Anda di halaman 1dari 4

Nama: Eslina Limbong

NIM : 155120500111047

Kelas : B-Pol-4

GERAKAN WANITA INDONESIA

Perkembangan Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) diawali oleh gerakan yang sadar
akan sosial yaitu GERWIS (Gerakan Wanita Sedar) 1945 – 1950. Selain itu adapula Perwari,
Wanita sosialis, Wanita Demokrat Aisyah, Muslimat NU, dan sebagainya. Namun terlihat
gerakan – gerakan ini masih terlibat dirana sosial dan keperempuanan saja. Masih belum terlibat
dalam rana perpolitikan Negara dan menegakkan hak – hak kaum tani, perempuan dan anak –
anak. Adanya rasa kurang puas GERWIS disebabkan beberapa faktor:

(1) Kebanyakan organisasi perempuan gerakanya terbatas pada soal-soal kewanitaan,


ringan, monoton, tanpa resiko.

(2) Hampir semua mempunyai program pendidikan, mendirikan sekolah-sekolah umum.

(3) Mengenai hak-hak perempuan, tidak tergerak untuk membela perempuan dalam
kejadian sehari-hari, seperti kasus-kasus pemerkosaan, poligami, dan perkawinan anak-
anak.

(4) Tidak pernah ada aksi atau gerakan yang bersifat nasional secara bersama-sama.

(5) Tidak mau membicarakan, apalagi mengadakan aksi menentang ijon di desa-desa,
lintah darat, dan banyak problem kehidupan di desa dalam kehidupan wanita buruh tani
yang sangat miskin.
Pembentukkan ini diawali dengan Kongres.

 Kongres I dilaksanakan pada tanggal 17 – 22 Desember 1951 di Surabaya yang


dipimpin oleh Suharti, pada kongres ini membahas tentang perluasan basis massa
perempuan dan sekaligus mendiskusikan untuk pergantian nama. Diajukan
untuk mengganti nama dikarenakan banyak gabungan gerakan wanita yang ikut
tergabung dalam organisasi ini dan yang tergabung ini bukan hanya dari perempuan yang
strata tinggi saja tapi di banyak kalangan yang ingin turut serta dalam perjuangan wanita.
Sehingga ditetapkan nama GERWANI yaitu gerakan wanita Indonesia ,karena mencakup
secara keseluruhan gerakan. Memang pada awalnya mereka masih ragu akan pergantian
nama namun setelah di jelaskan arah dan atujuannya maka disepakati gerakan GERWIS
berubah nama menjadi GERWANI yaitu Gerakan Wanita Indonesia.
 Kongres 2 dilaksanakan pada Maret 1954 yang di ketua oleh Umi Sarjono disini mereka
membahas mengenai bahasan terkait sosialis dan feminism dengan tujuan kemakmuran.
Pada kongres kali ini GERWANI mengalami pertumbuhan yang pesat dari segi massa,
pada saat itu yang mengahadiri kongres di cabang pusat GERWANI ada 80.000 anggota
 Kongres 3, yang dilaksanakan pada 23 – 27 Desember 1957 yaitu beberapa bulan
sebelum berakhir tahun 1957 anggota GERWANI mencapai 631.342 anggota. Kongres
ini masih diketuai oleh Umi Sarjono yang membahas pelayanan sosial, adanya
imperialisme, kolonialisme dan feodalisme yang meneyelimuti bangsa Indonesia.
Terutama diskriminasi oleh kaum – kaum borjuis terhadap kaum tani dan kaum tertindas.
 Kongres 4 yang dilaksanakan pada Desember 1961, perkembangan dan pertumbuhan
organisasi gerakan perempuan ini sangatlah pesat, ini dikarenakan anggota Gerwani
sekarang 1.125.000 anggota. Pada kongres 4 berlangsung Presiden Soekarno dan
Pimpinan PKI (Partai Komunis Indonesia) DN. Aidit memberikan sambutannya.
Presiden disana memberikan pujian bahwasanya gerakan GERWANI dapat tumbuh dan

Tuntutan untuk mengubah Undang-Undang Perkawinan--yang pada waktu itu dirasakan


diskriminatif—menjadi demokratis terus diperjuangkan. Selain itu Gerwani juga berada di garda
depan dalam merumuskan garis perjuangan menuntut upah yang adil bagi buruh perempuan yang
bekerja di pabrik-pabrik, menuntut penyediaan lapangan pendidikan yang baik bagi perempuan,
menuntut pemberian fasilitas penitipan anak, perhatian serius terhadap kasus-kasus perkosaan,
trafficking, serta merumuskan pembagian kerja yang adil antara suami dan istri di dalam rumah
tangga. Segmentasi yang demikian progresif di kalangan Gerwani kala itu tidak lantas begitu saja
diterima dengan mudah bahkan oleh sesama aktivis perempuan dari organisasi lain. Catatan
Saskia E. Wieringa mengemukakan bagaimana Gerwani begitu dijauhi oleh Ormas keagamaan
kala itu seperti Aisyiyah dari Muhammadiyah, Muslimat dari Masyumi, serta Muslimat NU dari
Nahdlatul Ulama. Persinggungannya jelas pada soal poligami. Hal tersebut merupakan wilayah
‘otoritas keagamaan’ yang masih menjadi keyakinan dalam Islam sehingga tak bisa diganggu
gugat. Sementara Gerwani yang sejak awal tidak melandaskan organisasinya pada agama tampak
tidak merisaukan hal itu.berkembangan dalam kepentingan social serta kesejahteraan rakyat.

Sebuah sudut pandang lain menangkap ‘kemandirian’ Gerwani dalam berorganisasi, yakni
menegaskan diri tidak terlibat dengan partai politik mana pun. Tidak menjadi organisasi sayap
perempuan dari partai politik mana pun. Sebuah kenyataan yang bertolak belakang dengan narasi
sejarah Orde Baru yang menempatkan Gerwani sebagai organisasi komunis underbow PKI.
Garis struktural Gerwani adalah independen. Sementara, PKI sebenarnya juga memiliki sayap
perempuan tersendiri, namanya Wakom (Wanita Komunis) yang dipimpin oleh perempuan
anggota PKI garis keras, Suharti, masuk dalam struktur PKI sebagai partai politik. Ketegasan
kemandirian Gerwani dalam organisasi ini menandakan sebuah kenyataan radikal.
Segaris dengan ideologi komunis pada saat itu, Gerwani membangun ‘hubungan dekat’ dengan
Sukarno dengan slogan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Hal yang kerap
didengung-dengungkan adalah perjuangan progresif-revolusioner. Bahwa ‘revolusi belum
selesai’. Karenanya, ada empat macam golongan kaum kontra-revolusioner yang menjadi musuh
Gerwani, yakni kaum imperalis, kapitalis komprador, kapitalis birokrat, dan tuan tanah jahat.
Perjuangan melawan imperialisme ditunjukkan Gerwani dengan turut aktif mengirim anggota
untuk mengikuti pelatihan fisik menghadapi imperialis Belanda atas Irian Barat. Juga
menghadapi ganyang Malaysia yang dituduh Sukarno sebagai negara imperialis boneka Belanda
dan sekutunya.

Pergerakan ini berakhir pada tahun 1965 GERWANI ingin melaksanakan kongres yang ke
V pada rezim Soeharto .GERWANI di katakan organisasi terlarang, organisasi yang anggotanya
adalah pelacur,organisasi tidak bermoral dan atheis yang tidak mencerminkan wanita Indonesia
yang lemah lembut, serta berbudi baik. Hal ini dikarenakan GERWANI diduga terlibat pada
G30S yaitu pembunuhan 7 Jenderal di lubang Buaya, mereka di duga melakukan tarian seks,
siksaan, pemotongan alat kelamin, padahal sebenarnya para GERWANI ini sedang
melaksanakan latihan sukarelawan penggayangan Malaysia. Mereka melihat para tentara
membawa tujuh jendral itu, menembakinya walau jendral itu sudah tak bernyawa mereka masih
saja ditembaki dan dimasukkan kedalam lubang buaya. Dari cerita salah satu istri prajurit
Cakrabirawa. GERWANI merupakan organisasi besar yang sangat berpengaruh pada sejarah
bangsa Indonesia. Berani dan dianggap berbahaya oleh kaum penguasa rezim Soeharto.
Sehingga diikatakanlah Organisasi Terlarang. Tidak hanya kaum perempuan GERWANI
ditiadakan tapi kaum tertindas lainnya.

Anda mungkin juga menyukai