Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENANGGUNG JAWAB

PELAKSANAAN RESIKO JATUH


DI RUANG BOUGENVILE RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :

AULIYA ROCHMATUL UMAH., S.KEP

1811040014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Salah satu fungsi rumah sakit
adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian internal dari pelayanan
kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar dapat
menjadikan kepuasan pasien yang tergantung pada kualitas pelayanan. Salah satu
ciri mutu asuhan keperawatan yang baik adalah memenuhi standar profesi yang
ditetapkan. Demi terwujudnya pelayanan keperawatan yang bermutu, salah satu
metode yang diaplikasikan adalah dengan SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional).
Jatuh adalah suatau kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata,
yang melibatkan kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring /
terduduk dilantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Berdasarkan
hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa/mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto di Ruang Bougenvile ditemukan masalah tindakan
keperawatan dalam penanganan pasien resiko jatuh (55%) belum dilakukan
secara optimal.
Dengan adanya masalah tersebut diatas, kami berusaha untuk mengurangi
angka kejadian resiko jatuh di Ruang Bougenvile dan menyelesaikan masalah
tersebut dengan menerapkan ilmu keperawatan manajemen yang sudah kami
dapatkan selama di pendidikan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik Manejemen Keperawatan di Ruang
Bougenvile RSUD Banyumas, mahasiswa/mahasiswi mampu menyelesaikan
masalah-masalah manajemen yang ditemukan di ruangan dengan
menggunakan konsep manajemen keperawatan dan kepemimpinan untuk
menghasilkan kualitas pelayanan professional yang berkualitas tinggi.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruangan
mahasiswa mampu :
a. Mampu melaksanakan POA.
b. Mampu menyelesaikan masalah resiko jatuh yang ada di ruangan dengan
menggunakan konsep manajemen keperawatan.
c. Mampu meningkatkan pasien safety
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata,
yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring / terduduk
di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar
menjadi berada dipermukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh
akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut
adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuennya berbeda dari
mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh.

B. Faktor Resiko
1. Faktor instrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama
mungkin yang sama mungkin tidak jatuh. Faktor intrinsik tersebut antara lain
adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya
berjalan, kelemahan ektremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin,
pucat dan pusing.

2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung
benda-benda. Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang
tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang
licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak
dibawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok,obat-obatan yang
diminum dan alat-alat bantu berjalan.
C. Tujuan
Tujuan penanganan pada pasien resiko jatuh:
1. Untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Untuk meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
3. Untuk menurunkan KTD di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

D. Prosedur Pencegahan pada pasien risiko jatuh


1. Melakukan pengkajian dengan Penilaian MFS Morse Fall Scale (Dewasa)
Morse Fall Scale merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi pasien beresiko jatuh. Penilaian MFS dapat dilakukan
setiap pergantian shift, pasien baru masuk ruangan, pasien pernah terjadi jatuh
dan apabila ada perubahan kondisi pasien. Dengan menilai skor MFS dapat
ditentukan pasien yang beresiko jatuh, yaitu ≥45 menandakan resiko jatuh,
dan MFS ≤45 menandakan resiko rendah. Kepatuhan adalah ketaatan
seseorang pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan merupakan suatu
permasalahan bagi semua disiplin kesehatan, salah satunya adalah pelayanan
perawatan di Rumah Sakit. Patuh adalah taat atau tidak taat terhadap perintah,
dan merupakan titik awal dari perubahan sikap dan perilaku individu.
Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tinggi karena
akan lebih rasional serta terbuka dalam menerima adanya bermacam program
pembaharuan.
Tabel 2.1
Penilaian Pasien Resiko Jatuh Rawat Inap Dewasa Di RSUD Banyumas
Tindakan penilaian pasien resiko jatuh rawat inap
No Observasi
dewasa

1. Siapkan form asesmen resiko jatuh

2. Sampaikan salam

Jelaskan tujuan dan manfaat penilaian skala resiko


3.
jatuh

Lakukan assesmen meliputi:

Faktor
4. Pernyataan Skala
resiko

Riwayat Ya 25
jatuh Tidak 0

Diagnosis ya 15
sekunder
(≥ 2 Tidak
diagnosis 0
medis)

Alat bantu Berpegangan pada perabot 30

Tongkat/alat penompang 15

Tidak ada kursi


0
roda/perawat/tirah baring

Terpasang Ya 20
infus
Tidak 0

Gaya Normal 0
berjalan
Terganggu 20

Status Sering lupa akan keterbatasan


15
mental yang dimiliki

Sadar akan kemampuan


0
sendiri

Jumlah

Keterangan:

Tingkat
Score Tindakan
resiko

Rendah 0 – 24 Pencegahan jatuh dasar

Sedang 25 – 44 Pencegahan jatuh standar

Tinggi ≥45 Pencegahan jatuh resiko


tinggi

5. Jelaskan hasil dari penilaian resiko jatuh

Jelaskan intervensi yang harus dilakukan pada pasien


6. yang beresiko jatuh sesuai hasil pengkajian sampai
salam

TOTAL

PERSENTASE

Sumber: Penilaian Pasien Resiko Jatuh Rawat Inap Dewasa Menggunakan


Skala Morse di RSUD Banyu
2. Pemasangan gelang resiko
Gelang resiko merupakan suatu identifikasi untuk mengetahui pasien yang
beresiko jatuh. apabila nilai MFS ≥ 45 gelang resiko ini dipasang dipergelangan
tangan pasien.

3. Pemasangan label
Label segitiga kuning merupakan tanda untuk mengidenditifikasi pasien
beresiko jatuh. Dimana label segitiga kuning dipasang di depan tempat tidur,
supaya semua perawat dan keluarga tahu pasien tersebut beresiko jatuh. Label
dipasang setelah mendapatkan nilai MFS ≥45.
Tabel 2.3
Pemasangan Penandaan Pasien Resiko Jatuh
No Pemasangan Penandaan Pasien Resiko Jatuh Observasi
1 Menyampaikan salam
Menjelaskan tujuan dan manfaat pemasangan penandaan
2
resiko jatuh berupa gelang jatuh dan segitiga resiko jatuh
Menjelaskan resiko untuk pasien yang menolak, melepas,

3 menutupi penanda resiko jatuh ( gelang dan segitiga


penanda resiko jatuh)
Menjelaskan intervensi yang harus dilakukan pada pasien
4
yang beresiko jatuh sesuai hasil pengkajian
Memasangkan stiker resiko jatuh pada gelang identitas
5
pasien
Memasangkan segitiga resiko jatuh di sisi depan/samping
6
tempat tidur yang terlihat
Menyampaikan salam kembali setelah penandaan resiko
7
jatuh terpasang

Total
Presentase
Sumber: Pemasangan Penandaan Pasien Resiko Jatuh di RSUD Banyumas
4. Penulisan hasil MFS di Rekam Medik pasien
Merupakan sarana untuk pendokumentasian juga untuk menulis hal-hal
yang penting dan sebagai sarana informasi mengingat. Hasil penilaian MFS
ditulis di RM pasien, untuk mengingatkan dan menginformasikan pasien yang
beresiko tinggi jatuh dan beresiko rendah jatuh. Kepatuhan merupakan suatu hal
yang penting agar dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat
membantu dalam mengikuti jadwal yang kadang kala rumit dan mengganggu
kegiatan sehari-hari. Kepatuhan dapat sangat sulit dan membutuhkan dukungan
agar menjadi biasa dengan perubahan. Dengan mengatur, meluangkan waktu dan
kesempatan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri. Kepatuhan terjadi bila
aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti dengan benar.

5. Merendahkan tempat tidur


Tempat tidur merupakan salah satu fasilitas yang digunakan oleh pasien.
Dari tempat tidur pasien bisa beresiko jatuh, maka untuk mencegah jatuh posisi
tempat tidur harus direndahkan.

6. Pemasangan pagar pengaman tempat tidur (hek)


Tempat tidur merupakan salah satu fasilitas yang digunakan oleh pasien.
Dari tempat tidur pasien bisa beresiko jatuh, terutama bila pasien ditinggal
sendiri, maka untuk mencegah jatuh pagar pengaman tempat tidur harus selalu
terpasang dan perawat selalu menginformasikan pada keluarga pasien.
BAB III
PERENCANAAN
A. POA Resiko Jatuh
Plan Of Action Resiko Jatuh
Priorita
N Masala Sub s Uraian Kegiatan Penanggung
Target Waktu Sasaran Biaya
o h Masalah masala jawab
h
1 SKP Belum Setelah dilakukan 1 1. Koordinasi dengan 29 Juli 2019 1. KaRu Gantungan Auliya
optimalnya implementasi diharapkan kepala ruang. 2. kaTim untuk penanda Rochmatul U
penandaan penatalksanaan risiko jatuh 2. Mencarilieratur/ 29 Juli 2019 3. Perawat risiko jatuh Rp
resiko jatuh meningkat sebanyak 45% sumber tentang resiko Ruang 80.000
sebesar (dari 55% menjadi 100%) jatuh
55% di dengan indikator: 3. Menyiapkan sarana 30-31Agustus
ruang 1. Pemasangan segitiga yaitu gantungan untuk 2019
Bougenvile resiko jatuh. resiko jatuh, stiker
2. pemasangan stiker resiko jatuh, dan
resiko jatuh di gelang segitiga resiko jatuh
pasien 4. Sosialisasi dengan 1Agustus 2019
3. safety rail perawat tentang stiker
4. posisikan tempat tidur resiko jatuh
pada posisi terendah 5. Melakukan role play 2,3Agustus2019
5. roda tempat tidur dalam 6. Memberi kesempatan 3,5,6Agustus
keadaan terkunci kepada perawat untuk 2019
mengaplikasikan
identifikasi pasien
7. Mengevauasikan 7,8,9Agustus
pelaksanaan 2019
penandaan resiko
jatuh
8. Dokumentasi 10Agustus 2019
BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Berdasarkan hasil pengkajian dan perencanaan manajemen keperawatan


yang telah dilakukan mulai tanggal 22 juli 2019 di Ruang Bougenvile RSUD
Banyumas dilaporkan pelaksanaan dan evaluasi sebagai berikut:

