Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu bidang studi yang diberikan kepada siswa

semenjak duduk di Pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendidikan matematika pada

jenjang dasar mengutamakan keterampilan berhitung dan hafalan, sedangkan

pendidikan pada jenjang menengah ditekankan pada penalaran, pemikiran logis

dan rasional. Di samping itu juga pengajaran matematika di sekolah lanjutan

bertujuan agar siswa dapat memahami pengertian–pengertian matematika,

kemampuan keterampilan dalam mempelajari matematika bukanlah hanya

menghafal yang merupakan proses mekanis tetapi keterampilan yang merupakan

penerapan dari pengertian yang ada. Matematika terdiri dari empat bidang yaitu

aljabar, aritmatika, geometri dan analisis. Di sini peneliti terfokus pada geometri,

karena salah satu cabang matematika yang di pelajari dari tingkat dasar sampai

tingkat lanjutan adalah geometri.

Istilah geometri sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu geo yang artinya

bumi dan metro yang artinya mengukur. Sedangkan menurut Uno Hamzah (2009:

113), Geometri berasal dari bahasa latin yang berarti bumi dan ukuran-ukura.

Semula geometri melibatkan pengukuran daerah pertanian di tempat-tempat

seperti Mesir, di mana di sungai Nil membanjiri lembah dan perbatasan harus

didirikan, namun sekarang penyelidikan merupak perluasan dari bentuk geometri

yang dulu. Jadi dulu geometri adalah suatu ilmu yang di gunakan untuk

pengukuran sebuah permukaan bumi, tapi sekarang dalam perkembanganya

1
2

geometri di pelajari juga untuk memecahkan suatu masalah pada matematika.

“Geometry is an mathematics subject concerned with positions or locations in

sapace”( karaman teli 1). Geometri merupakan subjek matematika berkaitan

dengan posisi atau lokasi pada ruang. Jhon Bird (2004: 110), mengatakan bahwa

Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis,

bidang dan ruang. Selaras dengan pendapat jhon bird ahsanul in’am juga

mengatakan bahwa geometri adalah struktur matematika yang membicarakan

unsur dan relasi yang ada antara unsur tersebut. Jadi geometri adalah salah satu

bagian dari matematika yang membahas tentang unsur (titik, garis, bidang, dan

ruang) dan relasi antara unsur tersebut. Endorgan hallat mengatakan bahwa

banyak penilitian yang mengatakan bahwa siswa mengalami masalah dan

kekurangan pengetahuan tentang geometri pada kelas tengah dan tinggi. Karena

hal tersebut pokok bahasan ini sangat menarik untuk dibahas. “Guay and

McDaniel ( 1997 ), however heve repoted data which not only suggest that

positive relationship exists between mathematical and spatial thinking among

elementary school children” (Lean Glean and clements, 1981: 277). Guay dan

McDaniel telah mengumpulkan data yang menyebutkan hubungan positip antara

matematika dan berfikir spasial. Jadi ada hubungan antar matematika (geometri)

dengan berfikir spasial.

Berpikir spasial adalah kumpulan keterampilan kognitif. Di dalam teori

belajar terdapat aliran belajar kognitif yang merupakan teori belajar yang lebih

mengutamakan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Keterampilan terdiri dari

bentuk deklaratif dan persepsi pengetahuan dan beberapa operasi kognitif yang

dapat digunakan untuk mengubah, menggabungkan, atau beroperasi pada


3

pengetahuan ini. Berfikir spasial dapat mendukung siswa untuk eksplorasi dan

penemuan. Jadi pada berfikir spasial sebenarnya tidak ada batasan proses yang

harus di lalui oleh siswa, NRC (National Research Council) tidak memiliki

standar penilaian yang valid dan dapat diandalkan untuk berfikir spasial. Berfikir

