Anda di halaman 1dari 36

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan individu


maupun kesehatan masyarakat. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang
ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan 45%,
pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal
bila keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.
Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain yaitu sumber daya alam,
keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan biologik, dan lingkungan sosio
kultural.2 Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib
seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan
pengawasan sarana air bersih.3
Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan
“traditional hazard” akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban
keluarga, pemukiman sehat, vektor penyakit, dll. 4,5 Disamping itu, mulai muncul ”modern
hazard” yang berupa pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta
penerapan teknologi pembangunan.4,5 Beban ganda (traditional dan modern hazard) ini
makin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat ini belum dapat diatasi. 3
Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami “transformasi kesehatan” yang ditandai
dengan peningkatan penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, penyakit-penyakit ini cenderung meningkat bila tidak diambil langkah-
langkah antisipatif. (Departemen kesehatan RI,2002).
Angka kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan (Depkes 2010) antara lain
Typhoid sebesar 1,6 % dan Diare sebesar 9,0% dari total jumlah penduduk. 6 Sedangkan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pedes, kejadian Diare sebesar 4,39 %, Gangguan kulit 18,74 %,
dan ISPA 30,52 % pada tahun 2013. Angka kejadian tiphoid pada puskesmas Pedes tidak
tercatat. Tingginya kejadian penyakit berbasis lingkungan, mengindikasikan masih rendahnya

1
cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan, dimana salah satunya adalah
kebutuhan akan air bersih.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, yang digunakan
sebagai air minum atau keperluan rumah tangga dan memenuhi syarat kesehatan. Mengingat
bahwa air dapat menjadi sumber penularan berbagai penyakit, maka tujuan utama penyediaan
air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penularan penyakit melalui air.
Sarana Air Bersih (SAB) dikelola oleh dua departemen utama, yaitu Departemen
Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan.7 Konstruksi dan teknis SAB menjadi tanggung
jawab Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan Departemen Kesehatan meningkatkan
kualitas manusia pemanfaat Sarana Air Bersih.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan penggunaan sumber
air untuk memenuhi keperluan rumah tangga, yaitu : air ledeng/PAM (19,5%), air ledeng
eceran (1,3%), sumur bor/pompa (22,2%), sumur gali terlindung (27,9%), sumur gali tak
terlindung (10,2%), mata air terlindung (8,4%), mata air tak terlindung (3,7%), penampungan
air hujan (1,6%), air sungai/danau/irigasi (4,9%), dan lainnya (0,4%). Dikatakan sarana air
bersih apabila sumber airnya berasal dari air ledeng/PAM, air ledeng eceran, sumur
bor/pompa, sumur gali terlindung, dan mata air terlindung. Dari data tersebut daerah
perkotaan memiliki cakupan Sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar
67,6 %.6
Sedangkan UPTD Puskesmas Pedes tahun 2013, cakupan penggunaan sarana air
bersih yang ada adalah sumur gali sebesar 23,43 %, pompa listrik sebesar 41,24 %, PDAM
5,81%, dan sumur pompa tangan 29,50 %. Dari hasil tersebut, cakupan penggunaan sarana air
bersih oleh masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes sebesar 68,97 % dan
cakupan pengawasan sarana air bersih oleh petugas sanitasi UPTD Puskesmas Pedes sebesar
47,64 %. Hasil tersebut belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Karawang sebesar 80 % untuk penggunaan air bersih dan 80% untuk pengawasan
sarana air bersih, sehingga diperlukan evaluasi mengetahui masalah yang terdapat di dalam
unsur sistem pada program pengawasan sarana air bersih di UPTD Puskesmas Pedes, periode
Januari sampai dengan Desember 2013.

1.2 Rumusan Masalah


2
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
- Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan di Indonesia, Diare
sebesar 9,0 %
- Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih untuk kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat, terutama di pedesaan sebesar 67,6 %.
- Masih tingginya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti gangguan
kulit 18,74%, diare sebesar 4,39 %, dan ISPA sebesar 30,52% di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pedes tahun 2013.
- Masih rendahnya penggunaan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes, 68,97% selama tahun 2013.
- Masih kurangnya pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes, 47,64 % selama tahun 2013.
- Belum tercapainya target penggunaan sarana air bersih (80%) dan pengawasan
sarana air bersih (80%) di UPTD Puskesmas Pedes, kecamatan Pedes, kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui masalah yang terdapat di dalam unsur-unsur sistem pada program
pengawasan sarana air bersih secara menyeluruh agar dapat meningkatkan mutu dan
jangkauan program pengawasan sarana air bersih secara optimal di UPTD Puskesmas
Pedes periode Januari sampai Desember 2013 dengan harapan dapat menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian akibat faktor resiko kurangnya sarana air bersih.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai
dengan Desember 2013.
2. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember
2013.

