Anda di halaman 1dari 34

ARTIKEL MATA KULIAH

BAHAN BAKAR DAN PELUMAS OTOMOTIF

“PELUMAS KENDARAAN”

Disusun oleh :

Nama : Rifqi Ardiyanto Hidayat

NIM : 14504241027

Kelas : A3

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
A. DASAR PELUMASAN

1. Bahan Dasar Minyak Pelumas


Bahan-bahan pelumas yang digunakan dari jaman dahulu hingga sekarang
mempunyai beraneka ragam jenis sesuai dengan bahan apa yang banyak tersedia dan
mudah diperoleh. Menurut bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai minyak
pelumas, bahan bakunya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a) Bahan yang berasal dari hewan.
Bahan pelumas ini diperkirakan sebagai bahan pelumas tertua. Bahan pelumas
yang berasal dari hewan ini seperti lemak ikan, lemak sapi, lemak kambing, dan
sebagainya.
b) Bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
Bahan pelumas yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak jarak, minyak
kelapa, mimyak biji kapas, dan lain sebagainya. Dan sering disebut dengan
minyak nabati.
c) Bahan yang berasal dari hasil tambang
Bahan hasil tambang atau bahan mineral yang dapat menghasilkan minyak
pelumas antara lain adalah minyak bumi dan batu bara, biasa disebut dengan
minyak mineral (mineral oil).
d) Bahan yang berasal dari bahan kimia
Bahan yang berasal dari bahan kimia ini dibuat dengan cara mensenyawakan
bahan-bahan kimia, sering disebut dengan minyak sintetis (sintetic oil).
Semua bahan di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga pemilihan
bahan baku minyak pelumas harus sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Seperti
minyak hewan dan minyak nabati yang sudah mulai jarang digunakan karena
kualitasnya yang rendah dan mudah teroksidasi. Untuk minyak mineral kulitasnya
tergantung dari jenis minyak bumi yang diperoleh dan cara pengolahannya. Sedangkan
untuk minyak sintetis kualitasnya paling baik di antara yang lain dan harganya cukup
mahal. Pada saat ini yang banyak beredar di pasaran adalah minyak pelumas mineral.
2. Minyak Mineral
1) Pengertian
Minyak mineral adalah minyak pelumas yang diperoleh dari hasil pengolahan
bahan tambang atau bahan mineral dan merupakan minyak yang paling banyak
digunakan sebagai bahan baku minyak pelumas, karena minyak mineral mempunyai
kemampuan dan kelebihan dibandingkan bahan lainnya, antara lain :
a) Harganya murah dan masih banyak tersedia apabila dibandingkan dengan minyak
bumi.
b) Suhu kemampuan operasinya cukup lebar untuk dapat melayani penggunaan di
dalam industri maupun otomotif/kendaraan.
c) Sifat-sifat kimia dan fisikanya mudah dikontrol.
d) Bahannya tidak beracun.
e) Mudah dicampur dengan bahan-bahan kimia lainnya seperti bahan aditif untuk
meningkatkan kemampuan kerjanya.
f) Tidak merusak sekat (seal) dan saluran (gland)
g) Mempunyai selang waktu yang ekonomis di dalam melayani mesin.
Sampai saat ini, minyak mineral merupakan bahan yang memenuhi syarat-syarat
pelumasan seperti mempunyai gesekan yang rendah, memberikan perlindungan
terhadap terjadinya korosi dan merupakan penghantar panas yang baik.
2) Komposisi
Secara umum, minyak bumi merupakan ikatan hidrokarbon dan apat dibagi dalam
tiga bagian, yaitu :
a) Minyak bumi jenis parafinik
Jenis ini hidrokarbonnya mempunyai rumus bangun berbentuk lurus dan dapat
bercabang.
b) Minyak bumi jenis naftenik/sikloparafin
Jenis ini hidrokarbonnya mempunyai rumus banun yang membentuk rangkaian
tertutup.

c) Minyak bumi jenis aromatic


Jenis ini hidrokarbonnya mempunyai rumus bangun yang ikatannya tertutup dari
benzene bersama dengan derivative-derivatifnya.
3) Proses Pembuatan
Proses pembuatan minyak pelumas dari bahan baku minyak mineral mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Penyulingan (Crude oil distillation)
Proses ini dilakukan pada tekanan atmosfir untuk menghilangkan gas naphtha,
kerosin, dan solar. Sehingga diperoleh fraksi yang sesuai dengan kekentalan dan
titik nyala (flash point) yang diinginkan.
b) Deaspalting process
Proses untuk menyiapkan bahan baku yang baik dengan cara memisahkan
campuran aspal dan resin dengan jalan ekstraksi.
c) Refining process
Setelah proses menghilangkan aspal dan resin, selanjutnya proses menghilangkan
aromatic dan naphthen agar meningkatkan index kekentalan sehingga kualitas
pelumas lebih tinggi.
d) Dewaxing process
Proses ini bertujuan memisahkan lilin dan memperbaiki titik beku agar tidak
membeku pada suhu rendah.
e) Finishing process
Proses untuk memperbaiki warna dan meningkatkan stabilitas dengan tanah
lempung (clay adsorbent). Apabila minyak pelumas digunakan untuk mesin yang
memproduksi makanan, maka perlu menghilangkan senyawa sulfur, nitrogen, dan
kotoran berbahaya lainnya dengan proses hydrorefining.
f) Proses pembuatan pelumas
Proses mencampurkan hasil akhir bahan baku pelumas dengan senyawa kimia
(additivies) agar menghasilkan minyak berkualitas tinggi.

4) Sifat
a) Warna
Warna pada minyak pelumas berfungsi sebagai tanda pengenal. Untuk hal tertentu
warna dapat menunjukkan jenis minyaknya. Minyak pelumas mempunyai
beberapa warna, mulai dari yang bening (transparent) sampai yang gelap. Makin
tinggi titik didih maka warna dari inyak pelumas akan semakin gelap warnyanya.
Hal ini disebabkan warna gelap alamiah dari ikatan fraksi berat seperti heavy oil,
asphalt, dan sebagainya yang tidak mudah menguap dan cenderung berkumpul
pada fraksi yang titik didihnya tinggi. Selain itu warna dapat digunakan untuk
pembvanding antara minyak pelumas baru dan minyak pelumas bekas.
b) Oksidasi
Oksidasi adalah suatu reaksi antara oksegen dengan hidrokarbon. Oksidasi pada
minyak pelumas merupakan suatu yang harus dihindari, karena hasil dari oksidasi
akan memberikan pengaruh negatif. Ketahanan minyak pelumas terhadap oksidasi
tergantung dari asal minyak mentah dan cara pengolahannya. Selain itu dengan
menambahkan bahan aditif, yaitu aditif pelindung oksidasi (oxidation inhibitor).
Kemampuan aditif untuk melindungi minyak pelumas dari oksidasi adalah karena
sifatnya yang cenderung langsung mengikat oksigen agar tidak bereaksi dengan
hidrokarbon.
c) Keasaman
Hasil dari fraksi minyak pelumas pasti akan mengandung sedikit asam, walaupun
prosesnya dilakukan dengan baik dan cermat sekalipun. Hal ini dikarenakan ada
sedikit bagian organic yang tidak ternetralisir selama proses pengolahan.
Keasaman dari minyak pelumas dinyatakan dalam angka netralisasi
(neutralization number), merupakan besaran berat dalam milligram dari kalium
hidroksida yang diperlukan untuk menetralisasi satu gram minyak pelumas. Sifat
dari asam adalah korosif terhadap logam, oleh karena itu tingkat keasaman yang
tinggi tidak diharapkan pada minyak pelumas.
d) Korosifitas
Beberapa ikatan sulfur terutama hydrogen sulfide dan polisulfida yang terkandung
pada minyak mempunyai sifat korosi. Oleh karena itu, di dalam proses
pengolahannya sulfat-sulfat tersebut dihilangkan atau dikurangi hingga mencapai
kadar sulfat yang seidkit mungkin. Sifat korosi sulfur dapat menyerang logam-
logam muali dari bantalan-bantalan yang ada di dalam mesin. Untuk masalah
korosifitas ini dilakukan beberapa pengujian, antara lain :
 Pengujian Korosi Tembaga (Copper Corrosion Test), merupakan salah satu
syarat pengujian seperti pada beberapa minyak yang digunakan di mesin
yang menggunakan logam nonferrous.
 Pengujian Korosi Baja (Corrosion Stell Test), merupakan pengujian yang
digunakan untuk menguji kemampuan minyak pelumas pada bahan
ferrous.
e) Emulsifikasi
Apabila minyak mineral murni dicampur dengan air murni maka akan terjadi
pemisahan dalam waktu singkat. Tetapi, apabila minyak terkontaminasi kekuatan
tingkat pemisahannya akan menurun dan terjadi emulsi, baik emulsi minyak di
dalam air maupun emulsi air di dalam minyak. Saat ini untuk mengurangi emulsi
maka ditambah bahan aditif pada minyak pelumas. Angka demulsifikasi
(demulsification number) dari suatu minyak ditentukan dari pengujian standar
yang didefinisikan sebagai : penentuan waktu dalam detik yang diperoleh oleh
suatu volume yang diberikan untuk memisahkan dari suatu volume yang sama uap
air yang terkondensasi.

