Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun buku Pedoman Pelayanan
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Soeprapto Cepu.
Di Indonesia pemanfaatan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya khususnya dalam
bidang kesehatan banyak digunakan sejak puluhan tahun yang lalu. Untuk mencapai suatu
pekerjaan yang baik, memuaskan dan aman tentunya harus dimulai dari sejak perencanaan
dengan keterlibatan personil yang memliki pendidikan dan pengalaman yang sesuai
dibidangnya. Dengan adanya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi ini sebagai acuan
dalam melaksanakan pelayanan radiologi sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada
pasien secara optimal sesuai dengan pedoman yang ada sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan Instalasi radiologi RSUD dr. R. Soeprapto Cepu.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu masukan dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk sehingga kami dapat memperbaiki dikemudian
hari.
Cepu, 2015
Hormat Kami,
Instalasi Radiologi
RSUD dr. R. Soeprapto Cepu
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA
RSUD Dr. R. SOEPRAPTO
Jl.Ronggolawe 50 Telp.(0296) 421026 Fax:424373
E-mail:rs.soeprapto.cepu@gmail.com
CEPU – 58311
KESATU : Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum dr. R. Soeprapto
Cepu Kabupaten Blora meliputi antara lain :
1. Pelayanan Instalasi Radiologi 24 Jam
2. Pemeriksaan Pasien IGD
3. Penyimpanan arsip Radiologi
4. Pertemuan Rutin Instalasi Radiologi
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Instalasi Radiologi pada diktum kesatu secara rinci
dijelaskan dalam buku Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Rumah
sakit Umum dr. R. Soeprapto Cepu Kabupaten Blora;
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan keputusan ini akan
ditinjau kembali serta diadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penerapannya.
Ditetapkan di : CEPU
Pada Tanggal : 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan
B. Sasaran
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
F. Pelaksanaan
G. Evaluasi Pelaksanaan
A. Pendahuluan
B. Tujuan
C. Pendaftaran dan Pencatatan
D. Pemeriksaan Radiologi
E. Pengelolaan Limbah
F. Laporan Hasil dan Arsip
A. Tujuan
Tujuan Umum : tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik diseluruh
Indonesia sesuai dengan jenis dan kelas sarana pelayanan
kesehatan.
Tujuan Khusus :
1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan Imejing diagnostik,
Dimana melayani pasien pasien rawat jalan, rawat inap, IGD dan dari luar rumah sakit.
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Radiodiagnostik
Pelayanan radioidiagnostik meliputi sebagai berikut:
E. Landasan Hukum
1. Kepmenkes RI No.1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
2. KepMenkes RI No 780/MENKES/PER/VIII/2008 tentang penyelenggaraan
pelayanan radiologi
3. Undang-Undang No. 36/2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 33/2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif.
5. Peraturan Pemerintah No. 29/2008 tentang Perizinan Sumber Radiasi Pengion dan
Bahan Nuklir.
6. Permenkes No. 357/MENKES/PER/V/2006 tentang Registrasi dan Izin Kerja
Radiografer.
7. Permenkes No. 375/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer.
F. Pelaksanaan
Pelaksana : Radiografer.
G. Evaluasi Pelaksanaan
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Langkah-Langkah Pelaksanaan
Adapun program kontrol mutu untuk evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan di
Instalasi
1. Metode Tes.
Untuk sasaran mutu waktu tunggu hasil pelayanan Radiodiagnostik Konvensional
(tanpa kontras, dengan kontras, USG), pengumpulan data diambil melalui :
a. Pengumpulan waktu/jam pemeriksaan foto dan waktu/jam hasil yang ada di Buku
Register.
b. Waktu/jam foto di isi oleh Radiografer/operator setelah selesai melakukan
pemeriksaan foto
c. Waktu/jam hasil foto di isi oleh petugas administrasi setelah hasil foto kering
sampai
Diserahkan pada pasien dan atau/ setelah ekspertise foto selesai dibaca oleh dokter
Spesialis.
d. Melalui jumlah pemeriksaan data akan di rekap dan dihitung rata-rata waktu/jam
hasil pemeriksaan.
e. Frekuensi/analisa dilakukan selama 1 bulan sekali.