3
3. Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
4. Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
5. Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang
rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan
Desember 2013.

6. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai program pengawasan


sarana air bersih di UPTD Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang periode
Januari sampai dengan Desember 2013.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program
dengan pendekatan sistem.
b. Menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pengawassan sarana air bersih di Puskesmas dalam lingkup wilayah kerjanya.
c. Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi


a. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi
b. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
c. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana ( UKRIDA ) sebagai universitas
yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi


Dengan adanya masukan berupa hasil evaluasi dan saran sederhana yang
diusulkan, diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi UPTD Puskesmas
4
Pedes, Karawang dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program Pengawasan
sarana air bersih, sehingga mutu dari pada pelayanan Puskesmas ini menjadi lebih
baik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.4.4 Bagi Masyarakat


 Masyarakat mendapatkan air bersih yang layak untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
 Dengan tercapainya program diharapkan angka kejadian penyakit berbasis
lingkungan menurun, sehingga diharapkan terjadi peningkatan taraf kesehatan
masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes.

1.5 Sasaran
Seluruh sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari
2013 sampai dengan Desember 2013.

Bab II

Materi dan Metode

2.1 Materi
5
Materi yang dievaluasi terdiri dari hasil laporan kegiatan bulanan Puskesmas
mengenai program Pengawasan Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 yang terdiri dari :

1. Pendataan jumlah sarana air bersih yang ada.


2. Pendataan jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.
3. Hasil inspeksi sarana air bersih keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pedes.
4. Cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih.
5. Pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan.
6. Pemeriksaan sarana air bersih yang mempunyai tingkat risiko pencemaran yang
rendah.
7. Pencatatan dan Pelaporan

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dikumpulkan
untuk dievaluasi kemudian diolah, dianalisis dengan pendekatan sistem dan
diinterpretasikan sehingga ditemukan permasalahannya. Dari permasalahan yang
ditemukan tersebut kemudian diberi masukan dan saran agar permasalahan pada program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 dapat terselesaikan, sehingga
diharapkan dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air bersih kelak dapat dicapai
hasil sesuai target yang diharapkan.

Bab III

Kerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis

6
4
Lingkungan

1 2 3 6

Masukan Proses Keluaran Dampak

5
Umpan balik

Gambar 3. 1. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan pada waktu
menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan
(machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
sistem.
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola sistem tapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan
yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2. Variabel dan tolok Ukur

7
Merupakan nilai acuan / standart yang telah ditetapkan yang digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang meliputi masukan, proses,
keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada Program Pengawasan Sarana Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup sehari- hari. Air
yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah
tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit
dan tidak mengandung bahan beracun. Air minum memnuhi syarat kesehatan sangat
penting dalam mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.
Jenis- jenis sarana air bersih meliputi Sumur Gali (SGL), Sumur Pompa Tangan
(SPT), Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH),
Perlindungan Mata Air (PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Bab IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari :

8
 Laporan bulanan dan tahunan Program Penyehatan Sarana Air Bersih
Puskesmas Pedes periode Januari - Desember 2013.
 Laporan tahunan Pembangunan kesehatan Puskesmas Pedes tahun 2013.
 Profil kesehatan Puskesmas Pedes tahun 2013.

4.2. Data Umum

4.2.1 Data Wilayah Geografi


1) Lokasi Puskesmas
 Secara geografis Kabupaten Karawang terletak antara 107002 – 107040 BT dan
5056 – 6034 LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah, mempunyai
variasi kemiringan wilayah antara 0 – 5 meter diatas permukaan laut dengan
kemiringan wilayah 0 – 2 %, 22 – 15 % dan diatas 40 % dengan suhu rata-rata
27 0C. Puskesmas Pedes terletak di sebelah utara Kabupaten Karawang,
dimana Puskesmas Pedes termasuk salah satu kecamatan dari 30 kecamatan
yang ada di Kabupaten Karawang.
 Puskesmas Pedes terletak di Jalan Raya Pedes, Desa Payungsari, Kecamatan
Pedes, Kabupaten Karawang Utara, Jawa Barat.
 Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Sungai Buntu
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kutamukti
Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Cibuaya
Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Cilebar