f) Titik Nyala (flash point)


Titik nyala dari suatu minyak adalah suhu terendah di mana minyak dipanasi
dengan peralatan standar hingga menghasilkan uap yang dapat dinyalakan dalam
pencampurannya dengan udara. Titik nyala secara prinsip ditentukan untuk
mengetahui bahaya terbakarnya produk-produk minyak bumi. Titik nyala
merupakan sifat fisika yang penting dari produk-produk hasil pengolahan minyak
bumi, baik minyak pelumas, bahan bakar, atau produk lainnya. Sehingga
penggunaannya dapat disesuaikan.
g) Titik Kabut dan Titik Tuang
Titik kabut (Cloud Point) adalah suhu di mana kristalisasi mulai terbentuk dengan
mula-mula timbul kabut. Sedangkan Titik Tuang (Pour Point) adalah suhu
terendah di mana minyak pelumas masih dapat di tuang di bawah kondisi tertentu.
Masalah titik kabut dan titik tuang banyak dihadapi oleh Negara-negara bersuhu
rendah.
h) Kandungan Air dan Sedimen
Air pada dasarnya sangat sedikit dapat larut dalam minyak pelumas ( sekitar
0,004% pada suhu normal). Air di dalam minyak pelumas sangat tidak
diharapkan, tetapi gravitasi spesifik minyak mendekati gravitasi spesifik air, maka
air akan sulit untuk dipisahkan. Sedangkan sedimen dapat masuk pada saat
transportasi dan kontaminasi dari tangki, saluran pembagi, dan sumber lainnya.
Efeknya dapat menyumbat saluran pipa dan dapat mengendap di dasar tangki.
Cara menghilangkan sedimen adalah dengan memnberikan saringan (filter) atau
sentrifus.
i) Kerapatan dan Gravitasi Spesifik
Kepatan merupakan massa per unit volume pada suhu dan tekanan tertentu.
Gravitasi spesifik adalah suatu kuantitas dimensi yang dinyatakan dalam
perbandingan kerapatan minyak dengan air pada suhu tertentu.

j) Panas Jenis dan Konduktivitas Panas


Panas jenis dan konduktivitas panas diperlukan dalam penggunaan minyak
pelumas bekerja sebagai pendingin dan media perambat panas. Pada suhu
60ºF (16ºC) hamper semua minyak mineral memiliki panas jenis 0,44 – 0,48
dan konduktivitas panas sekitar 3 x 10-4 kal/cm.s.ºC

3. Minyak Pelumas Sintetis


1) Pengertian
Minyak pelumas sintetis dibuat dengan cara mereaksikan senyawa kimia yang
ditambahkan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja dari minyak pelumas
tersebut. Minyak pelumas sintetik merupakan campuran minyak dasar sintetis,
bahan aditif, bahkan minyak mineral dengan presentase 10%-15% yang biasa
disebut minyak sintetis murni. Minyak pelumas sintetis dengan kandungan minyak
mineral lebih dari 15% disebut dengan minyak semi sintetis.
2) Bahan-Bahan Minyak Pelumas Sintetis
a) Pelumas Sintetis Ester Asam Berbasa Dua (Dibasic Acid Ester)
Diester merupakan salah satu bahan yang paling menonjol dan sering
digunakan untuk pembuatan minyak pelumas atau pelumas gemuk yang
mempunyai titik penguapan rendah. Diester diperoleh dari proses reaksi sintesa
produk minyak bumi. Keuntungan dari penggunaan diester adalah mempunyai
sifat viskositas yang relative konstan, rendah penguapan, mempunyai stabilitas
terhadap lingkungan suhu tinggi, stabil terhadap terjadinya hidrolisa dan tidak
beracun. Kerugian bahan ini adalah bersifat korosif terhadap logam dan dapat
bereaksi dengan karet. Bahan diester yang paling sering digunakan adalah di-2-
etil heksilsebakat.
b) Pelumas Sintetis Ester Organo Fosfat
Bahan yang digunakan adalah trikresil-fosfat. Bahan ini memberikan ikatan
yang cukup mantap dan stabil secara kimia dan memungkinkan untuk
digunakan sebagai komponen utama dari minyak pelumas sintetis. Stabilitas
oksidasi dari bahan ini cukup baik yaitu sampai dengan 300ºF.
c) Pelumas Sintetis Ester Silikat
Ester Silikat mempunyai indeks viskositas yang tinggi yaitu antara 150-200,
mempunyai penguapamn yang rendah, tahan terhadap oksidasi tapi pada suhu
tinggi tidak cukup baik, maka dapat diperbaiki dengan menambah bahan aditif.
Bahan ini tidak korosif terhadap logam, plastic, atau karet. Yang perlu
diperhatikan dari ester silikat ini adalah cenderung untuk terjadi hidrolisa dan
kontak anatara kelembapan dengan ester silikat ini akan mengakibatkan
rusaknya ikatan ester silikat dan akan terbentuk gel serta silikat yang bersifat
abrasif.
d) Pelumas Sintetis Polyglicol
Polyglicol adalah senyawa polyalkylene glycol dan merupakan bahan sintetis
tertua.pelumas ini memiliki daya pelumasan yang paling baik, memiliki titik
nyala (flash point) dan index kekentalan yang tinggi, memiliki daya penguapan
dan titik beku yang rendah. Pemakaiannya terbatas pada pelumasan gear dan
peralatan besar, juga pada bantalan mesin pada industry plastic, karet, dan
kertas.
e) Pelumas Sintetis Silikon
Silikon adalah polimer yang mempunyai macam tingkatan viskositas yang
bergantung pada panjang-pendeknya rantai dari ikatan molekulnya. Sifat yang
paling menonjol adalah memberikan kurva viskositas dengan suhu yang
mendatar. Silikon memberikan ketahanan yang baik terhadap oksidasi pada
suhu biasa, tetapi cenderung membentuk gel saat mengoksidasi. Dari sifat
kimianya silikom tidak merusak plastic, karet, dan cat. Akan tetapi
kenyataannya silicon tidak mampu menghadapi kondisi pelumasan batas,
khususnya pada logam bantalan yang terbuat dari besi. Kecilnya daya absorpsi
pada besi membuat silicon tidak cocok digunakan untuk pelindung karat.

