Anda di halaman 1dari 11

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengorganisasian

1. Pengertian Pengorganisasian

Secara konsep, ada dua batasan yang perlu dikemukakan,yakni istilah

”organizing” sebagai kata benda dan ‘organizing’ (pengorganisasian) sebagai kata

kerja, menunjukan pada rangkaian aktivitas yang harus dilakukan secara sistematis.

Istilah organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada suatu lembaga

(institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita mengacu pada

perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan olahraga. Dan

arti kedua mangacu pada proses pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi

manajemen.

Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian: Organisasi adalah suatu bentuk

persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal

terikat dalam rangka pencapain tujuan yang telah ditentukan dan dalam ikatan itu

terdapat seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Sedangkan dalam

arti umum organisasi merupakan sekumpulan/sekelompok orang (dua atau lebih)

yang secara formal dipersatukan untuk bekejasama dengan pembagian atau alokasi

tugas dan tanggung jawab tertentu dalam system koordinasi, kooperatif, dorongan-

dorongan, dan pengaturan guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah

ditetapkan.

Drs.H. Melayu S.P. Hasibuan: adalah suatu proses penentuan, pengelompokan,

dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang

diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relativ didelegasikan kepada setiap

individu-individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.


Sedangkan dalam arti umum pengorganisasian adalah langkah untuk merancang

struktur formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam

kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang

oleh pemimpin kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam

efisiensi.

2. Pembagian Kerja ( Division of Labor / Division of Work )

Dalam perencanaan berbagai kegiatan atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan

tentunya telah di tentukan. Keseluruhan pekerjaan dan kegiatan yang telah di

rencanakan tentunya perlu di sederhanakan guna mempermudahkan bagaimana

pengimplementasikannya. Upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan

dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan

spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan di tugaskan untuk setiap

kegiatan yang sederhana dan spesifik disebut dengan pembagian kerja.

Menurut Purwanto dalam Stoner (2003: 8), bahwa ”pembagian kerja adalah

pemecahan tugas kompleks menjadi komponen-komponennya sehingga setiap orang

bertanggung jawab untuk beberapa aktifitas terbatas”. Bukan tugas secara

keseluruhan, sering dirujuk sebagai pembagian tugas. Dalam melaksanakan kerjanya

perusahaan menginginkan agar semua karyawan dapat melakukan tugas atau

pekerjaan dengan baik.

Tiang dasar pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja (Division Of

Labor / division of work) yang memungkinkan sinergi terjadi. Sebagai contohnya,

pembagian kerja pada perusahaan A, yang terdiri dari: direktur operasional dan

hukum, direktur pemasaran, direktur keuangan dan administrasi, manajer keuangan

dan administrasi, administrasi operasional, surveyor, staf pemasaran, staf

accounting, staf keuangan. Saat ini penggunaan pembagian kerja lebih banyak

4
digunakan karena pada dasarnya yang di bagi - bagi adalah pekerjaannya, bukan

orang - orangnya.

Untuk melakukan pembagian kerja, mutlak diperlukan adanya pedoman-

pedoman dasar untuk melakukannya, hal ini penting karena tanpa adanya pedoman,

pembagian kerja akan dilakukan dengan tidak terorganisasi, sehingga

mengakibatkan ketidakcocokan seseorang dengan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya. Berikut ini ada beberapa dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk

mengadakan pembagian kerja. Pedoman-pedoman tersebut adalah:

a. Pembagian kerja atas dasar wilayah atau teritorial, misalnya wilayah timur, barat

atau wilayah kecamatan, kabupaten dan lain sebagainya.

b. Pembagian kerja atas dasar jenis benda yang diproduksi, misalnya pada

komponen suatu kendaraan, bagian pemasangan jok mobil, pemasangan rem

mobil dan lainnya.

c. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani, misalnya adalah langganan

secara individual atau kelompok, pemerintahan atau non pemerintahan dan

sebagainya.

d. Pembagian kerja atas dasar fungsi (rangkaian) kerja, misalnya bagian produksi,

bagian gudang, bagian pengiriman dan lainnya.

e. Pembagian kerja atas dasar waktu, misalnya shif kerja pagi, siang dan malam.

