Anda di halaman 1dari 41

Mengapa guru harus menggunakan pendekatan aktif sesuai kk 2013 menggunakan

saintifik, PBL, PBJL dan eksperimen dll

Berikan solusi pada guru bila mengalami kesulitan dalam menggunakan sumber belajar
lingkungan, sesuai dengan prinsip belajar anak usia dini

Assalamualaikum selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua, yang saya
hormati bapak Drs. H. Muh. Nasirun M.Pd , Menanggapi materi yang bapak
sajikan Mengapa guru harus menggunakan pendekatan aktif sesuai kk 2013
menggunakan saintifik, PBL, PBJL dan eksperimen dll

Menurut saya Karena Salah satu model pembelajaran yang mengajarkan anak
didik kemampuan dalam memecahkan masalah selain meningkatkan pengetahuan
mereka adalah PjBL (Project Based Learning) & PBL (Problem Based Learning).
Baik Project Based Learning dan Problem Based Learning dalam banyak literatur
sebenarnya memiliki singkatan yang sama yaitu “PBL”. Akan tetapi untuk
membedakannya, dalam tulisan ini Project Based Learning disingkat “PjBL” dan
Problem Based Learning disingkat “PBL”. PjBL & PBL sangat cocok diterapkan
untuk menyiapkan anak didik kita ke dalam berbagai tantangan di abad ke 21 ini
Pendekatan saintifik dapat mendukung pembentukan keterampilan abad 21 yang
dikenal 4C yang meliputi
(1) Communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical
thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), dan
(4) creative and innovative (kreatif dan innovatif). Selain itu, penerapan
pendekatan sainifik dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk memberikan
pengalama belajar kepada siswa para ranah berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking skills/HOTS). Metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk
pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar
yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal.
Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur
kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya

Untuk memberikan solusi pada guru bila mengalami kesulitan dalam menggunakan
sumber belajar lingkungan, sesuai dengan prinsip belajar anak usia dini

Guru juga harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam


mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajarnya. Adapun sumber belajar itu antara lain :
1. Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan sesuatu yang sangat menarik
baginya. Bila guru melihat hal ini berilah bimbingan kepada anak
dengan cara menayakan apa yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak dapat
mengmbangkan kemampuan intelektualnya dengan mengetahui
berbagai benda yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat
mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu dengan
mengembangkan kemampuannya dengan berinteraksi dengan orang
dewasa dalam hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga
akan dapat mengembangkan emosi anak misalnya pada saat anak
mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya, dia menunjukkan
ekspresi yang serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan
berbahsa anak juga akan semakin meningkat jika guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa
anak, kosa katanya akan berkembang.
2. Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya
memberikan berbagai alternatif pendekatan dalam membelajarkan
anak. Hal tersebut disebabkan alternatif dan pilihan sumber
belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan
kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.
3. Tanyalah anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mendorong mereka untuk
menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka
lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk
mengungkap berbagai hal yang diamatinya secara bebas sesuai
dengan kemampuan berbahasanya.
4. Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata
untuk menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata
yang terjadi pada anak harus dibantu oleh guru sehingga tahap demi
tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan kosa katanya akan
semakin meningkat.
5. Cobalah berskap lebih ingin tahu
Guru-guru tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas
peertanyaan anak-anak. Guru yang mengetahui berbagai hal akan
menumbuhkan keperecayaan anak kepadanya. Anak merasa memiliki
orang yang dapat dijadikannya tempat bertanya mengenai hal-hal
yang tidak dapat mereka pecahkan. Anak akan memiliki keyakinan
yang tinggi kepada guru yang mau membantunya dalam segala hal.
Sebaliknya jika guru tidak mengetahui banyak hal akan menimbulkan
ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka menanyakn sesuatu
anak tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.

Salam

Read more: http://putracenter1.blogspot.com/2013/07/definisi-tujuan-manfaat-dan-cara.html#ixzz5e9vb2YVr


Siswa bukan hanya diarahkan untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan (C1 s.d. C3),
tetapi juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta atau membuat karya (C4 s.d.
C6).

Guru sebagai ujung tombak pembelajaran yang tidak dipungkiri kadang suka merasakan dijadikan
"kelinci percobaan" kebijakan pemerintah dan merasa bingung dengan "dinamika" yang terus
berkembang, mau tidak mau memang harus bisa beradaptasi dan menyiasati dinamika tersebut dengan
tetap mengedepankan niat baik dan optimism bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah
untuk meningkatan mutu pendidikan dan untuk meningkatkan daya saing bangsa di tengah kompetisi
global yang semakin ketat dan kompetitif
Menyajikan pembelajaran yang menarik bukan hal yang mudah. Butuh kreativitas dan inovasi guru.
Sebelum pembelajaran, guru disamping perlu menyiapkan "amunisi" yang akan digunakan dalam
pembelajaran seperti sumber belajar, alat peraga/media pembelajaran, dan menguasai berbagai model
dan metode pembelajaran
Dan satu hal yang pasti adalah guru harus menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), jangan
sampai menjadi guru "gaptek", karena pembelajaran saat ini memang harus dikemas secara menarik, dan
TIK dapat membantu untuk mewujudkannya.

Guru yang mampu menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran akan menjadi guru yang bukan
hanya sebagai salah satu sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator, dan "manajer" kelas yang andal dan
profesional.