9
Gambar 2.1.1. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah Kerja

2) Luas wilayah kerja


Luas wilayah kerja Puskesmas Pedes 5.115 Ha.
3) Wilayah Administrasi
Secara Administrasi wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes terdiri dari 8 desa
yaitu:
i. Desa Payungsari : 7 posyandu
ii. Desa Labanjaya : 5 posyandu
iii. Desa Rangdumulya : 4 posyandu
iv. Desa Karangjaya : 6 posyandu
v. Desa Malangsari : 5 posyandu
vi. Desa Kertamulya : 8 posyandu
vii. Desa Kertaraharja : 7 posyandu
viii. Desa Jatimulya : 7 posyandu

4.2.2 Data Demografis: (Lampiran III)

1) Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Pedes pada periode
Januari 2013 sampai dengan Desember 2013 adalah 60.240 jiwa, dengan distribusi:
 Jumlah penduduk laki-laki : 31.051 jiwa
 Jumlah penduduk perempuan : 29.189 jiwa

10
Grafik 1. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

Laki - laki Perempuan

Piramida Penduduk Kecamatan Pedes Tahun 2013


2) Mata Pencaharian terbanyak adalah sebagai petani yaitu sebesar 55%.

Grafik 2. Pekerjaan
55%

15% 14%
10%
4%
2%

Petani Pedagang Buruh/swasta Nelayan PNS/ TNI/ Polri Lain-lain

3) Mayoritas penduduk dengan pendidikan SD 78 %.

11
Grafik 3. Pendidikan
78%

13%
6% 3%

SD SMP SLTA Diploma/PT

4) Tingkat kepercayaan/agama terbanyak adalah islam 99,9 %.


Sumber data : Data Demografi Puskesmas Pedes 2013

4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan


Jenis Fasilitas Kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes
antara lain: 1 Puskesmas, 1 Puskesmas Pembantu, 8 Puskesmas Keliling, 38
Posyandu, 1 Pos UKK, 2 Posbindu, dan 1 Poned.

4.3 Data Khusus


Data di UPTD Puskesmas Pedes pada pelaksanaan program pengawasan sarana air
bersih sebagai berikut :

4.3.1 Masukan
A. Tenaga (Man)

 Petugas Kesehatan Lingkungan (Sanitarian) : 1 Orang merangkap sebagai


koordinator program dan pelaksana program.

B. Dana (Money)

Sumber pembiayaan kesehatan di UPTD Puskesmas Pedes bersumber dari :


1. BOK : belum cukup
2. APBD2 Kabupaten : belum cukup

C. Sarana (Material)
 Medis
12
- Sanitarian kit : Tidak ada
 Non medis
- Infocus : Ada. 1 buah
- Layar : Ada
- Leaflet : Ada
- Lembar balik : Ada
- Poster : Ada
- Checklist pemeriksaan SAB : Tidak ada
- Formulir pengiriman sampel : Tidak ada (baru tersedia 2014)
- Botol steril, tas/kotak pengepakan botol : Ada
- Alat tulis : cukup
- Buku pedoman Kesling : Ada
- Sarana transportasi : cukup

D. Metode (Method)
 Pendataan jumlah dan sarana air bersih
Data diambil dari data dasar pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pedes tahun 2013, diperoleh :
- Jumlah sarana air = 8.313 buah yang terdiri dari SGL 1.948 buah, Pompa Listrik
3.429 buah, SPT 2.453 buah, dan PDAM 483.
 Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.
Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 x setahun, untuk pemeriksaan kualitas air
bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh, tidak
berasa, dan sejuk. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi
sanitasi air bersih (Lampiran 4).
 Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang
disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, untuk sumur gali sampel diambil
dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air (sebaiknya pagi hari), dan untuk
PMA sampel diambil dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air dan untuk
Pompa Listrik air diambil dari kran tempat keluarnya air setelah dibuang selama lebih
kurang 5 menit. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter,
untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk
pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dan bisa disterilkan
dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim

13
ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di lampiran
SOP pengambilan sampel.
 Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan
Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan standar
kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416
tahun 1990.
 Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.

Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi), S (sedang),
R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.

 Pencatatan dan Pelaporan

- Pencatatan

Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format


pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang diperlukan)
seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau tabel
yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).

- Pelaporan

Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan diberikan secara
periodik (bulanan, triwulan dan tahunan).

4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan, ada perencanaan tertulis mengenai:

1. Pendataan jumlah sarana air bersih

Terdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.

2. Pemeriksaan sarana air bersih

Pemeriksaan dilakukan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.
Pada sarana air bersih dengan tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2

14
minggu selama 1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang dilakukan
pemeriksaan sebulan sekali selama satu tahun.

3. Pengambilan sampel air

Terdapat pengambilan sampel air sesuai dengan jenis sarana air bersih, hal pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel.
Kemudian, menentukan titik pengambilan sampel.

4. Pemeriksaan bakteriologis

Terdapat pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air yang dilakukan di


laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis
sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum
sesuai dengan Permenkes no 492 tahun 2010.

5. Pemeriksaan risiko pencemaran

Terdapat pemeriksaan sarana air bersih terhadap kemungkinan adanya pencemaran.

6. Pencatatan dan pelaporan :

 Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada
pukul 08.00-10.00 WIB).

 Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.2 Pengorganisasian

Dibuat struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggung jawab program,


melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian
programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana program.

15
Bagan Struktur Organisasi

Kepala Puskesmas

Bp. H. Warno Sumarno, SKM,


MMKes.

Staff Promkes
Penanggung jawab dan Pelaksana Program Kesling

Ahmad Deroji

Ketua RT/RW

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program Kesehatan Lingkungan (Pengawasan Air Bersih) UPTD
Puskesmas Pedes, Kabupaten Karawang.

4.3.2.3 Pelaksanaan

1. Pendataan jumlah sarana air bersih

Dilakukan pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah
pengguna.

2. Pemeriksaan sarana air bersih

Dilakukan pemeriksaan 2 kali setahun terhadap sarana air bersih yang ada oleh
petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 – 10.00 WIB.

3. Pengambilan sampel air

Tidak dilakukan pengambilan sampel air.

4. Pemeriksaan bakteriologis

16
Tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.

5. Pemeriksaan risiko pencemaran

Dilakukan pemeriksaan fisik terhadap adanya risiko pencemaran sesuai dengan


formulir inspeksi sanitasi.

6. Pencatatan dan pelaporan :

- Pencatatan: Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul
08.00-10.00 WIB).

- Pelaporan: Dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.4 Pengawasan

Adanya pencatatan yang sistemik secara berkala tentang kegiatan pengawasan


kualitas sarana dan air bersih setiap satu bulan dan satu tahun. Kemudian dilaporkan ke
tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan jika terjadi kejadian luar biasa yang timbul
akibat penurunan kualitas air.

4.3.3 Keluaran

Tabel 4.1 Jumlah SAB yang diperiksa dan Jumlah Pemakai SAB di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pedes Periode Januari 2013 – Desember 2013.

1.
N Jenis SAB Yang Memenuhi Jumlah
O Diperiksa Syarat Pemakai
1 SGL 1.948 1.169 9.740
2 Pompa Listrik 3.429 2.057 17.125
3 PDAM 483 483 2.424
4 SPT 2.453 1.505 12.259
Total 8.313 5.214 41.548

2. Cakupan air bersih

17
Jumlah penduduk dilokasi yang
Menggunakan Air dari sarana air bersih
--------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah penduduk di lokasi

41.548
Cakupan : ---------------------- X 100 % = 68,97 %
60.240

Target : 80 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)

3. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB)


Jumlah SAB yang diinspeksi
---------------------------------- x 100%
Jumlah SAB yang ada

1.949
Cakupan : ------------------ X 100 % = 23,45 %
8.313

Target : 80 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)

4. Cakupan pengambilan sampel air


Jumlah SAB yang diambil Sampelnya
---------------------------------------------- x 100%
Jumlah SAB yang ada

Cakupan : tidak dilakukan

Target : 80 %

18
5. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat
kesehatan

Jumlah sampel air SAB yang memenuhi


syarat bakteriologis
---------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis

Cakupan : tidak dilakukan

Target kualitas air bersih bebas bakteri patogen 100 %

6. Cakupan Perlindungan SAB yang mempunyai risiko pencemaran air yang


rendah
Jumlah SAB yang mempunyai risiko dan
pencemaran tinggi & amat tinggi.
-------------------------------------------- x 100%
Jumlah SAB sejenis yang diinspeksi

Cakupan : Tidak dilakukan

Target : 95 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kab. Karawang)

7. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap)

 Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut cakupan air bersih, hasil
inspeksi sarana air bersih dan laporan perlindungan sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran air yang rendah.

