Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari
307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228/100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil
seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan
dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun
yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas
seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil
yang menderita penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis,
Sifilis, penyakit tidak menular seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, gangguan
jiwa, maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan
sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena
itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan
untuk mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinan
adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janinnya.
Maka pelayanan antenatal harus dilaksanakan secara komprehensif,
terpadu dan berkualitas agar adanya masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi dan
ditangani secara dini. Melalui pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil akan
mendapatkan pelayanan yang lebih menyeluruh dan terpadu, sehingga hak

1
reproduksinya dapat terpenuhi, missed opportunity dapat dihindari serta
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.

2
BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Asuhan antenatal


Pemeriksaan asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar1.
Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik
tetapi juga mental.1
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan ANC, petugas mengumpulkan dan menganalisis
data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi 2.
Kunjungan ANC adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan
dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk
memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.3

2.2. Tujuan Asuhan Antenatal 1


1. Tujuan Umum
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
2. Tujuan Khusus
1) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling
KB dan pemberian ASI.

3
2) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.
3) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu
hamil.
4) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu
hamil sedini mungkin.
5) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang ada.

2.3. Jadwal kunjungan Asuhan Antenatal

Pada kehamilan yang berisiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan


harus lebih ketat. Namun pada kehamilan yang normal jadwal asuhan cukup
empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal
ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4.5 Hal ini berarti, K1 pada usia
kehamilan hingga 12 minggu (Trimester I) dan kontak pertama kali ini sebaiknya
sebelum minggu ke-8, K2 pada usia kehamilan >12 – 24 minggu (Trimester II),
dan minimal dua kali kunjungan pada trimester III yaitu K3 pada usia kehamilan
32 minggu dan K4 pada usia kehamilan 36 – 38 minggu.1

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan
mendapatkan serangkaian pelayanan terkait seperti :4

Trimester I Trimester II Trimester III


1. Pemastian kehamilan 1. Penapisan defek 1. Evaluasi
2. Pemastian hamil tabung saraf pertumbuhan janin
intrauterine – hidup 2. Penapisan defek 2. Evaluasi toleransi
3. Pemastian hamil jantung maternal
tunggal/ multiple 3. Evaluasi 3. Evaluasi rute
4. Pemastian faktor risiko pertumbuhan janin persalinan /
dan mereduksi 4. Evaluasi toleransi kelahiran

4
kebiasaan hidup yang maternal 4. Evaluasi fasilitas
merugikan kehamilan 5. Penapisan kehamilan /
5. Persiapan dan servikovaginitis perawatan
pemeliharaan payudara 6. Penapisan ISK neonatal
6. Penapisan thalasemia, 7. Penapisan DM 5. Membahas
hepatitis B, rhesus rencana
(bila mungkin) kontrasepsi pasca
7. Pemerikasaan persalinan
TORCHS (bila
mungkin)

2.4. Pemeriksaan Rutin dan Penelusuran Penyulit selama Kehamilan


Dalam melakukan pemeriksaan rutin, tenaga kesehatan harus mengumpulkan
data pribadi pasien dan keluarganya serta mengidentifikasi riwayat kesehatannya
meliputi5:
 Data Umum Pribadi
- Usia
- Alamat
- Pekerjaan ibu/suami
- Lamanya menikah
- Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
 Keluhan Saat Ini
- Jenis dan sifat gangguan yang ibu rasakan
- Lamanya mengalami gangguan tersebut
 Riwayat Haid
- Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
- Usia kehamilan dan taksiran persalinan
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
- Asuhan antenatal, persalinan, dan kehamilan sebelumnya
- Cara persalinan
- Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
- Berat badan lahir

5
- Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
- Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
 Riwayat Kehamilan Saat Ini
- Identifikasi kehamilan
- Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam
kehamilan)
- Penyakit lain yang diderita
- Gerakan bayi dalam kandungan
 Riwayat Penyakit dalam Keluarga
- Diabetes Melitus, Hipertensi atau Hamil Kembar
- Kelainan bawaan
 Riwayat Penyakit Ibu
- Penyakit yang pernah diderita
- DM, HDK, Infeksi Saluran Kemih
- Penyakit jantung
- Infeksi virus berbahaya
- Alergi obat atau makanan tertentu
- Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan tersebut
- Inkompatibilitas Rhesus
- Paparan sinar-X
 Riwayat Penyakit Yang Membutuhkan Tindakan Pembedahan
- Dilatasi atau kuretase
- Reparasi vagina
- Seksio sesarea
- Serviks inkompeten
- Operasi non-ginekologi
 Riwayat Mengikuti Program Keluarga Berencana
 Riwayat Menyusui
 Riwayat Imunisasi

Pemeriksaan fisik dan obstetrik yang harus dilakukan dalam rangka


memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari 1:

6
1) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
3) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah; dan atau proteinuria)
4) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6) Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

7
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi
TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status
imunisasi ibu saat ini.
8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e. Pemeriksaan darah Malaria

8
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah
non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada
indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan
sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,
apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

9
Tabel 2. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu1
2.5. Tanda Bahaya Kehamilan5
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Tanda-tanda bahaya kehamilan yang terjadi pada masa kehamilan muda dan
lanjut, pada kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hiperemesis
gravidarum, hipertensi, sedangkan pada kehamilan lanjut tanda-tanda bahaya
kehamilan yang sering terjadi adalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang
berat, penglihatan kabur, bengkak di wajah, keluar cairan pervaginam, gerakan
janin tidak terasa, nyeri abdomen yang hebat dan anemia.

2.5.1. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Muda5


A. Perdarahan Pervaginam
Kehamilan normal biasanya identik dengan amenore dan tidak ada perdarahan
pervaginam, tetapi banyak juga wanita yang mengalami episode perdarahan pada
trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang)
dan berwarna tua (coklat kehitaman).
Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari
atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.Perdarahan pervaginam pada
hamil muda kemungkinan disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik dan mola
hidatidosa.

1. Abortus
Perdarahan pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada seperlima dari
seluruh kehamilan dan hampir separuh dari jumlah tersebut mengalami
keguguran. Kejadian aborsi spontan diperkirakan mencapai sekitar 15-22% dari
seluruh kehamilan.

10
Abortus adalah peristiwa berakhirnya kehamilan <20 minggu atau berat janin
<1000 gram. Ada bebrapa jenis abortus:

a. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa
berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.

b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat
masuk dan ketuban dapat diraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi
sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan
mempertahankan kehamilan pada keadaan ini ,merupakan kontraindikasi.

c. Abortus inkomplitus
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Serviks terbuka
karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing, oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi
sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat insipiens. Pada beberapa kasus
perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali.

d. Abortus Komplitus
Hasil konsepsi lahir dengan lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak
diperukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena

11
dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks
dengan segera menutup kembali.

e. Abortus Tertunda (missed abortion)


Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau
lebih. Sekitar kematian janin kaddang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit
sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Selanjutnya, rahim tidak
membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan laserasi jalan.

2. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara genetik tidak normal, yang
muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Kehamilan mola
hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi berpotensi menjadi
ganas. Tanda dan gejala kehamilan mola adalah:
a. Mual dan muntah yang menetap, sering kali menjadi parah
b. Perdarahan uterus yang terlihat pada minggu ke-12; bercak darah atau
perdarahan hebat mungkin terjadi, tetapi biasanya hanya berupa rabas
bercampur darah, cenderung berwarna merah dari pada coklat yang terjadi
secara terus menerus.
c. Ukuran uterus besar
d. Sesak nafas
e. Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar
f. Tidak ada denyut jantung janin
g. Tidak ada aktivitas janin
h. Pada palpasi tidak ditemukan bagian-bagian janin
i. Hipertensi akibat kehamilan, preeklamsia atau eklamssi sebelum usia
kehamilan 24 minggu.

3. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi berlangsung di luar endometrium kavum uteri. Biasanya kehamilan
ektopik terjadi pada tuba, dan sangat jarang terjadi di ovarium atau rongga

12
abdomen (perut). Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya
karena tempat implantasi janin tidak memberi janin kesempatan untuk
berrkembang hingga mencapai aterm.
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi infeksi pelvis, alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD), riwayat kehamilan ektopik dan riwayat
pembedahan tuba. Gejala awal kehamilan ektopik adalah perdarahan pervaginam
dan bercak darah, dan kadang-kadang nyeri panggul. Perubahan bentuk uterus
tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa sebab peningkatan ukuran
uterus dan konsistensinya sama dengan ukuran dan konsistensi uterus padda
trimester pertama kehamilan akibat pengaruh hormon plasenta.
Karena tuba bukan merupakan tempat yang tepat ntuk pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti didalam uterus.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada ussia kehamilan 6-10 minggu.
Diagnosa kehamilan ektopik dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang. Kemungkina KET dapat ditegakkan berdasarkan
keluhan nyeri perut bawah yang hebat dan tiba-tiba, ataupun nyeri perut bawah
yang muncul bertahap, disertain dengan keluhan perdarahan pervaginam setelah
keterlambatan haid, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut abdomen,
kavum douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus.

B. Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan
paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah ini
biasanya diseebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama
kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human
chorionic gonadotrophin) .
Mual dan muntah biasanya dirasakan di pagi hari “morning sickness”, rasa
mual ini tak membahayakan kesehatan bayi selama ibu hamil bisa mengkonsumsi
makanan secara seimbang dan banyak minum. Sebagian besar wanita yang
mengalami mual di pagi hari cukup cepat mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa
di cerna.

13
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama
kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness
normal yang umunya dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah
normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan dengan
adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi, hiperemesis gravidarum
dapat terjadi disetiap trimester dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit,
dan ketosis. Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi. Penyakit
hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat 1
Gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri
epigastrium, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik
menurun, lidah kering dan mata cekung.

b. Tingkat 2
Gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit
ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam
hawa pernafasan.
Tingkat 3
c. Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran
menurun dari samnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih
turun, komplikasi fatal ensefalopati wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan
mental, dan ikterik.

C. Hipertensi
Hipertensi didiagnosa secara empiris bila pengukuran tekanan darah sistolik
melebihi 140 mmHg atau tekanandarah diastolik melebihi 90 mmHg. Ibu hamil
yang mengalami peningkatan tekanan sistolik sebanyak 30 mmHg atau diastolik
sebanyak 15 mmHg harus dipantau lebih sering. Tidak diragukan lagi bahwa
kejang eklamtik dapat terjadi padda beberapa perempuan yang memiliki tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.

14
Gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dibagi ke dalam dua kelompok
walaupun tidak terdapat kesepakatan universal mengenai defenisi yang tepat:
a. Gangguan hipertensi yang khas pada kehamilan, yang mempengaruhi sekitar
12% kehamilan meliputi: pre eklamsi dan elamsi, hipertensi akibat
kehamilan/hipertensi gestasional yang didefenisikan sebagai peningkatan
tekanan darah (TD) pada paruh kedua atau trimester ketiga kehamilan tanpa
gambaran lain pre eklamsi.
b. Hipertensi yang sudah terjadi sebelum kehamilan. Hipertensi kronis
diperkirakan terjadi antara 3 dan 5% wanita usia subur, dan dapat disebabkan
oleh proses penyakit yang mendasari, seperti penyakit ginjal, feokromositoma,
atau yang lebih umum terjadi hipertensi esensial.
Preeklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan terjadi setelah
minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dan edema.
Proteinuria adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2
spesimen urine yang diambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih.
Wanita yang menderita pra eklamsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada
kenaikan dalam tekanan darahnya. Edema sendiri bukanlah tanda pra eklamsi
yang dapat dipercaya kecuali jika edema terjadi pada tangan atau wajah, edema ini
dapat termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan mendadak
sebanyak 1 kg atau lebih dalam seminggu.
Eklamsia merupakan kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang
wanita dengan preeklamsia. Untuk mendeteksi prenatal dini secara tradisional
waktu pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan
28 minggu. Peningkatan kunjungan prenatal selama trimester terakhir
memungkinkan untuk mendeteksi dini preeklamsi.

2.5.2. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut5


1. Perdarahan Per Vaginam
Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir
dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan, dikatakan tidak normal jika darah
berwarna merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan

15
rasa nyeri. Perdarahan seperti ini bisa menandakan adanya plasenta previa atau
abrupsio placenta.
Ada beberapa jenis perdarahan antepartum pada kehamilan lanjut yaitu:
A. Plasenta Previa
Adanya plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah
pada dinding depan dan belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-
gejalanya adalah:
a. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi secara tiba-
tiba dan kapan saja.
b. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian
bawah rahim sehingga bagian terndah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.
c. Pada plasenta previa,ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa
lebih sering disertai kelainan letak.

B. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal
plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya adalah:
a. Darah dari tempat plasenta keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar
atau perdarahan tampak.
b. Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta
(perdarahan tersembunyi/perdarahan ke dalam)
c. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang
lebih khas (rahim keras seperti papan) karena sseluruh perdarahan tertahan di
dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak
sesuai dengan beratnya syok.
d. Perdarahan disertai nyeri
e. Nyeri abdomen pada saat di pegang
f. Palpasi sulit dilakukan
g. Fundus uteri makin lama makin naik
h. Bunyi jantung biasanya tidak ada

16
2. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia,
untuk itu lakukan pemeriksaan edema pada muka/tangan, periksa tekanan darah,
protein urine dan refleks.

3. Penglihatan Kabur
Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada ibu hamil disebabkan oleh
pengaruh hormonal, keadaan ini mengancam jika perubahan visual terjadi secara
mendadak misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini
mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan prereklamsi.

4. Bengkak di Wajah
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik
yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi.

5. Keluar Cairan Pervaginam


Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester 3, air tersebut bisa
jadi bersal dari ketuban yang pecah. Pecaahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan
aterm, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung, normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II.

6. Gerakan Janin tidak Terasa

17
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Ketika bayi tidur
maka gerakannya akan melemah, gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Biasanya
tanda dan gejala nya adalah gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.

7. Nyeri Abdomen yang Hebat


Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal,
nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang menganccam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus
yang iritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.

8. Anemia
Anemia merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan, diagnosa anemia dalam kehamilan ditegakkan bila kadar hemoglobin
(Hb) < 0,33. Anemia jelas menjadi momok karena memiliki dampak yang
signifikan bagi mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal di seluruh dunia,
terlebih di negara berkembang.
Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eitrosit turun di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, kondisi ini
sering disebut kurang darah karena kadar sel darah merah (hemoglobin ata Hb) di
bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan gizi untuk
pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B 12.

2.6. Edukasi Kesehatan Bagi Ibu Hamil5

Kunjungan antenatal memberikan kesempatan bagi petugas kesehatan untuk


memberikan informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya
termasuk rencana persalinan dan cara merawat bayi. Beberapa informasi penting
tersebuut adalah5:

18
1. Nutrisi yang Adekuat
 Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2500

kalori. Ibu hamil harus memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis makanan

sehingga dapat memenuhi kebutuhan kalori tersebut sehingga petugas

kesehatan harus menjelaskannya secara rinci dan dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang

berlebihan dapat menyebabkan obesitas yang dapat merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan

setidaknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.1 Pada ibu hamil yang

kekurangan gizi maka perlu pemberian kalori tambahan agar tubuh segera

mengalami kondisi yang ideal, meskipun berbagai literatur menyebutkan

bahwa ibu hamil kurang gizi, bisa melahirkan anak tanpa ada kelainan

apapun. Akan tetapi risiko kehamilan serta saat melahirkan tentunya lebih

tinggi dibandingkan ibu hamil dengan kondisi gizi yang sempurna. Pada ibu

hamil terutama pada pertengahan usia kandungannya, sering mengalami

pembengkakan pada kakinya. Hal ini bisa di atasi dengan mengurangi

konsumsi makanan yang mengandung ion Natrium dan Klorida. Adapun

makanan yang sangat dianjurkan pada masa kehamilan adalah susu, telur,

sayur, buah, mentega, margarin, serta vitamin, utamanya vitamin A, D dan C.

 Protein
Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga
perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram perhari. Protein
tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau

19
hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisisensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia dan edema.5
Sesuai dengan usia pertumbuhan kehamilan mulai dari trimester pertama
hingga ketiga banyak keluhan ibu hamil yang mempengaruhi keinginan untuk
makan. Pada kehamilan trimester pertama umur kehamilan 0-3 bulan umumnya
timbul keluhan-keluhan seperti rasa mual, ingin muntah, pusing-pusing, selera
makan berkurang sehingga timbul kelemahan dan malas beraktivitas. Pada saat
ini belum diperlukan tambahan kalori, protein, mineral serta vitamin yang
berarti karena janin belum tumbuh dengan pesat dan kebutuhan gizi dapat
disamakan dengan keadaan sebelum hamil, tetapi yang perlu diperhatikan
adalah bahwa ibu hamil harus tetap makan agar tidak terjadi gangguan
pencernaan, bentuk makanan biasa, dan untuk menghindari rasa mual dan
muntah posi makanan kecil akan tetapi frekuensi makan sering. Energi serta
gizi pada saat seperti ini hanya diperlukan untuk memelihara kesehatan serta
vitalisnya, disampng tentunya mensuplai kebutuhan janin yang sedang
diproses. Agar kecukupan zat-zat gizi terpenuhi dapat diperhatikan hal-hal
seperti berikut:
- Makanan hendaknya dipilih yang mudah dicerna. Buah-buahan segar dan
sayuran hijau biasanya dapat mengurangi rasa mual.
- Posi makanan sedikit, tetapi dengan frekuensi sering. Bila kurang selera
makan nasi, dapat diganti dengan kentang, macaroni, mie atau jajanan lain
yang bergizi.
Pada trimester kedua mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk
pertumbuhan serta perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan
si ibu. Pada saat ini muntah sudah berkurang atau tidak ada, nafsu makan
bertambah,perkembangan janin sangat pesat bukan saja tubuhnya tetapi juga
susunan saraf otak (kurang lebih 90%). Oleh karena pertumbuhan janin yang
pesat di mana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu hamil
memerlukan protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada susu
sehingga dianjurkan untuk minum susu 400 cc. Yang perlu diperhatikan pada
trimester kedua ini adalah:

20
- Hendaknya lebih banyak memakan bahan makanan sumber protein (zat
pembangun), agar janin mengalami pertumbuhan yang baik. Bahan
makanan sumber protein adalah ikan, daging, telur, kacang-kacangan dan
hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain-lain.
- Selain zat pembangun, zat-zat pengatur juga diperlukan. Vitamin dan
mineral merupakan zat pengatur yang banyak terdapat pada buah dan
sayuran.
- Perlu diperhatikan, bila ibu mengalami bengkak-bengkak padakaki,
hendaknya konsumsi garam dan makanan perlu dikurangi. Bahan makanan
yang banyak mengandung garam antara lain Instansi Noodle, Margarine,
mentega, kecap, dan lain-lain. Untuk itu bahan makanan tersebut
hendaknya dibatasinya.
Trimester ketiga, pada saat ini nafsu makan sudah baik sekali cenderung
untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi
kegemukan. Pada masa ini diperlukan makanan dengan nilai biologis yang
tinggi serta memadai untuk mencukupi segala yang dibutuhkan. Secara garis
besar makanan pada trimester ketiga sama dengan makanan pada trimester
kedua, tetapi hendaknya jangan terlalu banyak, agar ibu terhindar dari
kegemukan.7
 Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutam untuk
perkembangan otot dan rangka. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram
perhari. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, keju
dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada
bayi atau osteomalasia pada ibu.1 Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari
makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang
mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis.1
 Zat besi
Pada ibu hamil, metabolisme yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan
oksigenasi meningkat yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen
melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi
hemoglobin yang normal diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan

21
jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan
anemia pemberian besi per minggu cukup adekuat. Zat besi yang diberikan
dapat berupa ferrous glukonat, ferrous fumarate dan ferrous sulphate.1 Cara
pemberiannya adalah satu tablet Feper hari, sesudah makan, selama masa
kehamilan dan nifas. Perlu diberitahukan kepada ibu bahwa normal bila warna
tinja mungkin menjadi hitam setelah makan obat ini. Dosis tersebut tidak
mencukupi pada ibu hamil yang mengalami anemia, terutama pada anemia
berat (8 gr % atau kurang). Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2x 100
mg per hari selama 2 bulan sampai dengan melahirkan. Kekurangan zat besi
pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.1
 Asam Folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel. Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti
metabolisme beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai
senyawa penting dalam sintesis asam nukleat..2 Jumlah asam folat yang
dibutuhkan oleh ibu hamil aadalah 400 mikrogram perhari. Kekurangan asam
folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil. Sekitar 24-
60% wanita baik di negara berkembang maupun yang telah maju mengalami
kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan mereka
sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi
kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia
kehamilan dan hemorrhage (pendarahan). Suplementasi sebaiknya diberikan
sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan. Besarnya
suplementasi adalah 280, 660, dan 470 μg per hari, masing-masing pada
trimester I, II, dan III. Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat
antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, daging,
jeruk, dan telur.5

2. Perawatan Payudara
Perawatan payudara sering disebut Breast Care bertujuan untuk memelihara
kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar Perawatan payudara

22
sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara
merupakan satusatu penghasil ASI yang merupakan merupakan makanan pokok
bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin pengeluaran ASI
sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya.7
Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekfresi dan membuka duktus dan
sinus laktoferus, sebaiknya dilakukan secara hati-hati karena pengurutan yang
salah dapat menyebabkan kontraksi pada rahim. Basuhan lembut setiap hari pada
areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut.
Untuk sekresi yang mengering pada susu, lakukan pembersihan dengan
menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang,
sensitif, dan menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan penopang payudara
yang sesuai.5

3. Perawatan Gigi
Setidaknya dilakukan pemeriksaan gigi sebanyak dua kali dalam masa
kehamilan, yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Trimester pertama terkait
dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga
kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Sementara itu trimester ketiga
terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu
diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada ibu hamil. Dianjurkan
untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap
terjadinya carries dan ginggivitis.1Keadaan rongga mulut ibu hamil dapat
mempengaruhi kondisi bayi yangdikandungnya. Jika seorang ibu menderita
infeksi periodontal, pada saatibu tersebut hamil akan memiliki resiko lebih besar
untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan mengalami kelahiran
prematur.Ibu hamil penderita periodontalkronis beresiko 10,9 kali lebih besar
memiliki bayi BBLR, bahkan ibu hamilyang menderita infeksi periodontal,
memiliki resiko terhadap terjadinyaBayi BBLR sebanyak 19,2 kali dibanding
yang normal. Risiko tersebut samakuatnya dengan risiko akibat merokok atau
pemakaian alkohol.6

4. Kebersihan tubuh dan pakaian

23
Kebersihan tubuh harus selalu terjaga selama masa kehamilan. Perubahan
anatomik pada perut, area genitalia pada lipat paha dan payudara meyebabkan
lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh
mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak
dianjurkan berendam dalam bathub dan melakukan vaginal douche. Gunakan
pakaian yang longgar bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu berhak tinggi (high
heels) dan alas kaki yang kers serta korset penahan perut. Lakukan gerakan tubuh
ringan misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan
pekerjaan rumah tangga yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan yang
berlebihan. Istirahat yang cukup, minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam pada
siamg hari. Tidak boleh merokok selama hamil karena dapat menyebabkan
anoksia janin, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan
kongenital, dan solusio plasenta.5

24
KESIMPULAN

Pelayanan Antenatal Terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif


dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk memenuhi hak
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga
mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat.1
Pelayanan antenatal terpadu tersebut mencakup pelayanan promotif,
preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA, gizi,
pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit
menular seksual), tidak menular (hipertensi, Diabetes Mellitus), ibu hamil yang
mengalami kekerasan selama kehamilan serta program spesifik lainnya sesuai
dengan kebutuhan.1
Setiap tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta
harus dapat memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap ibu hamil agar
dapat memastikan kehamilan berlangsung normal, mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil serta melakukan intervensi secara adekuat.1

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan. Pedoman pelayanan Antenatal Terpadu. 2010.


2. Henderson. 2008, Ilmu Kebidanan, Jakarta: EGC
3. Manuaba Ida Bagus, 2002, Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB, Jakarta:
EGC.
4. Saifudin, 2005, Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
5. Adriaansz, G. Asuhan Antenatal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T.
(eds.) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bab 42. Edisi Ke-4. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. p.581-598.
6. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
7. Simanjuntak. D, Sudaryati E.,2005. Gizi pada Ibu Hamil dan Menyusui.
Universitas Sumatera Utara. Available from :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-nifatulmus-5882-2-
babii.pdf

26
27

Anda mungkin juga menyukai