Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi konsilidasi

dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri dan

benda-benda asing (Muttaqin, 2008). Penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini,

membuat penderitanya mengalami batuk adanya produksi sekret, sesak napas, terdapat

suara tambahan ronchi, nyeri dada, penurunan nafsu makan , pusing, lelah demam.

Keadaan ini menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif karena adanya batuk , sesak

napas dan adanya suara tambahan ronchi, jika keadaan ini terus berlanjut maka asupan

oksigen keseluruh tubuh terganggu sehingga bisa menyebabkan sianosis bahkan

kematian. Penyakit ini memerlukan perawatan serta pengobatan yang efektif untuk pasien

pneumonia (Misnadiarly,2008).

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun

2010 memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini kematian yang disebabkan oleh

bakteri pneumonia dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara

berkembang dan negara maju seperti Amerika, Kanada dan di negara-negara Eropa

lainnya,pneumonia bukan saja dikenal sebagai morbiditas yang tinggi dengan angka

kesakitan 4 juta kasus per tahun mengenai 12 orang dewasa per 1000 orang dewasa per

tahun, dengan lebih dari 600 ribu penderita rawat inap per tahun (Susanto dkk,2010).

Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Di

Indonesia sendri pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45 %, di provinsi Jawa

1
2

sendiri prevalensi penderita pneumonia tahun 2010 mencapai 26,76% (Rachmawati,

2013). Sedangkan data yang di peroleh dari hasil rekam medik di RSUD Dr. Mohamad

Saleh Probolinggo 3 tahun terakhir adalah tahun 2013 sebanyak 85 penderita, tahun 2014

sebanyak 80 penderita, tahun 2015 sebanyak 84 penderita, dan untuk bulan Desember

2016 berjumlah 10 penderita, studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 4 penderita

pneumonia yang menjalani rawat inap di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Mohamad Saleh

Probolinggo didapatkan sebanyak 3 penderita (75%) yang mengalami pneumonia dengan

masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Pneumonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh Mycoplasma Pneumonia

sebagai salah satu penyebab infeksi saluran pernafasan akut (Helmi, 2005). Pneumonia

adalah kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran pernafasan yang

mengakibatkan rongga alveoli eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus jamur

dan benda-benda asing. Pneumonia di manifestasikan secara umum yaitu non spesifik

infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC), sakit kepala, iritabel,

gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal dan gejala umum saluran

pernafasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), merintih, ekspektorasi

sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, nyeri dada, serta gambaran hasil rontgen

memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel

radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman.

Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena

tak tersisa ruang untuk oksigen. sehingga menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas. Batasan karateristik dari masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas meliputi tidak ada batuk, adanya suara napas tambahan ronchi, penurunan bunyi

2
3

napas, dyspnea, sputum dalam jumlah yang berlebih, batuk yang tidak efektif (Herdman,

2011).

Penyakit pneumonia jika tidak segera ditangani maka bisa mengalami komplikasi

seperti efusi pleura, emfiema, komplikasi sistemik, hipoksemia, pneumonia

kronik,bronkietasis, Atelektasis , bahkan kematian, oleh karena itu agar tidak terjadi

komplikasi tersebut perlu diberikan terapi farmakologi dan non farmakologi. Menurut

(Baudoin 2002) pengobatan yang tepat harus dimulai meredakan gejala gawat napas,

dengan demikian terapi oksigen harus digunakan sehingga PaO2 dipertahankan di atas 8

kPa dan saturasi oksigen perifer di atas 90%. Terapi cairan itravena harus dimulai dan

pemeberian terapi antibiotik harus dimulai dan observasi pasien harus dilanjutkan untuk

memriksa perubahan apapun pada kondisi pasien. Intervensi atau rencana keperawatan

yang akan dilakukan yaitu observasi pernafasan pasien, berikan minum air hangat,

berikan posisi semifowler, auskultasi area paru, ajarkan batuk efektif, dan kolaborasi

pemberian terapi medis. Observasi pernafasan pasien karena pasien karena agar

tindakan yang di tujukan untuk mengembalikan keefektifan bersihan jalan napas sehingga

diharapkan dengan asuhan keperawatan yang tepat dapat mencegah komplikasi-

komplikasi yang disebabkan penyakit pneumonia.

Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis

Ilmiah (KTI) dengan mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia yang

mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Di Ruang Flamboyan RSUD Dr.

Mohamad Saleh Probolinggo”.

3
4

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Pneumonia yang mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Flamboyan

RSUD Dr. Mohamad Saleh Probolinggo.

1.3 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia yang mengalami

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Mohamad Saleh

Probolinggo?”.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia yang mengalami

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Di Ruang Flamboyan RSUD Dr.

Mohamad Saleh Probolinggo.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada Pasien Pneumonia yang mengalami

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Di Ruang Flamboyan RSUD Dr.

Mohamad Saleh Probolinggo

2) Menetapkan diagnosis ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien

Pneumonia Di Ruang Flamboyan RSUD Dr Mohamad Saleh Probolinggo.

3) Menyusun perencanaan keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

pada pasien Pneumonia Di Ruang Flamboyan RSUD Dr Mohamad Saleh

Probolinggo.

4
5

4) Melaksanakan tindakan keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Pada Pasien Pneumonia Di Ruang Flamboyan RSUD Dr Mohamad Saleh

Probolinggo.

5) Melakukan evaluasi Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien

Pneumonia Di Ruang Flamboyan RSUD Dr Mohamad Saleh Probolinggo.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis.

Sebagai kerangka pikir ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan

terutama di Keperawatan Medikal Bedah.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Menambah pengetahuan dan sebagai bahan dalam Asuhan

Keperawatan Pasien Pneumonia yang Mengalami Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Nafas.

2) Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan

masukan bagi petugas rumah sakit dalam Asuhan Keperawatan Pasien

Pneumonia yang mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu sambungan informasi bagi pelaksanaan studi kasus

di bidang keperawatan dan dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan

mahasiswa.

5
6

4) Bagi Klien

Studi kasus ini diharapkan mampu menstimulasi pengetahuan

penderita pneumonia tentang tindakan yang harus dilakukan ketika menderita

pneumonia

Anda mungkin juga menyukai