Dari hal tersebut di atas maka akan tergambar atau terlihat pembagian kerja di

dalam suatu organisasi, yakni:

1. Jumlah unit organisasi yang ada akan disesuaikan dengan kebutuhan dari

organisasi tersebut.

2. Suatu unit organisasi ini harus mempunyai fungsi bulat dan berkaitan dengan

yang lainnya.

5
3. Pembentukan unit baru hanya dilaksanakan bilamana unit yang ada sudah tidak

tepat lagi untuk menampung kegiatan yang baru baik dari beban kerja maupun

hubungan kerja.

4. Secara garis besar akan berpengaruh pada aktifitas dan sifat dari organisasi

tersebut.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi lebih bermakna proses pengelompokan, pengkoordinasian

serta pembagian aktifitas-aktifitas dalam suatu organisasi. Setiap kelompok

mempunyai hubungan dengan kelompok lain, baik vertikal maupun hubungan

horizontal. Setiap kelompok mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab

masing-masing. Secara formal, struktur organisasi dibagi menjadi struktur organisasi

fungsional, struktur organisasi produk/pasar, serta struktur organisasi matrik.

a. Struktur Organisasi Fungsional

Struktur organisasi fungsional merupakan penyatuan orang-orang yang

melaksanakan kegiatan yang sama ke dalam satu kelompok atau yang biasa

disebut departemen. Misalnya, suatu organisasi terdiri atas beberapa departemen;

departemen produksi, departemen pemasaran, departemen keuangan. Seorang

manajer produksi bertanggung jawab dalam memproduksi barang sesuai dengan

jenis dan jumlah yang dibutuhkan konsumen. Manajer pemasaran bertanggung

jawab dalam memasarkan semua produk yang dihasilkan bagian produksi.

Sedangkan manajer keuangan bertanggung jawab dalam hal mengadakan dana

serta mengalokasikannya sesuai kebutuhan organisasi.

Struktur organisasi fungsional tepat sekali digunakan pada organisasi-

organisasi atau perusahaan kecil karena organisasi atau perusahaan tersebut bisa

menggunakan sumber daya yang tersedia dengan efisien. Beberapa keuntungan

6
menggunakan struktur fungsional; Pertama, pengawasan dapat dilakukan dengan

mudah. Kedua, dapat mempermudah dalam memobilisasi keterampilan khusus

yang dimiliki sumber daya serta menempatkannya pada posisi yang tepat dan

dibutuhkan. Disamping itu, struktur fungsional juga mempunyai kekurangan;

Pertama, manajer bidang harus melaporkan setiap kegiatannya pada manajer

pusat, sehingga sulit untuk mengambil keputusan yang cepat. Kedua, sulit untuk

mengkoordinasikan satu anggota bidang dengan anggota bidang yang lain. Hal ini

dikarenakan para anggota pada suatu bidang tertentu hanya mengenal rekan yang

sebidangnya saja.

b. Struktur Organisasi Menurut Divisi


Struktur organisasi menurut divisi adalah pengelompokan semua pekerjaan

yang berkaitan dengan jenis produk yang dihasilkan, kegiatan yang terkait dengan

suatu daerah tertentu, dan pelayanan terhadap jenis pelanggan tertentu. Kegiatan

dalam organisasi ini dilaksanakan berdasarkan divisi tertentu. Suatu organisasi

terdiri atas divisi-divisi sesuai dengan kelompok kegiatan, daerah serta pelanggan

divisinya. Setiap manajer divisi bertanggungjawab atas kegiatan divisinya,

sehingga dalam setiap divisi memungkinkan adanya persaingan untuk mencapai

tujuannya masing-masing. Namun demikian, setiap divisi bertanggungjawab pada

pimpinan pusat.
Organisasi menurut divisi mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,