Assalamuaikum, salam sejahtera bagi kita semua menanggapi materi


yang telah ibu Dra. Sri Saparahayuningsih M.Pd. sajikan

1. gaya-gaya belajar, gaya-gaya berfikir anak-anak di dalam kelas a


a. gaya belajar visual
b. gaya belajar auditorial
c. gaya belajar kinestetik
d. gaya belajar audio visual

2. Strategi yang digunakan guru berdasarkan kecerdasan majemuk


yang dimiliki anak
a. merancang pembelajaran yang menyenangkan
b. dalam menyampaikan pengetahuan guru menggunakan
pendekatan multi sensori untuk memberikan stimulus ke
berbagai kecerdasan jamak anak
c. sekolah harus menjadi persiapan sebenarnya bagi dunia nyata
para siswakurikulum yang diterapkan memberikan peluang
bagi perkembangansemua aspek perkembangan anak
d. proses belajar merupakan proses interaksi aktif, guru harus
memfasilitasi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa
bisa menggalidan menemukan pemahaman tentang konsep
pengetahuan yang dipelajarinya
e. guru memberikan empiris belajar yang variatif, memberikan
tantangan, untuk meningkatkan kemampuan dan menggali
kecerdasan siswa
f. guru membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil
observasi dan tingkat perkembangan anak
3. kebutuhan-kebutuhan yang perlu diperhatikan guru agar anak
tetap belajar secara optimal dan penuh semangat
a. Memiliki persiapan terhadap situasi umum
b. Memiliki persiapan terhadap anak didik
c. Memiliki persiapan terhadap pembuatan RPP
d. Memiliki persiapan terhadap pemilihan metode belajar
e. Memiliki persiapan terhadap bahan yang akan disajikan
f. Memiliki persiapan terhadap tujuan yang harus dicapai
g. Memiliki persiapan terhadap media pembelajaran
Salam

TUGAS AKHIR MODUL 4


Di suatu kelas terdapat 30 siswa dengan rincian :
1. Jumlah laki-laki 20 orang, jumlah perempuan 10 orang
2. Status sosial 50% adalah anak dari pekerja buruh pabrik, 20 % PNS, dan 10 %
adalah pedagang, 20% adalah pegawai swasta/BUMN
3. Minat siswa 50% pada kegiatan olahraga, 10% pada aspek akademis, 20% pada
kegiatan seni, dan 20% pada aspek ketrampilan
4. Kemampuan siswa 40% pada batas bawah, 40% pada batas menengah, dan 20%
pada batas tinggi
5. Preferensi belajar 40% kinestetik, 30% visual, 30% auditory
Pertanyaan
1. Bagaimana cara mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran dengan
karakteristik tersebut diatas (ambil 1sub tema pembelajaran/ 1 mapel)
2. Bagaimana mengembangkan kecerdasan majemuk dengan karakteristik diatas (ambil
1sub tema pembelajaran/ 1 mapel)

Gaya-gaya belajar, gaya-gaya berfikir anak-anak di dalam kelas a

a. gaya belajar visual


b. gaya belajar auditorial
c. gaya belajar kinestetik
d. gaya belajar audio visual

Strategi yang digunakan guru berdasarkan kecerdasan majemuk yang dimiliki anak

a. merancang pembelajaran yang menyenangkan


b. dalam menyampaikan pengetahuan guru menggunakan pendekatan multi
sensori untuk memberikan stimulus ke berbagai kecerdasan jamak anak
c. sekolah harus menjadi persiapan sebenarnya bagi dunia nyata para
siswakurikulum yang diterapkan memberikan peluang bagi
perkembangansemua aspek perkembangan anak
d. proses belajar merupakan proses interaksi aktif, guru harus memfasilitasi
lingkungan belajar yang memungkinkan siswa bisa menggalidan menemukan
pemahaman tentang konsep pengetahuan yang dipelajarinya
e. guru memberikan empiris belajar yang variatif, memberikan tantangan, untuk
meningkatkan kemampuan dan menggali kecerdasan siswa
f. guru membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi dan
tingkat perkembangan anak

Kebutuhan-kebutuhan yang perlu diperhatikan guru agar anak tetap belajar secara optimal
dan penuh semangat

a. Memiliki persiapan terhadap situasi umum


b. Memiliki persiapan terhadap anak didik
c. Memiliki persiapan terhadap pembuatan RPP
d. Memiliki persiapan terhadap pemilihan metode belajar
e. Memiliki persiapan terhadap bahan yang akan disajikan
f. Memiliki persiapan terhadap tujuan yang harus dicapai
g. Memiliki persiapan terhadap media pembelajaran

Assalamualaikum, salam sejahtera kepada Ibu Dra. Indrawati MTP.d dan teman - teman semua, Teori
behaviorisme adalah teori yang menekankan pada stimulus-stimulus yang harus diberikan kepada
organisme demi memperoleh respon. Psikologi dari manusia atau mental tidak dihiraukan di aliran ini.
Manusia sesungguhnya bisa diatur daring stimulus-stimulus. Stimulus sejatinya adalah masuka yang
diberika oleh lingkungan atau guru yang telah diatur sehingga mendapatkan perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari stimulus tadi. Hubungan antara stimulus dan respon tidak bisa diukur jadi tidak
dihiraukan ( segi mental dan psikis organisme) stimulus dan respon ini harus diukur agar dapat
menhetahui seberapa tingat keberhasilan.Seakan-akan aliran ini menganggap manusia adalah mahluk
yang tidak memiliki jiwa dan hati. Teori ini tidak mengakui bakat, kecerdasan, minat siswa. sesuatu yang
tidak terlihat tidak diakui di aliran ini.
Pada teori Behavioristik seorang dianggap belajar jika terjadi perubahan tingkah laku dari bisa menjadi
tidak bisa. Faktor terpenting dari teori ini adalah penguatan. semakin kuat dalam pemberian stimululus
maka respon yang diberikan akan semakin baik.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment/ penguatan dan hukuman
(2) Primary and Secondary Reinforcement / Penguatan primer dan sekunder
(3) Schedules of Reinforcement/ rancangan penguatan
(4) Contingency Management / manajemen kontingensi
(5) Stimulus Control in Operant Learning/
(6) The Elimination of Responses
Teori yang menganggap belajar adalah perubahan tingkah laku dari stimulus yang
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu, hal terpenting yang harus dinilai adalah
stimulus dan respon dan penguatan harus dilakukan agar menambah hubungan antara
stimulus dan respon.oleh karena itu jika ingin siswa berhasil guru harus memperhatikan
prinsip berikut guna menilai suatu dari keberhasilan.pertama guru harus tahu stimulus
yang tepat untuk diberikan kepada siswa.kedua, guru harus tahu nanntinya respon apa
yang timbul ketika sudah diberika stimulusagar menunjukkan respon itu apakah sudah
benar maka guru harus menetapkan bahwa respon tersebut harus dapat dilihat, dinilai,
dan diukur sekaligus pemberian hadiah terhadap siswa jika respon itu sesuai.
Agae tujuan dalam pembelajaran sampai secara maksimal menurut teori ini guru harus
melakukan dan menyiapkan kegiatan berikut.Menganalisis Kemampuan Awal dan
karakteristik Siswa, Tentunya seorang guru harus mengetahui kemampuan siswa
terlebih dahulu, bukan tidka mungkin siswa tidak memiliki pengalaman dasar yang
sudah dimilikinya sehingga kita dapat mengamati perubahan-perubahan secara jelas
baik fisik maupun kerohanian.Merencanakan materi pembelajaran yang akan
dibelajarkan.

Materi yang akan diberikan dapat sesuai dengan siswa atau siswa yang menyesuaikan dengan materi
dapat dilakukan dengan perencanaan. perencanaan ini dapat dilakukan dengan tes yang dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran, Hasilnya adalah nanti pengajar akan tahu apakah mana siswa yang
punya pengetahuan da siswa yang belum punya pengetahuan, kemudian dikelompokkan berdasarkan
dari hasil tersebut.
Kegiatan yang dapat dilakukan juga dengan membentuk kelompok belajar sesudah hasil tes tadi.
menempatkan beberapa siswa yang berkompeten dicampur dengan siswa yang belum tahu akan
menambah proses mencapai tujuan pendidikan tersampaikan.

KELEBIHAN N KELEMAHAN TEORI BEHAVIOR

1. Kelemahan Dan Kekurangan Teori Behavioristik

1. Kelemahan
 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya
berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
 Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran
yang justru berakibat buruk pada siswa.
 tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.
 tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini
dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang
diberikan dengan responnya.

2. Kelebihan

 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
 Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
 membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk bisa
bebas berkreasi dan berimajinasi

Inti teori behavioristik


Konsep Dasar Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik
positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman
kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi
tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang
diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam
mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam
semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan
bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret.

untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.

Ciri dari teori behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian


kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl
laku adalah hasil belajar.

Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan


dengan teori behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan
pengolahan rendah untuk memahami materi dan material sering terisolasi
dari konteks dunia nyata atau situasi. Little tanggung jawab ditempatkan
pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.

Belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh pancaindera dengan
kecendrerungan untuk bertindak/hubungan antara stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Tokoh-
tokoh yang mengemukakan teori tentang behaviorisme antara lain Edward L. Thorndike, Ivan Pavlov,
Frederic Skinner dan Albert Bandura.Sedangkan yang menjadi ciri utama teori Behaviorisme ini yaitu
Perilaku manusia ditekankan pada aspek-aspek yang lebih mekanistis dengan kata lain perilaku diukur
dari hal yang dapat diamati. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon.
B. Prinsip-prinsip teori Behaviorisme
1. Reinforcement and punishment
Menambahkan /mengurangi rangsangan
2. Primary and Secondary
Kebutuhan pokok, rangsangan dari asumsi seseorang
3. Schedules of reinforcement
Rangsangan secara terjadwal
4. Contingency management
Berhubungan dengan kesehatan mental
5. Stimulus control in operant learning
Mengendalikan rangsangan untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan
6. The elimination of responses
Penghapusan perilaku yang tidak diinginkan.
Dengan kata lain Prinsip teori behaviorisme Mengutamakan unsur - unsur / bagian-bagian kecil,
Menekankan peranan lingkungan, Mementingkan pembentukan reaksi /respon, Menekankan pentingnya
latihan dan Bersifat mekanistik

Assalamualaikum, salam sejahtera kepada bapak Wembrayarli S.Pd. M.Sn dan teman
- teman semua, menanggapi materi permasalahan yang babak sajikan menurut
saya Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan
kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan
berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara
berkelanjutan.

Sasaran sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio tahun 2008
ditetapkan oleh pemerintah sejumlah 200.000 guru, meliputi PNS dan bukan PNS pada
satuan pendidikan negeri atau swasta yang meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK dan
SLB.

Persyaratan peserta sertifikasi guru melalui penilaian portofolio sebagai berikut.

1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
dari program studi yang terakreditasi.
2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional.
3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah atau guru yang diperbantukan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
4. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang
diangkat oleh Pemda yang mengajar pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
5. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal 5 tahun pada satu sekolah atau
sekolah yang berbeda dalam yayasan yang sama;
6. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). Persyaratan
dan prioritas penentuan calon peserta sertifikasi guru baik untuk guru PNS
maupun bukan PNS berlaku sama, kecuali pangkat dan golongan.

Dalam Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam
Jabatan disebutkan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio alias penilaian kumpulan dokumen yang
mencerminkan kompetensi guru, dengan mencakup 10 (sepuluh) komponen yaitu : (1)
kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4)
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas,
(6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan (10)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Jika kesepuluh komponen
tersebut telah dapat terpenuhi secara obyektif dengan mencapai skor minimal 850 atau
57% dari perkiraan skor maksimum (1500), maka yang bersangkutan bisa dipastikan
untuk berhak menyandang predikat sebagai guru profesional, beserta sejumlah hak dan
fasilitas yang melekat dengan jabatannya insha Allah mutu pendidikan di Indonesia bias
meningkat

Salam

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan terus berkembang begitupun


dengan cara/metode pembelajarannya khsususnya bagi siswa di sekolah. K13 atau
kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru pendidikan Indonesia yang menuntut agar
siswa aktif dan kreatif pada saat pembelajaran berlangsung.

Assalamualaikum, salam sejahtera kepada bapak Wembrayarli S.Pd. M.Sn dan teman
- teman semua. Menanggapi materi permasalahan yang babak sajikan menurut saya
Hal penting yang menjadi agenda atau fokus dalam implementasi Kurikulum 2013 (K-
13) adalah pembelajaran abad 21. Pada K-13 diharapkan dapat diimplementasikan
pembelajaran abad 21. Hal ini untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin
kompetitif. Adapun pembelajaran abad 21 mencerminkan empat hal.

1. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking skill)

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui penerapan


pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan
pembelajaran berbasis projek. Guru jangan risih atau merasa terganggu ketika ada
siswa yang kritis, banyak bertanya, dan sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut
sebagai wujud rasa ingin tahunya yang tinggi.