Untuk sasaran mutu kerusakan film (kegagalan pelayanan Rontgen)
E. Pelaksanaan
G. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi program kerja secara keseluruhan dengan membuat rekapitulasi dan laporan
yang dilakukan setiap 1 bulan.
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Deskripsi Fasilitas
Fasilitas radiologi merupakan satu kesatuan dari gedung RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu
dengan spesikasi pembagian ruang sebagai berikut:
Pembagian daerah kerja pada RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu terbagi atas Daerah
Pengendalian dan/atau Daerah Supervisi. Manajemen berupaya melindungi masyarakat
dengan mencegah akses masyarakat ke Daerah Pengendalian. Proteksi radiasi di
Daerah Pengendalian dilakukan dengan cara menempelkan tanda peringatan bahaya
radiasi yang jelas, mudah terlihat, dan mencolok di setiap pintu akses ke Daerah
Pengendalian. Ruang radiologi juga dilengkapi dengan lampu tanda radiasi di luar pintu
masuk yang menyala saat ruang radiologi digunakan. Manajemen RSUD Dr. R.
Soeprapto Cepu memastikan bahwa seluruh tanda bahaya radiasi ini berfungsi.
.
BAB IV STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA
A. Pendahuluan
Maka radiologi salah satu pelayanan di rumah sakit berupaya untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya manusianya melalui program pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan baik melalui pendidikan formal maupun informal
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Metodologi
Pendidikan Informal
- Inhouse Training yaitu pelatihan yang dilakukan didalam Rumah Sakit Dr. R.
Soeprapto Cepu.
- Out House Training yaitu pelatihan yang dilakukan diluar Rumah Sakit Dr. R.
Soeprapto Cepu.
Pendidikan Formal
Jenis dan jumlah tenaga yang ada di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu yang bertype/kelas C
sebagai berikut ;
Memiliki SIKR
Setiap tenaga yang ada dalam Instalasi Radiologi Diagnostik mempunyai tugas dan
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan mutu teknis dan
proteksi/keamanan pelayanan Radiodiagnostik-Imejing/Intervensional.
2. Radiografer
a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan dan
pembuatan foto radiologi.
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus untuk
pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi pemeriksaan dikerjakan bersama
dokter spesialis radiologi.
d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station)
e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
f. Memberikan proteksi terhadap pasien dirinya sendiri dan masyarakat disekitar
ruang pesawat sinr x.
g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan
yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.
6. Tenaga Administrasi
Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
di institusi pelayanan.
Dilihat dari jenis/standar tenaga tersebut, Instalasi Radiologi Dr.R.Soeprapto Cepu
Kedepannya membutuhkan tenaga seperti : Fisikawan Medik, perawat, dan IT.
Untuk dokter spesialis radiologi di RSUD dr.R.Soeprapto Cepu praktek setiap hari senin
dan kamis jam 10.00 WIB sampai jam 14.00 WIB.
BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendahuluan
Pelayanan radiologi sebagai bagian terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana
kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat. Bertolak dari hal tersebut serta makin
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan
radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan di instalasi radiologi untuk membantu
menegakkan diagnosa.
D. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang ada di Instalasi Radiologi RSUD dr. R. Soeprapto Cepu
meliputi pemeriksaan radiodiagnostik dan imejing diagnostik/USG.
1. Pemeriksaan Radiodiagnostik meliputi :
1.1 Pemeriksaan non kontras
Pemeriksaan radilogi secara sederhana tanpa menggunakan bahan/obat-obatan,
antara lain:
a. Thorax
b. Ektrimitas atas
b. Ektrimitas bawah
c. BNO /abdomen polos
d. Vertebra
e. Cranium
E. Pengelolaan Limbah
Instalasi Radiologi RSUD dr.R.Soeprapto Cepu dalam melakukan prosessing film
radiografi masih menggunakan pencucian manual dimana cairan pencucian film
ditambung di drum-drum pencucian film yang terdapat di dalam kamar gelap. Bekas sisa
dari proses pencucian film inilah yang menghasilkan limbah di Instalasi Radiologi.
Limbah dari proses pencucin film meliputi :
1. Limbah developer adalah cairan sisa larutan pengembangan dalam prosessing film.
2. Limbah fixer adalah cairan sisa larutan fiksasi dalam prosessing film.
3. Limbah cair lainnya adalah cairan bekas pencucian peralatan medik yang digunakan
untk pemeriksaan radiografi intervensional.