kegiatan dalam setiap divisi dapat dikoordinasi dengan mudah sehingga prestasi

organisasi dapat ditingkatkan. Kedua, pengambilan keputusan dapat dilakukan

dengan cepat karena kegiatan dilakukan di temoat pelaksanaan. Ketiga, dapat

meringankan beban pimpinan pusat karena setiap manajer divisi mempunyai

kewenangan menentukan keputusan tertentu. Tentu saja disamping beberapa

kekurangan; pertama, tiap divisi akan mementingkan kemajuan divisinya masing-

7
masing. Padahal suatu organisasi mengutamakan kepentingan bersama secara

keseluruhan, bukan kepentingan tiap divisi. Kedua, membutuhkan biaya yang

relatif besar karena tiap divisi tentunya memiliki anggaran yang berbeda-beda dan

terpisah.
c. Struktur Organisasi Matrik
Struktur organisasi matrik merupakan penggabungan antara struktur organisasi

fungsional dan divisi. Oleh karena itu, para anggota mempunyai dua atasan atau

dua rantai komando, yakni komando fungsional dan komando divisi. Secara

horizontal, struktur ini menghubungkan antara bidang fungsional dan divisi ke

dalam proyek-proyek yang dipimpin oleh manajer-manajer proyek. Secara

vertikal garis komando adalah fungsional dan divisi. Kedua struktur itu

membentuk struktur organisasi dalam bentuk matrik, sehingga disebut struktur

organisasi matrik.
Keuntungan dari struktur ini; pertama, sangat efisien dalam penyatuan

anggota-anggota organisasi yang tersebar pada banyak tempat walaupun

membutuhkan pemecahan masalah yang kompleks. Kedua, fleksibel dalam

menghemat biaya. Hal ini terjadi karena setiap proyek hanya diberikan pada

sejumlah anggota yang dibutuhkan. Sedangkan kekurangan struktur ini; pertama,

tidak setiap anggota dapat menyesuaikan diri dengan baik. Kedua, moral dan

mental para anggota menurun. Hal ini terjadi bila anggota ditata kembali akibat

selesainya satu proyek dan proyek baru dimulai kembali. Ketiga, jika hierarki

tidak ditetapkan dengan tegas dan jelas, serta dikomunikasikan secara efektif,

dapat menimbulkan pembatasan kebebasan manajer dalam melaksanakan

tugasnya.

4. Departementasi (Pengelompokan Pekerjaan)

8
Efesiensi kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-satuan yang

bermacam-macam dalam organisasi. Pembagian kerja dan kombinasi tugas

seharusnya mengarah ke tercapainya struktur-struktur departemen dan satuan-satuan

kerja. Proses penentuan cara bagaimana kegiatan-kegiatan dikelompokan disebut

dengan departementasi. Adapun pembagian departementasi sebagai berikut :

a. Departementasi Fungsional

Departemen Fungsional mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau

kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk satuan organisasi. Semua individu-

individu yang melaksanakan fungsi yang sama dikelompokkan bersama, seperti

personalia penjualan, akuntansi, programmer, dan sebagainya. Ini merupakan

bentuk organisasi yang paling umum dan bentuk dasar departementasi.

Kebaikan :

1. Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama.

2. Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi.

3. Memusatkan keahlian organisasi.

4. Memungkinkan pengawasan manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-

fungsi.

5. Keterampilan yang dibutuhkan tidak banyak.

Kelemahan:
1. Menciptakan konflik antar fungsi-fungsi.
2. Adanya kemacetan pelaksanaan tugas.
3. Umpan balik yang lambat.
4. Memusatkan pada kepentingan tugasnya.
5. Para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif
b. Departementasi Devisional
Departementasi berdasarkan divisi melihat produk, layanan, dan klien
sebagai faktor dasar pengelompokan. Pola ini digunakan untuk memudahkan
usaha antisipasi ancaman atau oportuniti dari luar organisasi. Misalnya pada
9
organisasi otomotif, organisasi terbagi atas divisi otomotif, divisi internasional,
divisi keuangan. Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah,
langganan, dan proses, atau peralatan.
Kebaikan:
1. Semua kegiatan, ketrampilan, keahlian untuk memproduksi dan memasarkan
dikelompokan menjadi satu dibawah seorang kepala.
2. Semua kegiatan mudah untuk dikoordinasi dan prestasi kerja terpelihara.
3. Kualitas dan kecepatan membuat keputusan meningkat.
4. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan
lingkungan divisi yang khas.
5. Merumuskan tanggungjawab dengan jelas dan perhatian dipusatkan
pertanggungjawaban atas prestasi kerja.
6. Membebaskan para kepala eksekutif dalam pembuatan keputusan strategi lebih
luas.
7. Cocok untuk lingkungan yang cepat berubah.
8. Mempertahankan spesialisasi fungsional dalam setiap divisi.
Kelemahan:
1. Berkembangnya persaingan disfungsional potensial atas sumber daya
perusahaan dan konflik antara tugas dan prioritas.
2. Seberapa besar delegasi wewenang diberikan kepada manajer-manajer divisi.
3. Masalah kebijaksanaan dalam alokasi sumber daya dan distribusi biaya
overhead perusahaan.
4. Menimbulkan tidak konsistennya kebijaksanaan antar divisi.
5. Masalah duplikasi sumber daya dan peralatan yang tidak perlu.