Yang perlu dilakukan guru adalah memberikan kesempatan secara bebas dan
bertanggung bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan membuat
refleksi bersama-sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan jawaban terbuka
pun sebagai bentuk mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Kreativitas (creativity)
Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kembangkan budaya apresiasi terhadap sekecil apapun peran atau prestasi siswa. Hal
ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita
ingat dengan Pak Tino Sidin, yang mengisi acara menggambar atau melukis di TVRI
sekian tahun silam. Beliau selalu berkata “bagus” terhadap apapun kondisi hasil karya
anak-anak didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh oleh guru-guru masa kini agar siswa
merasa dihargai.

Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa dalam belajar,
karena pada dasarnya setiap siswa adalah unik. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Howard Gardner bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk. Ada
delapan jenis kecerdasan majemuk, yaitu; (1) kecerdasan matematika-logika, (2)
kecerdasan bahasa, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan
visual-spasial, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan (8)
kecerdasan naturalis.

3. Ketiga, komunikasi (communication)

Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi bisa
menjadi sarana untuk semakin merekatkan hubungan antar manusia, tetapi sebaliknya
bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi miskomunikasi atau komunikasi kurang
berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi sangat penting dalam
berkomunikasi.

Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik komunikasi antara siswa dengan
guru, maupun komunikasi antarsesama siswa. Ketika siswa merespon penjelasan guru,
bertanya, menjawab pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah
merupakan sebuah komunikasi.

4. Kolaborasi (collaboration)

Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan


bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan
mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi akan tercipta
kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antaranggota.

Salam
Assalamualaikum, salam sejahtera kepada bapak Wembrayarli S.Pd. M.Sn dan teman
- teman semua Fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
Teknologi informasi dan komunikasi (tik) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam
hal ini tik digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk
membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat
unsur grafis, membuat database, membuat program administratif untuk siswa, guru dan
staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya. (2) teknologi berfungsi sebagai ilmu
pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang
harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa
jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer.
Dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran tik
sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya. (3)
teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran(literacy). Dalam
hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu
untuk menguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer
telah diprogram sedemikian rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan
menggunakan prinsip pembelajaran tuntas untuk menguasai kompetensi. Dalam hal ini
posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai : fasilitator,
motivator, transmiter, dan evaluator.
Peran Teknologi Informasi (TI) dalam metodologi pembelajaran

Banyak penggunaan teknologi yang berhubungan langsung dengan bahasa inggris


Dengan kemampuan Bahasa Inggris yang dimiliki. kita akan leluasa berkomunikasi dengan lawan bicara
yang pandai berbahasa inggris dan kita berdialog dengan bahasa inggris seperti menanyakan kabar,
menanyakan keadaan dan lain lain, jika kita lancar menjawab dan berbicara dengan lawan bicara kita
dapat diartikan kita memiliki kemampuan Bahasa Inggris.

Dalam penerapan Teori Belajar Kognitif secara khususnya akan ada model
belajar Bruner, Ausubel, Gagne, dan model perkembangan intelektual Piaget.
Adapun secara umum penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut :

1. Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh
karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya. Konsekwensinya materi yang dipelajari harus menarik minat
belajar peserta didik dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat
dalam proses pembelajaran.
2. Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama.
Peserta didik akan sulit memahami bahan pelajaran Jika frekuensi belajar hitung
loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus
menggunakan benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena tahap
perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi konkret.
3. Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan perkembangan
kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan
kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.
4. Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu
berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada
proses paksaan agar sifat egosentrisnya tidak terbunuh.

secara umum proses pembelajarannya harus didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan pembelajaran tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor, tetapi ditentukan oleh berbagai faktor yang ada.
2) Proses pembelajaran adalah realitas kultur dan natural. Artinya, dalam proses pembelajaran tidak
diperlukan berbagai paksaan.
3) Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan
realitas kehidupan peserta didik.
4) Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton. Metode yang bervariasi merupakan tuntutan
mutlak dalam proses pembelajaran.
5) Keterlibatan murid secara aktif dalam belajar amat dipentingkan. Hal ini dikarenakan asimiliasi dan
akomodasi pengalaman murid akan lebih baik jika murid aktif dalam belajar.
6) Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghapal. Agar lebih bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui murid.
7) Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual murid.

Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta
didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta
didik akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di
sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas. Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang
mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang diantaranya :
Kognitif. Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu : Pengetahuan (mengingat, menghafal),
Pemahaman (menginterpretasikan),Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk
memecahkan suatu masalah), Analisis (menjabarkan suatu konsep), Sintesis
(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),Evaluasi
(membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).

