DISUSUN OLEH:
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Ramlawati
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik tembaga?
2. Bagaimana sumber tembaga?
3. Bagaimana kelimpahan tembaga?
4. Bagaimana cara untuk mengisolasi tembaga?
5. Bagaimana bentuk tembaga?
6. Bagaimana sifat-sifat tembaga?
7. Bagaimana senyawa tembaga?
8. Bagaimana manfaat tembaga?
9. Bagaimana bahaya tembaga?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 1. Tembaga sulfat
Pada satu waktu, itu tidak biasa untuk menemukan tembaga tergeletak di
tanah. Namun, hal ini tidak lagi benar. Saat ini, tembaga diperoleh dari mineral
seperti azurite, atau karbonat tembaga dasar (Cu2(OH)2CO3), kalkosit, atau kilau
tembaga atau tembaga sulfida (Cu2S);kalkopirit, atau tembaga pirit atau besi
tembaga sulfida (CuFeS2); cuprite, atau oksida tembaga (Cu2O); dan
perunggu,atau karbonat tembaga dasar (Cu2(OH)2CO3).
Tembaga ditambang di lebih dari 50 negara, dari Albania dan Argentina ke
Zambia dan Zimbabwe. Para produsen terkemuka Chile dan Amerika Serikat.
Hampir setengah dari tembaga dunia berasal dari kedua negara tersebut. Produsen
terbesar berikutnya adalah Kanada, Peru, Australia, Rusia, dan Indonesia. Sekitar
98 persen dari tembaga ditambang di Amerika Serikat berasal dari Arizona, Utah,
New Mexico, Nevada, dan Montana.
4
menimbulkan kanker). Tingkat pelarutan menggunakan thiourea sangat cepat,
jauh lebih cepat dibanding pelarutan sianida bisa 4 hingga 5 kali lebih cepat
dibanding proses sianida.
5
Radius Kovalensi: 1.17 Å
Struktur Kristal: fcc
Massa Jenis: 8.96 g/cm3
Konduktivitas Listrik: 60.7 x 106 ohm-1cm-1
Elektronegativitas: 1.9
Konfigurasi Elektron: [Ar]3d10 4s1
Formasi Entalpi: 13.14 kJ/mol
Konduktivitas Panas: 401 Wm-1K-1
Potensial Ionisasi: 7.726 V
Titik Lebur: 1356.6 K
Bilangan Oksidasi: 2,1
Kapasitas Panas: 0.385 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan: 300.5 kJ/mol
2. Sifat Kimia
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu
lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa,
Cu(OH)2CO3. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C
tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk
tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator
encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih
menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2-(aq) yang mendorong reaksi
kesetimbangan bergeser ke arah produk.
2Cu(s) + 2H+(aq) 2Cu+(aq) + H2(g)
2Cu+(aq) + 4Cl-(aq) 2CuCl2-(aq)
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut.
Cu(s) + H2SO4(l) CuSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi berikut.
Cu(s) + HNO3(encer) 3Cu(NO3)2(aq) + 4H2O(l) + 2NO(g)
6
Cu(s) + 4HNO3(pekat) Cu(NO3)2(aq) + 2H2O(l) + 2NO2(g)
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh
adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
Selain itu, tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen.
Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida
dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor
yang menghasilkan tembaga(II) klorida. Tembaga memiliki tingkat oksidasi +1,
seperti halnya logam-logam alkali. Namun, lebih umum dengan tingkat oksidasi
+2 daripada +1. Tembaga sukar teroksidasi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai
positif potensial reduksinya:
Cu2+(aq) + 2e → Cu(s) E° = +0,34 V
1. Tembaga(II)
7
memberikan larutan biru tua ion [Cu(NH3)(4-5)(H2O)(2-1)]2-. Larutan tembaga (II)
dengan berbagai ligan sangat stabil secara termodinamika, tetapi ligan pereduksi
seperti iodida akan mereduksi tembaga(II) menjadi endapan tembaga(I):
2Cu2+(aq) + 4 I-(aq) 2CuI (s) + I2 (aq)
2. Tembaga(I)
Pada dasarnya, tembaga bukannya logam yang reaktif, namun logam ini
dapat diserang oleh asam-asam pekat. Secara khusus tembaga bereaksi dengan
asam hidroksida mendidih dan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas
hidrogen, walaupun hidroklorida bukanlah asam oksidator kuat seperti asam
nitrat. Ion tembaga(I) membentuk ion kompleks tak berwarna diklorokuprat(I),
[CuCl2]-. Tahap reaksi ke dua inilah yang didugaberlangsung sangat cepat
sehingga memicu terjadinya tahap reaksi pertama menurut persamaan reaksinya
seperti berikut:
Cu(s) H3O-(aq) Cu+(aq) + H2(g) + 2H2O (l)
Cu+(aq) + 2Cl-(aq) [CuCl2]-(aq)
Pada umumnya, senyawa tembaga(I) tidak berwarna atau putih, karena ion
mempunyai konfigurasi elektronik penuh 3d10. Dalam air, ion tembaga(I) hidrat
tidak stabil dan mengalami disproporsionasi menjadi ion tembaga(II) sesuai
dengan ramalan diagram potensial reduksi frost.
2Cu+(aq) Cu2+(aq) + Cu(s)
8
2. Peralatan memasak
3. Dalam pembuatan boiler api dan lokomotif mesin uap
4. Sebagai campuran dalam alloy atau campuran logam
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Tembaga adalah logam transisi (golongan IB) yang berwarna kemerahan,
mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk
hidup.
2. Tembaga adalah salah satu unsur logam yang melimpah jumlah di bumi dan
dapat ditemukan diberbagai tempat.
3. Tembaga murni digunakan secara luas pada indutri perlistrikan,dimana salah
satu sifat yang baik dari tembaga adalah sebagai logam konduktor yang baik,
walaupun tegangannya rendah.
4. Gejala yang timbul pada manusia yang keracunan Cu akut adalah mual,
muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan akhirnya mati.Pada
keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis.
3.2 Saran
Tembaga merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus secara bijak. Begitu juga
dengan sistem penambangannya. Hendaknya harus direncanakan dengan baik agar
tidak menimbulkan dampak negatif seperti dampak buruk terhadap lingkungan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Yulianto, B., Ario, R., dan Triono, A., 2006, Daya Serap Rumput Laut
(Gracilaria sp) Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) Sebagai Biofilter,
Ilmu Kelautan, 11(2): 72-78.
11