Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan antibiotika yang bijak dan rasional dapat mengurangi beban

penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sebaliknya, penggunaan antibiotika secara

luas pada manusia dan hewan yang tidak sesuai indikasi, mengakibatkan

meningkatnya resistensi antibiotika secara signifikan. Lebih lanjut, hal ini

menyebabkan terjadinya masalah seperti: meningkatnya angka kesakitan dan

menyebabkan kematian, meningkatnya biaya dan lama perawatan, meningkatnya

efek samping dari penggunaan obat ganda dan dosis tinggi (Depkes, 2015).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi pada saluran

pernapasan baik saluran pernapasan atas atau bawah, dan dapat menyebabkan

berbagai spektrum penyakit dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan

mematikan, yang dipengaruhi oleh patogen penyebab, faktor lingkungan, dan

faktor pejamu (Ching, 2007). Period prevalence ISPA berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0%. Empat provinsi dengan

ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan

Jawa Timur (Kemenkes, 2013). Sebagai kelompok penyakit, kata dr. Endang R.

Sedyaningsih, ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di

sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan

1
15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit

(Kemenkes, 2009).

Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas

pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, sikap dan pola hidup

pasien beserta keluarganya, tetapi dipengaruhi juga oleh kepatuhan pasien

terhadap pengobatannya. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa

adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat pula menimbulkan

komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya dapat berakibat fatal

(Hussar, 1995).

Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dapat diukur menggunakan

berbagai metode, salah satu metode yang dapat digunakan adalah skala MMAS-8

(Morisky Medication Adherence Scale) yang terdiri dari tiga aspek yaitu frekuensi

kelupaan dalam mengonsumsi obat, kesengajaan berhenti mengonsumsi obat

tanpa diketahui oleh tim medis, dan kemampuan mengendalikan diri untuk tetap

mengonsumsi obat (Morisky & Munter, 2009). Berdasarkan penelitian (Putriani,

2013) menggunakan kuisioner MMAS-8 pada pasien hipertensi hasil yang

diperoleh jumlah pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi lebih banyak dengan

pemberian informasi obat yaitu 15 responden dan tingkat kepatuhan rendah 7

responden.

2
B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian kartu minum obat dan leaflet terhadap tingkat

kepatuhan penggunaan antibiotik pada pasien ISPA poli penyakit dalam di RSI

At-Tin Husada Kabupaten Ngawi?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian kartu minum obat dan leaflet terhadap

tingkat kepatuhan penggunaan antibiotik pada pasien ISPA poli penyakit dalam di

RSI At-Tin Husada Kabupaten Ngawi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dalam

asuhan kefarmasian pada pasien terutama pengguna antibiotik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kefarmasian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memacu semangat tenaga

kefarmasian untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang obat-obatan

agar dapat memandu masyarakat menjadi lebih sadar akan kesehatan.

Sehingga obat-obatan yang dikonsumsi benar-benar bermanfaat dan tepat

guna serta tidak menimbulkan penyakit baru yang dapat membahayakan

kesehatan pasien.

3
b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian yang serupa sehingga dapat melengkapi

kekurangan yang terdapat di dalam penelitian ini.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini dilakukan setelah penulis mendapat bimbingan selama

perkuliahan sehingga ilmu yang didapat diharapkan mampu diterapkan di

masyarakat.

d. Bagi Pembaca

Menyadari pentingnya menaati aturan mengkonsumsi obat terutama

antibiotik sehingga pembaca dapat meminimalisir akibat yang ditimbulkan

mengkonsumsi antibiotik secara tidak tepat.

e. Bagi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah sumber pustaka dan

menjadi tambahan ilmu pengetahuan mengenai pentingnya mematuhi

aturan konsumsi obat terutama antibiotik.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antibiotik

Antibiotik adalah obat untuk mencegah dan mengobati penyakit yang

disebabkan oleh bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotik banyak

beredar di masyarakat. Hanya saja, masih ditemukan perilaku yang salah dalam

penggunaan antibiotik yang menjadi risiko terjadinya resistensi antibiotik,

diantaranya: peresepan antibiotik secara berlebihan oleh tenaga kesehatan; adanya

anggapan yang salah di masyarakat bahwa antibiotik merupakan obat dari segala

penyakit; dan lalai dalam menghabiskan atau menyelesaikan treatment antibiotik

(Kemenkes, 2016).

B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi

dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI) yaitu penyakit

infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran pernapasan, mulai

dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) beserta organ

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Hartono dan

Rahmawati, 2012).

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas

dan menimbulkan reaksi inflamasi. Virus yang paling sering menyebabkan ISPA

pada balita adalah influenza-A, adenovirus, parainfluenza virus. Proses

5
patogenesis terkait dengan tiga faktor utama, yaitu keadaan imunitas inang, jenis

mikroorganisme yang menyerang pasien, dan berbagai faktor yang berinteraksi

satu sama lain. ISPA termasuk golongan Air Borne Diseases yang penularan

penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran

pernafasan dan menyebabkan inflamasi. Penyakit infeksi ini dapat menyerang

semua golongan umur, akan tetapi bayi, balita, dan manula merupakan yang

paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini (Ching, 2007).

Terapi infeksi saluran nafas dibagi menjadi dua yaitu terapi pokok yang terdiri

dari antibiotik dan terapi suportif yang terdiri dari analgesik-antipiretik,

antihistamin, kortikosteroid, dekongestan, bronkodilator, dan mukolitik (Depkes,

2005). Terapi dengan antimikroba pada infeksi saluran pernafasan akut

penumonia biasanya didasarkan pada hasil diagnosa spesifik mikroba penyebab

infeksi yang ditemui pada kelompok anak (Dipiro dkk, 2005).

Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25,0% tidak jauh

berbeda dengan prevalensi pada tahun 2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang

tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 25,8% dan <1 tahun

sebesar 22,0% (Kemenkes, 2013).

Dalam resume profil kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2016 terdapat data

persentase penderita ISPA pada balita sebesar 79,61% dan di Kabupaten Ngawi

terdapat 2.458 penderita atau dalam persentase sebesar 55,6% (Kemenkes, 2017).

6
C. Tata Laksana ISPA

Rekomendasi antibiotik untuk pengobatan ISPA menurut Depkes RI, 2015

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Antibiotik ISPA Menurut Depkes RI, 2005


No Diagnosis Lini Antibiotik
1. Otitis Media 1 Amoksisilin
2 Amoksi-klav, kotrimoksazol, eritromisin
2. Sinusitis 1 Amoksisilin, amoksi-klav, kotrimoksazol,
eritromisin
2 Sefuroksim, klaritromisin, azitromisin
3. Faringitis 1 Penisilin G, penisilin VK, amoksisilin
2 Eritromisin, azitromisin, sefalosporin golongan satu
atau dua, levofloksasin
4. Bronkitis 1 Tanpa antibiotik
2 Amoksisilin, amoksi-klav, makrolida
5. Pneumonia 1 Azitromisin, klaritromisin
2 Amoksisilin, ampisilin, sefalosporin

D. Rumah Sakit

1. Pengertian

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes no 34 tahun 2017).

2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 Instalasi Farmasi

Rumah Sakit adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang

memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).

7
3. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam At-Tin Husada

a. Visi

Menjadi Instalasi Farmasi yang mampu menyediakan perbekalan farmasi

yang lengkap bermutu, terjangkau dan melaksanakan farmasi klinik secara

optimal.

b. Misi :

1) Menyediakan obat, alat kesehatan, serta perbekalan kefarmasian lainnya

yang lengkap, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.

2) Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah,

informatif, menerapkan konsep Pharmaceutical Care secara profesional.

3) Melaksanakan farmasi klinik yang profesional dan optimal.

D. Leaflet

Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak

untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau

peristiwa (Effendi, 1989). Leaflet yang digunakan dalam penelitian ini

sebelumnya telah tersedia di Instalasi Farmasi RSI At-Tin Husada sebagai sarana

untuk membantu mengingatkan pasien tentang obat yang harus dikonsumsi

dengan jadwal tertentu. Leaflet tersebut dibuat atas persetujuan apoteker

penanggung jawab sehingga penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan.

E. Kartu Minum Obat

Kartu minum obat merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk

mengontrol atau mengetahui kepatuhan pasien terhadap konsumsi suatu obat. Di

dalamnya berisi nama pasien, nama obat dan jumlah, aturan pakai, dan tanggal

pertama minum obat. Kartu minum obat juga memuat kolom tanggal dan waktu

8
yang diisi oleh pasien atau pendamping minum obat pada saat pasien tersebut

mengkonsumsi obat.

F. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi atau

petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet,

latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley, 2007).

Berdasarkan penelitian (Sentat, 2017) menggunakan kuisioner MMAS-8 pada

pasien hipertensi hasil yang diperoleh jumlah pasien dengan tingkat kepatuhan

tinggi (76%-100%) lebih banyak dengan pemberian informasi obat yaitu 35

responden dan tingkat kepatuhan sedang (51%-75%) 15 responden.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan

melakukan perlakuan terhadap kelompok kasus. Pengambilan data dilakukan

secara prospektif atau data diambil setelah penelitian dimulai dan lebih

melihat ke depan (Perwitasari, 2010). Penelitian dilakukan dengan mengamati

pasien ISPA yang diberi kartu minum obat, leaflet, kuisioner (kelompok

kasus) dan tanpa kartu minum obat dan leaflet atau kuisioner saja (kelompok

kontrol), kemudian mengamati tingkat kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi antibiotik.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien ISPA poli penyakit

dalam di RSI At-Tin Husada yang mendapat pengobatan dengan

antibiotik.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 responden

yang memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti(Nursalam,2003:96).

10
Dengan kata lain subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel

penelitian yang mempunyai syarat menjadi sampel (Adityawati,

2016). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pasien ISPA dengan antibiotik sediaan tablet, kapsul, dan kaplet.

2) Pasien bersedia menjadi responden.

3) Usia antara 20 tahun-80 tahun.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab

tertentu (Nursalam, 2003: 97). Kriteria ekslusi sampel penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Pasien tuli dan buta huruf.

2) Pengisian kuisioner tidak lengkap.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

n= N

1+N (e²)

(Wahyuni, 2009).

Keterangan:

n= Jumlah sampel

N= Ukuran populasi

e= Tingkat kesalahan (untuk sosial dan pendidikan lazimnya 5%)

11
Berdasarkan data Rekam Medis untuk kunjungan pasien poli dalam dengan

diagnosa ISPA didapat data 36 pasien ISPA setiap bulannya. Maka

perhitungan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

n= 36

1+36 (0,05²)

n= 36

1+0,09

n= 33

Maka sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 40 pasien untuk

mengantisipasi sampel yang gugur.

C. Instrumen

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner

MMAS-8, kartu minum obat serta leaflet. Sedangkan bahan yang

digunakan adalah obat dan data demografi pasien.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah usia sedangkan

yang menjadi variabel terikatnya adalah kepatuhan.

2. Definisi Operasional

a. Leaflet adalah media informasi dari kertas yang berisi gambar dan

tulisan singkat, digunakan untuk membantu pasien memahami tata cara

penggunaan obat atau alat kesehatan.

b. Kartu minum obat merupakan salah satu instrumen yang digunakan

untuk mengontrol atau mengetahui kepatuhan pasien terhadap

12
konsumsi suatu obat. Di dalamnya berisi nama pasien, nama obat dan

jumlah, aturan pakai, dan tanggal pertama minum obat. Kartu minum

obat juga memuat kolom tanggal dan waktu yang diisi oleh pasien atau

pendamping minum obat pada saat pasien tersebut mengkonsumsi

obat.

c. ISPA merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan atas dan bawah

yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

d. Pasien adalah orang yang berkunjung ke rumah sakit atau balai

pengobatan lain dengan tujuan mendapatkan pengobatan atas penyakit

yang diderita.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Mengurus permintaan surat ijin penelitian dari Universitas Katolik Widya

Mandala Madiun.

2. Mengurus perijinan penelitian di Rumah Sakit Islam At-Tin Husada

Ngawi.

3. Melakukan penelitian kepada pasien ISPA dengan memberikan surat

permohonan menjadi responden, lembar persetujuan penelitian (informed

consent), kartu minum obat, kuisioner, dan leaflet.

4. Melakukan tabulasi dan analisa data.

5. Membuat laporan hasil penelitian dan kesimpulan.

13
Secara skematis digambarkan sebagai berikut:

Perijinan

Studi Literatur

Penelitian Pasien ISPA

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 1. Skema Rencana Pengumpulan Data

Penelitian ini mengamati dua kelompok pasien yaitu kelompok kasus dan

kelompok kontrol. Berikut skema penelitian dua kelompok tersebut:

Memberikan
informasi terkait
penelitian

Memberikan lembar persetujuan


dan surat permohonan menjadi
responden

Memberikan Memberikan kartu


kuisioner minum obat, leaflet,
dan kuisioner
(kontrol)
(kasus)

pengumpulan dan
analisis data

Gambar 2. Skema Penelitian Kelompok Pasien

14
F. Pengolahan dan Analisis Data

Kepatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik diukur dengan

kuisioner MMAS-8 (Modified Morisky Adherence Scale-8). Pertanyaan 1

sampai 4 dan 6 sampai 7, jika dijawab “ya” maka skor 0 dan jika “tidak”

diberi skor 1. Pertanyaan 5, jika dijawab “ya” maka diberi skor 1 dan jika

“tidak” diberi skor 0. Tingkat kepatuhan didapatkan dari total skor yang

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: “kepatuhan tinggi” (skor 8),

“kepatuhan sedang” (skor 6-<8), “kepatuhan rendah” (skor <6). (Morisky,

2009). Jumlah kategori kepatuhan MMAS-8 akan dijadikan dua kategori,

yaitu patuh (gabungan kategori kepatuhan tinggi dan sedang) dan tidak

patuh (kategori kepatuhan rendah) (Saepudin, 2013).

G. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah kurangnya informasi dan

indikator yang diberikan kepada pasien sehingga banyak pasien yang

memiliki kepatuhan rendah dalam penggunaan antibiotik. Peneliti tidak

mampu memberikan informasi mengenai kegunaan leaflet karena

keterbatasan waktu, sehingga mungkin sebagian pasien tidak membaca

leaflet tersebut yang pada akhirnya menimbulkan ketidak patuhan.

15
H. Jadwal KTI

MEI JUNI JULI

NO KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembekalan KTI

2 Pengajuan Judul

3 Perijinan

Pengajuan

4 Proposal

5 Bimbingan

6 Penelitian

Penyusunan

7 Laporan

16

Anda mungkin juga menyukai