f) Pelumas Sintetis Hidrokarbon


Terbentuk dari polyalphaolefin alkilasi aromatic polybuthene dan
cycloalphatik. Pembuatanya melalui proses polimerisasi alphaolefine. Bahan
ini memiliki sifat yang lebih baik dari minyak mineral. Minyak pelumas
sintetis jenis ini juga tidak mengandung wax (lilin), pada suhu rendah tidak
membeku, memiliki penguapan yang rendah pada suhu 400ºC. dalam
pemakaiannya memiliki koefisien tarik yang rendah sehingga dapat
menghemat pemakaian worm (gear) pada beban tinggi serta lebih tahan
terhadap oksidasi.
3) Sifat Minyak Pelumas Sintetis
Sifat utama dari pelumas sintetis adalah dapat mengatasi masalah perbedaan suhu,
kondisi lingkungan dan tahan terhadap kebakaran. Hal ini disebabkan dari pelumas
dasar sintetis yang sempurna dan penambahan bahan aditif yang berkualitas. Aditif
yang digunakan mempengaruhi stabilitas oksigen, ketahanan terhadap beban
bearing, korosion inhibitor dan pencegahan terhadap penguapan. Sifat fisika dan
kimia yang stabil pada suhu tinggi dan rendah, mempunyai titik didih yang dapat
disesuaikan, memiliki hidrolitik yang stabil dan dapat mearutkan bahan aditif
dengan sempurna.

4. Bahan Tambah (Additives)


Bahan aditif digunakan pada minyak pelumas guna meningkatkan kinerja dari
pelumas tersebut. Dengan penambahan bahan aditif mutu dan kemampuan pelumas
akan lebih sempurna. Kualitas mutu dan kemampuan minyak pelumas ditentukan dari
kualitas minyak mentahnya, proses pengolahan bahan baku, dan bahan aditif yang
digunakan. Bahan-bahan aditif yang biasa ditambahkan pada minyak pelumas adalah
sebagai berikut :
a) Detergen
Deterjen merupakan suatu aditif dalam bentuk ikatan kimia yang memberikan
kemampuan menghindari atau mengurangi timbulnya deposit/endapan dari ruang
bakar maupun bagian mesin lainnya pada suhu tinggi. Sedangkan untuk suhu
rendah biasanya disebut dispersan. Bahan yang digunakan untuk aditif deterjen
adalah garam logam polivalen atau sabun yang berat molekul asam karboksilatnya
tinggi. Sebelum membahas bahan dari aditif deterjen, perlu dipahami tentang apa
itu “garam normal” dan “garam basa”. Garam normal adalah garam yang
mengandung logam dalam jumlah stokiometrik yang dibutuhkan untuk
menetralisir gugusan asam tersebut. Sedangkan garam basa adalah terjadinya
kelebihan logam yang diperlukan untuk menetralisir garam yang ada dan
menetralisir kontaminasi asam yang berasal dari oksidasi minyak pelumas serta
hasil pembakaran bahan bakar yang masuk ke dalam karter dalam bentuk blow by
gas. Aditif deterjen yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut :
 Sulfonat, merupakan garam normal dan garam basa dari petroleum sulfonic
(mahogany) yang mempunyai rantai panjang dari alkil yang mensubstitusi
asam benzene sulfonat.
 Fosfonat/Tiofosfonat, merupakan garam normal dan garam basa dari fosfonat
atau tiofosfonat hasil dari reaksi polyolefin.
 Fenat, merupakan garam normal dan garam basa dari alkil fenol sulfide dan
alkil fenol aldehida yang merupakan hasil kondensasi.
 Alkil yang Disubstitusi Salisilat, merupakan garam normal dan garam basa
dari rantai panjang alkil yang disubstitusi asam salisilat.
b) Antioksidan
Kebanyakan pada minyak pelumas mengalami kontak dengan udara, yang biasa
disebut dengan oksidasi. Hasil oksidasi akan menurunkan viskositas minyak
pelumas, yang artinya menaikkan kontaminasi asam dam membentuk bahan-bahan
yang bersifat karbon. Antioksidan yang efektif adalah bahan yang dapat
mengurangi peroksida yang kemudian akan menghentikan reaksi b erantai yang
terjadi. Bahan yang berperan sebagai antioksidan pada minyak pelumas adalah
sulfide, disulfide, fosfit, amina dan fenol, selenida, dan zink ditiofosfat. Aditif ini
digunakan pada minyak pelumas karter untuk berbagai minyak pelumas mesin
berpiston, turbin uap, turbin gas, pesawat jet, gemuk dan minyak hidrolik.
c) Anti Korosi
Anti korosi adalah bahan yang melindungi komponen metal bukan besi yang
mudah terkena korosi/karat pada mesin. Walaupun pelindung korosi juga bekerja
sebagai pelindung karat atau sebaliknya, tetapi kedua bahan aditif ini mempunyai
status yang berlainan. Aditif pelindung korosi terdiri dari :
 Logam ditiofosfat, dibuat dengan netralisasi asam ditiofosfor yang dibantu
oleh reaksi fenol atau alcohol dengan fosfor pentasulfida. Logam ini paling
banyak digunakan
 Logam ditiokarbamat
 Sulfurized terpene
 Phospor sulfurized
d) Anti karat
Anti karat adalah bahan yang melindungi permukaan logam besi dari timbulnya
karat karena proses korosi pada bagian yang dilumasi. Bahan ini mkembentuk
senyawa pada permukaan logam sehingga prosesnya dapat terhambat.
e) Dispersan
Dispersan adalah aditif yang mampu mendispers lumpur yang terbentuk pada suhu
rendah di dalam karter mesin bensin. Lumpur yang terbentuk terdiri dari campuran
karbon, hasil pembakaran, bahan bakar yang tidak terbakar, residu Pb anti-knock
dan air. Aditif dispersin terdiri dari :
 Kopolimer, yang mengandung ester karboksilat dan tambahan satu atau lebih
fungsi polar seperti amina, amida, imino, imida, hidroksil, ester, epoksida,
ester fosfor, anhidrida karboksilat, atau nitril. Terbuat dari kopolimerisasi
rangkaian panjang alkil akrilat atau metakrilat dengan monomer yang
mengandung fungsi polar yang diinginkan.
 Polimer hidrokarbon, terbuat dari reaksi poliisobutena dengan fosfor sulfide
atau klorida dan kemudian direaksikan dengan urea, atau etilena oksida atau
asam amino dan asam borat.
 Alkenil suksinimida, berasal dari cairan poliisobutena yang mengandung 50 –
200 lebih atom karbon.
Formulasi dari dispersan ini sangat efektif dalam menghalangi deposit untuk mesin
kendaraan yang beroperasi berhenti-berjalan berulang-ulang.
f) Anti foam
Anti foam berfungsi untuk meminimalkan busa (gelembung udara) atau mencegah
terjadinya busa pada minyak pelumas diakibatkan kinerja mesin terutama di poros
engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga menghambat kinerja
pelumasan mesin.
g) Perekat Molekul
Perekat molekul berfungsi untuk mencegah percikan-percikan yang mengganggu.
h) Energy Consevation agent
Bahan ini digunakan untuk mengurangi gesekan antara pelumas dengan bagian
yang berputar, diaplikasikan pada mesin sehingga dapat menghemat bahan bakar.
i) Viscosity Index Improver
Indeks viskositas adaah angka sembarang yang menyatakan besar tahanan
viskositas minyak plumas terhadap perubahan suhu. Keuntungan pada minyak
pelumas yang memiliki indeks viskositas tinggi adalah pada operasinya terutama
karena gesekan dalam minyak pelumas berkurang pada suhu rendah dan
mengurangi kehilangan minyak pelumas serta keausan pada suhu tinggi. Viscosity
Index Improver sendiri adalah bahan aditif yang ditambahkan pada minyak
pelumas untuk membentuk minyak pelumas mendekati bentuk ideal yaitu tahan
terhadap perubahan kekentalan pada suhu yang tinggi. Bahan yang digunakan
untuk viscosity index improver adalah bahan nonpolimer seperti sabun logam dan
organic polimer yang larut dalam minyak.
j) Extrem Pressure
Extrem pressure adalah bahan kimia yang ditambahkan pada minyak pelumas
dengan maksud menghindari kerusakan atau keausan akibat kontak logam dengan
logam pada permukaan logam yang bergerak relatif. Extrem pressure
mengandung satu atau lebih unsure seperti fosfor, clor, timah, belerang,
karboksilat, atau garam karboksilat yang dapat bereaksi secara kimia dengan
permukaan logam pada kondisi pelumasan batas.
k) Pour Point Depressant
Pour point Depresant berfungsi mencegah oli membeku atau mengental pada saat
suhu dingin. Pour Point Depressants (PPD) dapat mencegah pembentukan krital
pada suhu rendah. Penekanan pour point tergantung terutama pada karakterisitik
base oil dan konsentrasi polimer. Bahan yang digunakan adalah polimer organik.
PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar viskositas rendah, untuk
minyak pelumas karter dan minyak pelumas roda gigi dalam jumlah banyak, serta
minyak pelumas transmisi otomatis.

