Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UNSUR TEMBAGA (Cu)

DISUSUN OLEH:

RAMLAWATI (H031 17 1014)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 06 November 2018

Ramlawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Tembaga ....................................................................... 3
2.2 Sumber Tembaga ................................................................................ 3
2.3 Kelimpahan Tembaga ......................................................................... 3
2.4 Isolasi Tembaga .................................................................................. 4
2.5 Bentuk Tembaga ................................................................................ 5
2.6 Sifat Tembaga .................................................................................... 5
2.7 Senyawa Tembaga .............................................................................. 7
2.8 Manfaat Tembaga ............................................................................... 8
2.9 Bahaya Tembaga ................................................................................ 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam berat sesuai dengan fungsinya dibedakan menjadi logam esensial
(essential metal) dan non esensial (non-essential metal). Logam esensial
merupakan logam yang sangat dibutuhkan keberadaannya dan diperlukan oleh
organisme air dalam jumlah kecil, untuk memacu aktivitas enzim selama proses
metabolisme tubuh. Jenis logam esensial antara lain: Cu, Fe, Zn, Mn, Mo, Se, dan
Sn. Namun demikian, semua logam esensial tersebut mempunyai kecenderungan
untuk menjadi racun selama keberadaannya dalam tubuh organisme telah
melampaui ambang batas toleransi yang diperlukan (Yulianto dkk., 2006).
Logam Cu sering dipergunakan sebagai desinfektan dalam masa persiapan
lahan budidaya dalam bentuk CuSO4. Senyawa CuSO4 selanjutnya akan
mengalami akumulasi pada media dasar. Karena adanya sinar matahari yang
masuk ke dalam perairan akan berakibat pada naiknya suhu kolom air yang akan
mengaktifkan kembali logam Cu yang bersifat toksik sehingga organisme
budidaya mengalami gangguan pertumbuhan atau perkembangannya bahkan akan
mengakibatkan kematian bila keberadaannya berlebihan (Yulianto dkk., 2006).
Mengingat sifat logam Cu yang sangat berbahaya pada keadaan yang
berlebihan, maka diperlukan suatu cara untuk mengurangi jumlah logam tersebut
dalam perairan budidaya dengan orientasi menekan biaya produksi yang sekecil
mungkin. Salah satu cara dapat dengan menggunakan biofilter, yaitu seuatu
metode yang dilakukan dengan memanfaatkan organisme hidup yang bertujuan
untuk mengurangi suatu pencemaran dalam lingkungan perairan budidaya yang
mengandung bahan limbah beracun (Yulianto dkk., 2006).
Tembaga telah menjadi salah satu logam yang menjadi bagian dari
kehidupan kita sehari-hari. Sebagai mahasiswa kimia, harus mengetahui tentang
unsur tembaga, baik dari segi sifat kimia dan fisika, kelimpahan, sumber,
karakteristik, isolasi, maupun bentuknya. Oleh karena itu, makalah ini dibuat
sebagai salah satu tugas matakuliah kimia unsur, selain itu untuk menambah
wawasan mengenai mineral tembaga secara umum.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik tembaga?
2. Bagaimana sumber tembaga?
3. Bagaimana kelimpahan tembaga?
4. Bagaimana cara untuk mengisolasi tembaga?
5. Bagaimana bentuk tembaga?
6. Bagaimana sifat-sifat tembaga?
7. Bagaimana senyawa tembaga?
8. Bagaimana manfaat tembaga?
9. Bagaimana bahaya tembaga?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Melengkapi Tugas Matakuliah Kimia Unsur.
2. Sebagai pembelajaran dan penambahan informasi mengenai tembaga secara
mendalam.
3. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan tembaga, dimulai dari sifat
kimia dan fisika, kelimpahan, sumber, karakteristik, isolasi, maupun
bentuknya.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan penulisan makalah diharapkan
dapat memantapkan pemahaman mengenai tembaga.
2. Manfaat Akademis
Bagi sivitas akademika Universitas Hasanuddin, makalah ini diharapkan
dapat menjadi dokumen yang berguna untuk dijadikan acuan pembelajaran bagi
mahasiswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Tembaga


Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546,
titik lebur 1083 °C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari ion
Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan IB) yang berwarna
kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi
makhluk hidup. Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu
tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terserap maupun pada
fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva
berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas
atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar
dalam penentuan kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan
adsorben (Kundari dkk,2008).

