untuk mengakses media penyimpanan


berupa device hardisk yang terdapat pada /dev/sda1, kemudian /hom/HDDExt
adalah direktori aksesnya. Untuk direktori akses bisa diganti sesuai dengan
keinginan anda, namun untuk device name seperti /dev/sda1, anda harus
menyesuaikan dengan tempat dimana device tersebut ada, bisa dilihat dengan
menggunakan perintah fdsik –l.
1.4.39. Perintah umount
Lawan dari perintah mount adalah perintah umount. Betul, perintah umount ini
digunakan untuk melepaskan akses media penyimpanan yang sebelumnya
pernah di mount. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

[root@localhost~]# umount /dev/sda1 /home/HDDExt

Perintah diatas haruslah diakses dalam mode root. karena seperti perintah mount,
perintah umount ini dapat dijalankan hanya dengan mode user root. Dan perlu
diketahui untuk melepas sebuah mount, anda diharuskan untuk berada diluar
direktori yang akan di umount, karena jika tidak maka akan terjadi kesalahan saat
melakukan umount.

1.4.40. Perintah apt


Perintah apt merupakan perintah yang berkaitan dengan management packet
software yang terdapat pada repository debian. Perintah ini mempunyai berbagai
fungsi yaitu dari menambahkan packet software, menghapus packet software,
mengupdate packet software, mengupgrade kernel, dll. Perintah apt biasa
disandingkan dengan beberapa option setelah perintah apt. berikut adalah
contohnya.
Perintah apt digunakan untuk menambahkan/menginstall packet software yang
terdapat di repository debian, sebagai contoh dibawah ini adalah untuk menginstall
packet dengan nama packetnya adalah mysql-server:

[root@localhost~]# apt-get install mysql-server

Selain itu perintah apt juga dapat digunakan untuk menghapus packet software
yang sebelumnya sudah di install. Berikut adalah contoh penggunaannya:

[root@localhost~]# apt-get remove mysql-server

Berikut adalah contoh perintah apt yang digunakan untuk mengupdate packet
software:

[root@localhost~]# apt-get update mysql-server


Dan berikut ini adalah contoh perintah apt yang digunakan untuk mengupdate
sistem operasi secara keseluruhan:

[root@localhost~]# apt-get update

Atau:

[root@localhost~]# apt-get upgrade

1.4.41. Perintah vim


Perintah vim merupakan perintah yang digunakan untuk melakukan editing file.
Untuk memulai vim, anda harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana untuk
memulai melakukan editing pada file menggunakan editor vim.
Berikut adalah contoh penggunaan vim:

[root@localhost~]# vim TestFile.txt

Saat anda menjalankan perintah vim, anda akan menghadapi sebuah command
mode, namun anda belum dapat melakukan editing file karena secara default,
pada saat membuka file pertama kali dengan vim, maka file tersebut hanya tidak
dapat diedit. Untuk masuk ke input mode, silahkan ketikkan tombol INSERT pada
keyboard anda untuk memulai editing file.
Setelah anda selesai melakukan editing, untuk melakukan save pada file tersebut,
silahkan anda ketikkan tombol ESC untuk kembali ke command mode, serta
ketikkan tombol :wq untuk menyimpan file dan langsung keluar dari file. Namun
jika tidak ingin menyimpan file tersebut, anda tinggal ketikkan tombol :q untuk
langsung keluar tanpa save file.

1.4.42. Perintah nano


Perintah nano mempunyai fungsi yang sama dengan perintah vim, yakni untuk
melakukan editing pada file. Namun menurut saya perintah nano sedikit lebih
simple dibandingkan dengan menggunakan perintah vim. Berikut adalah contoh
penggunaannya:

[root@localhost~]# nano TestFile.txt


Pada nano tidak mengenal command mode, namun anda bisa langsung dapat
melakukan editing ketika masuk ke file. Dan untuk save dan exit file anda bisa
ketikkan kombinasi keyboard CTRL+X kemudian Y kemudian ENTER

1.4.43. Perintah ifconfig


Perintah ifconfig ini adalah untuk melihat konfigurasi IP Address yang sedang aktif
dalam sebuah sistem operasi linux. Anda dapat menggunakan perintah ini seperti
contoh berikut:

[root@localhost~]# ifconfig

maka perintah tersebut akan menampilkan semua konfigurasi IP Address yang


aktif. Namun jika anda menghendaki hanya ingin menampilkan IP Address dari
interface tertentu, maka tambahkan nama interface setelah perintah ifconfig,
seperti berikut ini:

[root@localhost~]# ifconfig eth0

Maka IP Address yang akan ditampilkan hanyalah konfigurasi IP Address yang


terdapat pada interface eth0 saja.
MODUL II

NETWORKING LINUX DEBIAN SERVER

2.1 Konfigurasi Networking

2.1.1 Topologi Jaringan


Dalam pembahasan tentang konfigurasi Linux Debian sebagai Server pada bahan
ajar ini, maka diperlukan juga pengetahuan tentang topologi jaringan yang akan
digunakan. Topologi jaringan merupakan salah satu dari banyak aspek yang perlu
dipersiapkan dalam melakukan perencanaan jaringan. Anda diharuskan mengetahui
tata letak dari sebuah device yang akan anda gunakan pada sebuah jaringan.
Sebagai contoh pada bahan ajar ini anda akan membuat server, maka anda harus
mengetahui dimanakah anda dapat menempatkan server tersebut dalam jaringan
anda? Berikut ini adalah topologi yang digunakan untuk server Linux debian yang

akan anda buat:


Gambar 1. Topologi Jaringan Client Server
Pada topologi diatas server kedudukannya sejajar dengan client, karena dalam
percobaan kasus kali ini, server menggunakan IP Private. Dan satu subnet dengan
client PC. Berbeda lagi halnya jika server yang digunakan menggunakan IP Public
atau fungsi dari server tersebut akan digunakan sebagai Router Gateway atau VPN
Server, maka kedudukan server berada diatas client PC. Semuanya tergantung
kebutuhan dan fungsi server itu sendiri, oleh karena itu pengetahuan tentang
topologi ini haruslah anda pahami sebelumnya.

2.1.2 Mengaktifkan Ethernet

Network Interface Card (NIC) atau pada linux lebih familiar disebut dengan Ethernet
adalah sebuah peripheral yang berfungsi untuk menghubungkan server ke sebuah
jaringan melalui media kabel. Pada linux debian Ethernet biasanya diberi nama eth0,
eth1, eth2 dan seterusnya sesuai dengan jumlah Ethernet yang aktif pada server
tersebut. Selain interface eth0, eth1, eth2 dan seterusnya, terdapat interface dengan
nama lo yang merupakan kepanjangan dari loopback. Interface lo atau loopback ini
adalah interface default dari sistem operasi yang merupakan interface untuk
localhost machine dari sistem operasi linux. Untuk melihat ethernet yang aktif berikut
konfigurasi IP Addressnya, gunakan perintah ifconfig yang sudah dibahas
sebelumnya.
[gambar ifconfig]
Jika ethernet masih belum muncul, dan hanya menampilkan interface lo saja. Maka
itu berarti ethernet anda tidak aktif secara otomatis, melainkan anda harus aktifkan
secara manual dengan perintah ifup. Berikut contohnya:

[root@localhost~]# ifup eth0

Perintah diatas artinya akan mengaktifkan interface eth0 namun perlu di ingat bahwa
perintah ifup hanya untuk mengaktifkan interface ethernet secara temporary, artinya
ketika sistem operasi restart atau dinyalakan kembali, maka interface tersebut tetap
tidak aktif secara otomatis. Harus mengaktifkan manual kembali.
Sebaliknya jika anda menginginkan untuk menonaktifkan salah satu dari interface
ethernet yang sedang aktif, anda bisa gunakan perintah ifdown seperti berikut:

[root@localhost~]# ifdown eth0

Sama dengan perintah ifup, ini hanya bersifat temporary saja.