 Tidak ada data mengenai pengambilan sampel air.

 Tidak ada data mengenai jumlah sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.

4.3.4 Lingkungan
1. Fisik
19
 Lokasi :
Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada
(sepeda motor pribadi) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor.

 Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Rata-rata jalan sudah diaspal,
sehingga jika musim hujan tidak becek/licin.

 Kondisi Geografis :
Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air bersih.
Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang
dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh dan berasa asin, disebabkan karena
lokasinya yang dekat dengan persawahan dan pantai.

2. Non fisik
 Keadaan sosial ekonomi masyarakat. Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah penduduk merupakan masyarakat
miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air
bersih yang memadai.
 Tingkat pendidikan. Karena sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD,
pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.
 Perilaku masyarakat. Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai dan
air saluran irigasi untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar,
dan tempat pembungan limbah keluarga. Tidak terdapat data penggunaan air
sungai sebagai sumber air minum.

4.3.5 Umpan Balik


1. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.
2. Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang
ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program
pengawasan sarana air bersih selanjutnya.

4.3.6 Dampak

20
1. Dampak langsung seperti menurunnya angka penyakit berbasis
lingkungan, seperti, Penyakit kulit dan Diare, belum dapat dinilai.

2. Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan


pengawasan air bersih tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat
kesehatan masyarakat belum dapat dinilai.

Bab V
Pembahasan

NO Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1 Keluaran :
- Cakupan Jumlah Target total provinsi Jawa barat

penduduk yang 80 % 68,97 % (+)


menggunakan air
dari sarana air
bersih
- Hasil inspeksi
sarana air bersih 80 % 23,45 % (+)
(SAB)
- Cakupan
pengambilan 80 % Tidak dilakukan (+)
sampel air
- Cakupan SAB
dengan kualitas 100 % Tidak dilakukan (+)
bakteriologis
yang memenuhi
syarat kesehatan
- Perlindungan
SAB dari risiko 95 % Tidak dilakukan (+)
pencemaran
2 Masukan :
- Tenaga (Man) Tersedianya minimal 2 1 orang tenaga yang (+)
orang sebagai koordinator merangkap sebagai

21
dan pelaksana program koordinator dan
pengawasan sarana air pelaksana pengawasan
bersih yang terampil di sarana air bersih yang
bidangnya. terampil di bidangnya.

- Dana (Money) Tersedianya dana yang Tidak ada laporan (+)


cukup berasal dari APBD penggunaan, kurangnya
dan APBN untuk petugas, dana operasional
sebesar Rp 30.000,00 tiap kegiatan.
RW.
⁻ Sarana - Formulir inspeksi  Medis (+)
(Material) sanitasi air bersih - Sanitarian kit :
- Botol steril, tas/kotak Tidak ada
pengepakan botol  Non medis (-)
- Formulir pengiriman (+)
- Infocus :
sampel Ada. 1 buah
- Formulir hasil (-)
- Layar :
pemeriksaan sample Tidak ada (-)
- Alat tulis, sarana (-)
- Leaflet :
transportasi Ada

- Lembar balik : (+)


Ada

- Poster : (+)
Ada

- Checklist (-)
pemeriksaan SAB :
Tidak ada
(-)
- Formulir pengiriman
(-)
sampel :
Tidak ada

- Botol steril, tas/kotak (-)


pengepakan botol :
Ada

- Metode 1. Dilakukan pendataan - Alat tulis : (+)

22
(Method) SAB cukup
2. Dilakukan pemeriksaan - Buku pedoman (+)
SAB Kesling :
Ada
3. Dilakukan pengambilan
sampel air - Sarana transportasi:
cukup
4. Dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air
5. Dilakukan pemeriksaan  Pendataan jumlah dan

risiko pencemaran air jenis SAB (+)


 Metode pemeriksaan
kualitas air bersih
dilakukan berdasarkan
kriteria fisik saja,
tidak berbau, tidak
berwarna, tidak keruh,
tidak berasa dan
sejuk.
 Tidak dilakukan
pengambilan sampel,
pemeriksaan
bakteriologis.
3. Proses
⁻ Pengorganisasi Dibentuk struktur Bentuk Struktur (+)
an organisasi, kepala Organisasi
puskesmas sebagai Ka Puskesmas
penanggung jawab program, (Bp. H. Warno Sumarno,
melimpahkan kekuasaan SKM, MM.Kes)
kepada Koordinator
program (programmer),
kemudian melakukan Koordinator Kesehatan
koordinasi dengan Lingkungan
pelaksana program. (Ahmad Deroji)

Staf Pusling, Bidan


23
Desa
- struktur organisasi
sudah jelas, namun
koordinasi belum
maksimal.

- Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan Tidak dilakukan (+)


metode yang telah pengambilan sampel,
ditetapkan, dilaksanakan pemeriksaan
secara berkala : bakteriologi.
pengumpulan data 1 x Pengawasan sarana air
setahun dan pengawasan bersih dijadwalkan hanya
kualitas air bersih 2 x 1x setahun dan hanya
setahun. Dilakukan dilakukan di tempat yang
pengambilan sampel sesuai dekat dengan puskemas.
dengan jenis sarana air
bersih, kemudian dilakukan
pemeriksaan laboratorium
untuk menilai kandungan
bakteriologi/kimia dan serta
dilakukan pemeriksaan
risiko pencemaran air.

- Pengawasan Adanya pencatatan tiap Tidak dilakukan (+)


bulan/tahunan dan pencatatan hasil
pelaporan secara berkala pengawasan sarana air
tentang kegiatan bersih.
pengawasan kualitas air ke Pencatatan tiap bulan dan
tingkat Kabupaten minimal tiap tahun dan laporan
3 bulan sekali dan apabila hasil pemeriksaan ke
terjadi kejadian luar biasa dinas kesehatan tiap 3
karena penurunan kualitas bulan sekali sudah
air. dilakukan, namun data

24
yang disajikan berbeda-
beda dengan hasil
laporan bulanan, 3
bulanan dan tahunan
(2013)

4. Lingkungan
- Fisik 1. Kondisi geografis dapat 1. Berdasarkan (+)
mempengaruhi kualitas keterangan petugas:
air pada penggalian/
pengeboran air yang
dihasilkan berwarna
kecoklatan atau keruh,
berasa asin
disebabkan karena
lokasinya yang dekat
dengan persawahan
dan pantai.
- Non-Fisik a. Keadaan sosial a. Sebagian besar (+)
ekonomi masyarakat penduduk bermata
dapat mempengaruhi pencaharian petani
keberhasilan program dan 1/3 dari total
b. Tingkat pendidikan jumlah penduduk
dapat mem-pengaruhi merupakan
keberhasilan program. masyarakat miskin,
c. Perilaku masyarakat hal tersebut dapat
dalam menggunakan mempengaruhi akses
air bersih dapat untuk mendapatkan
mempengaruhi sarana air bersih yang
keberhasilan program. memadai.

25
b. Karena sebagian besar (+)
penduduk merupakan
tamatan SD,
pengetahuan tentang
kualitas air dan sarana
air bersih masih
kurang.
c. Sebagian masyarakat (+)
masih menggunakan
air sungai dan air kali
irigasi untuk
keperluan mandi,
mencuci, tempat
buang air besar, dan
tempat pembungan
limbah keluarga.
Tidak ada data
penggunaan air sungai
sebagai sumber air
minum.

Keterangan : Tabel Lengkap di Lampiran

26
Bab VI
Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pengawasan Air bersih di UPTD
Puskesmas Pedes Periode Januari sampai dengan Desember 2013, adalah :

a. Masalah pada Keluaran


- Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari masih rendah, yakni 68,97 % dari target 80 %.
Besar masalah = (80 % - 68,97 %) x 100 %
80 %
= 11,03 %
- Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 51,32 % dari target 80 %.
Besar masalah = (80 % - 23,45 %) x 100 %
80 %
= 56,55 %
⁻ Belum dilakukannya perlindungan SAB dari risiko pencemaran air
⁻ Belum dilakukannya pengambilan sampel air terhadap sarana air bersih yang
diinspeksi.
⁻ Belum dilakukannya pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.
b. Masalah pada Input
- Tenaga ( Man )
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana
program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam
pemeriksaan terhadap 8.313 Sarana Air Bersih yang tersebar di 8 desa, dengan
area kerja seluas 5,115 Ha.
- Dana ( Money )
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang, yakni Rp 30.000,00 per RW untuk pengawasan sarana air bersih yang
diberikan 2 kali setahun.
⁻ Sarana (Material)

27
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program pengawasan
sarana air bersih, seperti tidak adanya sanitarian kit, checklist pemeriksaan SAB,
formulir pengiriman sampel, tas/kotak pengepakan botol untuk pemeriksaan
kualitas air.
- Metode
Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis.
c. Masalah pada proses
- Pengorganisasian
Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program
(programmer) sudah ada, namun kurang koordinasi. Kurangnya koordinasi lintas
program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes,
pusling dan bidan desa.
- Pelaksanaan
Dilakukan pengumpulan data 1 x setahun tetapi pengawasan kualitas air hanya
dilakukan 1x setahun dan hanya dilakukan di lokasi yang dekat dengan puskesmas
saja. Tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi dan tingkat
risiko pencemaran air.
- Pengawasan dan pelaporan
Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas
kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan, namun data yang disajikan
berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013).

d. Masalah pada Lingkungan


- Fisik
 Kondisi geografis
Berdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang
dihasilkan berwarna kecoklatan atau keruh dan berasa asin, disebabkan karena
lokasinya yang dekat dengan persawahan dan pantai
⁻ Non-Fisik
 Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 1/3 dari total jumlah
penduduk merupakan masyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi
akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai
 Karena sebagian besar penduduk merupakan tamatan SD, pengetahuan tentang
kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.
 Sebagian masyarakat masih menggunakan air sungai dan air kali irigasi untuk
keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan
limbah keluarga. Tidak terdapat data penggunaan air sungai sebagai sumber air
minum.

28
Bab VII
Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran


A. Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 %. Besar masalah 56,55 %

29
B. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %.
Besar masalah 11,03 %
C. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium), pemeriksaan
bakteriologis.
D. Belum dilakukannya perlindungan sarana air bersih terhadap resiko pencemaran.

No Parameter Masalah
A B C D
1 Besarnya masalah 5 2 5 5
2 Berat ringannya masalah 5 5 3 2
3 Keuntungan social karena terselesainya masalah 4 4 3 3
4 Teknologi yang tersedia 5 3 2 3
5 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan 3 5 2 3
masalah
Jumlah 22 19 15 18
Tabel 7.1: Prioritas masalah
Keterangan derajat masalah :
5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang Penting
1 : Sangat Kurang Penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah :


A. Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 %. Besar masalah 56,55 %
B. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %.
Besar masalah 11,03 %

Bab VIII

Penyelesaian Masalah

8.1 Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 %. Besar masalah
56,55%
Penyebab masalah ini adalah :
 Tenaga
Kurangnya tenaga terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Pedes.
Programmer yang bertugas di bidang kesehatan lingkungan tidak memiliki latar

30
belakang pendidikan ataupun pernah mendapat pelatihan di bidang kesehatan
lingkungan.
 Dana
Tidak ada laporan penggunaan dana yang diterima, dana operasionalnya masih
kurang, yakni Rp 30.000,00 per RW untuk pengawasan sarana air bersih yang
diberikan 2 kali setahun.
 Pengorganisasian
Kurangnya koordinasi antara penanggungjawab dengan koordinator, koordinator
dengan pelaksana program dan kurangnya koordinasi lintas program antara
pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan bidan desa.
 Pelaksanaan
Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium) dan pemeriksaan
bakteriologi. Peralatan untuk pemeriksaan yang memadai juga belum tersedia.
Pelaksanaan inspeksi yang seharusnya dilakukan 2x setahun hanya dilaksanakan
1x setahun.
 Pengawasan dan pelaporan
Data yang dilaporkan dari hasil pencatatan berbeda-beda dengan hasil laporan
bulanan, 3 bulanan dan tahunan (2013) tentang pengawasan air bersih di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pedes. Ditemukan juga, programmer yang bertugas
selama periode 2013 sudah non aktif di puskesmas Pedes sejak Maret 2013.
Programmer yang saat ini bertanggung jawab di bidang kesehatan lingkungan
baru aktif sejak Januari 2014.

