Demokrasi pada masa ini disebut juga demokrasi terpimpin. Demokrasi pada periode ini
memiliki ciri khas yaitu dominasi dari presiden. pada masa ini demokrasi menyipang dari
demokrasi konstitusional, penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain presiden
memiliki kendali penuh dalam sistem pemerintahan sehingga MPRS dan DPR tunduk pada
presiden dan segala keputusan di tangan presiden . Pada masa ini pula muncul dan
berkembang pengaruh komunis di Indonesia.
Demokrasi pancasila
Demokrasi pancasila adalah demokrasi konstitusional dengan sistem kedaulatan rakyat dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan Negara dan penyelenggaraan dan pelaksanaan pemerintah
berdasarkan konstitusi UUD 1945.
Adapun ciri ciri demokrasi pancasila antara lain :
- Kedaulatan berada di tangan rakyat
- Gotonng royong dan berdasarkan sistem kekeluargaan.
- Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah sampai mufakat
- Tidak ada partai pemerintahan dan partai oposisi
- Menghargai hak asasi manusia (HAM)
- Keselarasan hak dan kewabijan.
Dalam demokrasi pancasila penyampaian aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil wakil
rakyat. Demokrasi di Indonesia bersumber dari nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia.
Di Negara-negara yang menganut system demokrasi, selalu memiliki partai politik sebagai
penyangga berlangsungnya system yang demokratis. System demokrasi yang dianut di
Indonesia merupakan system yang unik, dibanding dengan demokrasi yang telah ada di
Negara-negara lain. Sebut saja amerika yang sekarang dikenal sebagai Negara yang sangat
demokratis ternyata hanya memiliki dua partai saja, sementara Indonesia pada tahun 1999
partai yang mengikuti pemilu mencapai angka yang bisa dibilang fantastis, yakni sebanyak
48 partai.[1]
Demokrasi tersusun dari dua kata, yakni demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti
pemerintahan. Dari dua kata tersebut maka demos dan kratos atau democracy (dalam bahasa
inggris) diartikan sebagai pemerintahan rakyat. Dalam pengertian ini demokrasi dapat
disimpulkan bahwa kekuasaan tertinggi bukan berada di ketiga lembaga Negara (legislatif,
eksekutif, dan yudikatif), namun justru kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Abraham
Lincoln (mantan presiden ke 16 Amerika serikat) memaknai demokrasi sebagai suatu
kekuasaan yang berasal dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam system demokrasi,
perpindahan kekuasaan dilakukan dengan cara pemilihan, di Indonesia proses pemilihan ini
dilaksanakan dengan prinsip Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur dan Adil, atau lebih kita
kenal dengan singkatan LUBER JURDIL. Dengan pemilihan ini, secara tidak langsung
rakyat memandatkan kekuasaannya kepada presiden terpilih untuk menjalankan
pemerintahan, dengan tujuan menjadikan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera.
Dalam menjalankan konsep demokrasi di Indonesia, konsep demokrasi dijiwahi oleh sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan sekaligus harus berasaskan kelima sila dalam pancasila, yakni ketuhanan, kemanusiaan,
kerakyatan, persatuan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu
penerapan demokrasi di Indonesia saat ini lebih dikenal dengan demokrasi pancasila.
Pada kenyataanya, penerapan demokrasi di Indonesia memang tidak semuda yang terlihat
sekarang di amerika misalnya. Sebagai Negara yang belum genap berumur seratus tahun,
Indonesia harus terus belajar tentang konsep-konsep demokrasi, persamaan, keadilan,
kemanusiaan, dan tentu saja terus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bernegara dan
berbangsa.
Penerapan demokrasi yang ideal bagi Indonesia memang masih cukup sulit untuk dilakukan,
dimana Indonesia tersusun dari banyak masyarakat miskin, sedikit kelas menengah, dan kelas
elit hanya diisi oleh segelintir orang. Hal ini membuat kaum elit mudah mempengaruhi kelas
bawah, dan dapat dengan mudah mengarahkan kelas bawah untuk memilih calon yang
diusung oleh kaum elit. Politik uang membuat para elit dapat dengan mudah mengatur suara
dari masyarakat kelas bawah, pada akhirnya kepentingan para elitlah yang paling
diuntungkan. Sehingga pemilihan umum bukan lagi menjadi cara rakyat memindahkan
kekuasaan, atau memberikan mandate kepada pemimpin, melainkan hanya sebagai cara para
elit memainkan suara rakyat dan melanjutkan status quo.
Tantangan selanjutnya adalah adanya paham-paham yang berlawanan dengan konsep
demokrasi pancasila, seperti beberapa kelompok yang ingin mendirikan Negara Islam,
gerakan sparatis yang ingin memisahkan diri dari Negara kesatuan Republic Indonesia, PKI,
serta kapitalisme-liberalisme yang semakin membahayakan bagi demokrasi pancasila, dan
lain-lain.