[gambar ifconfig]
2.1.3 Konfigurasi IP Address Linux Debian

Pengalamatan IP atau lebih familiar disebut dengan IP Address merupakan hal yang
sangat penting jika server yang anda punya ingin terhubung kedalam sebuah
jaringan intranet maupun internet. IP Address merupakan sebuah identitas yang
digunakan untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dalam sebuah jaringan.
Memberikan IP Address pada sebuah perangkat bisa menggunakan 2 cara yaitu
dengan DHCP (Dynamic Host Client Protocol) dan Static. DHCP merupakan metode
pemberian IP Address pada sebuah perangkat secara otomatis. IP Address akan
diberikan langsung oleh router, atau server DHCP untuk di distribusikan ke client-
client yang terhubung dengan router atau server DHCP. Artinya jika anda
menghendaki untuk memberikan IP Address pada server anda secara DHCP anda
tidak perlu repot untuk menkonfigurasi IP Address. Namun jika anda menghendaki
pemberian IP Address pada server dengan static IP Address, maka IP Address
harus anda tambahkan secara manual ke server. Berikut adalah contoh perintah
untuk memberikan ip address pada Linux Server Debian:

[root@localhost~]# ifconfig eth0 192.168.10.1 netmask 255.255.255.0 up

Artinya bahwa anda akan memberikan IP Address pada interface eth0 dengan IP
192.168.10.1 dan netmask 255.255.255.0, up adalah untuk memberikan perintah
mengaktifkan interface.
Namun perlu di perhatikan bahwa perintah diatas bersifat temporary, yaitu bahwa
ketika server restart atau dinyalakan ulang, maka konfigurasi akan hilang dan anda
harus menjalankan perintah seperti itu lagi untuk menambahkan IP Address secara
manual.
Tetapi tentunya hal tersebut tidak praktis karena setiap kali restart diharuskan untuk
setting ulang. Maka dari itu anda harus mengedit file /et/network/intefaces
menggunakan perintah nano atau vim untuk memberikan IP Address secara manual
pada server. Berikut adalah contoh merubah IP Address menggunakan editor nano:
[gambar konfigurasi IP Address dengan nano]
Tambahkan IP Address sesuai dengan gambar diatas, setelah dirasa konfigurasi
sudah sesuai dengan gambar maka untuk save & exit pada editor nano silahkan
ketak kombinasi CTRL+X kemudian tekan Y untuk menyimpan dan N untuk tidak
menyimpannya.
Perhatikan juga pada baris auto eth0. Baris ini menandakan bahwa interface eth0
akan otomatis aktif ketika server booting. Apabila tidak disertai dengan baris auto,
maka interface tidak akan otomatis aktif, dan anda perlu mengaktifkan secara
manual dengan perintah ifup.
Setelah selesai mengkonfigurasi IP Address, jangan lupa untuk merestart terlebih
dahulu service networkingnya agar konfigurasi tersebut dapat aktif. Perintah untuk
restart service networking adalah:

[root@localhost~]# /etc/init.d/networking restart

2.1.4 Melihat Routing Tabel Pada Linux Debian

Pada jaringan, dikenal istilah routing, yaitu kemampuan sebuah interface jaringan
untuk dapat melewati network yang berbeda. Dengan menggunakan tabel routing
ini anda dapat melihat konfigurasi routing yang ada pada server anda.
Untuk melihat tabel routing pada linux, dapat menggunakan perintah berikut:

[root@localhost~]# route -n

[gambar contoh routing tabel]

2.1.5 Menambahkan IP DNS (Domain Name Service)


Pemberian IP Address saja tidak cukup untuk membuat server Linux Debian anda
terkoneksi dengan internet. Namun anda perlu juga menambahkan IP DNS Server
untuk dapat membuat Linux Debian server anda bisa melakukan resolving terhadap
nama domain, simple nya supaya server anda dapat memanggil nama domain di
internet. Biasanya IP DNS Server didapatkan dari provider internet. Maka anda
tinggal menambahkan IP DNS pada file /etc/resolv.conf

[root@localhost~]# nano /etc/resolv.conf

Seperti pada gambar dibawah ini:


[gambar contoh konfigurasi resolv]

2.1.6 Menambahkan Repository Linux Debian


2.1.7 Menambahkan IP Address Alias

2.1.8 Merubah Hostname Pada Linux Debian

Hostname digunakan untuk penamaan pada setiap host atau dalam hal ini server
dalam sebuah jaringan. Fungsi dari hostname memudahkan anda dalam
memberdakan setiap server yang anda kelola, karena sifat manusia yang lebih
mudah menghafal nama dibandingkan dengan menghafal nomor maka hostname
ini sangat diperlukan.
Sebenarnya secara otomatis pada saat anda menginstall sistem operasi Linux
Debian, sudah diberikan fasilitas wizard untuk pemberian hostname tersebut.
Namun jika anda menghendaki untuk merubah hostname tanpa melakukan install
ulang pada sistem operasi, maka anda hanya diminta untuk merubah file
/etc/hostname menggunakan editor nano

[root@localhost~]# nano /etc/hostname

[gambar contoh konfigurasi hostname]


Selanjutnya setelah selesai merubah hostname, anda perlu save kemudian restart
service networking untuk mengaktifkannya.