B. Pengembangan Sumber Daya Manusia

1. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut DR H. Malayu S.P. Hasibuan, “Pengembangan adalah suatu usaha

untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan

10
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan.”

(2000:69). Pendapat lainnya menyatakan bahwa “Pengembangan pegawai ialah

suatu usaha yang ditujukan untuk memajukan pegawai, baik dari segi karir,

pengetahuan, maupun kemampuan.” (Moenir, 1987:160).


Pengembangan SDM adalah suatu usaha yang penting dalam organisasi karena

akan memajukan dan mengembangkan organisasi tersebut. karyawan yang bermutu

adalah mereka yang mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan yang dibebankan kepadanya serta dapat memelihara dan

meningkatkan kecakapan dan kemampuannya.


Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan,

sedangkan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis pelaksanaan

dan pekerjaan karyawan. Pada prinsipnya pengembangan adalah peningkatan

kualitas dan kemampuan kerja karyawan.


“Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan

mengembangkan kemampuan manusia, baik jasmaninya maupun rohaninya, yang

berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah. Latihan adalah

bagian pendidikan yang berhubungan dengan proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu

relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada

teori.” (Inpres no. 15 dalam Hasibuan, 2000:69).

2. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Tujuan pengembangan karyawan adalah :

a. Produktivitas kerja karyawan yang semakin meningkat, kualitas dan kuantitas

produksi semakin baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skill

karyawan meningkat.

11
b. Meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi penyusutan

mesin dan kecelakaan kerja.

c. Meningkatkan pelayanan (service) yang lebih baik dari karyawan kepada

konsumen atau pelanggan.

d. Meningkatkan moral dan kesadaran karyawan. Moral berkaitan dengan sikap dan

perasaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam lingkungan kerja.

Perlakuan manajer, reputasi organisasi, upah yang layak, jaminan kesehatan dan

keselamatan kerja, keakraban dan suasana gembira terhadap semua karyawaan

merupakan faktor penting dalam menentukan moral karyawan. Tingkat produksi

yang dihasilkan sangat dipengaruhi faktor ini dibandingkan faktor lainnya.

Suasana kerja yang tidak menyenangkan, sering terjadinya pelanggaran peraturan,

tidak adanya perhatian perusahaan terhadap karyawan akan mengakibatkan moral

dan etos kerja rendah.

e. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatkan karirnya

(promosi) dan mengurangi kejenuhan terhadap suatu pekerjaan (mutasi).

f. Meningkatkan keterampilan konseptual, terutama dalam menentukan kebijakan

atau mengambil keputusan, karena technical skill, human skill, dan managerial

skillnya lebih baik.

g. Meningkatkan balas jasa (gaji, upah, insentif) karyawan yang ditunjang dengan

peningkatan prestasi kerja.

Selain itu tujuan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam suatu

organisasi, menuruit Drs. A.s. Moenir, dalam bukunya Pendekatan Manusiawi Dan

Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, ialah :

12
a. Memelihara dan meningkatkan kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan

tugas atau pekerjaan, baik pekerjaan lama maupun baru, dari segi peralatan

ataupun metode.

b. Menyalurkan keinginan pegawai untuk maju dari segi kemampuan, dan

memberikan rasa kebanggaan kepada mereka.

13

Anda mungkin juga menyukai