5. Fungsi Minyak Pelumas


Sebagai minyak pelumas yang bertugas melumasi bagian komponen-komponen pada
mesin, minyak pelumas memiliki beberapa fungsi antara lain :
a) Mengurangi gesekan (friction) antara bagian-bagian mesin.
b) Mengurangi keausan antar komponen.
c) Sebagai pendingin bagian-bagian yang berputar dan bergerak.
d) Membantu distribusi beban yang merata pada sebuag bantalan.
e) Mencegah terjadinya lekat pada kedua benda yang bergesekan.
f) Mencegah terjadinya karat (korosi) akibat proses oksidasi.
g) Mencegah masuknya zat-zat asing.
6. Tipe Pelumasan
1) Berdasarkan Kekentalan
a) Pelumasan dengan minyak pelumas yang lebih ringan (encer)
Menggunakan minyak pelumas yang lebih ringan dari yang dibutuhkan akan
berakibat daya angkat permukaan poros tidak cukup jauh sehingga permukaan
yang menonjol masih bersentuhan satu dengan sama lain. Gesekan ini dapat
menimbulkan serbuk logam yang akan mengotori minyak pelumas dan
kenaikan suhu, sehingga minyak pelumas akan semakin encer. Pemberiaan
minyak pelumas yang ringan adalah pada bagian mesin yang memiliki celah
sempit dan akan membentuk lapisan pelindung bantalan/poros.
b) Pelumas dengan minyak pelumas yang kental
Penggunaan minyak pelumas yang kental dapat menjamin tidak adanya
sentuhan antar komponen. Namun, minyak pelumas yang kental memiliki
internal friction yang tinggi, sehingga akan menimbulkan panas yang dapat
menyebabkan minyak pelumas menjadi encer dan tenaga yang diperlukan
untuk memutar mesin menjadi lebih besar karena adanya tahanan geser.
2) Berdasarkan Lapisan Minyak Pelumas
a) Hydronomic Lubrication / Full Fil Lubrication (Pelumasan Penuh)
Pelumasan ini lebih banyak dikehendaki karena seluruh permukaan komponen
tidak terjadi gesekan, kenaikan suhu, dan kemungkinan terjadi kerusakan kecil.
Pelumasan seperti ini terjadi apabila viskositas, tekanan dan kecepatan putaran
mesin seimbang.
b) Boundry Lubrication (Pelumasan Setengah kering)
Pelumasan ini memiliki lapisan-lapisan minyak tetapi ada bagian yang masih
kering, misal pada bagian puncak dari sebuah komponen. Pelumasan ini terjadi
karena viskositas dan tekanan tidak seimbang.

c) Extreme Pressure Lubrication (Pelumasan Tekanan Tinggi)


Pelumasan ini terdapat pada gigi-gigi transmisi saat tekanan dan putaran tinggi,
sehingga gesekan antar komponen selalu terjadi. Pelumas semacam ini perlu
ditambah additivies yaitu senyawa kimia tertentu untuk meningkatkan kualitas
minyak pelumas.
d) Dry Lubrication (Pelumasan Kering)
Pelumasan ini tidak menggunakan minyak pelumas, tetapi sebagai gantinya
menggunakan graphiet atau molybdeen disulfide. Hal ini terjadi karena dengan
adanya minyak pelumas akan mempengaruhi kualitas sehingga tidak
dikehendaki.

7. Analisa Minyak Pelumas


1) Viskositas (Kekentalan)
Viskositas adalah tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antar molekul-
molekul cairan satu dengan yang lain. Makin tinggi viskositas minyak pelumas,
maka gesekan antar molekul juga semakin besar. Nilai viskositas minyak pelumas
tergantung dari mana asal minyak bumi (crude oil) dan cara pengolahannya.
Viskositas dapat diukur dengan Saybolt Universal atau Engler Universal.
2) Indeks Viskositas
Indeks Viskositas ditentukan menurut viskositasnya pada suhu yang berubah-ubah.
Apabila suatu minyak pelumas pada perubahan suhu rendah ke tinggi dan
viskositasnya mengalami perubahan kecil maka minyak pelumas tersebut memiliki
HVI (High Viscosity Index). Minyak pelumas ini dipakai untuk motor yang
bebannya tinggi dan tidak konstan. Sedangkan apabila suatu minyak pada
perubahan suhu rendah ke tinggi mengalami perubahan viskositas yang besar
maka minyak pelumas tersebut adalah LVI (Low Viscosity Index). Pelumas ini
digunakan pada mesin yang suhunya konstan. Dan apabila perubahan suhu
menyebabkan perubahan viskositas sedang maka minyak pelumas disebut MVI
(Medium Viscosity Index).

3) Stabilitas
Stabilitas minyak pelumas tidak terpengaruh pada perubahan suhu. Faktor yang
mempengaruhi stabilitas minyak pelumas adalah proses pengolahan bahan baku
minyak pelumas. Stabilitas minyak pelumas penting apabila digunakan untuk
pelumasan pada suhu tinggi.
4) Pour Point (Titik Tuang)
Pour point adalah suhu di mana minyak pelumas tersebut mulai membeku atau di
mana minyak pelumas tetap dalam keadaan cair.
5) Flash Point (Titik Nyala)
Flash point adalah suhu dimana minyak pelumas tersebut dapat menyala. Nilai dari
flash point harus setinggi mungkin.
6) Additivies (Bahan Tambah)
Additivies adalah bahan senyawa kimia yang ditambahkan pada minyak pelumas
guna memperbaiki sifat dari minyak pelumas tersebut.

B. PELUMAS OTOMOTIF
Pelumas otomotif adalah pelumasan yang digunakan pada kendaraan bermotor
baik untuk mesin bensin maupun mesin diesel. Pelumasan pada kendaraan meliputi oli
mesin, oli roda gigi, gemuk, oli power steering, minyak rem, dan sealent. Semua oli
atau minyak pelumas tersebut sangat berperan penting di dalam operasi dari sebuah
kendaraan dan keadaannya sangat diperlukan.
1. Oli Mesin (Engine Lubricating Oil)
a. Pengertian
Oli mesin adalah oli yang digunakan pada daerah mesin yang bertujuan
untuk memperpnjang usia dari mesin itu sendiri. Ciri khusus dari oli mesin
adalah kondisi kerja dari oli mesin yang berhubungan langsung dengan panas
dan oli ini akan menjadi kotor akibat carbon, asam, dan zat kotoran lainnya
dari proses pembakaran.
b. Fungsi
 Mengurangi gesekan (friksi) antar komponen
Apabila dua permukaan saling menempel dan bergerak, maka akan timbul
gaya gesekan pada permukaan tersebut. Di sini minyak pelumas akan
menciptakan lapisan oli (oil film) di antara permukaan kontak sehingga
mencegah kontak langsung antar komponen. Dengan demikian, keausan dan
kehilangan tenaga akibat gesekan dapat berkurang.