[root@localhost~]# /etc/init.d/networking restart

Kemudian cek kembali hostname nya apakah sudah diganti atau belum dengan
perintah hostname seperti pada contoh dibawah ini:

[root@localhost~]# hostname

[gambar contoh hasil konfigurasi hostname]


MODUL III

REMOTE ACCESS LINUX DEBIAN SERVER


Remote Access adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk mengakses suatu sistem
operasi melalui media jaringan. Sehingga melalui media remote anda dapat mengkonfigurasi
suatu sistem dimanapun dan kapanpun selama kedua node jaringan saling terkoneksi.
Secara umum, Remote Access dibagi menjadi dua mode;
a) Mode Desktop / GUI (Graphical User Interface) misalnya Remote Desktop, VNC, dan
Radmin.
b) Mode Teks / CLI (Command Line Interface) misalnya telnet, ssh, raw, Rlogin dan serial.
Untuk Linux Debian Server yang saat ini sedang dibahas, tentunya lebih terkonsentrasi pada
remote access mode Text/CLI. Karena mode Desktop/GUI digunakan jika server anda
mempunyai tampilan desktop GUI.
Ada bermacam-macam media remote access menggunakan Text, namun untuk bahan ajar ini
hanya akan membahas untuk menggunakan SSH Server sebagai media remote access
berbasiskan text. Mengapa SSH bukannya telnet? Faktor keamananlah yang lebih cenderung
menjadi keunggulan dari SSH Server. SSH Server berjalan dengan menggunakan enkripsi pada
lalu lintas datany, sedangkan telnet tidak terdapat enkripsi pada lalu lintas datanya sehingga
rentan terjadi penyadapan informasi pada lalu lintas data, sebagai contoh penyadapan dengan
metode man in the middle attack.

3.1 Installasi SSH Server

Untuk memulai melakukan instalasi SSH Server pada Linux Debian Server anda, pastikan
terlebih dahulu bahwa Linux Server anda sudah terupdate. Jika sudah terupdate, maka
jalankan perintah seperti dibawah ini untuk memulai instalasi SSH Server:

[root@localhost~]# apt-get install –y ssh-server

Option –y pada contoh diatas artinya secara otomatis sistem operasi akan melakukan
persetujuan pada instalasi SSH Server, sehingga tidak perlu lagi melakukan konfirmasi Y/N
lagi. Tunggu sampai instalasi selesai di lakukan.

3.2 Konfigurasi SSH Server


Setelah service SSH Server sudah berhasil di install, sebenarnya anda sudah langsung dapat
menggunakan SSH Server dengan menggunakan konfigurasi standar, yaitu contohnya
adalah port SSH yang masih default (port 22) dan konfigurasi lainnya yang masih standar.
Namun untuk lebih meningkatkan keamanan pada service SSH Server pada Linux Debian
Server anda, silahkan untuk konfigurasi ulang yang terdapat pada file /etc/sshd/sshd_config
yang merupakan file konfigurasi utama pada SSH Server. Dalam file tersebut, anda dapat
merubah misalkan port yang sebelumnya berjalan di port 22 menjadi berjalan di port 2200.
Atau anda bisa merubah konfigurasi supaya user root tidak dapat login melalui SSH, atau
anda juga bisa merubah konfigurasi supaya hanya IP Address tertentu yang dapat
mengakses SSH Server.
Berikut ini adalah perintah untuk masuk kedalam file konfigurasi SSH Server

[root@localhost~]# nano /etc/sshd/sshd_config

Maka akan tampil konfigurasi yang berkaitan dengan SSH Server. Sebagain contoh misalkan
anda ingin merubah port SSH, silahkan cari baris “port 22” kemudian ganti dengan ”Port 2200”
kemudian save file tersebut.
[gambar contoh konfigurasi merubah port ssh]
Setelah setelah lakukan restart pada service SSH Server

[root@localhost~]# /etc/init.d/sshd restart

3.3 Melakukan Pengujian Pada SSH Server

Untuk melakukan pengujian pada service SSH Server yang sudah anda konfigurasi
sebelumnya, bisa menggunakan aplikasi SSH Client. Secara default SSH Client sudah
terinstall pada sistem operasi Linux Debian. Namun jika anda menggunakan sistem operasi
Windows, maka anda diharuskan untuk mendownload aplikasi PuTTY untuk dapat
mengakses SSH Server.
a) Akses SSH Server menggunakan CLI di Linux
Untuk dapat akses ke SSH Server menggunakan CLI di Linux, ketikkan perintah
seperti pada contoh dibawah ini:

[root@localhost~]# ssh root@192.168.10.1

Pada contoh diatas adalah root bertindak sebagai username dan 192.168.10.1
adalah bertindak sebagai IP Address Server yang akan kita remote.
[gambar contoh akses ssh melalui CLI]
b) Akses SSH Server menggunakan PuTTY di Windows
Untuk dapat akses SSH Server di windows, silahkan download aplikasi PuTTY
terlebih dahulu, setelah selesai, silahkan dibuka kemudian sesuaikan dengan
gambar dibawah ini
[gambar contoh akses ssh melalui PuTTY]
Setelah sukses dan dapat masuk ke SSH Server, maka anda dapat
mengkonfigurasikan server anda melalui windows dengan bantuan aplikasi
PuTTY dan service SSH Server. Mudah bukan?

MODUL IV

DNS SERVER LINUX DEBIAN


DNS (Domain Name Service) merupakan sebuah layanan yang berfungsi untuk menterjemahkan
IP Address menjadi sebuah nama domain atau sebaliknya. Peran DNS Server ini sangat penting
dan berpengaruh besar pada teknologi internet di dunia. Oleh karena peran DNS Server ini, maka
kita semua dapat mengakses alamat website misalkan, hanya dengan menghafal nama
domainnya saja tanpa perlu menghafal berapakan IP Addressnya. Bayangkan jika layanan DNS
Server ini tidak ada, mungkin anda akan diharuskan untuk menghafal semua IP Address dari
website-website yang ingin anda akses.
DNS Server pada Linux memiliki bermacam-macam aplikasi, namun yang sering digunakan dan
mudah dipahami adalah aplikasi BIND9 (Berkeley Internet Name Domain Version 9). BIND9 ini
banyak digunakan karena kemudahannya dalam melakukan konfigurasi khususnya bagi pemula
yang baru mengenal Linux. Oleh Karena itu dalam bahan ajar ini lebih konsentrasi terhadap
membuat DNS Server dengan menggunakan BIND9 sebagai aplikasinya.

4.1 Instalasi DNS Server

Untuk memulai instalasi DNS Server, pastikan kembali sistem operasi Linux anda sudah
terupdate. Kemudian jalankan perintah dibawah ini:

[root@localhost~]# apt-get install -y bind9

Sebenarnya pada kenyataannya walaupun anda hanya menginstall bind9, namun aplikasi
pendukung lainnya akan ikut terinstall seperti bindutils, dig, dns-cache dll.
[gambar contoh instalasi bind9]
4.2 Konfigurasi DNS Server

Beberapa file penting yang harus di perhatikan dalam mengkonfigurasikan DNS Server
adalah, file named.conf. file forward zone, file reverse zone, file resolve.conf, dan file hosts.
Pastikan anda memahami letak dari file-file tersebut karena dalam modul kali ini anda akan
berkutit dengan file-file tersebut.

