Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN
1.1 konsep medis
1.1.1 pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan
fisik.Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Keliat,B.A,&Akemat,2012).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini
kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh
karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung (Dyah W, 2011)
Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan
yang harus dicapai terhambat.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri
dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung
dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui
tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah (Keliat,B.A2013).

1.1.2 penyebab
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan
akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan
cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

1
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya
(Dyah W, 2011)

1.1.3 Tanda dan gejala


1. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat,
klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak
senang.
2. Fisik : Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
3. Verbal: Mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar.
4. Perilaku: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, orang lain, merusak
lingkungan, amuk/ agresif.
5. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
6. Intelektual: Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada kasar.
7. Spritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keragu-raguan, tidak
bermoral.
8. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
9. Perhatian: Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Sedangkan tanda-tanda adanya perilaku kekerasan yamg mengancam menurut


(Santoso , 2007) adalah :
1. Kata-kata keras/ kasar atau ancaman akan kekerasan
2. Adanya perilaku agitatif

2
3. Membawa benda-benda tajam atau senjata
4. Adanya pikiran dan perilaku paranoid
5. Adanya penyalah gunaan zat/ intoksikasi alkohol
6. Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk melakukan tindak kekerasan
7. Kegelisahan katatonik
8. Adanya penyakit di otak (terutama dilobus frontal)

Hal hal yang perlu diperhatikan untuk menduga adanya resiko bunuh diri (Santoso,
2007).
1. Adanya ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri sebelumya
2. Adanya kecemasan yang tinggi, depresi yang dalam dan kelelahan
3. Adanya ide bunuh diri yang diucapkan
4. Ketersediaanya alat atau cara bunuh diri
5. Mempersiapkan warisan terutama klien depresi
6. Adanya krisis dalam kehidupan baik fisik maupun mental
7. Adanya riwayat keluarga yang melakukan bunuh diri
8. Adanya keputus asaan yang mendalam

1.1.4 rentan respon

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagaiberikut :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.

3
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain (Keliat,B.A,&Akemat,2012).

1.1.5 proses
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam.Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan.Berikut ini digambarkan proses kemarahan :
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan
secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah
konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif (Keliat,B.A,&Akemat,2012).
Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan,
dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri
sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif
dan ngamuk (Keliat,B.A,&Akemat,2012).

Skema Rentang Respon Kemarahan

Respon adaptif Respons maladaptif


I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I
Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

1.1.6 gejalah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam
keadaan marah diantaranya adalah ;
1. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.

4
2. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah
nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.
3. Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.

1.1.7 perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk
menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan

1.1.8 Mekanisme koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri.

5
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru
saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia
mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

1.1.8 Pohon masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

6
Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah, Halusinasi

1.1.9 penatalaksanaan
Adapun penalaksanaan medik sebagai berikut :
1. Somatoterapi
Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan badan,
biasanya dilakukan dengan :

a. Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau
psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada
proses mental pasien karena efek obat tersebut pada otak.
1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
2) Obat anti depresi, amitriptyline
3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia, phneobarbital
b. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh penderita
menerima aliran listrik yang terputus-putus.
c. Somatoterapi yang lain
1) Terapi konvulsi kardiasol, dengan menyuntikkan larutan kardiazol 10%
sehingga timbul konvulsi
2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan insulin sehingga pasien menjadi
koma, kemusian dibiarkan 1-2 jam, kemudian dibangunkan dengan suntikan
gluk
2. Psikoterapi
Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu
gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi

7
atau melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya.
Dapat dilakukan secara individu atau kelompok, tujuan utamanya adalah untuk
menguatkan daya tahan mental penderita, mengembankan mekanisme pertahanan
diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.
3. Manipulasi lingkungan
Manipulasi llingkunagan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan
pasien, sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Teknis ini
terutama diberikan atau diterapkan kepada lingkungan penderita, khususnya
keluarga.
Tujuan utamanya untuk mengembangkan atau merubah/menciptakan situasi
baru yang lebih kondusif terhadap lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan
penderita kepada lingkunmgan baru yang dipandang lebih baik dan kondusif, yang
mampu mendukung proses penyembuhan yang dilakukan.

1.2 konsep keperawatan


Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi,
pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta
memerlukan kecakapan keterampilan professional tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam
pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis,
bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.
Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut :

1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan
perumusan masalah atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.Pengumpulan
dataData yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil

8
melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan
seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
4. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu
secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual
yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :Aspek fisik terdiri dari :muka
merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak
aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme,

9
berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor.
a. Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu data subyektif dan data obyektif.Data subyektif adalah data yang
disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.Data ini didapatkan melalui
wawancara perawat dengan klien dan keluarga.Sedangkan data obyektif yang
ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan
langsung oleh perawat
b. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah
dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut.Dari hasil
analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

1.2.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial dari
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatansebagai proses
kehidupan. Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan
masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Perilaku kekerasan.

2 Rencana tindakan keperawatan/intervensi


Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat
dalam melakukan intervensi yang tepat.Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana
tindakan keperawatan pada diagnosa :
1. Perilaku kekerasan
Tujuan :
a. Mengidentikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan
b. Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
c. Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
d. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

10
e. Mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara :
1) Fisik
2) Sosial / Verbal
3) Spiritual
4) Terapi Psikofarmaka (obat)

Keluarga mampu :

a. Merawat pasien di rumah


Kriteria hasil :
Setelah……x pertemuan, pasien mampu
1. Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
2. Memperagakan cara spiritual
3. Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan
4. Memperagakan cara patuh obat.
5. Menjelaskan penyebab, tanda dan gejala, akibat serta mampu
memperagakan cara merawat
6. Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu merawat
serta dapat membuat RTL
7. Melaksanakan Follow Up dan rujukan serta mampu menyebutkan
kegiatan yang sudah dilakukan.

1.2.3 Intervensi

NO Strategi Perencanaan Pasien Strategi Perencanaan Keluarga


1 SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah
PK yang dirasakan keluarga
2. Mengidentifikasi Tanda dan dalam merawat pasien.
Gejala PK

11
3. Mengidentifikasi PK yang 2. Menjelaskan pengertian
dilakukan PK, tanda dan gejala, serta
4. Mengidentifikasi akibat PK proses terjadinya PK.
5. Mengajarkan cara mengontrol 3. Menjelaskan cara merawat
PK pasien dengan PK.
6. Melatih Pasien cara
mengontrol PK FISIK I (
Nafas Dalam )
7. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
2 SP II P SP II k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya mempraktekkan cara
2. Melatih pasien cara kontrol merawat pasien dengan PK.
marah FISIK II ( memukul 2. Melatih keluarga
bantal / kasur / konversi energi melakukan cara merawat
) langsung kepada pasien
3. Membimbing pasien PK.
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
3 SP III P. SP III k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga
latihan sebelumnya membuat jadual aktivitas di
2. Melatih pasien cara rumah termasuk minum
mengontrol PK secara Verbal obat (discharge planning).
(Meminta / menolak dan 2. Menjelaskan follow up
mengungkapkan marah secara pasien setelah pulang.
baik)
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

12
4 SP IV P
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara
mengontrol PK secara spiritual
(berdoa, berwudhu, sholat)
3. Membibing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
5 SP V P
1. Memvalidasi masalh dan dan
latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan meminum obat (
Prinsip 5 benar minum obat )
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

13
DAFTAR PUSTAKA

Dyah W (2015) .pengaruh assertive training terhadap perilaku Kekerasan pada


klien skizoprenia,tesis.jakarta.FIK UI.tidak dipublikasikan

Keliat,B.A,(2016).Modul Basic Course Community Mental Health Nursing.kejasama


FIK UI dan WHO

Keliat,B.A,&Akemat.(2015).keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok.jakarta :EGC

14

Anda mungkin juga menyukai