Penyelesaian Masalah
 Tenaga
Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas. Melatih programmer
agar memiliki kompetensi dasar di bidangnya dan menambah tenaga di bidang
kesehatan lingkungan yang telah memiliki latar belakang pendidikan ataupun
telah mendapat pelatihan di bidang yang sesuai.
 Dana
Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada
Puskesmas. Merancang rencana anggaran peksanaan secara lebih rinci serta
mencari sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas.

31
 Pengorganisasian
Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala Puskesmas) dengan
koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan
koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain.

 Pelaksanaan
1. Masalah dalam pelaksanaan disebabkan oleh keterbatasan dana operasional,
keahlian tenaga pelaksana, serta belum adanya peralatan yang dibutuhkan.
Sehingga perlu penambahan dana, peningkatan pengetahuan dan kemampuan
teanga pelaksana, dan pengadaan teknologi dan perlengkapan yang
mendukung kegiatan inspeksi.
2. Perlu dilakukan pengaturan jadwal pemeriksaan inspeksi agar terlaksana
seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Pengawasan dan pelaporan
Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan data.

8.2 Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97% dari target 80%.
Besar masalah 11,03 %
Penyebab masalah ini adalah :
 Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air bersih masih rendah
 Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air kali irigasi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Terbatasnya sarana air bersih yang ada dimasyarakat
 Kondisi geografis yang dekat dengan persawahan dan pantai sehingga air tanah
yang tersedia memiliki kualitas yang kurang baik.
Penyelesaian masalah
 Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari.
 Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas kesehatan yang
bekerjasama dengan departemen pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana
perpipaan (PDAM) yang dibiayai oleh Pemerintah.

32
Bab IX

Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pedes belum mencapai target, Kabupaten Karawang pada periode Januari
sampai dengan Desember 2013. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi masalah,
yaitu:

33
a. Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 % dengan besarnya masalah
56,55 %
b. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %
dengan besarnya masalah 11,03 %
c. Cakupan pengambilan sampel air tidak dilakukan sedangkan targetnya adalah 80 %.
d. Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan tidak
dilakukan sedangkan targetnya adalah 100 %.
e. Tidak adanya perlindungan sarana air bersih terhadap pencemaran.
f. Tidak adanya tenaga yang memiliki kompetensi yang sesuai bidang kesehatan
lingkungan.
g. Tidak adanya pelaporan penggunaan dana dan dana oprasionalnya yang masih kurang.
h. Sarana yang kurang memadai.
i. Tidak adanya koordinasi yang baik antara programmer pengawasan SAB dengan staf
lainnya.
j. Hasil laporan yang disajikan berbeda-beda.
k. Kondisi geografis yang dekat dengan area persawahan dan pantai sehingga
menghasilkan air yang kurang baik.
l. Masih banyaknya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah serta kebiasaan
masyarakat yang masih menggunakan air sungai dan air kali irigasi untuk keperluan
sehari-hari.

Dengan prioritas masalah :

a. Cakupan inspeksi sarana air bersih 23,45 % dari target 80 %


b. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih 68,97 % dari target 80 %

9.2 Saran

9.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas

 Memantau (supervise) kegiatan pengawasan sarana air bersih.


 Menggalakkan promkes untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada
masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih.

9.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih

 Meningkatkan koordinasi dengan bagian lain seperti promkes dan bidan desa
 Mengikuti pelatihan mengenai inspeksi sarana air bersih dan kualitas air bersih.

34
 Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan
untuk pengawasan sarana air bersih.
 Peningkatan dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan.

9.2.3 Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

 Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat


berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana.
 Memfasilitasi pelatihan terhadap tenaga kesehatan guna menambah tenaga
pelaksana program.
 Melakukan tinjauan langsung untuk melihat perkembangan mengenai pelaksaan
program kesehatan lingkungan di setiap puskesmas yang ada.

Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program
pengawasan sarana air bersih pada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai
tingkat keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

Daftar Pustaka

1. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan
Sebagai Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 2005
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program Air Bersih dan Sanitasi.
Jakarta : Depkes RI, 2004
3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006
4. Rihadi S. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan. Maret
2001. Diunduh 20 februari 2014 dari
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/top-1.htm.
5. Staf Ahli MENLH bidang Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Parallel Event : Lokakarya Event :
Lokakarya Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup. Desember 2007. Diunduh
dari http://wwwnew.menlh.go.id, 20 februari 2014.

35
6. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 20 februari 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf

7. Idaman SN, Yudo S. Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia.
Diunduh dari
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf, 20
februari 2014.

36

Anda mungkin juga menyukai