spasial merupakan ketrampilan dasar yang dapat diakses oleh semua orang untuk

derajat yang berbeda dalam konteks yang berbeda untuk memecahkan masalah

dalam berbagai konteks. Dengan berfikir spasial kita (semua orang dari berbagai

segi kehidupan, entah berbeda usia ataupun berbeda jenis kelami) dapat

menyelesaikan berbagai masalah, tidak hanya geometri melainkan semua konteks

yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan bahwa berfikir

spasial adalah ketrampilan untuk mengingat, mengoperasikan, memanipulasi,

memprediksi, mengabungkan, menginterpretasikan, mentransformasikan,

mengeksplorasikan suatu obyek untuk memecahkan masalah dalam berbagai

konteks kehidupan.

Lee Jongwon dan Bednars S Robert (2011: 103), menuliskan bahwa “the

spatial thinker to understand three related components: the nature of space, the

methods used to represent spatial information, and the processes of spatial

reasoning”. Untuk berfikir spasial spasial membutuhkan tiga komponen terkait

yaitu: sifat ruang, metode yang digunakan untuk merepresentasikan informasi

spasial, dan proses penalaran spasial. Tiga komponen ini saling terkait, saling

mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Untuk mengetahui seberapa baik

menguasai konsep maka harus direpresentasikan, untuk mengetahui seberapa baik

dalam merepresentasikan yaitu dengan dilihat penalaranya. Pada dasarnya, ketika

berpikir spasial, individu mengamati apa pola (konsep) yang ada di lingkungan
4

dan berusaha untuk memberikan penjelasan (metode dan penalaran) untuk pola-

pola ini.

Untuk mengerti tentang berfikir spasial yang pertama harus mengetahui

tentang konsep tata ruang. Konsep ruang adalah bentuk deklaratif pengetahuan,

dan dasar untuk berpikir spasial. “Lokasi, dimensi, kontinuitas, pola, asosiasi

spasial, jaringan, dan kedekatan adalah contoh dari konsep tata ruang yang telah

secara eksplisit diakui oleh para peneliti” (metoyer 2015:22). Adapun contoh

konsep seperti simetri, isomorfisma, refleksi, orientasi, rotasi, dan fungsi adalah

contoh konsep menurut NRC. Sebetulnya konsep itu menyesuaikan dengan

disiplin ilmu yang diterapkan. Jadi konsep ruang adalah bentuk deklaratif

pengetahuan yang merupakan kerangka dasar pembangunan berfikir spasial yang

dapat diwujudkan melalui representasi dan penalaran spasial. Setelah mengetahui

tentang konsep ruang baru ke representasi spasial.

Hall (1997: 10) mengatakan bahwa representasi merupakan perwujudan

konsep, ide dan emosi dalam bentuk simbolik yang dapat menular dan bermakna.

Representasi merupakan cara untuk menggambarkan sesuatu yang diwujudkan

melalui suatu gambar atau ataupun itu. Kemudian setelah representasi baru

penalaran spasial. Penalaran spasial adalah proses dimana informasi tentang

obyek dalam ruang dan antar hubungan mereka dikumpulkan dengan berbagai

cara, seperti pengukuran, pengamatan, atau kesimpulan dan digunakan untuk

sampai pada kesimpulan yang valid mengenai hubungan benda-benda atau dalam

menentukan bagaimana untuk menyelesaikan tugas tertentu. Sedangkan menurut

komperidis Penalaran adalah kapasitas individu untuk berpikir, memahami dunia

dan memahami. Penalaran spasial digunakan dalam menyimpulkan semua


5

hubungan spasial mungkin antara satu set objek menggunakan subset dari

hubungan tertentu. Proses penalaran sangat penting untuk belajar sebagai individu

memperoleh, mengubah, atau membenarkan praktik, lembaga dan keyakinan. Jadi

setiap individu memiliki penalaran yang berbeda-beda.