2.2 Sumber Tembaga


Tembaga adalah salah satu unsur logam yang melimpah jumlah di bumi
dan dapat ditemukan diberbagai tempat. Tembaga ditemukan sebagai logamnya
langsung, dalam tembaga oksida seperti kuprit (Cu2O) dan tembaga sulfida seperti
kalkosit (CuS2). Tembaga juga ditemukan dalam mineral lain seperi kalkopirit
(CuFeS2 atau Cu2S. Fe2S3) dan bornite ( Cu3FeS3). Tembaga juga ditemukan
dalam senyawa senyawa karbonat seperti Malachite, CuCO3.Cu(OH)2, Azurite,
2CuCO3.Cu(OH)2, dan Atacamite, CuCl3.3Cu(OH)2. Sumber tembaga sebagai
unsurnya dapat ditemukan dinegara swedia di gunung Ural, jumlah yang besar
terdapat di Amerika dekat danau Superior. Walaupun dalam bentuk unsurnya,
tembaga ini ini juga mengandung dalam jumlah sedikit logam lain seperti perak,
bismuth dan timbal.

2.3 Kelimpahan Tembaga


Kelimpahan tembaga dalam kerak bumi diperkirakan sekitar 70 bagian per
juta. Ini peringkat keempat teratas di antara elemen yang ada dalam kerak bumi,
dalam jumlah yang kecil (sekitar 1 bagian per miliar) juga terjadi di air laut.

3
Gambar 1. Tembaga sulfat
Pada satu waktu, itu tidak biasa untuk menemukan tembaga tergeletak di
tanah. Namun, hal ini tidak lagi benar. Saat ini, tembaga diperoleh dari mineral
seperti azurite, atau karbonat tembaga dasar (Cu2(OH)2CO3), kalkosit, atau kilau
tembaga atau tembaga sulfida (Cu2S);kalkopirit, atau tembaga pirit atau besi
tembaga sulfida (CuFeS2); cuprite, atau oksida tembaga (Cu2O); dan
perunggu,atau karbonat tembaga dasar (Cu2(OH)2CO3).
Tembaga ditambang di lebih dari 50 negara, dari Albania dan Argentina ke
Zambia dan Zimbabwe. Para produsen terkemuka Chile dan Amerika Serikat.
Hampir setengah dari tembaga dunia berasal dari kedua negara tersebut. Produsen
terbesar berikutnya adalah Kanada, Peru, Australia, Rusia, dan Indonesia. Sekitar
98 persen dari tembaga ditambang di Amerika Serikat berasal dari Arizona, Utah,
New Mexico, Nevada, dan Montana.

2.4 Isolasi Tembaga


Senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga(I) oksida Cu2O yang merah,
dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna,
kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku
senyawa perak(I). Mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II),
yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam.
Thiourea adalah thiokarbamida, hablur tanpa warna, titik leleh 445 K. larut
dalam air panas dan etanol, pereaksi analisis dan zat antara bagi zat farmasi dan
zat celup. Thiourea memiliki rumus molekul (NH2)2CS (Pass, 1974). Thiourea
digunakan sebagai alternatif pengganti sianida. Thiourea secara relatif tak beracun
dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi senyawa ini bersifat karsinogenik (dapat

4
menimbulkan kanker). Tingkat pelarutan menggunakan thiourea sangat cepat,
jauh lebih cepat dibanding pelarutan sianida bisa 4 hingga 5 kali lebih cepat
dibanding proses sianida.

2.5 Bentuk Tembaga


Ciri ciri logam tembaga :
1. Keras
2. dapat dibentuk dengan bantuan panas
3. dapat meleleh
4. sulit dibentuk
5. kuat
6. Memiliki korosi yang cepat sekali
7. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak
8. Warna permukaan berwarna jingga kemerahan

2.6 Sifat Tembaga


Tembaga memiliki warna kemerah-merahan. Unsur ini sangat mudah
dibentuk, lunak, dan merupakan konduktor yang bagus untuk aliran elektron
(kedua setelah perak dalam hal ini).
1. Sifat Fisika
 Simbol: Cu
 Radius Atom: 1.28 Å
 Volume Atom: 7.1 cm3/mol
 Massa Atom: 63.546
 Titik Didih: 2840 K