 Sebagai Pendingin
Saat komponen pada mesin saling bergesekan maka akan timbul panas.
Selain itu panas juga dapat timbul dari proses pembakaran. Apabila panas
ini terserap maka akan mengakibatkan keausan komponen menjadi lebih
cepat. Di sini, oli akan bertugas mendinginkan komponen-komponen mesin
dengan bersirkulasi pada komponen-komponen tersebut serta akan
menyerap panas untuk dikeluarkan dari mesin.
 Sebagai Peredam Getaran
Pada bagian mesin yang mengalami gaya tekan yang besar akan bergetar
sehingga mengakibatkan keausan dan kerusakan pada komponen. Dalam hal
ini, oli menyebarkan tekanan dan menyerap getaran dari komponen tersebut.
 Mencegah Korosi/Karat
Minyak pelumas menciptakan lapisan oli yang akan menghindarkan
permukaan komponen tidak terkena udara dan air secara langsung, sehingga
tidak terjadi korosi/karat pada komponen tersebut.
 Sebagai Penyekat/Perapat
Oli di sini berfungsi sebagai pelapis antara piston dan silindernya dan akan
membentuk lapisan oli. Selain itu juga sebagai penyekat antara keduanya,
sehingga kebocoran kompresi melalui celah piston dan silinder dapat
dikurangi.
 Sebagai Pembersih
Saat oli bersirkulasi pada mesin, maka oli juga membersihkan saluran-
saluran agar tidak tersumbat oleh kotoran atau butiran logam akibat gesekan
komponen.
c. Syarat
 Oli mesin harus mempunyai kekentalan yang tepat dan relatif stabil pada
perubahan temperatur mesin.
 Tidak merusak komponen-komponen di dalamnya.
 Memiliki sifat anti karat dan anti korosi.
 Tidak berbusa saat bekerja.

d. Jenis
Oli mesin diklasifikasikan berdasarkan kekentalan dengan standar dari SAE
(Society of Automotive Engineers) dan berdasarkan kualitas dengan standar
dari API (American Petrolium Institute).
a) Klasifikasi Berdasar Viskositas
Standar SAE adalah klasifikasi jenis oli yang paling umum digunakan.
Berikut tabel klasifikasi SAE untuk oli mesin.

NO. SAE VISKOSITAS

5W
10 W
15 W
20 W
25 W
20
30
40
50

Huruf “W” (winter) menunjukkan bahwa tingkat kekentalan oli yang


diukur pada suhu -20°C dan apabila tidak terdapat huruf “W” maka
menunjukkan kekentalan oli diukur pada suhu 100°C. Viskositas oli yang
digunakan pada suatu mesin perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :
 Besarnya clearence yang akan dilewati oli.
 Besarnya beban yang akan didukung oleh oli.
 Temperatur operasi.
 Luas bidang gesek.
 Kecepatan gerakan.
Menurut indeks kekentalannya, oli dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu oli
single grade dan oli multi grade. Oli single grade hanya memiliki satu
tingkat kekentalan dan oli multi grade mempunyai keistimewaan
kekentalannya hampir tidak berubah pada perubahan temperatur. Oli multi
grade dapat digunakan pda kondisi yang berbeda. Gambar di bawah
menunjukkan hubungan antara nilai SAE dengan suhu penggunaannya.
TEMPERATUR
-30 -20 - 0 10 2 3 40
UDARA LUAR (ºC)
10 0 0

SAE 10W

SAE 20W

SINGLE-GRADE SAE 20
OIL
SAE 30

SAE 10W - 30
MULTI-GRADE
OIL SAE 20W - 30

b) Klasifikasi Berdasarkan Kualitas


Klasifiksi ini menggunakan standar API dan kalsifikasi ini biasanya
tercantum pada masing-masing kemasan oli mesin untuk menambah
tingkatan SAE sehingga pemilihan oli jauh lebih mudah apabila dilihat dari
pengoperasian kendaraan.
 Klasifikasi Untuk Mesin Bensin
Tabel klasifikasi penggunaan oli mesin
Klasifikasi Tingkat Penggunaan
API
Spesifikasi kuno yang sudah jarang digunakan
SA untuk mesin dengan tugas umum. Merupakan
minyak pelumas mineral murni (tanpa bahan
aditif) dan tidak memerlukan pengujian dengan
mesin penguji.

Untuk mesin dengan tugas ringan dan tidak


dianjurkan untuk pelumasan mesin bensin
SB modern. Pelumas ini hanya mengandung bahan
aditif anti oksidasi.

Pelumas ini dirancang dapat mengendalikan


pembentukan deposit pada temperature tinggi
SC maupun rendah, keausan, karat, dan korosi. Oli
ini mengandung detergent dispersent, anti-
oxidant.

Digunakan untuk mesin operasi dengan


temperature tinggi atau kondisi lainya yang
SD mengandung detergent-dispersent, resisting
agent, antioxident, dll.

Digunakan untuk mesin sedang dengan


SE kandungan detergent dispersent, resisting agent,
anti oxidant dan lain-lain lebih banyak.

Tingkat olinya tinggi dan pemakaian resistance


SF dan daya tahannya lebih baik.

Dirancang untuk lebih mampu mengatasi


SG pembentukan deposit pada mesin, oksidasi, dan
keausan.

Memiliki kinerja yang lebih baik dari pelumasan


SH yang lain.

 Klasifikasi Untuk Mesin Diesel


Mesin diesel mempunyai kompresi yang sangat tinggi dan tekanan
pembakaran juga lebih tinggi. Karena itu lapisan oil film oli mesin
diesel harus dibuat lebih kuat. Bahan bakar diesel juga mengandung
sulfur dimana saat dibakar akan menjadi asam belerang. Karena itu oli
mesin diesel harus mampu menetralisir asam ini dengan baik dan
memerlukan detergent dipersant yang lebih baik untuk mencegah
timbulnya jelaga didalam mesin.
Tabel klasifikasi penggunaan oli mesin diesel
Klasifikasi
Tingkat penggunaan
API service
Digunakan pada mesin diesel operasi beban ringan
CA yang mengandung detergent dispersent, anti
oxidant, dll
Digunakan pada mesin diesel operasi beban
sedang dengan bahan bakar kualitas rendah.
CB
Mengandung detergent-dispersent, anti oxidant,
dll
Digunakan pada mesin diesel putaran rendah
dengan turbocharger dan kondisi relatif berat. Oli
CC
harus dapat mencegah endapan pada suhu tinggi,
endapan pada suhu rendah, karat dan korosi.
Digunakan pada mesin diesel putaran tinggi
dengan turbocharger dan kondisi lebih berat. Oli
harus dapat mencegah endapan pada suhu tinggi,
CD
endapan pada suhu rendah, karat dan korosi
dengan tingkat yang lebih baik daripada
klasifikasi CC

CATATAN: huruf ‘C’ berarti Commercial and Fleet Engine Service,


biasa digunakan untuk mesin diesel.

Beberapa pabrikan kendaraan menganjurkan penggunaan kelas CD


untuk mesin-mesin yang menggunakan turbocharger serta CC atau CD
untuk mesin-mesin tanpa turbocharger. Kelas CE, CF dan CG dengan
sifat pemecahan jelaga yang lebih baik telah digunakan sebagai standar.

2. Oli Roda Gigi

a. Pengertian
Oli roda gigi digunakan untuk melumasi transmisi manual, differential
(gardan) dan steering gear manual.
b. Syarat-Syarat

Roda gigi mempunyai gesekan yang diakibatkan oleh putaran dan slip. Beban
yang besar pada permukaan gigi, bentuk yang kasar dan putaran yang cepat
akan mengakibatkan gesekan yang besar serta menimbulkan panas. Agar dapat
mengatasi hal tersebut diatas oli roda gigi dipersyaratkan.

 Kekentalan sesuai
Karena beban yang berat, gesekan yang besar serta clearance yang besar,
maka oli roda gigi umumnya mempunyai angka viskositas yang tinggi.

 Mempunyai kemampuan menahan beban


Saat gigi-gigi berhubungan, tekanan dan beban yang timbul akan besar. Oli
mempunyai fungsi sebagai perantara dalam memikul beban ini.
 Tahan terhadap panas dan oksidasi
Bila oli roda gigi memburuk karena panas atau oksidasi, kotoran akan
membentuk zat asam dan menyebabkan perubahan kekentalan oli.
Disamping itu endapan kotoran dapat mengurangi kemampuan pelumasan
dan dapat merusakkan bantalan maupun roda gigi. Zat asam yang terbentuk
juga akan menyebabkan karat.

c. Jenis Oli Roda Gigi

Oli roda gigi diklasifikasikan berdasarkan kekentalan (viskositas) dengan


standar dari SAE (Society of Automotive Engineers) dan kualitas yang
menggunakan standar dari API (American Petrolium Institute)

 Klasifikasi Berdasar Viskositas


Seperti oli mesin, oli roda gigi juga mempunyai angka dibelakang SAE.
Saat ini ada 6 tingkat kekentalan roda gigi yang digunakan. Tingkat SAE
oli roda gigi adalah 75W, 80W, 85W,90,140 dan 250. Transmisi umumnya
menggunakan SAE 90 dan untuk differential SAE 140.
 Klasifikasi berdasar kualitas dan penggunaan
Oli roda gigi diklasifikasikan oleh tipe roda gigi yang digunakan yaitu tipe
hipoid, bevel dan lain-lain. API mempunyai standart klasifikasi oli roda
gigi sebagi berikut.
Tabel klasifikasi penggunaan oli roda gigi
Klasifikasi
Tingkat penggunaan
API service
Oli murni untuk roda gigi, tidak dipakai untuk
GL1
mobil saat ini
Mengandung minyak hewani dan nabati, banyak
GL2
digunakan untuk worm gear
Mengandung bahan tambah extreme – pressure
GL3 resisting dan lain-lain. Digunakan untuk transmisi
manual dan steering gear.
Untuk hypoid gear digunakan untuk melayani
GL4 diatas GL 3 mengandung bahan tambah extreme-
pressure resisting yang lebih tinggi
Digunakan untuk hypoid gear dengan pelayanan
GL5 yang lebih berat dari kondisi GL 4. Kandungan
extrem – pressure resisting lebih besar .

3. Gemuk

a. Pengertian
Gemuk atau sering disebut pula dengan Vaseline merupakan salah satu jenis
pelumas yang banyak digunakan dalam kendaraan bermotor. Pelumas ini digunakan
sebagai pengganti minyak pelumas pada beberapa bagian kendaraan yang tidak
dapat dicapai atau tidak memungkinkan adanya system pelumasan pada bagian
tersebut. Bahkan untuk beberapa bagian yang letaknya vertical.

b. Sifat gemuk

1) Tahan terhadap beban yang tinggi.


2) Bersifat sebagai perapat yang sempurna dan dapat mencegah menempelnya
benda-benda asing.
3) Tahan lama karena gemuk sukar mencair dan mengalir.
4) Mempunyai tahanan gesek yang besar.
5) Kemampuan mendinginkan rendah, karena sulit mengalir.
6) Susah membersihkan kotoran-kotoran.
c. Bahan dasar

Gemuk pelumas berasal dari lemak hewani dan nabati, oleh karena beberapa
kekurangan yang ada pada lemak tersebut, maka dibuatlah gemuk pelumas dari
bahan mineral yang merupakan fraksi dari minyak pelumas dengan dengan
campuran senyawa ester logam dan asam organic yang lazim disebut sabun. Sabun
ini berfungsi sebagai pembawa dan dapat menentukan sifat gemuk tersebut.

Bahan dasar Sifat Contoh produk Pemakaian


Lithium-lead Tahan air, panas Pertamina SG Untuk kendaraan
dan tekanan tinggi bermotor, warna
dan oksidasi agak kecoklatan

Calcium Tahan air, kurang Pertamina TS 2 Suhu rendah 0 –


tahan panas dan 75°C, bearing
Livona Barbatia
tidak tahan oksidasi dengan beban
ringan, warna
hijau atau coklat
Lithium Tahan air, Pertamina 2 dan Tidak untuk
kelembaban, anti 3 Alvania(shell) industri makanan,
karat, oksidasi warna coklat
Lithium 1.2 Anti korosi Pertamina EP 1 Untuk industri
berat

Hydroxystearate Tahan beban tinggi Pertamina EP 2 Untuk industri ,


dan beban berat warna coklat,
suhu operasi
107°C
Natrium/Kalium Tidak tahan air, dan Nerita Untuk Kogellager
oksidasi, tahan
panas
Alluminium Tahan air, panas, Retinax CD Untuk chassis
oksidasi mobil,encer, daya
lekat tinggi,
Silikon Tahan terhadap zat Audco 631 Untuk katup dari
kimia, dan regelaf sluiter
hydrocarbon tidak boleh kena
uap air
d. Persyaratan dan Analisa gemuk

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh gemuk antara lain :

1. Shear Stability atau Mechanical Stability, merupakan kemampuan gemuk


untuk kembali pada keadaan semula dengan perubahan yang sangat kecil.
Tingkatan :
5% sangat baik
5.1% - 15.0% baik

15.1% - 30.0% cukup

30.1% - keatas buruk

2. Drop point, merupakan suhu dimana gemuk akan berpindah dari keadaan semi
padat menjadi cair.
Tingkatan :
Gemuk dengan dasar kalsium 150 – 210 oF

Gemuk dengan dasar sodium 275 - 350 oF

Gemuk dengan dasar lithium 350 – 400 oF

Gemuk dengan dasar Benton diatas 500 oF

Gemuk silicon diatas 500


o
F

3. Viscosity, merupakan kemampuan alir gemuk.


4. Titik Nyala dan Titik Api, merupakan suhu di mana gemuk tersebut dapat
menyala
5. Titik Beku, merupakan suhu di mana gemuk menjadi beku atau suhu di mana
gemuk tersebut tetap dalam keadaan cair.

Grade Penetrasi Bentuk pada suhu kamar


000 445 – 475 Hampir Cair
00 400 – 430 Extra Lembut
0 355 – 430 Amat Lembut
1 310 – 340 Lembut
2 265 – 295 Setengah Lembut
3 220 – 250 Sedang
4 175 – 205 Keras
5 130 – 160 Amat Keras
6 80 – 115 Extra Keras

e. Additive

Untuk memperbaiki kualitas dan performance gemuk, maka dibutuhkan bahan


tambah yang hampir sama penggunaannya pada minyak pelumas. Additive yang
banyak ditambahkan pada gemuk pelumas antara lain :

 Extreme pressure
 Viscosity index improver
 Anti korosi
 Anti oksidan
 Detergent

f. Tipe Gemuk

Banyak bagian kendaraan yang memerlukan pelumasan gemuk. Masing-masing


bagian mempunyai karakter yang berbeda. Dengan alasan tersebuta maka saat ini
ada bermacam-macam gemuk.

