Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan anak

secara tidak langsung. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan volume

darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang.

Akibat selanjutnya yaitu ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient

melalui plasenta berkurang, sehingga janin tumbuh lambat atau terganggu

(IUGR atau Intra uterine Growth retardatation), lahir prematur, Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), berkurangnya berat otak, sel otak sehingga

setelah lahirakan menjadi inteligensia (IQ) dibawah rata-rata (Kusmiyati,

2008). Mandriwati (2008) menyatakan bahwa, salah satu cara mendeteksi

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sewaktu masih dalam kandungan yaitu

melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil. LILA di ukur

pada lengan yang tidak aktif dari bahu ke siku (acromion ke olecranon).

Batasan ukuran LILA normal di Indonesia adalah 23,5 cm. Bila ditemukan

pengukuran kurang dari 23,5 cm berarti ibu hamil tersebut Kekurangan

Energi Kronik (KEK) dan termasuk golongan ibu hamil dengan faktor

risiko. Hal ini sangat memungkinkan pertumbuhan janin yang dikandungnya

terganggu, sehingga bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah atau

BBLR. (Meilani, dkk, 2009)

1
2

Ibu hamil dengan KEK mempunyai resiko, diantaranya adalah bayi

lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR

mempunyai peluang meninggal 10 – 20 kali lebih besar dari pada bayi yang

lahir dengan berat lahir cukup oleh karena itu, perlu adanya deteksi dini

dalam kehamilan yang dapat mencerminkan pertumbuhan janin melalui

penilaian status gizi ibu hamil (Chairunita, Hardiansyah, Dwiriani, 2006).

BBLR merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena

mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi pada bayi seperti : aspirasi

mekonium yang sering diikuti pneumotorak, kadar hemoglobin yang tinggi,

dan hipoglikemia. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada BBLR adalah

asfeksia, perdarahan paru yang massif, hipotermia, cacat bawaan akibat

kelainan kromosom, cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine, dan

sebagainya. Bayi dengan BBLR mempunyai dampak psikologis dan

neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan

keluarganya, bayi yang sering mengalami keterlambatan pertumbuhan,

gangguan bicara dan tingkat kecerdasan yang rendah. (Wiknjosastro, 2005).

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Bayi

(AKB) pada tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Meningkatnya jumlah AKB salah satunya yaitu BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah). Hasil Riskesdas Jawa Barat tahun 2013 menyatakan bahwa

persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 11% . Hal ini

menandakan bahwa kejadian BBLR masih merupakan masalah yang masih

harus di perhatikan.
3

Upaya dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir,

pemerintah merencanakan Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi

pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010 yakni “

Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlansung aman serta bayi yang

dilahirkan sehat ” strategi Making Pregnancy Safer (MPS) mendukung

target Millenium.

Angka bayi baru lahir dengan berat badan rendah di Puskesmas

Sukahaji, yaitu 14 kasus (2014). Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan

penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka

untuk mengkaji mengenai hubungan KEK pada Ibu hamil dengan kejadian

BBLR.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada Hubungan

KEK Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR di UPTD Puskesmas

Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2016?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Hubungan KEK pada ibu hamil dengan

kejadian BBLR di UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten

Majalengka Tahun 2016.


4

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui kejadian KEK pada Ibu hamil di UPTD Puskesmas

Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

b. Diketahui kejadian BBLR di UPTD Puskesmas Sukahaji

Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

c. Diketahui Hubungan KEK Pada Ibu hamil BBLR di UPTD

Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Memperoleh wawasan pengetahuan atau keterampilan dalam

menerapkan manajemen asuhan kebidanan khususnya pada

Hubungan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil

dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sehingga

penulis dapat ikut berperan aktif melakukan upaya-upaya

pencegahan maupun penanggulangan masalah tersebut.

b. Bagi Prodi DIV Kebidanan Poltekes BPH

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan melaksanakan penelitian. Selain itu juga dapat

dijadikan sebagai bahan referensi di perpustakaan agar dapat

memudahkan mahasiswa pada khususnya untuk mencari

pengetahuan khususnya tentang Hubungan KEK Pada Ibu Hamil

dengan Kejadian BBLR.


5

c. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga

diharapkan ibu hamil dan masyarakat dapat mengetahui tentang

masalah Hubungan KEK Pada Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Bidan

Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan khususnya untuk

pencegahan kasus Hubungan KEK Pada Ibu Hamil dengan

Kejadian BBLR.

Anda mungkin juga menyukai