5
 Radius Kovalensi: 1.17 Å
 Struktur Kristal: fcc
 Massa Jenis: 8.96 g/cm3
 Konduktivitas Listrik: 60.7 x 106 ohm-1cm-1
 Elektronegativitas: 1.9
 Konfigurasi Elektron: [Ar]3d10 4s1
 Formasi Entalpi: 13.14 kJ/mol
 Konduktivitas Panas: 401 Wm-1K-1
 Potensial Ionisasi: 7.726 V
 Titik Lebur: 1356.6 K
 Bilangan Oksidasi: 2,1
 Kapasitas Panas: 0.385 Jg-1K-1
 Entalpi Penguapan: 300.5 kJ/mol
2. Sifat Kimia
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu
lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa,
Cu(OH)2CO3. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C
tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk
tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator
encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih
menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2-(aq) yang mendorong reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah produk.
2Cu(s) + 2H+(aq) 2Cu+(aq) + H2(g)
2Cu+(aq) + 4Cl-(aq) 2CuCl2-(aq)
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut.
Cu(s) + H2SO4(l) CuSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi berikut.
Cu(s) + HNO3(encer) 3Cu(NO3)2(aq) + 4H2O(l) + 2NO(g)

6
Cu(s) + 4HNO3(pekat) Cu(NO3)2(aq) + 2H2O(l) + 2NO2(g)
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh
adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
Selain itu, tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen.
Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida
dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor
yang menghasilkan tembaga(II) klorida. Tembaga memiliki tingkat oksidasi +1,
seperti halnya logam-logam alkali. Namun, lebih umum dengan tingkat oksidasi
+2 daripada +1. Tembaga sukar teroksidasi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai
positif potensial reduksinya:
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) E° = +0,34 V

2.7 Senyawa Tembaga


Keadaan pengoksidaan biasa bagi tembaga termasuklah keadaan
kuprum(I) yang kurang stabil, Cu+; dan keadaan yang lebih stabil kuprum(II),
Cu2+, yang membentuk garam dan larutan berwarna biru atau biru kehijauan.
Dalam keadaan yang luar biasa, keadaan pengoksidaan 3+ dan yang lebih jarang
iaitu keadaan 4+ boleh dicapai.

1. Tembaga(II)

Tembaga(II) yang stabil mendominasi dalam larutannya. Dalam air,


hampir semua garam tembaga(II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks
koordinasi enam, [Cu(H2O)6]2+. Suatu pengecualian terkenal adalah kuprum(II)
klorida berwarna hijau karena ion kompleksnya empat [CuCl4]2- yang
mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujursangkar bergantung pada
kation pasangannya. Dalam larutan encer garam klorida berwarna biru karena
adanya pendesakan ligan Cl- oleh ligan H2O. Kuprum(II) sulfat membentuk
hablur pentahidrat biru yang mungkin merupakan sebatian kuprum paling dikenali
dalam makmal. Ia digunakan sebagai racun kulat, juga dikenali sebagai campuran
Bordeaux.
Tembaga(II) hidroksida tidak larut dalam basa encer, tetapi larut(II), dalam
hidroksida pekat membentuk larutan biru tua ion tetrahidroksidakuprat,
[Cu(OH)4]-. Tembaga(II) hidroksida juga larut dalam dalam larutan amonia

7
memberikan larutan biru tua ion [Cu(NH3)(4-5)(H2O)(2-1)]2-. Larutan tembaga (II)
dengan berbagai ligan sangat stabil secara termodinamika, tetapi ligan pereduksi
seperti iodida akan mereduksi tembaga(II) menjadi endapan tembaga(I):
2Cu2+(aq) + 4 I-(aq) 2CuI (s) + I2 (aq)