 Gemuk Untuk Chassis


Berfungsi untuk pelumasan chassis. Karena chassis selalu berhubungan
dengan kotoran, air, debu, lumpur serta kejutan dan beban yang berat.
Karena itu gemuk untuk keperluan ini harus tahan terhadap air, kotoran,
tekanan dan goncangan. Dalam hal ini biasanya digunakan gemuk jenis
Lithium Soap base Multi Purpose Grease (NLGI # 2).

 Gemuk Bantalan (Bearing )


Gemuk yang dipakai untuk bantalan roda adalah jenis lithium soap based
multi purpose grease (NLGI # 2).

 Gemuk Roda Gigi


Karakteristik dari gemuk bantalan roda ini adalah :

a) Harus tahan panas tinggi, hal ini disebabkan wheel hub akan menjadi
panas akibat dari pengereman.
b) Tahan terhadap oksidasi dan tahan lama
c) Tahan terhadap air dan lumpur sehingga tidak akan merusak bantalan.
g. Penggunaan
Agar penggunaan gemuk dapat berfungsi secara maksimal perlu diperhatikan hal-
hal berikut :

1. Membersihkan dan mengeringkan bantalan


Pembersihan bantalan dapat menggunakan bensin atau minyak tanah. Setelah
dibersihkan bantalan harus segera dikeringkan dengan udara tekan, kemudian
segera diisi gemuk yang bersih agar tidak berkarat.

2. Packing (Pengisian Gemuk)


Tidak diperbolehkan mengisi gemuk ke dalam wheel hub secara berlebihan,
berikan secukupnya dan sisakan gemuk 1/3 bagian dalam hubnya.

3. Mencampur Gemuk
Tidak diperbolehkan mencampur gemuk dengan jenis gemuk yang lain, karena
hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas dan kemampuan gemuk.

4. Menjaga Kebersihan Gemuk


Tidak diperbolehkan menggunakan gemuk yang kotor oleh pasir, debu atau
serbuk metal, karena hal ini akan menyebabkan keausan yang tidak normal
pada permukaan persinggungan. Jangan tinggalkan gemuk dalam keadaan
terbuka, karena kotoran dapat mengotori gemuk.

4. Minyak
Ada dua jenis minyak yang digunakan dikendaraan yaitu minyak power steering dan
minyak rem. Minyak rem digunakan sebagai minyak untuk sistem hidroulis pada
sistem rem dan kopling.
a) Minyak ATF
Minyak ATF (Automatic Transmission Fluid) adalah minyak berkualitas tinggi
dengan bermacam-macam bahan tambah. Minyak berfungsi sebagai pemindah
tenaga dan sebagai pelumas bagian-bagian transmisi otomatis yang berputar.
Minyak ATF dituntut mempunyai persyaratan sebagai berikut :
 Viskositas sesuai
Suhu kerja dari minyak ATF bervariasi dari suhu dingin sampai panas.
Karena itu kekentalan dari ATF harus mampu mengatasi perubahan suhu ini
sehingga tidak akan mempengaruhi perpindahan tenaga walalupun terjadi
perubahan suhu.
 Stabil terhadap panas dan oksidasi
ATF mengandung bahan oxidation preventive yang akan mencegah terjadinya
oksidasi pada saat panas. Oksidasi pada minyak akan menyebabkan
terbentuknya kotoran. Dimana kotoran ini akan dapat menyebabkan
tersumbatnya saluran pada transmisi otomatis.
 Tidak berbusa
Apabila minyak ATF menimbulkan busa, hal ini akan menyebabkan
terjebaknya udara pada sistem hidroulik. Terjebaknya udara ini akan
menimbulkan gangguan kerja dari transmisi otomatis. Untuk mengatasi hal ini
biasanya pada minyak ATF diberi bahan tambah anti-foaming agent.

 Berwarna
minyak ATF diberi warna merah atau kekuning-kuningan. Warna dari cairan
ini juga dapat digunakan untuk menentukan apakah minyak tersebut sudah
kotor atau belum, karena ATF yang kotor akan berubah warnanya menjadi
kehitam-hitaman.
 Tidak merusak komponen baik dari karet maupun logam
ATF dituntut harus dapat mencegah bertambahnya keausan komponen akibat
kotoran yang dihasilkan oleh keausan komponen dari power steering.
Disamping itu juga tidak boleh merusak karet atau seal-seal. Karena itu pada
minyak ATF ini biasanya ditambahkan beberapa bahan tambah seperti
cleansing agent.
Minyak ATF yang digunakan untuk kendaraan tertentu harus diketahui, karena
masing masing ATF mempunyai karakter yang berbeda. Mengganti jenis ATF atau
mencampurnya dengan jenis yang lain akan mengganggu kerja dari transmisi
otomatis.

b) Minyak Rem
Digunakan pada sistem hidroulik sistem rem maupun mekanisme penggerak
kopling mekanik. Minyak rem ini dituntut untuk dapat bekerja cepat, terpercaya
dan tahan lama. Minyak rem dibuat dari minyak sintetis yang ditambah beberapa
bahan tambah. Minyak rem ini mengandung zat kimia yang dapat mempengaruhi
kesadaran manusia. Minyak rem sendiri memiliki beberapa persyaratan, antara lain
sebagai berikut :

 Titik didih tinggi


Setelah bekerja beberapa kali rem akan menjadi panas. Panas ini akan
mempengaruhi juga minyak rem. Minyak rem akan menguap dan
menyebabkan minyak rem berbusa. Busa ini akan menyebabkan terjadinya
vapour lock, dimana pada saat pedal rem diinjak maka yang ditekan adalah
minyak yang telah menjadi uap., sehingga tenaga dari pedal rem tidak
diteruskan ke sistem rem.

 Tidak merusak karet dan logam

Bila minyak rem merusak karet dan logam akan mengakibatkan kebocoran
pada sistem rem. Kebocoran ini akan menyebabkan berkurangnya tenaga
hidroulios atau malah kehilangan gaya tekan pada sistem hidroulis.
Kemampuan alir minyak rem pada suhu kerja yaitu -40 – 100o

 Viskositas sesuai
Viskositas dari minyak rem diperlukan untuk dapat meneruskan tekanan pada
suhu yang bervariasi. Dan kekentalanya tidak boleh berubah karena perubahan
temperatur.
 Wet boiling point
Adalah kesetimbangan titik didih cairan lanjutan terhadap penyerapan uap air
dibawah kondisi spesifik (kira-kira 3.5%) hal ini dapat pula dijadikan
mengapa minyak rem harus diganti setiap 1 – 2 tahun
 Compressibility
Menjamin kemampuan untuk dapat ditekan pada perubahan suhu yang
berubah-ubah
 Corrosion protection
Tidak memiliki pengaruh yang bersifat korosif terhadap logam atau bagian
ssitem rem yang dilaluinya
 Elastomer swelling
Tidak merusak pada bagian-bagian lain seperti seal, piston atau bagian lainnya

Sama seperti pelumas yang lain, untuk minyak rem sendiri juga memiliki jenis yang
bermacam-macam, antara lain :

 Menurut standart FMVSS 9 Federal Motor Vehicle Safety Standart). Minyak


rem dikategorikan menjadi 4 tipe. Penggolongan ini berdasarkan titik didih
dari minyak tersebut.