Materi m3 kb 4

5
d. Tahap eksperimentasi aktif.Tahap terakhir dari peristiwa belajar
menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada
tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-
konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.Berfikir
deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori
-
teori serta konsep
-
konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul
teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus
-
rumus
tersebut untuk memecahkan mas
alah yang dihadapinya, yang belum pernah ia
jumpai sebelumnya.
Tahap
-
tahap belajar demikian dilukiskan oleh Kolb sebagai suatu siklus yang
berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran orang yang
belajar. Secara
teoretis tahap
-
tahap belajar tersebut
memang dapat dipisahkan, namun dalam
kenyataannya proses peralihan dari satu tahap ke tahap belajar di atasnya
sering kali
terjadi begitu saja sulit untuk ditentukan kapan terjadinya.
3.
Pandangan
Peter
Honey dan
Alan
Mumford terhadap Belajar.
Tokoh teori
humanistik lainnya adalah
Peter
Honey
(1937
-
sekarang)
dan
Alan
M
umford
(1933
-
sekarang)
. Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan
Kolb mengenai tahap
-
tahap belajar di atas. Honey dan Mumford menggolong
-
golongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan,
yaitu
kelompok aktivis, golongan reflektor, kelompok teoritis da
n golongan pragmatis.
Masing
-
masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok
lainnya.
Karakteristik yang dimaksud adalah:
a.
Kelompok aktivis
.
Orang
-
orang yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah mereka yang
senang melibatkan diri d
an berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan
tujuan untuk memperoleh pengalaman
-
pengalaman baru. Orang
-
orang tipe ini
mudah diajak berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat
orang
lain, dan mudah percaya pada orang lain. Namun dal
am melakukan sesuatu
tindakan sering kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih
banyak
didorong oleh kesenangannya untuk melibatkan diri. Dalam kegiatan
belajar,
6
orang
-
orang demikian senang pada hal
-
hal yang sifatnya penemuan
-
penemuan
baru, seperti
pemikiran baru, pengalaman baru, dan sebagainya, sehingga metode
yang cocok adalah
problem solving, brainstorming
. Namun mereka akan cepat
bosan dengan kegiatan
-
kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b.
Kelompok reflektor.
Mereka yang termasuk dalam kelompok reflektor mempunyai kecenderungan
yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
Dalam
melakukan suatu tindakan, orang
-
orang tipe reflektor sangat berhati
-
hati dan penuh
pertimbangan. Pertimbangan
-
pertimba
ngan baik
-
buruk dan untung
-
rugi, selalu
diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang
-
orang demikian
tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka cenderung bersifat konservatif.
c.
Kelompok Teoris
.
Lain halnya dengan orang
-
orang tipe teoris, merek
a memiliki kecenderungan
yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan
menggunakan
penalarannya.
Segala sesuatu sering dikembalikan kepada teori dan konsep
-
konsep
atau hukum
-
hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang
sifatnya
subyektif. Dalam melakukan atau memutuskan sesuatu, kelompok teoris
penuh
dengan pertimbangan, sangat skeptis dan tidak menyukai hal
-
hal yang bersifat
spekulatif. Mereka tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang
kuat,
sehingga tidak mudah t
erpengaruh oleh pendapat orang lain.
d.
Kelompok pragmatis
.
Berbeda dengan orang
-
orang tipe pragmatis, mereka memiliki sifat
-
sifat yang
praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori
-
teori, konsep
-
konsep, dalil
-
dalil,
dan sebagainya. Bagi mereka yang pent
ing adalah aspek
-
aspek praktis, sesuatu
yang nyata dan dapat dilaksanakan. Sesuatu hanya bermanfaat jika
dapat
dipraktekkan. Teori, konsep, dalil, memang penting, tetapi jika itu semua
tidak
dapat dipraktekkan maka teori, konsep, dalil, dan lain
-
lain itu t
idak ada gunanya.
Bagi mereka, susuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan
dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
7
4.
Pandangan
Jurgen
Habermas terhadap belajar.
http://ceipelenaquiroga.blogspot.co.id/2011/05/nos
-
vamos
-
al
-
instituto.html
Tokoh humanis lain adalah Hubermas
(1929
-
sekarang
)
. Menurutnya, belajar
baru akan terjadi j
ika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Lingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam
maupun
lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Dengan
pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menja
di tiga, yaitu; 1)
belajar teknis
( technical learning),
2) belajar praktis
( practical learning),
dan 3)
belajar emansipatoris
(emancipatory learning).
Masing
-
masing tipe memiliki cirri
-
ciri sebagai berikut:
a.
Belajar Teknis
( technical learning
)
Yang
dimaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
Pengetahuan dan
ket
a
rampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka
dapat
menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarny
a dengan baik.
Oleh sebab itu,
ilmu
-
ilmu alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar teknis.
b.
Belajar Praktis
( practical learning)
Sedangkan yang dimaksud belajar praktis adalah belajar bagaimana
seseorang
dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
yaitu dengan orang
-
orang di
sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan
terjadinya
interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu bidang
-
bidang ilmu yang
berhubungan dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antrophologi,
da
n
8
semacamnya, amat diperlukan. Sungguhpun demikian, mereka percaya
bahwa
pemahaman dan ketrampilan seseorang dalam mengelola lingkungan
alamnya tidak
dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Oleh
sebab itu,
interaksi yang benar antara ind
ividu dengan lingkungan alamnya hanya akan
tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.
c.
Belajar Emansipatoris
(emancipatory learning).
Lain halnya dengan belajar emansipatoris. Belajar emansipatoris
menekankan
upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang
tinggi akan
terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan
sosialnya.
Dengan pengertian demikian mak
a dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta
sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut.
Untuk
itu, ilmu
-
ilmu yang berhubungan dengan budaya dan bahasa amat diperlukan.
Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultura
l inilah yang oleh
Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab
transformasi
kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.
5.
Pandangan
Benjamin Samuel
Bloom
(1913
-
1999)
dan
David
Krathwohl
(1921
-
2016)
terhadap Belajar.
Selain tokoh
-
tokoh di atas, Bloom dan Krathwohl
(1956)
juga termasuk
penganut aliran humanis. Mereka lebih menekankan perhatiannya pada
apa yang
mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui
peristiwa
-
peristiwa belajar. Tujuan bela
jar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga
kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui
taksonomi
Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar
pendidikan
dalam mengembangkan teori
-
teori maupun praktek pembelajar
an. Pada tataran
praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru
untuk
merumuskan tujuan
-
tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah
dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi
pendidikan
dapat meran
cang program
-
program pembelajarannya. Setidaknya di Indonesia,
taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal dan paling populer di
lingkungan
pendidikan. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom
tersebut
9
adalah sebagai berikut:
a.
Domain kognitif
, terd
iri atas 6 tingkatan, yaitu:
1)
Pengetahuan (mengingat,
menghafal)
2)
Pemahaman
(menginterpretasikan)
3)
Aplikasi (menggunakan konsep
untuk memecahkan masalah)
4)
Analisis
(menjabarkan suatu
konsep)
5)
Sintesis (
menggabungkan bagian
-
bagian kosep menjadi suatu konsep
utuh)
6)
Evaluasi (
membandingkan nilai
-
nilai, ide. metode, dsb.)
b.
Domain psikomotor
, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1)
Peniruan (menirukan gerak)
2)
Penggunaan (menggunakan konsep
untuk melakukan gerak)
3)
Ketepatan (melakukan gerak dengan
benar)
4)
Perangkaian (melakukan beberapa
gerakan sekaligus dengan benar)
.
5)
Naturalisasi (melakukan
gerak secara wajar)
https://blog.commlabindia.com/elearning
-
design/blooms
-
taxonomy
-
learning
-
objectives
-
part1
https://impremedia.net/psycho
-
motor
-
domain/
10
c.
Domain afektif
, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1)
Pengenalan (ingin menerima, sadar
akan adanya sesuatu)
2)
Merespon (aktif berpartisipasi)
3)
Penghargaan
(menerima nilai
-
nilai,
setia kepada nilai
-
nilai tertentu)
4)
Pengorganisasian
(menghubung
-
hubungkan
nilai
-
nilai
yang
dipercayainya)
5)
Pengamalan (menjadikan nilai
-
nilai
sebagai bagian dari pola hidupnya)
C. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pemb
elajaran
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang
lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat,
teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga
sukar
meterjemahkannya ke dal
am langkah
-
langkah yang lebih konkrit dan praktis.
Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka
teori
humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen
pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan
pada
terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita
-
citakan, yaitu manusia yang
mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan
bagaimana
perkembangan
siswa
dalam me
ngaktualisa
sikan dirinya, pemahaman terhadap
dirinya, serta realisasi
diri.
http://edunesiania.blogspot.co.id/2017/01/penerapan
-
teori
-
behaviorisme.html?m=1
11
https://ichanafisah.wordpress.com/2015/04/21/pertemuan
-
ke
-
2
-
artikel
-
3
-
terapi
-
pendekatan
-
humanistik
-
clientperson
-
centered
-
therapy/
Pengalaman emos
ional dan
karakteristik khusus
individu dalam belajar perlu
diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena
seseorang akan
dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri
dan
dapat membuat pilihan
-
pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berke
mbang.
Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana
tujuan yang
ideal tersebut dapat dicapai.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam
memahami
arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya
pembelajaran apapun
dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk
mencapai
tujuannya. Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke
dalam
langkah
-
langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan
teori ini amat besar. Ide
-
ide
, konsep
-
konsep, taksonomi
-
taksonomi tujuan yang
telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk
memahami
hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka
dalam
menentukan komponen
-
komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan,
penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan
alat
evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita
-
citakan tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi
tahap
secara ketat, sebagaimana tujuan
-
tujua
n pembelajaran yang telah dinyatakan secara
eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan,
serta
pengalaman
-
pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna
12
bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam S
nelbecker, 1974). Hal
tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik. Menurut teori ini, agar
belajar
bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa
sendiri.
Maka siswa akan mengalami belajar eksperiensial
(experiential learnin
g).
Pada teori humanistik, guru diharapkan tidak hanya melakukan kajian
bagaimana dapat mengajar yang baik, namun kajian mendlam justru
dilakukan
untuk menjawab pertanyaan bagaimana agar siswa dapat belajar dengan
baik. Jigna
dalam jurnal CS Canada (2012)
menekankan bahwa “
To learn well, we must give
the students chances to develop freely”
. Pernyataan ini mengandung arti untuk
menghasikan pembelajaran yang baik, guru harus memberikan kesempatan
kepada
siswa untuk berkembang secara bebas.
Pendidikan modern
mengalami banyak perubahan jika dibandingkan dengan
pendidikan tradisional. Pada pendidikan modern, siswa menyadari hal
-
hal yang
terjadi dalam proses pembelajaran, hal ini menunjukkan hubungan dua arah
antara
guru dan siswa. Sementara itu, dalm pendidikan
tradisional Proses belajar terjadi
secara stabil, dimana siswa dituntut untuk mengetahui informasi melalui buku
teks,
memahami informasi yang mereka dapatkan tesebut dan menggunakan
informasi
terbut dalam aktivitas keseharian siswa. Sedangkan dalam pendid
ikan modern,
siswa memanfaatkan teknologi untuk membuat kognisi, pemahaman dan
membuat
konten pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih berwarna.
Pada penerapan teori humanistic ini adalah hal yang sangat baik bila
guru
dapat membuat hubungan yang kuat
dengan siswa dan membantu siswa untuk
membantu siswa berkembang secara bebas. Dalam proses pembelajaran,
guru dapat
menawarkan berbagai sumber belajar kepada siswa, seperti situs
-
situs web yang
mendukung pembelajaran. Inti dari pembelajaran humanistic ada
lah bagaimana
memanusiakan siswa dan membuat proses pembelajaran yang
menyenangkan bagi
siswa.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan
siswa secara
aktif dalam proses belajar.
13
RANGKUMAN
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah
memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu me
ncapai
aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifak
eklektik,
maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya
tercapai.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;
a.
Kolb, dengan
konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu; pengalaman
konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan
eksperimentasi
aktif.
b.
Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu; aktifis, reflektor,
teoris, dan pragmatis.
c.
Hubermas,
membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar
praktis, dan belajar emansipatoris.
d.
Bloom da Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu;
kognitif,
psikomotor, dan afektif.
e.
Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitifi
sme, ia terkenal
dengan konsepnya belajar bermakna
(Meaningful learning).
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung
mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan
faktor
pengalaman dan keterlibatan s
iswa secara aktif dalam belajar.
DAFTAR BACAAN
Asri Budiningsih. 2003.
Belajar dan Pembelajaran
. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta
Biehler, R.F. & Snowman, J. (1982).
Psychology Applied to Teaching
, Fourth
edition, Bost
on: Houghton Mifflin Company.
Collin, Catherine, dkk. 2012. The Psychology Book. London: DK.
14
Dahar, R. W., (1989).
Teori
-
teori Belajar
. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti,
P2LPTK.
Degeng, I.N.S., (1989).
Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel
. Jakarta:
Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK.
Dimyati, M, (1989).
Psikologi Pendidikan
. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti,
P2LPTK
Gage, N.L., & Berliner, D. (1979).
Educational Psychology
. Second Edition,
Chicago: Rand McNally.
Guruvalah.
(_____).
Teori
-
teori
Psikologi
Belajar.
www.geocities.com/guruvalah/psikologi_belajar.pdtf
-
HasilTambahan
Jigna, DU. Application of Humanism Theoryin The Teaching Approach.
CS
Canada: Higher Education
of Social Sciences. Vol. 3, No. 1, 2012, pp. 32
-
36.
DOI:
10.3968/j.hess.1927024020120301.1593
Raka Joni, T. (1990).
Cara belajar siswa aktif: CBSA: artikulasi konseptual,
jabaran operasional, dan verivikasi empirik
. Pusat Penelitian IKIP Malang.
Ratna Wi
lis D. (1996).
Teori
-
teori Belajar
. Jakarta : Erlangga
Schunk, Dale. H. 2012. Learning Theories an Educational Perspective.
Edisi
keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Smaldino, dkk. 2010. Instructional Technology and Media for Learning.
10
th
edition. Unite
d State of America: Pearson.
Smaldino, dkk. 2012. Instructional Technology and Media for Learning.
11
th
edition. United State of America: Pearson.
Velenvuela,
Julia
Scherba.
(2003).
Sociocultural
Theory.
www.unm/~devalenz/handouts/sociocult.html
-
9k

Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman membentuk kepribadiannya
dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk,
apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk.
Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam
kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual,
sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :

Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman membentuk
kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang
terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka aktualisasi
diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana
yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman
organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan
kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :

Assalamu alaikum, salam sejahtera, menanggapai materi yang telah di sajikan menurut saya: Konsep diri mulai
terbentuk masa balita, ketika potongan- potongan pengalaman membentuk kepribadian dan menjadi semakin mawas
diriakan identitas dirinya, saat bayi lahir sudah bisa merasakan nyaman atau tidak. Konsep diri yaitu penggabungan
seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat.
Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran.
- Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
- Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
- Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan
diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
Kebutuhan
- Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan , sehingga tubuh
cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan
berubah.
- Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
- Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan
kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.

salam

Salam

Assalamu alaikum, salam sejahtera, menanggapai materi yang telah di sajikan menurut saya:
Prinsip- prinsip belajar humanistic tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi
dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri.
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan
maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belaja

Salam

Menambahkan pemaparan bunda ….Menurut teori humanistik tujuan untuk memanusiakan


manusia, oleh sebab itu teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistic
cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal
tujuannya tercapai. Teori belajar humanistik paling cocok untuk diterapkan dalam materi
pembelkajaran yang bersifat pembentukan pribadi, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilannya adalah siswa merasa senang,
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker perilaku atas kemauannya
sendiri.
Buk sri

Assalamu alaikum, Ibu…, dan teman tema semua salam sejahtera bagi kita semua`
Menanggapi materi diskusi yang ibu sajikan menurut saya: Kemunculan kejenuhan
belajar bermula dari proses pengulangan kegiatan belajar dalam waktu yang panjang
dan tidak menghasilkan prestasi yang memuaskan. Sehingga, muncul merasaan
letih pada individu baik secara fisik maupun psikis. Corey (Cherniss, 1980)
mendefinisikan kejenuhan belajar sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap
dan emosi individu atau pekerjaan karena keterlibatan yang intensif dengan
pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Sementara Agustin (2009:31)
menjelaskan kejenuhan belajar merupakan kondisi emosional ketika seseorang
mahasiswa/siswa merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai
akibat tuntutan pekerjaan akademik yang meningkat. Dengan demikian, dari berbagai
pandangan para ahli mengenai definisi kejenuhan belajar dapat ditarik kesimpulan
bahwa kejenuhan belajar merupakan gejala psikologis yang menunjukkan keletihan
emosi, sinis atau depersonalisasi dan menurunnya keyakinan akademik siswa
karena keterlibatan yang intensif dengan tuntutan belajar yang berlangsung cukup
lama.

dampak yang dirasakan akibat kejenuhan belajar yaitu : (1) menjadi suka marah-marah
(2) sering susah tidur (3) tidak peduli dengan tugas perkuliahan (tugas belajar) (4) tidak
peduli dengan nilai (raport) (5) mudah bosan dengan kegiatan belajar (6) menjadi
mudah tersinggung (7) sering gelisah (8) menjadi mudah sakit (9) sering merasa gagal
dan (10) merasamrendah diri. Ilfiandra (2002: 66) menambahkan konsekuensi dari
burnout yang terjadi di kalangan para guru yaitu ; (1) hancurnya semangat hidup atau
kerja (belajar) ,(2) keputusan untuk berhenti selamanya dari profesinya (putus
sekolah), (3) terperangkap dalam tugas, (4) apatis menunggu pensiun tiba, (5)
meninggalkan tugas awal dengan mengejar rentang jabatan yang lebih tinggi, (6)
membentuk coping strategy yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan pribadi
(personal growth).
Berdasarkan uraian tersebut, kejenuhan belajar jika dibiarkan dalam jangka
waktu yang lama dapat mengakibatkan memburuknya kondisi psikologis individu yang
bisa mempengaruhi pada kualitas diri individu, pencapaian prestasi dan masa
depannya.
Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur,
misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu
konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata,
sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap. Dalam mewujudkan
kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:

Aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan


siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan
keterlibatan siswa :

Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan


berbagai teknik mengajar.

1.Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus
mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.

2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam
belajar.

Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar
sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan
sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan
sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan
kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan
kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.

3.Membangkitkan Motivasi Siswa

Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan
motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana
membangkitkan motivasi siswa :
a) Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya;

b) Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu


menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam mencapai tujuan tersebut.

c) Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan


pembelajaran.

d) Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih


sukses dengan usahanya sendiri;

e) Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.

f) Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.

4. Memberikan pelayanan individu Siswa

Perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat


diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah
perlu adanya pelayanan individu siswa.

Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa


secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa
dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau privat, belakangan ini
memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat atau melalui lembaga-lembaga
pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual.

5.Menyiapkan dan Menggunakan berbagai Media dalam Pembelejaran

Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar
untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan
mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran yang efektif harus mulai
dengan pengalaman langsung yang yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan
memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu
menyukseskan proses pembelajaran di kelas.

Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap
materi pelajaran yang diasjikan.
Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa
serta perbedaan individual dalam kelompok.

Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.

B. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

1.Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda

Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru
maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun.
Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa
lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan
bertanya, akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada
hanya diam mendengarkan.

2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa
Anda.

Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan


memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri
siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya diri
sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda
sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-
perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan.

3.Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa

Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh
anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu
bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.

4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab

Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan
komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan pertanyaan memancing
yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan
pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara tidak
langsung melatih siswa untuk berbicara. Saat siswa sudah mulai merespon, beri
senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa
canggung yang biasa ia perlihatkan.

5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai


Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda tanyakan.
Sehingga, ia akan mempersiapkannya terlebih dulu. Jika saat anda bertanya dan para
siswa tidak merespon, ubah format pertanyaan anda yang hanya membutuhkan
jawaban "ya" atau "tidak".

6` Controlling

Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah untuk
mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika
Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat
kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan
merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang
percaya yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda
selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa membantunya untuk berkomunikasi.
Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.

Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan
belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan
lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika
mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah
dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta
didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain. Khusus dalam
melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan
berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh
peserta didik. Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh
dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui
pembelajaran mikro.

1. Melibatkan Siswa secara Aktif


3. TUJUAN

1 Mengetahui apa dampak kejenuhan pembelajaran bagi siswa.

2.Mengetahui pengertian pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

3Mengetahui bagaimana suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

4.Mengetahui bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan


bagi siswa.

5.Mengetahui bagaimana peran guru dan orang tua dalam menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.

Forum bu sri sapa


Tujuan dan Teknik mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik

Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk
memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu
program pembelajaran tertentu. Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; peserta didik,
perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/
pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik.

Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik bertujuan:

a. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta karakteristik awal siswa sebelum
mengikuti program pembelajaran tertentu.
b. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan pemilihan
program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka.
c. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan
kemampuan awal peserta didik.

Teori Gardner, sebuah pendekatan yang relatif baru yaitu teori Kecerdasan ganda (Multiple Intelligences), yang
menyatakan bahwa sejak lahir manusia memiliki jendela kecerdasan yang banyak. Ada delapan jendela kecerdasan
menurut Gardnerd pada setiap individu yang lahir, dan kesemuanya itu berpotensi untuk dikembangkan. Namun dalam
perkembangan dan pertumbuhannya individu hanya mampu paling banyak empat macam saja dari ke delapan jenis
kecerdasan yang dimilikinya. Kecerdasan tersebut yaitu :

a. Kecerdasan Verbal/bahasa (Verbal/linguistic intelligence)


b. Kecerdasan Logika/Matematika (logical/mathematical intelligence)
c. Kecerdasan visual/ruang (visual/ spatial intelligence)
d. Kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kinestetic intelligence)
e. Kecerdasan musikal/ritmik (musical/rhytmic intelligance)
f. Kecerdasan interpersonal (interpesonal inteligance)
g. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence).
h. Kecerdasan Naturalis (naturalistic Intelligence). [7]

Dengan teori ini maka terjadi pergeseran paradigma psikologis hierarki menjadi pandangan psikologis diametral. Tidak
ada individu yang cerdas, bodoh, sedang, genius, dan sebagainya, yang ada hanyalah kecerdasan yang berbeda.

Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, seorang pendidik dapat melakukan tes awal (pre-test) untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik tersebut. Tes yang diberikan dapat berkaitan dengan materi ajar sesuai dengan
panduan kurikulum. Selain itu pendidik dapat melakukan wawancara, observasi dan memberikan kuesioner kepada peserta
didik, guru yang mengetahui kemampuan peserta didik atau calon peserta didik, serta guru yang biasa mengampu
pelajaran tersebut. Teknik untuk mengidentifikasi karakteristik siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interview,
observasi dan tes.[8] Latar belakang siswa juga perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan materi yang akan disajikan,
di antaranya yaitu faktor akademis dan faktor sosial :

a. Faktor akademis
Faktor-faktor yang perlu menjadi kajian guru adalah jumlah siswa yang dihadapi di dalam kelas, rasio guru dan siswa
menentukan kesuksesan belajar. Di samping itu, indeks prestasi, tingkat inteligensi siswa juga tidak kalah penting.

b. Faktor sosial
Usia kematangan (maturity) menentukan kesanggupan untuk mengikuti sebuah pembelajaran. Demikian juga hubungan
kedekatan sesama siswa dan keadaan ekonomi siswa itu sendiri mempengaruhi pribadi siswa tersebut[9]

Implikasinya yaitu Mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program
pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk
dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa
bakat, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, minat dll

Hasil kegiatan mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa akan merupakan salah satu dasar dalam
mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah
heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi, setidak-tidaknya banyak dikurangi.

Humanistic m3
Salah satu bentuk pendidikan humanisme adalah pendidikan terbuka (open education), adalah
proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas
dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing. Peserta didik tidak hanya sekedar duduk manis mendengarkan materi yang
disampaikan oleh gurunya, tetapi peserta didik juga diharapkan mampu bekerja secara
individual dengan cara berkelompok, agar peserta didik mampu mengeksplorasi bidang-bidang
pelajaran, mengusulkan topik-topik pembelajaran, sehingga dapat membantu mewujudkan
bakat dan minat-minat tertentu.Adapun kriteria bentuk pendidikan humanisme adalah sebagai
berikut:

1. Tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana yang memudahkan proses belajar mengajar,
artinya harus tersedia berbagai macam bahan pelajaran yang diperlukan.
2. Peserta didik diberi kebebasan untuk bergerak di ruang kelas, bebas menyampaikan
pendapat mereka, tidak dilarang berbicara yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dan
tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.
3. Terciptanya suasana kelas yang penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka, artinya
guru bersedia mendengarkan keluhan peserta didik dengan aman dan mampu menjaga
rahasia peserta didik.
4. Jika ada masalah pribadi dengan peserta didik, guru menangani masalah tersebut dengan
jalan berkomunikasi secara pribadi dengan murid yang bersangkutan tanpa melibatkan suatu
kelompok.
5. Guru mengamati setiap proses belajar yang dilalui murid dengan membuat catatan dan
penilaian secara individual, dan meminimalisir tes formal.
6. Adanya kesempatan untuk menumbuhkan keprofesionalan guru, dalam arti guru boleh
menggunakan bantuan lain termasuk rekan kerjanya.
Guru menghargai kreativitas, mendorong prestasi, dan memberikan kebebasan belajar kepada
peserta didik

Anda mungkin juga menyukai