2. Tembaga(I)

Pada dasarnya, tembaga bukannya logam yang reaktif, namun logam ini
dapat diserang oleh asam-asam pekat. Secara khusus tembaga bereaksi dengan
asam hidroksida mendidih dan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas
hidrogen, walaupun hidroklorida bukanlah asam oksidator kuat seperti asam
nitrat. Ion tembaga(I) membentuk ion kompleks tak berwarna diklorokuprat(I),
[CuCl2]-. Tahap reaksi ke dua inilah yang didugaberlangsung sangat cepat
sehingga memicu terjadinya tahap reaksi pertama menurut persamaan reaksinya
seperti berikut:
Cu(s) H3O-(aq) Cu+(aq) + H2(g) + 2H2O (l)
Cu+(aq) + 2Cl-(aq) [CuCl2]-(aq)
Pada umumnya, senyawa tembaga(I) tidak berwarna atau putih, karena ion
mempunyai konfigurasi elektronik penuh 3d10. Dalam air, ion tembaga(I) hidrat
tidak stabil dan mengalami disproporsionasi menjadi ion tembaga(II) sesuai
dengan ramalan diagram potensial reduksi frost.
2Cu+(aq) Cu2+(aq) + Cu(s)

2.8 Manfaat Tembaga


Tembaga murni digunakan secara luas pada indutri perlistrikan,dimana
salah satu sifat yang baik dari tembaga adalah sebagai logam konduktor yang
baik, walaupun tegangannya rendah. Pada jenis tertentu tembaga dipadukan
dengan seng sehingga tegangannya menjadi kuat, paduan tembaga-seng ini yang
dikenal dengan nama kuningan, atau dicampur dengan timah untuk menjadi
bronze. Tembaga adalah salah satu logam penting sebagai material teknik yang
pemakaiannya sangat luas, baik digunakan dalam keadaan murni maupun dalam
bentuk paduan (Sari, 2018).
Tembaga secara luas digunakan dalam :
1. Industri kabel listrik

8
2. Peralatan memasak
3. Dalam pembuatan boiler api dan lokomotif mesin uap
4. Sebagai campuran dalam alloy atau campuran logam

2.9 Bahaya Tembaga


Pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan
industri. Pencemaran logam berat di lingkungan dikarenakan tingkat
keracunannya yang sangat tinggi dalam seluruh aspek kehidupan makhluk hidup.
Pada konsentrasi yang sedemikian rendah saja efek ion logam berat dapat
berpengaruh langsung hingga terakumulasi pada rantai makanan. Logam berat
dapat mengganggu kehidupan biota dalam lingkungan dan akhirnya berpengaruh
terhadap kesehatan manusia (Suhendrayatna, 2001). Gejala yang timbul pada
manusia yang keracunan Cu akut adalah mual, muntah, sakit perut, hemolisis,
netrofisis, kejang, dan akhirnya mati.Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam
hati dan menyebabkan hemolisis. Hemolisis terjadi karena tertimbunnya H2O2
dalam sel darah merah sehingga terjadi oksidasi dari lapisan sel yang
mengakibatkan sel menjadi pecah. Defisiensi suhu dapat menyebabkan anemia
dan pertumbuhan terhambat (Darmono, 2005).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Tembaga adalah logam transisi (golongan IB) yang berwarna kemerahan,
mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk
hidup.
2. Tembaga adalah salah satu unsur logam yang melimpah jumlah di bumi dan
dapat ditemukan diberbagai tempat.
3. Tembaga murni digunakan secara luas pada indutri perlistrikan,dimana salah
satu sifat yang baik dari tembaga adalah sebagai logam konduktor yang baik,
walaupun tegangannya rendah.
4. Gejala yang timbul pada manusia yang keracunan Cu akut adalah mual,
muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan akhirnya mati.Pada
keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis.

3.2 Saran
Tembaga merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus secara bijak. Begitu juga
dengan sistem penambangannya. Hendaknya harus direncanakan dengan baik agar
tidak menimbulkan dampak negatif seperti dampak buruk terhadap lingkungan.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/9134/3/2BL01181.pdf diakses pada tanggal 06


November 2018.
http://kikiworo.blogspot.com/2015/11/laporan-praktikum-anorganik
stabilisasi.html diakses pada tanggal 06 November 2018.
http://purwaningsiheka44.blogspot.com/2012/11/tembaga.html diakses pada
tanggal 06 November 2018.
https://www.avkimia.com/2017/03/tembaga-cu-penemuan-sumber-sifat-reaksi-
dan-pembuatan.html diakses pada tanggal 06 November 2018.
Sari, N.H., 2018, Material Teknik, Deepublish, Yogyakarta.

Yulianto, B., Ario, R., dan Triono, A., 2006, Daya Serap Rumput Laut
(Gracilaria sp) Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) Sebagai Biofilter,
Ilmu Kelautan, 11(2): 72-78.

11

Anda mungkin juga menyukai