A. Belum Optimalnya Penandaan Resiko Jatuh Pada Pasien


1. Implementasi

Dalam mengoptimalkan pelaksanaan Keselamatan pasien,


mahasiswa telah melaksanakan Plan Of Action (POA) Kurangnya
Penadaan Resiko Jatuh pada pasien sebesar 55% dengan target
100%.Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Auliya Rochmatul
Umah, dengan sasaran rekan yang ada di ruang Bougenvile Rsud
Banyumas. Rencana kegiatan yang telah terlaksana di ruang Bougenvile
Rsud Banyumas selama 14 hari dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.1
Rencana Pelaksanaan Peningkatan Resiko Jatuh di ruang Bougenvile RSUD
Banyumas
No Tanggal
Kegiatan 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Koordinasi dengan kepala X
ruang
V
2. Mencari literature atau X
sumber tentang manajemen
pasien safety V
3 Menyiapkan sarana yaitu X X
menyiapkan gantungan untuk
segitiga resiko jatuh,stiker V V
resiko jatuh dan segitiga
resiko jatuh
4 Sosialisasi dengan perawat X
tentang manajemen pasien
safety V
5 Melakuakan Role Play X x
V v
6 Memberi kesempatan kepada X X X
perawat untuk V V V
mengaplikasikan identifikasi
pasien
7 Melakukan Evaluasi X X X

V V V
X
8 Dokumentasi
V

Sumber : Data primer Mahasiswa Ners UMP 2019


Keterangan :
× : rencana
v : implementasi

Analisa :

Bedasarkan tabel di atas, rencana kegitan sudah di lakukan seluruhnya


(100%). Implementasi yang kami lakukan sudah sesuai dengan rencana,
adapun evaluasi yang kami lakukan selama 3 hari.

2. Evaluasi

Kegiatan evaluasi yang sudah kami lakukan selama 3 hari yaitu


tanggal 7-9 Agustus 2019 didapatkan peningkatan hasil setelah
dilakukan implementasi kepada perawat. Adapun hasil evaluasi dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2
Evaluasi pelaksanaan Patient Safety: Resiko Jatuh Ruang Bougenvile
N (Jumlah Perawat)=5

No Pernyataan YA TIDAK

1 Perawat melakukan pengkajian Resiko Jatuh 5 0


menggunakan SPO RSUD Banyumas
2 Mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai dengan 5 0
prosedur pencegahan pasien jatuh
3 Memastikan pagar pengaman tempat tidur dalam keadaan 5 0
terpasang saat pasien sendiri
4 Adanya penanda resiko jatuh 5 0

TOTAL 25 0
PRESENTASE 100% 0
Sumber: sumber : observasi Ruang Bougenvile 2019
Analisa :
Target peningkatan resiko jatuh di ruangan Bougenvile sebesar 45 %
dari 55 % menjadi 100%, setelah dilakukan pelaksanaan resiko jatuh
didapatkan hasil evaluasi 100%, dalam hal tersebut terjadi peningkatan
sebesar 45 % yang berarti target sudah tercapai.
3. Faktor pendukung
Faktor pendukung yaitu :
1) Adanya literatur
2) Adanya Motivasi dari pihak Karu dan katim untuk mengoptimalkan
Patient safety
3) Adanya dukungan dari perawat ruang Bougenvile
4) Adanya dukungan penyediaan sarana dan prasarana seperti stiker fall
risk dan segitiga kuning resiko jatuh
5) Adanya form penilaian untuk resiko jatuh
6) Adanya komunikasi yang baik antara perawat dengan mahasiswa
4. Faktor penghambat
1) Terkadang Perawat tidak mengkaji setiap ada pasien baru
2) Perawat Lupa memasang tanda resiko jatuh
3) Tersedianya label dan stiker namun belum optimal dalam
penggunaannya
5. Kesinambungan
a.) Perawat menyampaikan pada saat pre konfren / operan jaga tentang
resiko jatuh
b.) Selalu Tersedianya sarana stiker segitiga resiko jatuh pada saat
operan jaga
c.) Mengingatkan perawat agar selalu memasang hand rell
d.) Mengingatkan untuk selalu mengisi form resiko resiko jatuh
DOKUMENTASI

RESIKO JATUH

Sebelum

Sesudah

Penandaanresiko jatuh menggunakan Pemasangan penandaan stiker resiko


segitiga resiko jatuh jatuh di gelang pasien

Anda mungkin juga menyukai