4.2.1 Membuat File Zone Domain

File Zone Domain ini adalah file dimana anda akan menentukan nama
domain untuk nameserver dari DNS Server anda. Anda boleh membuat zone
domain menggunakan TLD namun hanya terbatas pada jaringan local saja.
Karena untuk domain TLD yang dapat diakses di internet, sudah ada
organisasi yang khusus mengatur pendaftaran domain TLD tersebut. Namun
anda bisa menambahkan sub domain yang akan menjadi name server DNS
Server anda.
Untuk memulai konfigurasi, maka anda bisa membuka file named.conf atau
named.conf.local dengan menggunakan perintah nano atau vim, dalam hal
ini saya contohkan dengan menggunakan perintah nano. Berikut adalah
contoh dari penggunaan perintahnya:

[root@localhost~]# nano /etc/named.conf

Kemudian akan muncul konfigurasi dari named.conf seperti dibawah ini:


[gambar contoh konfigurasi named.conf]
Kemudian anda tambahkan script dibawah ini, untuk menambahkan zone domain:
[gambar contoh script konfigurasi zone domain]

4.2.2 Membuat File Forward Zone

File forward zone ini berfungsi untuk menterjemahkan DNS Server menjadi
sebuah IP Address. Sebagai contoh misalkan anda ketikkan domain
debianserverku.com melalui web browser anda, maka DNS Server
selanjutnya akan merespon dari request tersebut, biasanya dengan
menampilkan halaman web.
Kemudian untuk memulai membuat file forward zone, anda disarankan
untuk mengcopykan dari file default yang sudah ada yaitu file db.local.
Karena untuk lebih simple, daripada anda mengetik dari awal, lebih baik
untuk mengcopy file yang sudah ada.

[root@localhost~]# cp /etc/bind/db.local /var/cache/bind/db.debian

Kemudian selanjutnya, edit file tersebut dengan menggunakan perintah


nano

[root@localhost~]# nano /var/cache/bind/db.debian

Cobalah sesuaikan file yang anda buat dengan script dibawah ini:
[gambar contoh script konfigurasi forward zone]

4.2.3 Membuat File Reverse Zone


File reverse adalah kebalikan dari file forward, yaitu berfungsi untuk
menterjemahkan IP Address ke nama domain, sebagai contoh misalkan jika
anda mengetikkan IP Address http://192.168.10.1 pada web browser, maka
secara otomatis DNS Server akan melakukan redirect ke alamat
www.debianserverku.com.
Untuk membuat file reverse zone, anda disarankan untuk meng-copykan file
db.127 saja seperti hal nya anda membuat file forward zone.

[root@localhost~]# cp /etc/bind/db.127 /var/cache/bind/db.10

Kemudian setelah sukses meng-copykan file db.127 ke db.10, anda


kemudian edit file tersebut dengan menggunakan perintah nano

[root@localhost~]# nano /var/cache/bind/db.10

Silahkan untuk mengikuti script yang terdapat pada gambar dibawah ini.
Sesuaikan dengan keadaan yang terdapat pada jaringan anda.
[gambar contoh script konfigurasi reverse zone
4.2.4 Menambahkan DNS Name Server

Selanjutnya, agar DNS Server dapat diakses melalui localhost maupun host
lainnya, tambahkan DNS dan nameserver pada file /etc/resolv.conf. Edit file
/etc/resolv.conf tersebut menggunakan perintah nano.

[root@localhost~]# nano /etc/resolv.conf

Kemudian silahkan sesuaikan dengan IP Address Server dan Domain Name


Server anda. Seperti pada contoh konfigurasi dibawah ini:
[gambar contoh script konfigurasi resolv.conf]

4.3 Melakukan Pengujian Pada DNS Server


Pengujian akan fungsi dan kinerja DNS Server perlu dilakukan setelah melakukan
konfigurasi pada DNS Server. Untuk melakukan pengujian apakan DNS Server yang
telah anda buat sudah berhasil atau belum, ada beberapa perintah yang dapat
digunakan yaitu dengan perintah nslookup misalnya, berikut adalah contoh
penggunaan nslookup

[root@localhost~]# nslookup debianserverku.com

Maka jika pengujian sukses, akan tampil seperti pada gambar dibawah ini:
[gambar contoh pengujian nslookup]
Jika masih terdapat error pada saat melakukan pengujian, maka periksalah file
forward zone, reverse zone, dan named.conf. karena file itulah yang merupakan inti
dari membuat DNS Server.
Atau selain dengan menggunakan perintah nslookup, anda dapat menggunakan
perintah dig untuk melakukan pengujian pada DNS Server tersebut. Seperti pada
contoh perintah dig dibawah ini;
[gambar contoh pengujian dig]

Anda mungkin juga menyukai