Tipe DOT 3 DOT 4 DOT 5 SAE J1702


Item (SAE 1703) (extremeely cold areas)

0 205 (401)
Boiling Point C 230 (446) 260 (500) 150 (302) atau lebih
0
( F) atau lebih
atau lebih besar atau lebih besar besar
besar
Wet Boiling 140 (284)
155 (311) 180 (356)
Point0C (0F) atau lebih -
atau lebih besar atau lebih besar
besar

DOT : Department Of Transportation

SAE
Reference standard Test FMVSS 116
J1730
Requirements / Date DOT 3 DOT 4 DOT 5 Nov 1983
Dry boiling poin min. °C 205 230 260 205
Wet boiling poin min. °C 140 155 180 140
Cold viscosity at -40°C 1500 1800 900 1800
mm2/s

Berbeda dengan minyak pelumas lainnya, cairan minyak rem memilki sifat dan
karakteristik khusus, dalam pemakaiannya minyak ini bekerja pada sistem tertutup
dan kedap udara. Oleh karenanya bahannya dibuat lebih spesifik beberapa bahan
dasar yang digunakan antara lain

 Glycol-ether fluids
 Mineral-oil fluids (ISO 7308)
 Silicon fluids (SAE J1705)

Selain itu, minyak rem ini juga perlu mendapat penanganan yang cukup serius,
melihat kondisi dari minyak rem ini yang bekerja pada sistem rem sebuah
kendaraan. Saat menangani minyak rem perhatikan hal-hal berikut :

 Tidak mencampur minyak rem yang berbeda jenis, karena akan


mempengaruhi kemampuan dari minyak rem.
 Menghindari tercampurnya minyak rem dengan air.
 Menghindari tercmpurnya minyak rem dengan oli atau pembersih oli.
 Menyimpan minyak rem ditempat yang kering dan dalam keadaan tertutup
agar minyak rem tidak tercemar.

5. Sealent

Sealent atau gasket cair digunakan sebagai pengganti gasket convensional dan
dipasaran dikenal juga dengan istilah three bond. Sealent ini merupakan perekat
setengah padat yang dimasukkan ke dalam tube. Umumnya dibuat dari silicone atau
acrylate yang dapat mengeras pada temperature ruangan.

a. Kelebihan Gasket Cair


Dibanding gasket biasa sealent mempunyai kelebihan:

 Dapat melekat pada semua permukaan yang berpasangan secara merata.


 Pembentukannya langsung ditempat dengan memerlukan sedikit tenaga, dan
setelah dipasang baut pengikat tidak boleh kendor.
 Tahan terhadap kotoran, air, karat dan tahan kebocoran.
 Mudah dalam penyimpanan.

b. Syarat Sealent
Persyaratan yang harus dimiliki oleh sealent :

 Mempunyai elastisitas yang baik.


 Daya lekat kuat.
 Kekentalan setelah mengeras tidak berubah karena pengaruh perubahan
temperature.
 Tahan lama.
 Mudah dibersihkan dari komponen yang telah dilepas.

c. Cara Penggunaan Sealent


Sealent biasa digunakan pada komponen-komponen engine, transmisi dan
differential. Agar penggunaan sealent dapat berfungsi maksimal berikut
prosedurnya.

 Sebelum melapisi dengan sealent membersihkan komponen lama dari sisa-


sisa gasket lama dengan menggunakan bensin.
 Membersihkan permukaan yang akan dilapisi gasket dari oli, minyak, air atau
kotoran dengan menggunakan kain.
 Melapiskan gasket pada komponen yang diam secukupnya, jangan berlebihan
atau kekurangan. Buat overlap (menyabung) pada bagian sambungan (tempat
memulai dan mengakhiri lapisan satu tempat).
 Saat memasang komponen yang sudah diberi selaent memastikan bahwa
pemasangan komponen sudah tepat dan lurus. Jika pemasangan komponen
bergeser, ulangi lagi penggunaan sealent.
 Jarak pemasangan komponen dengan pengaplikasian sealent tidak boleh lebih
dari 20 menit. Apabila lebih dari 20 menit, maka sealent sudah mengeras dan
harus diulangi lagi pengaplikasian (sealent dibuang ).
 Setelah pemasangan komponen tunggu minimal 15 menit sebelum
mengoperasikan mesin atau kendaraan.
 Setelah selesai dipakai tutuplah sealent secara rapat sebelum disimpan.
6. Refrigerant Lubricant

Pada beberapa kendaraan yang dilengkapi dengan air condition (AC) terdapat
compressor yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigerant dalam sistem, sementara
refrigerant yang ada tidak bersifat sebagai pelumas, oleh karenanya pada beberapa
sistem AC dibutuhkan pelumas kompresor yang dicampurkan pada refrigerantnya.

a. Bahan

Tergantung pada jenis compressor dan refrigerant yang digunakan dalam sistem.
Kondisi kerja juga sangat berpengaruh diantaranya suhu, kecepatan, tekanan, dan
beban. Disamping itu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya pengenceran
oleh karena pengaruh refrigerant yang dikompresikan

Daftar pelumas compressor

Pengaruh pada minyak


Jenis Gas Minyak yang tepat
pelumas
CO2 Tidak ada Minyak mineral murni
CO Tidak ada Minyak mineral murni
Helium Tidak ada Minyak mineral murni
Hidrogen Tidak ada Minyak mineral murni
Nitrogen Tidak ada Minyak mineral murni
Hydrogen Korosi dengan adanya air Minyak mineral murni
sulfide
Sulfur dioksida Korosi dengan adanya air Minyak mineral murni
Nitrat oksida Korosi dengan adanya air Minyak mineral murni
Propana Mengencerkan Minyak mineral murni
Gas alam
Kering Tidak ada Minyak mineral murni
Basah Mengencerkan Minyak mineral compon
Oksigen Eksplosif Larutan sabun dan air
Klor Semua terlalu aktif untuk Disain dimungkinkan
digunakan dengan tanpa minyak pelumas
Hidrogen minyak pelumas yang
klorida berasal dari minya bumi
Nitrogen
dioksida
Nitrit oksida

b. Pengaruh Minyak Pelumas Terhadap Kontak dengan Beberapa Refrigerant

Bahan Rumus Pengaruh pada minyak


Reaksi yang terjadi
Refrigerant Kimia pelumas
Amoniak NH3 Sedikit bercampur Tak ada pengaruh
terhadap viscositas tetapi
akan membentuk emulsi
dengan adanya air
Karbondioksida CO2 Praktis tak ada reaksi Tak ada pengaruh
Sulfur oksida SO2 Reaktif hanya pada Tak ada pengaruh pada
suhu tinggi viskositas suhu biasa,
bekerja sebagai pelarut
tertentu pada suhu tinggi
untuk membentuk
Lumpur atau endapan
Metilen klorida CH3CL Bercampur sempurna Tak ada reaksi kimia
tetapi menurunkan
viscositas
Metilena CH2Cl2 Bercampur sempurna Tak ada reaksi kimia
klorida tetapi menurunkan
viscositas

Freon 12
CCl2F2
Genetron 12
Freon 11
CFCl3
Genetron 11 Bercampur sempurna Tak ada reaksi kimia
Freon 21 CHCl2F tetapi menurunkan
viscositas
Freon 113
C2Cl3F3
Genetron 113
Freon 114
C2Cl2F4
Genetron 114

7. Coolant
Pada beberapa kendaraan terutama yang beroperasi di daerah yang memiliki 4 musim,
maka akan terjadi suatu fenomena dimana air pendingin akan mengalami pembekuan,
disamping itu air pendingin kadang menjadi cepat mencapai titik didihnya, sehingga
akan mengurangi kemampuan sistem pendinginan. Oleh karenanya dalam sistem
pendinginan diperlukan cairan tambahan yang sering disebut dengan coolant

a. Bahan

Ethelyne glycol berfungsi untuk mencegah terbentuknya freezer pada air pendingin,
meningkatkan daya penyerapan panas pada air pendingin, meningkatkan titik didih

b. Additive

 Corrosion inhibitor
 Buffers – borates
 Anti-foaming agent – silicones

DAFTAR PUSTAKA

1.

Anda mungkin juga menyukai