Berfikir spasial merupakan ketrampilan dasar yang dapat diakses oleh semua

orang untuk derajat yang berbeda dalam konteks yang berbeda untuk

memecahkan masalah dalam berbagai konteks. Peneliti akan membahas peran

keahlian dalam berfikir spasial, yang kedua peran perbedaan jenis kelamin

(gender/sex). Ada perbedaan yang signifikan antara orang-orang bagaimana,

seberapa cepat dan seberapa baik mereka melakuakan sesuatu. Jadi keahlian

seseorang dapat mempengaruhi berfikir spasial mereka. Faktor lain yang

mempengaruhi berfikir spasial adalah perbedaan jenis kelamin. Salah satu yang

berpengaruh dalam berfikir spasial antara laki-laki dan wanita adalah struktur

otanya. “Area lobus parientalis yang berfungsi dalam ketrampilan visual spasial

pada otak laki-laki cenderung lebih besar daripada perempuan” (frederiksen &

lain, 2000 dalam santrock, 2004: 186). Hal ini menyebabkan kemampuan laki-laki

dalam visuo spasialnya cenderung lebih baik daripada perempuan. Tapi juga

banyak peneliti yang beranggapan bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak

memiliki perbedaan yang signifikan tentang kemampuan/ keahlian dalam

menyelesaikan masalah matematika khususnya geometri. Karena adanya beragam

pendapat tentang kemampuan/ keahlian antara laki-laki dan wanita dalam

menyelesaikan masalah matematika khususnya geometri, pokok bahasan ini

sangat menarik untuk dibahas.


6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengangkat judul

“ANALISIS PROSES BERFIKIR SPASIAL SISWA PADA MATERI

GEOMETRI DI TINJAU DARI GENDER”

B. Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi bahwa batasan

aspek-aspek yang akan diteliti adalah sebagai berikut

1. Siswa SMP.

2. Materi geometri.

3. gender.

4. Proses penyelesaian masalah geometri.

5. Proses berpikir spasial pada penyelesaian masalah geometri.

C. Pertanyaan Peneliti.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi pertanyaan-

pertanyaan yang muncul dari peneliti.

1. Bagaimana proses berfikir spasial siswa laki-laki yang mempunyai

kemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah geometri ?

2. Bagaimana proses berfikir spasial siswa laki-laki yang mempunyai

kemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah geometri ?

3. Bagaimana proses berfikir spasial siswa laki-laki yang mempunyai

kemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah geometri ?

4. Bagaimana proses berfikir spasial siswa perempuan yang mempunyai

kemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah geometri ?

5. Bagaimana proses berfikir spasial siswa perempuan yang mempunyai

kemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah geometri ?


7

6. Bagaimana proses berfikir spasial siswa perempuan yang mempunyai

kemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah geometri ?

D. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang maslah yang telah di sampaikan di atas maka

dapat di simpulkan bahwa tujuan penelitianya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial siswa laki-laki yang

mempunyai kemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah geometri.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial siswa laki-laki yang

mempunyai kemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah geometri.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial siswa laki-laki yang

mempunyai kemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah geometri.

4. Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial siswa perempuan

yang mempunyai kemampuan rendah dalam menyelesaikan masalah

geometri.

5. Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial siswa perempuan

yang mempunyai kemampuan sedang dalam menyelesaikan masalah

geometri.

6. Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial siswa perempuan

yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyelesaikan masalah

geometri.

E. Kegunaan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang maslah yang telah di sampaikan di atas maka

dapat di simpulkan bahwa kegunaan penelitianya adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan bagi peneliti.


8

Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial antara siswa

laki-laki dan perempuan pada masing-masing kemampuan matematis.

2. Kegunaan bagi siswa.

Untuk mengetahui bagaimana proses berfikir spasial mereka dan

bagaimana proses berfikir spasial yang baik dan benar dalam

menyelesaikan masalah geometri.

3. Kegunaan bagi guru.

Sebagai referensi pembelajaran dan sebagai masukan dalam bahan

pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai