Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki anggaran

pendapatan yang bertumpu pada sektor perpajakan. Pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan negara yang memberikan kontribusi besar dalam

upaya peningkatan penerimaan negara. Pajak memiliki peran aktif untuk

meningkatkan pembangunan nasional melalui pemungutan yang dilakukan

terhadap wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan. Hal ini terlihat

dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana

kementrian keuangan mempublikasikan komposisi pendapatan pajak dalam

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tergolong paling besar

dibanding pendapatan dari sektor lain, total pendapatan negara pada Tahun

2017 sebesar Rp. 1.750,3 Triliun yang bersumber dari pajak sebesar Rp.

1.498,9 Triliun atau 85,6%, penerimaan bukan pajak sebesar Rp. 250 Triliun

atau 14,3%, penerimaan hibah sebesar Rp. 1,4 Triliun atau 0,1%. Hal ini

menunjukkan perkembangan dan pembangunan negara sangat bergantung

dari penerimaan sektor pajak dan menjadikan masyarakat memiliki andil

dalam menghimpun pajak.

Dari tahun ke tahun besarnya pendapatan negara dari sektor

perpajakan ditargetkan terus meningkat sehingga diperlukan usaha yang

lebih untuk mencapainya. Pemerintah melakukan upaya mengeluarkan

kebijakan untuk mendukung kesadaran masyarakat dalam menunaikan

kewajiban dalam perpajakan. Beberapa kebijakan baru berupa peraturan


dikeluarkan oleh pemerintah dengan harapan masyarakat semakin aktif

berpatisipasi terutama dalam menghimpun Pajak Penghasilan (PPh). Tax

ratio Indonesia yang merupakan perbandingan antara penerimaan pajak

dengan Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki nilai yang relatif masih

rendah, yaitu 11,4% pada tahun 2014, 10,7% pada tahun 2015, 10,3% pada

tahun 2016, dan 10,9% pada tahun 2017.

Sejalan dengan rendahnya tax ratio Indonesia. Produk Domestik Bruto

(PDB) Indonesia ditopang oleh dua kelompok usaha yaitu Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) serta Usaha Besar (UB) menurut Undang-Undang

No. 20 tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang

memiliki perorangan atau badan dengan peredaran bruto (omzet) tidak lebih

dari Rp. 4,8 Miliar dalam satu tahun.

Keberadaan UMKM dan koperasi ditengah situasi yang serba sulit dan

penuh ketidakpastian menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah baik

pusat maupun daerah. Perekonomian Indonesia secara riil digerakkan oleh

para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kelompok UMKM

ini telah terbukti mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Kontribusinya secara

total dalam PDB sebesar 55,6% mampu menyerap 96,18% dengan nilai

investasi 52,9% dan kinerja ekspor non migas mencapai 20,2% (Mutiara

mutiah dan gita arrasi, 2009).

Dari besarnya penerimaan negara yang berasal dari sektor Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), maka akan berpotensi pula jumlah

penerimaan pajak dari sektor tersebut. Jumlah UMKM yang dari tahun ke
tahun semakin meningkat, memberikan peluang kepada pemerintah untuk

membidik sektor ini dalam upaya ekstensifikasi pajak terhadap UMKM.

Namun, hal tersebut tidak mudah karena dimungkinkan adanya berbagai

penafsiran yang berbeda dari Wajib Pajak UMKM dalam hal perpajakannya.

Tabel 1.1
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Dan Usaha
Besar (UB) Tahun 2012-2013
NO INDIKATOR SATUA TAHUN 2012 TAHUN 2013
N
JUMLAH PANG JUMLA PANGSA
SA % H %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. UNIT USAHA (Unit) 56.539.560 57.900.7
(A=B) 87
A. Usaha (Unit) 56.543.592 99,99 57.895.7 99,99
Mikro, Kecil 21
dan Menengah
(UMKM)
- Usaha Mikro (Unit) 55.856.176 98,79 57.189.3 98,77
(UMi) 93
- Usaha Kecil (Unit) 629.418 1,11 654.222 1,13
(UK)
-Usaha (Unit) 48,997 0,09 52.106 0,09
Menengah
(UM)
B. Usaha (Unit) 4.968 0.01 5.066 0.01
Besar (UB)
Sumber : Kementrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (2013)

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun

semakin meningkatnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), tetapi

melihat besarnya potensi penerimaan pajak dari Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) belum tergali secara maksimal, maka sejak tahun 2012
pemerintah mulai mempersiapkan sebuah peraturan pemerintah untuk wajib

pajak yang memiliki penghasilan atau peredaran bruto tertentu.

Sebagai fungsi budgeter yaitu memasukkan uang sebanyak-

banyaknya ke kas negara, upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

melalui Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) pasal 14 ayat (2)

mengatur tentang wajib pajak orang pribadi dan pasal 31E Undang-Undang

Pajak Penghasilan (UU PPh) yang mengatur wajib pajak badan yang

tertuang dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2008 belum bisa mengambil

potensi pajak secara optimal dari Kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Hal tersebut dapat dilihat dari tax ratio yang masih relatif kecil.

Maka pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak kelompok UMKM dengan menetapkan

Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2018 yang mulai berlaku 1 Juli 2018 atas

dasar pertimbangan pasal 4 ayat (2) huruf e dan pasal 17 ayat (7) Undang-

Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) serta prinsip kemudahan dalam

perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak kepada wajib pajak dengan

peredaran bruto tertentu dan Implementasi dari Peraturan Pemerintah No. 46

tahun 2013. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2018 merupakan revisi dari

Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 mengatur tentang pajak

penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

pajak yang memiliki peredaran bruto kurang dari Rp. 4,8 miliar dalam satu

tahun pajak. Pajak Penghasilan (PPh) atas Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2018 adalah Pajak Penghasilan (PPh) Final dengan tarif 0,5% dari

peredaran bruto setiap bulan untuk semua jenis usaha baik jasa, dagang,

maupun industri. Pada dasarnya Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2018


yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 ini

memiliki empat tujuan utama yaitu Untuk mendorong peran masyarakat

dalam kegiatan formal, Memberi kemudahan dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan, Lebih memberikan keadilan bagi UMKM, dan memberikan

kesempatan berkontribusi bagi negara.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh gambaran tentang

variabel-variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak pada kantor

pelayanan pajak pratama Pare. Oleh karena itu berdasarkan tinjauan

tersebut dalam penelitian ini akan membahas suatu permasalahan dengan

judul “PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK, KESADARAN WAJIB

PAJAK DAN SOSIALISASI PP NOMOR 23 TAHUN 2018 TERHADAP

TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK PELAKU UMKM YANG

TERDAFTAR DI KPP PRATAMA PARE”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah perubahan tarif pajak peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM?

2. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM?

3. Apakah sosialisasi peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM?

1.3 Tujuan Penelitian


Sehubungan dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai

dalam ini adalah:

1. Untuk menganalisis bagaimana perubahan tarif pajak peraturan

pemerintah nomor 23 tahun 2018 terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

pelaku UMKM.

2. Untuk menganalisis bagaimana kesadaran wajib pajak terhadap tingkat

kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM.

3. Untuk menganalisis bagaimana sosialisasi peraturan pemerintah nomor 23

tahun 2018 terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Secara Akademik

Diharapkan dari penelitian ini dapat menambahkan referensi dalam bidang

akademis tentang analisis pengaruh perubahan tarif pajak, kesadaran

wajib pajak dan sosialisasi peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2018

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di

KPP Pratama Pare.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam

pembuatan kebijakan pemerintah agar lebih meningkatkan tingkat

kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM yang dapat menambah penerimaan

negara melalui sektor perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai