Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun berdasarkan dari beberapa sumber yang telah kami baca dan amati.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan makalah ini hingga
selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis selalu terbuka terhadap segala kritikan dan saran yang
dapat berguna untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 13 Maret 2017

Penulis

Page i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar…………………………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………………. ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 3

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 3

1.3 Tujuan penulisan …………………………………………………..... 3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penalaran………………………................................... 4

2.2 Unsur Penalaran……..…............................................................ 5

2.3 Penalaran Deduktif & Induktif…………….................................. 7

2.4 Urutan Logis............................................................................ 10

2.5 Generalisasi dan Spesifikasi........................................................ 14

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………….............. 19

3.2 Saran……………………………………………………………...... 20

Daftar Pustaka...................................................................................................... 21

Page ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis merupakan suatu proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu
topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan
dan sebagainya. Di zaman ini kalimat-kalimat di Indonesia semakin berkembang,
oleh karena itu kita diharuskan mampu mengaplikasikan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar di dalam sebuah kalimat. Penalaran merupakan sebuah proses
berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Penalaran sendiri terbagi
menjadi dua yaitu penalaran deduktif dan induktif.
Dengan penalaran yang tepat, hal yang akan dituangkan dalam karangan
menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang
tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih
dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penalaran dan penalaran karangan?
2. Apa saja unsur-unsur pembentuk sebuah penalaran?
3. Apa yang dimaksud dengan penalaran deduktif dan induktif?
4. Bagaimana pengaplikasian penalaran dalam karangan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang penalaran karangan
2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur pembentuk penalaran
3. Untuk mengetahui maksud dari penalaran deduktif dan induktif
4. Agar bisa mengaplikasikan penalaran di dalam karangan

BAB II

PEMBAHASAN

Page 3
A. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

 Definisi penalaran berdasarkan KBBI :


 Pertimbangan akal budi manusia, cara pemecahan masalah persoalan.

 Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan
pemikiran; kepercayaan takhayul, serta yang tidak logis haruslah dikikis habis.

 Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan
perasaan atau pengalaman.

 Proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.

 Definisi penalaran secara umum :


Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan
kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya. Contoh sederhana dari
penalaran:

Logam 1 dipanasi dan memuai


Logam 2 dipanasi dan memuai
Logam 3 dipanasi dan memuai

Kesimpulan yang dapat diambil: semua logam yang dipanasi memuai

 Definisi penalaran menurut beberapa ahli :

Page 4
• Menurut Shurter dan Pierce, istilah penalaran sebagai reasoning yang
didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan
sumber yang relevan (Dahlan, 2004).

• Menurut Keraf (dalam Shadiq, 2004) penalaran adalah proses berfikir yang
berusaha menghubungkan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan.

Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu : (1) Proses berpikir logis,


sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2)
Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan. (3) proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
(4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan
mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel
yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5)
Pembahasan suatu masalah sampai menghasilakan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi, penalaran karangan adalah proses berpikir logis untuk mengkaji
hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudia hasil atau
simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan
deduktif.

B. Unsur Penalaran
1. Topik
Yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-
kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
Yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya dan kesalahannya.
3. Proposisi
Adapun jenis-jenis proposisi yaitu :
a. Proposisi Empirik
Yaitu proposisi berdasarkan fakta.
Misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi Mutlak
Yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian.
c. Proposisi Hipotetik
Yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
Misalnya: Jika dijemput, A akan ke rumah.
d. Proposisi Kategoris

Page 5
Yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
Misalnya: Roni akan menikahi Dewi
e. Proposisi Positif Universal
Yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
Misalnya: Semua manusia akan mati.
f. Proposisi Positif Persial
Yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya
g. Proposisi Negatif Universal
Yaitu kebalikan dari proposisi Proposisi Positif Universal.
Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi Negatif Persial
Yaitu kebalikan dari Proposisi Positif Persial.
Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.

4. Proses Berpikir Ilmiah


Yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu
kesimpulan.
5. Logika
Yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi
(pembuktian). Fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematik
Yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir
kedalam suatu kesatuan
7. Permasalahan
Yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel
Yaitu unsur satuan pikiran dalam suatu topikyang akan dianalisis
9. Analisis (Pembahasan, Penguraian)
Dilakukan dengan mengidentifikasi analisis (pembahasan, penguraian), dilakukan
dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi),
membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (Argumentasi)
Yaitu proses pembenaranbahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau
kesalahannya.
11. Hasil
Yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12. Kesimpulan (Simpulan)
Yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.

C. Penalaran Induktif & Deduktif

 Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi
data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum.

Page 6
Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atau fakta
yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam,
yaitu : Generalisasi, Analogi, dan Sebab-Akibat.

1. Paragraf Induktif Pola Generalisasi


Merupakan pola paragraf yang bersifat mengembangkan kalimat (peristiwa)
khusus dengan hasil berupa kesimpulan yang memiliki sifat lebih umum.

Contoh :
Setelah hasil ujian farmakologi mahasiswa farmasi semester dua dibagikan,
ternyata Anita, Bayu, Cecep, dan Dodo mendapat nilai 9. Mahasiswa lain
kebanyakan hanya mendapat nilai 8. Hanya satu orang yang tidak mendapatkan
nilai karena sedang sakit ketika ujian berlangsung. Maka dari itu, bisa kita
simpulkan bahwa mahasiswa farmasi semester dua cukup memahami mata kuliah
farmakologi.
Penjelasan dari paragraf diatas adalah:
 Nilai 9 yang diperoleh Bayu, Cecep, dan Dodo adalah peristiwa / kalimat
khusus.
 Peristiwa khusus di atas dihubungkan dengan logika.
 Kesimpulan bersifat umum (general) ketika diakhir paragraf terdapat
kalimat “mahasiswa semester dua cukup memahami”.
 Pada kesimpulan terdapat kata “cukup” karena masih ada satu orang yang
belum ikut ujian. Jika semuanya ikut ujian dan mendapatkan nilai 8 dan 9,
maka kesimpulannya akan berubah menjadi “mahasiswa semester dua
sudah menguasai mata kuliah farmakologi”.

2. Paragraf Induktif Pola Analogi


Merupakan pola dalam menyusun paragraf untuk membandingkan dua objek yang
bersifat kurang lebih sama. Pola analog ini berangapan jika memiliki persamaan
pada sisi tertentu, tentu juga akan ada persamaan lain di sisi lainnya.

Contoh :
Alam raya yang kita ketahui beroperasi dengan teratur, sama halnya dengan
sebuah mesin. Bintang. Planet dan satelitnya, serta jutaan benda langit lainnya
berorbit dengan teratur dalam keteraturan, seperti roda mesin yang berputar
dengan teratur. Mesin yang presisi tersebut dibuat oleh manusia. Tidakkah aneh
jika semesta yang luar biasa ini tidak ada penciptanya? Tentu saja ada
penciptanya; Sang Maha Pencipta dan Maha Berkuasa; Allah SWT. Mesin yang

Page 7
dibuat dengan penuh harapan tentu si pembuatnya sangat sayang. Begitu pula
dengan Allah SWT yang sayang dengan hamba-hambanya yang beriman dan
bertaqwa.

Penjelasan dari paragraf diatas adalah:


Terlihat persamaan yang diumpamakan dalam paragraf diatas? Memang tidak
sama secara fisik atau mekanik. Hanya saja penulis berusaha menyampaikan
mesin yang katanya dibuat manusia dengan rumit agar bisa berjalan teratur,
bagaimana dengan alam semesta? Tentu jika bukan dengan kuasa-Nya tidak akan
ada keteraturan. Sehingga jatuh pada kesimpulan mesin yang “gampang” saja ada
penciptanya. Apalagi alam semesta yang rumit ini, pastilah penciptanya adalah
Yang Maha Hebat lagi Maha Bijaksana.

3. Paragraf Induktif Pola Sebab-Akibat


Peristiwa atau kejadian X mengakibatkan peristiwa atau kejadian Y. Diawali dari
peristiwa atau kejadian yang menjadi “sebab” dan diakhiri oleh kesimpulan yang
menjadi “akibat”.

Contoh :
Selama kuliah di jurusan Farmasi, tidak pernah sekalipun Santi terlihat serius dalam proses
perkuliahan. Mungkin dikarenakan Santi beranggapan bahwa dirinya tidak cocok kuliah di
Farmasu karena lebih menyukai ilmu politik. Akibatnya, prestasi dan nilainya kurang
memuaskan di semua mata kuliah Farmasi.

Penjelasan dari paragraf diatas adalah:


Kunci utama dalam menentukan pola sebab-akibat ini adalah cermat dalam menganalisa
peristiwa atau kejadian yang menjadi “sebab”.

 Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa
prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan deduktif mempunya bermacam-
macam jenis berdasarkan teknik pengembangannya maupun uraian isinya. (Widjono,2012).

 Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah


humaniora(sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun,

Page 8
kualifikasi produk yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan,
keserasian, dan lain-lain dapat pula menggunakan jenis karangan ini.

 Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan


penggunaan angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut
menguraikan :

1. Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,

2. Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,

3. Kerangka teori: berisi pada pembahasan variabel,

4. Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,

5. Rumusan hipotesis dan penjelasannya,

6. Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,

7. Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil


analisis data, sampai dengan simpulan,

8. Analisis data

9. Hasil analisis, dan

10. Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil

 Penarikan kesimpulan secara deduktif

Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

A. Menarik simpulan secara langsung


Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan ).

B. Menarik simpulan secara tidak langsung

Page 9
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang bersifat
umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus.
Contoh :
· Silogisme Kategorial.
Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
Premis umum : premis mayor ( My )
Premis khusus : premis minor ( Mn )
Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Contoh silogisme kategorial :
My : Semua mahasiswa Universitas Mulawarman memiliki KTM.
Mn : Aini Fatimah adalah mahasiswa Universitas Mulawarman.
K : Aini Fatimah memiliki KTM.

D. Urutan logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam urutan
logis,sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan peristiwa,
waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan
sebagainya.

 Urutan Peristiwa (Kronologis)


Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis berarti menyajikan bahasan
berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa yang terjadi lebih dahulu diuraikan lebih dulu,
peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai
berikut :

Cara pertama : urutan kronologis secara alami


Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya

Cara kedua : urutan peristiwa dengan sorot balik (flashback).


1. peristiwa terakhir

Page
10
2. Peristiwa pertama
Peristiwa kedua
Peristiwa ketiga
3. Peristiwa terakhir

(1) peristiwa terakhir, (2) peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik
atau flashback, (3) kembali peristiwa terakhir dan melanjutkan cerita.
 Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk
menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat menggunakan ungkapan-ungkapan :
di sana, di sini, di situ, berhadapan,
di, pada bertolak belakang dengan,

di bawah, di atas, berseberangan,

di tengah, melalui, belok kanan,

di utara, di selatan, belok kiri, ke depan,

di depan, di muka ke atas, ke samping,

di belakang di sisi, di seberang


di hadapan,
di kiri, di kanan,
di persimpangan,
di luar, di dalam,

 Urutan Alur Penalaran


Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan
umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini telah di bicarakan pada bagian terdahulu. Urutan
ini menghasikan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang terdiri
beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang
paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah
dipahami isinya. Dengan membaca kalimat-kalimat pertama pada paragraf-paragraf itu,
pembaca dapat mengetahui garis besar isi seluruh karangan.

 Urutan Kepentingan

Page
11
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan
gagasannya yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang penting
sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.

 Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor,
sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum Premis Mayor (My)
Premis khusus Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA

 Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditionalhipotesis.Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan
anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden,
simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

 Silogisme Alternatif

Page
12
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh:
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

E. Generalisasi Dan Spesifikasi


Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual
menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan.
Pernyataan “semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya:
Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajahtampan.

Macam-macam generalisasi :
1. Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar
penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian
fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum
diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna
juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.

Page
13
 Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu.
klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang hanya mengelompokkan objek
menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dua jenis yaitu pria dan wanita; dan
klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih,
misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok, yaitu anak balita,
anak uasia sekolah, SD,SMP,dan SMU, orang dewasa dan manula.(menurut: widjono,2012)
Klasifikasi merupakan suatu cara pengembangan paragraf melalui pengfelompokan
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ungkapan byang biasa dijumpai yaitu dibagi menjadi,
digolongkan menjadi, terbagi menjadi, mengklasifikasikan.

 Hipotesa dan Teori Analogi


Hipotese (hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau
kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain
secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih
kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese.

Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan
ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceterisparibus) :
· Hipotesis pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi
publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya
mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu,
walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi
publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
· Hipotesis kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan
negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak
yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah
penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Page
14
· Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran
pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis
pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang
baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat
kesempatan mencari keuntungandemi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang
sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi
terhambat.
· Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik.
Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi
untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digaris bawahi bahwa
yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada
apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi
bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana
pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi
persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang
berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.

 Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam
analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.Analogi dilakukan karena antara
sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran.
Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit
dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan
latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor
yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet.
Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan
latihan atau pembelajaran.

A. Jenis-jenis Analogi:

Page
15
1. Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi
juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim
Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan
dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala
negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang
benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

 Hubungan Kausalitas
Hubungan kausalitas adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah
pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan
keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya
yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan
sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

B. Macam hubungan kausal :


1. Sebab- akibat.
Contoh:

Page
16
Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.
2. Akibat – Sebab.
Contoh:
Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat.
Contoh:
Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban
kecelakaan.

 Induksi dalam metode eksposisi


Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang
suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai
catatan, tidak jarang eksposisiditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses
kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:


• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

Page
17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:


Penalaran karangan adalah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan
fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. Kemudia hasil atau simpulan dalam suatu karangan
itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.

Unsur Penalaran :
1. Topik
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
3. Proposisi
4. Proses Berpikir Ilmiah
5. Logika
6. Sistematik
7. Permasalahan
8. Variabel
9. Analisis (Pembahasan, Penguraian)
10. Pembuktian (Argumentasi)
11. Hasil

Page
18
12. Kesimpulan (Simpulan)

 Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi
data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum.
Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atau fakta
yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam,
yaitu : Generalisasi, Analogi, dan Sebab-Akibat.
 Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian
fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan
khusus yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Karangan
deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik
pengembangannya maupun uraian isinya.

Urutan logis
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangkan dalam
urutan logis,sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disusun berdasarkan urutan
peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses,
kepentingan, dan sebagainya.

a. Urutan Peristiwa (Kronologis)


b. Urutan Ruang
c. Urutan Alur Penalaran
d. Urutan Kepentingan
e. Silogisme Kategorial
f. Silogisme Hipotesis
g. Silogisme Alternatif

3.2 Saran

Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
menyarankan kepada pembaca untuk pemahaman yang lebih dalam dapat
membaca tentang hal tersebut lebih banyak lagi dari sumber-sumber yang lain.
Dan penulis mengharapkan masukkan yang konstruktif kepada kita semua, demi
penyempurnaan tulisan ini.

Page
19
DAFTAR PUSTAKA

 Widjono,2012 Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo


 Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
 Rahardi, R. Kunjana,2009 Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
 Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta :Akapres
 KBBI
 Google.com
 http://storyofalonelyguys.blogspot.co.id/2012/03/tugas-1-bahasa-indonesia-2-
definisi.html

Page
20

Anda mungkin juga menyukai