Limbah dari proses prosessing film ini harus ditangani dengan benar karena bila tidak
bisa memberikan dampak negatif dilingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu
pengelolaan limbah di RSUD dr. R.Soeprapto Cepu dilakukan oleh IPAL. Dimana
limbah developer dan limbah cair lainnya dari kamar gelap dialirkan langsung ke
dalam pipa IPAL rumah sakit, sedangkan limbah fixer dikelola oleh pihak luar
karena rumah sakit tidak mempunyai alat untuk proses daur ulang limbah fixer.
A. Pendahuluan
Alasan pembuatan program keamanan dan keselamatan pasien (radiasi) adalah bahwa
RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu mrmpunyai tugas untuk melayani masyarakat dalam
pembuatan citra radiologi, RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu mempunyai peralatan dan
sumber radiasi yang digunakan untuk melayani masyarakat dalam pembuatan citra
radiologi demi membantu dalam menegakkan diagnosa, agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan maka
diperlukan program proteksi dan keselamatan pasien (radiasi), sehingga pasien, pekerja
maupun lingkungan di sekitarnya dapat dipantau dan dijamin keselamatanya.
B. Tujuan
Program keamanan dan keselamatan pasien (radiasi) dibuat untuk menunjukan tanggung
jawab manajemen untuk memberikan proteksi dan keselamatan radiasi melalui
penerapan struktur manajemen, kebijakan, prosedur, dan susunan rencana organisasi
yang sesuai dengan sifat dan besarnya potensi bahaya radiasi bagi manusia sehingga
resiko pemanfaatan radiasi pengion dapat dikurangi serendah mungkin sedangkan
manfaat yang diperoleh sebesar-besarnya.
C. Ruang Lingkup
Program proteksi dan keselamatan pasien (radiasi) dilaksanakan di lingkungan RSUD dr.
R. Soeprapto Cepu, rencana kegiatan yang akan dilakukan meliputi : Pemantauan daerah
kerja, pemantauan perorangan, perawatan peralatan, dan pemantauan kesehatan pekerja
radiasi.
Dalam setiap tindakan pekrjaan yang dilakukan di instalasi radilogi yang dilakukan oleh
petugas radiasi selalu mempunyai potensi bahaya di dalamnya baik itu dari manusia, alat
yang digunakan maupun tempat kerja.
Penggunaan APD yang tepat dan benar merupakan salah satu cara untuk mengendalikan
resiko tersebut, bila pengendalian secara teknis dan administratif belum dapat
mengurangi dampak resiko yang ada.
Peralatan proteksi yang digunakan disesuaikan dengan potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh sumber radiasi tersebut, antara lain :
a. Monitor Perorangan (Film Badge)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2000
tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion pasal 10
ayat (1) yang menjelaskan untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja
radiasi maka dilakukan pemantauan eksterna dan atau interna. Pemantauan eksterna
dilakukan dengan menggunakan dosimeter perorangan atau monitor perorangan.
Monitor perorangan digunakan untuk mengetahui besar dosis radiasi yang diterima
pekerja dalam suatu periode tertentu. Film badge digunakan pada setiap kegiatan di
medan radiasi, Film badge harus dikirim ke BATAN setiap bulan untuk dievaluasi.
Jumlah pemakai Film badge sebanyak 10 orang, diantaranya yaitu :
1. dr. H.Heru Setyono
2. dr. Syaifuddin Jamil, Sp. Rad.
3. Yunani
4. Agus Lasdi Andono, AMR (Petugas Proteksi Radiasi)
5. Wati
6. Erwin Darmawan, AMR
7. Slamet, AMR
8. Lenni Kartika Etiminingse, AMR
9. Puji Santoso, AMR
10. Suwito, AMR
b. Perlengkapan Proteksi Radiasi yang Tersedia
Apron di Radiologi : 5 buah
Sarung Tangan di radiologi : 1 buah
c. Penahan Radiasi
Penahan Radiasi Pb (timbal) digunakan untuk melindungi pekerja dari sumber
radiasi eksterna pemancar radiasi sinar X.
Jumlah tabir Pb yang tersedia adalah 4 buah di ruang pemeriksaan.
Lebar : 120 cm
Tinggi : 180 cm
Tebal : ± 3 cm
Pb : 2mm
d. Tanda Bahaya Radiasi
Tanda bahaya radiasi dipasang di tempat-tempat yang dianggap perlu, yaitu
pemasangan tanda radiasi dalam bentuk acrilyc yang di tempel di setiap pintu
pemeriksaan. Pada saat pemeriksaan dilakukan maka radiografer akan menutup
seluruh pintu akses di ruangan dan lampu merah di atas pintu pemeriksaan otomatis
menyala saat pintu pemeriksaan ditutup. Itu menandakan bahwa sedang ada
pemeriksaan sebagai peringatan bahwa akan da radiasi di dalam ruangan.
Penanggung jawab pengukuran tingkat kebocoran sumber radiasi adalah masing-
masing Petugas Proteksi Radiasi yang tercantum dalam ijin pemanfaatan sumber
radiasi.
BAB VII PELAKSANAAN PENGELOLAAN PERALATAN RADIOLOGI
A. Pendahuluan
Mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi tidak hanya ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusia penyelenggara pelayanan, tetapi juga sangat ditentukan oleh kualitas
sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan. Oleh sebab itu kemampuan radiografer
dalam mengelola khususnya memelihara sarana, p[rasarana dan peralatan radiologi
dalam batas kewenangannya sangat menentukan kualitas hasil layanan yang diberikan.
Hasil kualitas citra radiografi yanng bagus sangat tergantung pada beberapa faktor.
Banyak faktor yang menentukan kualitas citra radiografi yang sesuai, antara lain ; faktor
peralatan(unit x-ray,kaset dan prosessing) dan faktor teknik (SDM dan pasien).
Penggunaan peralatan radiografi yang digunakan berkali-kali selama kurun waktu yang
lama dan jumlah permintaan foto yang banyak, maka tidak menutup kemungkinan alat
tersebut mengalami pergeseran nilai standar yang telah ditentukan. Pergeseran tersebut
seharusnya terdeteksi sehingga dapat diatur kembali seperti semula sesuai dengan nilai
standar.
Untuk menjamin agar peralatan radiologi tetap sesuai dengan standar pelayanan, salah
satu caranya adalah dengan adanya pelaksanaan pengelolaan peralatan radiologi.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
C. Langkah-Langkah Kegiatan
Proses Pengadaan Peralatan Radiologi
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
Untuk mendukung kegiatan operasional RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.
Pengadaan persediaan obat, makanan, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit merupakan
pengadaan khusus yang harus selalu terjamin ketersediaanya untuk
pelaksanaanpeningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.
Untukmenunjang ketersediaan barang tersebut maka harus dikelola dengan baik dan
benar dengan operasional, yang pada giliranya dapat mewujutkan pengadaan obat, bahan
habis pakai dan makanan yang tertib dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
memperhatikan azas sebagai berikut
a. Azas fungsional, yaitu pengadaan obat, makanan dan bahan habis pakai dilaksanakan
oleh Pejabat yang bertanggung jawab di Instalasi, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan,
Kuasa Pengguna Anggaran, Pengguna Anggaran, Pejabat Pengadaan, Pejabat
Pembuat Komitmen dan Direktur sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing.
b. Azas Kepastian Hukum, yaitu pengadaan persediaan obat, makanan, dan bahan habis
pakai harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan barang obat-obatan, bahan habis pakai dan makanan harus menerapkan
prinsip-prinsip antara lain : Efisiensi, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel. Selain prinsip tersebut situasi dan kondisi rumah sakit juga
patut dipertimbangkan dalam memilih sistem pengadaan obat, makanan,dan bahan habis
pakai, situasi dan kondisi yang dipertimbangkan antara lain :
a. Swakelola
b. Pembelian langsung
c. Pengadaan langsung
d. Penunjukan langsung
Maksudnya ialah menyeragamkan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam
pengadaan obat, bahan habis pakai dan makanan di lingkungan RSUD Dr. R. Soeprapto
Cepu sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan bertujuan sebagai pedoman
bagi pejabat pengguna/pengelola/pengadaan persediaan (obat,makanan, dan bahan habis
pakai) secara menyeluruh sehingga dapat dipakai sebagai acuan dan pedoman oleh semua
pihak dalam rangka melaksanakan pengadaan persediaan.
Ketentuan Umum
Melaksanakan kalibrasi dan perawatan peralatan radiologi, perlu diketahui daftar alat medik
yang ada diradiologi, yaitu: Gnatus Dental X-Ray, Del Medika, Siemens ERGOPHOSE 4.
b. Mengisi formulir perbaikan sarana. Formulir ditandatangani oleh petugas yang melapor
dan PPR.
d. Petugas dari distributor membuat laporan kerusakan yang ditandatangani oleh petugas
radiologi.
Perbaikan Umum
pelapor.
c. Petugas rawat sarana memperbaiki alat yang rusak atau menghubungi distributor alat
bersangkutan.
d. Petugas rawat sarana membuat laporan kerusakan yang ditandatangani petugas yang
Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian integral dari pelayanan medik yang
perlu mendapat perhatian khusus karena selain bermanfaat dalam menegakan diagnosa, juga
sangat berbahaya baik bagi pasien ,petugas maupun lingkungan sekitarnya bila tidak
diselengarakan secara benar.Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang bermutu dan
aman diperlukan pengelolaan manajemen dan teknis yang prima yang didukung oleh
sarana/prasarana, sumber daya manusia dan peralatan yang baik pula.
Agar seluruh sarana pelayanan kesehatan mempunyai mutu yang sama dalam
menyelengarakan pelayanan radiologi diagnostik, maka diperlukan standar pelayanan
radiologi diagnostik yang dapat dipakai sebagai acuan dan dipenuhi oleh sarana pelayanan
kesehatan yang akan menyelengarakan pelayanan radiologi diagnostik.
PELAYANAN RADIOLOGI
RSUD
DR.R.SOEPRAPTO CEPU
PROSEDUR 1. Surat pengantar dari dokter rawat jalan, rawat inap, Instalasi Gawat
Darurat, dan dari luar rumah sakit diserahkan ke loket radiology untuk
dicatat dalam buku register.
2. Untuk pasien rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat dan dari luar rumah
sakit petugas loket radiology memberikan informasi tentang tariff
pemeriksaan radiology yang harus dibayar.
3. Untuk pasien rawat inap petugas loket radiology menulis besarnya
biaya pada kolom lembar Rekam Medik untuk penghitungan biaya.
4. Petugas administrasi radiology memberikan blangko permintaan foto
pada petugas pelaksana radiology.
5. Petugas pelaksana radiology memberi informasi tentang tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien.
6. Selanjutnya segera dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan.
7. Hasil pemeriksaan ditandai dengan jelas seperti nomor foto, nama,
umur, jenis kelamin, alamat, dari bagian mana dan dokter
pengirimnya.
8. Hasil pembacaan dari dokter spesialis radiology dibuat rangkap dua,
satu untuk arsipdan yang satu untuk pasien (dokter pengirim) atau
ditempel pada lembar Rekam Medik.
9. Pengambilan hasil setelah dibaca dokter spesialis radiology.
10. Mendahulukan pemeriksaan kasus gawat darurat atau cito.
11. Pemeriksaan diluar jam dinas diluar kasus gawat darurat atau cito
dilayani dengan cara on-call (panggilan) oleh petugas piket cito.
12. Hasil pemeriksaan foto cito disampaikan ke dokter yang memeriksa.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan. 3. Instalasi Rawat Inap.
2. Instalasi Gawat Darurat. 4. Instalasi Radiologi.
PEMERINTAH KABUPATEN BLORA
RSUD Dr. R. SOEPRAPTO
Jl.Ronggolawe 50 Telp.(0296) 421026 Fax:424373
E-mail:rsdrsoeprapto@yahoo.com
CEPU – 58311
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan keputusan ini akan
ditinjau kembali serta diadakan perbaikan seperlunya apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penerapannya.
Ditetapkan di : CEPU
Pada Tanggal : 2015
RSUD dr.R.SOEPRAPTO
CEPU
Catatan :
Untuk foto femur pada kasus trauma (fraktur), dibuat dengan memuat
kedua sendi femur (bagian proksimal dan distal).
Keterangan :
Foto roentgen diatas brankart atau kursi roda yang kondisinya tidak
mungkin dilakukan ganti baju.
Pasien KLL berat.
Pasien sesak napas yang sangat.
Pasien sudah tua sehingga susah diajak komunikasi.