Pendahuluan
1
cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan, dimana salah satunya adalah
kebutuhan akan air bersih.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, yang digunakan
sebagai air minum atau keperluan rumah tangga dan memenuhi syarat kesehatan. Mengingat
bahwa air dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit, maka tujuan utama penyediaan
air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penularan penyakit melalui air.
Sarana Air Bersih (SAB) dikelola oleh dua departemen utama, yaitu Departemen
Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan.7 Konstruksi dan teknis SAB menjadi tanggung
jawab Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan Departemen Kesehatan meningkatkan
kualitas manusia pemanfaat Sarana Air Bersih.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan sumber
air untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air ledeng/PAM (19,5%), air ledeng
eceran (1,3%), sumur bor/pompa (22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak
terlindung (10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung (3,7%), penampungan
air hujan (1,6%), air sungai/danau/irigasi (4,9%), dan lainnya (0,4%). Dikatakan sarana air
bersih apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng eceran, sumur
bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari data tersebut daerah
perkotaan memiliki cakupan Sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar
67,6 %.6
Sedangkan UPTD Puskesmas Pedes tahun 2013, cakupan penggunaan sarana air
bersih yang ada adalah sumur gali sebesar 23,43 %, pompa listrik sebesar 41,24 %, PDAM
5,81%, dan sumur pompa tangan 29,50 %. Dari hasil tersebut, cakupan penggunaan sarana air
bersih oleh masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes sebesar 68,97 % dan
cakupan pengawasan sarana air bersih oleh petugas sanitasi UPTD Puskesmas Pedes sebesar
47,64 %. Hasil tersebut belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Karawang sebesar 80 % untuk penggunaan air bersih dan 80% untuk pengawasan
sarana air bersih, sehingga diperlukan evaluasi mengetahui masalah yang terdapat di dalam
unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih di UPTD Puskesmas Pedes, periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui masalah yang terdapat di dalam unsur-unsur sistem pada program
pengawasan sarana air bersih secara menyeluruh agar dapat meningkatkan mutu dan
jangkauan program pengawasan sarana air bersih secara optimal di UPTD Puskesmas
Pedes periode Januari sampai Desember 2013 dengan harapan dapat menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian akibat faktor resiko kurangnya sarana air bersih.
3
3. Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
4. Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
5. Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang
rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan
Desember 2013.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program
dengan pendekatan sistem.
b. Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pengawassan sarana air bersih di Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.
c. Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
1.5 Sasaran
Seluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari
2013 sampai dengan Desember 2013.
Bab II
2.1 Materi
5
Materi yang dievaluasi terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas
mengenai program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 yang terdiri dari :
2.2 Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dikumpulkan
untuk dievaluasi kemudian diolah, dianalisis dengan pendekatan sistem dan
diinterpretasikan sehingga ditemukan permasalahannya. Dari permasalahan yang
ditemukan tersebut kemudian diberi masukan dan saran agar permasalahan pada program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 dapat terselesaikan, sehingga
diharapkan dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air bersih kelak dapat dicapai
hasil sesuai target yang diharapkan.
Bab III
Kerangka Teoritis
6
4
Lingkungan
1 2 3 6
5
Umpan balik
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan pada waktu
menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola sistem tapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan
yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
7
Merupakan nilai acuan / standart yang telah ditetapkan yang digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada Program Pengawasan Sarana Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup sehari- hari. Air
yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah
tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit
dan tidak mengandung bahan beracun. Air minum memnuhi syarat kesehatan sangat
penting dalam mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.
Jenis- jenis sarana air bersih meliputi Sumur Gali (SGL), Sumur Pompa Tangan
(SPT), Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH),
Perlindungan Mata Air (PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Bab IV
Penyajian Data
8
Laporan bulanan dan tahunan Program Penyehatan Sarana Air Bersih
Puskesmas Pedes periode Januari - Desember 2013.
Laporan tahunan Pembangunan kesehatan Puskesmas Pedes tahun 2013.
Profil kesehatan Puskesmas Pedes tahun 2013.
9
Gambar 2.1.1. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah Kerja
1) Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Pedes pada periode
Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 adalah 60.240 jiwa, dengan distribusi:
Jumlah penduduk laki-laki : 31.051 jiwa
Jumlah penduduk perempuan : 29.189 jiwa
10
Grafik 1. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Grafik 2. Pekerjaan
55%
15% 14%
10%
4%
2%
11
Grafik 3. Pendidikan
78%
13%
6% 3%
4.3.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
B. Dana (Money)
C. Sarana (Material)
Medis
12
- Sanitarian kit : Tidak ada
Non medis
- Infocus : Ada. 1 buah
- Layar : Ada
- Leaflet : Ada
- Lembar balik : Ada
- Poster : Ada
- Checklist pemeriksaan SAB : Tidak ada
- Formulir pengiriman sampel : Tidak ada (baru tersedia 2014)
- Botol steril, tas/kotak pengepakan botol : Ada
- Alat tulis : cukup
- Buku pedoman Kesling : Ada
- Sarana transportasi : cukup
D. Metode (Method)
Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Data diambil dari data dasar pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes tahun 2013, diperoleh :
- Jumlah sarana air = 8.313 buah yang terdiri dari SGL 1.948 buah, Pompa Listrik
3.429 buah, SPT 2.453 buah, dan PDAM 483.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 x setahun, untuk pemeriksaan kualitas air
bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh, tidak
berasa, dan sejuk. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi
sanitasi air bersih (Lampiran 4).
Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur gali sampel diambil
dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air (sebaiknya pagi hari), dan untuk
PMA sampel diambil dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan untuk
Pompa Listrik air diambil dari kran tempat keluarnya air setelah dibuang selama lebih
kurang 5 menit. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter,
untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan
dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim
13
ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di lampiran
SOP pengambilan sampel.
Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan standar
kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416
tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.
Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi), S (sedang),
R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.
- Pencatatan
- Pelaporan
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis mengenai:
Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
Pemeriksaan dilakukan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.
Pada sarana air bersih dengan tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2
14
minggu selama 1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang dilakukan
pemeriksaan sebulan sekali selama satu tahun.
Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.
Kemudian, menentukan titik pengambilan sampel.
4. Pemeriksaan bakteriologis
Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada
pukul 08.00-10.00 WIB).
4.3.2.2 Pengorganisasian
15
Bagan Struktur Organisasi
Kepala Puskesmas
Staff Promkes
Penanggung jawab dan Pelaksana Program Kesling
Ahmad Deroji
Ketua RT/RW
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program Kesehatan Lingkungan (Pengawasan Air Bersih) UPTD
Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang.
4.3.2.3 Pelaksanaan
Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.
Dilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.
4. Pemeriksaan bakteriologis
16
Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul
08.00-10.00 WIB).
4.3.2.4 Pengawasan
4.3.3 Keluaran
Tabel 4.1 Jumlah SAB yang diperiksa dan Jumlah Pemakai SAB di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pedes Periode Januari 2013 – Desember 2013.
1.
N Jenis SAB Yang Memenuhi Jumlah
O Diperiksa Syarat Pemakai
1 SGL 1.948 1.169 9.740
2 Pompa Listrik 3.429 2.057 17.125
3 PDAM 483 483 2.424
4 SPT 2.453 1.505 12.259
Total 8.313 5.214 41.548
17
Jumlah penduduk dilokasi yang
Menggunakan Air dari sarana air bersih
--------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah penduduk di lokasi
41.548
Cakupan : ---------------------- X 100 % = 68,97 %
60.240
1.949
Cakupan : ------------------ X 100 % = 23,45 %
8.313
Target : 80 %
18
5. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut cakupan air bersih, hasil
inspeksi sarana air bersih dan laporan perlindungan sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran air yang rendah.
Tidak ada data mengenai jumlah sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.
4.3.4 Lingkungan
1. Fisik
19
Lokasi :
Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.
Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Rata-rata jalan sudah diaspal,
sehingga jika musim hujan tidak becek/licin.
Kondisi Geografis :
Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air bersih.
Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang
dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh dan berasa asin, disebabkan karena
lokasinya yang dekat dengan persawahan dan pantai.
2. Non fisik
Keadaan sosial ekonomi masyarakat. Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah penduduk merupakan masyarakat
miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air
bersih yang memadai.
Tingkat pendidikan. Karena sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD,
pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.
Perilaku masyarakat. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai dan
air saluran irigasi untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar,
dan tempat pembungan limbah keluarga. Tidak terdapat data penggunaan air
sungai sebagai sumber air minum.
4.3.6 Dampak
20
1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis
lingkungan, seperti, Penyakit kulit dan Diare, belum dapat dinilai.
Bab V
Pembahasan
21
dan pelaksana program koordinator dan
pengawasan sarana air pelaksana pengawasan
bersih yang terampil di sarana air bersih yang
bidangnya. terampil di bidangnya.
- Poster : (+)
Ada
- Checklist (-)
pemeriksaan SAB :
Tidak ada
(-)
- Formulir pengiriman
(-)
sampel :
Tidak ada
22
(Method) SAB cukup
2. Dilakukan pemeriksaan - Buku pedoman (+)
SAB Kesling :
Ada
3. Dilakukan pengambilan
sampel air - Sarana transportasi:
cukup
4. Dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air
5. Dilakukan pemeriksaan Pendataan jumlah dan
24
yang disajikan berbeda-
beda dengan hasil
laporan bulanan, 3
bulanan dan tahunan
(2013)
4. Lingkungan
- Fisik 1. Kondisi geografis dapat 1. Berdasarkan (+)
mempengaruhi kualitas keterangan petugas:
air pada penggalian/
pengeboran air yang
dihasilkan berwarna
kecoklatan atau keruh,
berasa asin
disebabkan karena
lokasinya yang dekat
dengan persawahan
dan pantai.
- Non-Fisik a. Keadaan sosial a. Sebagian besar (+)
ekonomi masyarakat penduduk bermata
dapat mempengaruhi pencaharian petani
keberhasilan program dan 1/3 dari total
b. Tingkat pendidikan jumlah penduduk
dapat mem-pengaruhi merupakan
keberhasilan program. masyarakat miskin,
c. Perilaku masyarakat hal tersebut dapat
dalam menggunakan mempengaruhi akses
air bersih dapat untuk mendapatkan
mempengaruhi sarana air bersih yang
keberhasilan program. memadai.
25
b. Karena sebagian besar (+)
penduduk merupakan
tamatan SD,
pengetahuan tentang
kualitas air dan sarana
air bersih masih
kurang.
c. Sebagian masyarakat (+)
masih menggunakan
air sungai dan air kali
irigasi untuk
keperluan mandi,
mencuci, tempat
buang air besar, dan
tempat pembungan
limbah keluarga.
Tidak ada data
penggunaan air sungai
sebagai sumber air
minum.
26
Bab VI
Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan Air bersih di UPTD
Puskesmas Pedes Periode Januari sampai dengan Desember 2013, adalah :
27
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan
sarana air bersih, seperti tidak adanya sanitarian kit, checklist pemeriksaan SAB,
formulir pengiriman sampel, tas/kotak pengepakan botol untuk pemeriksaan
kualitas air.
- Metode
Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis.
c. Masalah pada proses
- Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas
program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,
pusling dan bidan desa.
- Pelaksanaan
Dilakukan pengumpulan data 1 x setahun tetapi pengawasan kualitas air hanya
dilakukan 1x setahun dan hanya dilakukan di lokasi yang dekat dengan puskesmas
saja. Tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi dan tingkat
risiko pencemaran air.
- Pengawasan dan pelaporan
Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas
kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan, namun data yang disajikan
berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013).
28
Bab VII
Prioritas Masalah
29
B. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %.
Besar masalah 11,03 %
C. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium), pemeriksaan
bakteriologis.
D. Belum dilakukannya perlindungan sarana air bersih terhadap resiko pencemaran.
No Parameter Masalah
A B C D
1 Besarnya masalah 5 2 5 5
2 Berat ringannya masalah 5 5 3 2
3 Keuntungan social karena terselesainya masalah 4 4 3 3
4 Teknologi yang tersedia 5 3 2 3
5 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan 3 5 2 3
masalah
Jumlah 22 19 15 18
Tabel 7.1: Prioritas masalah
Keterangan derajat masalah :
5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang Penting
1 : Sangat Kurang Penting
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 %. Besar masalah
56,55%
Penyebab masalah ini adalah :
Tenaga
Kurangnya tenaga terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Pedes.
Programmer yang bertugas di bidang kesehatan lingkungan tidak memiliki latar
30
belakang pendidikan ataupun pernah mendapat pelatihan di bidang kesehatan
lingkungan.
Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang, yakni Rp 30.000,00 per RW untuk pengawasan sarana air bersih yang
diberikan 2 kali setahun.
Pengorganisasian
Kurangnya koordinasi antara penanggungjawab dengan koordinator, koordinator
dengan pelaksana program dan kurangnya koordinasi lintas program antara
pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan bidan desa.
Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan
bakteriologi. Peralatan untuk pemeriksaan yang memadai juga belum tersedia.
Pelaksanaan inspeksi yang seharusnya dilakukan 2x setahun hanya dilaksanakan
1x setahun.
Pengawasan dan pelaporan
Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan
bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013) tentang pengawasan air bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pedes. Ditemukan juga, programmer yang bertugas
selama periode 2013 sudah non aktif di puskesmas Pedes sejak Maret 2013.
Programmer yang saat ini bertanggung jawab di bidang kesehatan lingkungan
baru aktif sejak Januari 2014.
Penyelesaian Masalah
Tenaga
Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas. Melatih programmer
agar memiliki kompetensi dasar di bidangnya dan menambah tenaga di bidang
kesehatan lingkungan yang telah memiliki latar belakang pendidikan ataupun
telah mendapat pelatihan di bidang yang sesuai.
Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada
Puskesmas. Merancang rencana anggaran peksanaan secara lebih rinci serta
mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.
31
Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan
koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan
koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain.
Pelaksanaan
1. Masalah dalam pelaksanaan disebabkan oleh keterbatasan dana operasional,
keahlian tenaga pelaksana, serta belum adanya peralatan yang dibutuhkan.
Sehingga perlu penambahan dana, peningkatan pengetahuan dan kemampuan
teanga pelaksana, dan pengadaan teknologi dan perlengkapan yang
mendukung kegiatan inspeksi.
2. Perlu dilakukan pengaturan jadwal pemeriksaan inspeksi agar terlaksana
seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan dan pelaporan
Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.
8.2 Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97% dari target 80%.
Besar masalah 11,03 %
Penyebab masalah ini adalah :
Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air bersih masih rendah
Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air kali irigasi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Terbatasnya sarana air bersih yang ada dimasyarakat
Kondisi geografis yang dekat dengan persawahan dan pantai sehingga air tanah
yang tersedia memiliki kualitas yang kurang baik.
Penyelesaian masalah
Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas kesehatan yang
bekerjasama dengan departemen pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana
perpipaan (PDAM) yang dibiayai oleh Pemerintah.
32
Bab IX
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pedes belum mencapai target, Kabupaten Karawang pada periode Januari
sampai dengan Desember 2013. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah,
yaitu:
33
a. Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 % dengan besarnya masalah
56,55 %
b. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %
dengan besarnya masalah 11,03 %
c. Cakupan pengambilan sampel air tidak dilakukan sedangkan targetnya adalah 80 %.
d. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan tidak
dilakukan sedangkan targetnya adalah 100 %.
e. Tidak adanya perlindungan sarana air bersih terhadap pencemaran.
f. Tidak adanya tenaga yang memiliki kompetensi yang sesuai bidang kesehatan
lingkungan.
g. Tidak adanya pelaporan penggunaan dana dan dana oprasionalnya yang masih kurang.
h. Sarana yang kurang memadai.
i. Tidak adanya koordinasi yang baik antara programmer pengawasan SAB dengan staf
lainnya.
j. Hasil laporan yang disajikan berbeda-beda.
k. Kondisi geografis yang dekat dengan area persawahan dan pantai sehingga
menghasilkan air yang kurang baik.
l. Masih banyaknya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah serta kebiasaan
masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air kali irigasi untuk keperluan
sehari-hari.
9.2 Saran
Meningkatkan koordinasi dengan bagian lain seperti promkes dan bidan desa
Mengikuti pelatihan mengenai inspeksi sarana air bersih dan kualitas air bersih.
34
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan
untuk pengawasan sarana air bersih.
Peningkatan dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.
Daftar Pustaka
1. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan
Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 2005
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi.
Jakarta : Depkes RI, 2004
3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006
4. Rihadi S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan. Maret
2001. Diunduh 20 februari 2014 dari
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/top-1.htm.
5. Staf Ahli MENLH bidang Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Parallel Event : Lokakarya Event :
Lokakarya Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup. Desember 2007. Diunduh
dari http://wwwnew.menlh.go.id, 20 februari 2014.
35
6. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 20 februari 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf
7. Idaman SN, Yudo S. Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia.
Diunduh dari
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf, 20
februari 2014.
36