Anda di halaman 1dari 17

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM SEMARA RATIH


Nomor : / KTRI/RSSR/VIII/2019
RSU TENTANG PEMBENTUKAN TIM CODE BLUE RUMAH SAKIT UMUM
SEMARA RATIH

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya memberikan


pelayanan medis yang optimal harus benar-
benar memperhatikan mutu dan kualitas
pelayanan yang diberikan serta keamanan
dan keselamatan bagi pasien maupun bagi
petugas medisnya;
b. Bahwa perlu dilakukan pembentukan Tim
Code Blue Rumah Sakit yang bertanggung
jawab terhadap terlaksananya tata laksana
pemberian pelayanan kegawatdaruratan
medis (airway-cardiac arrest) di Rumah
Sakit Umum Semara ratih;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan
(b), perlu dibentuk Tim
Code Blue
Rumah Sakit yang ditetapkan dengan
Keputusan Direktur
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. PeraturanMenteriKesehatanRepublik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Akreditasi RumahSakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
SEMARA RATIH TENTANG PEMBENTUKAN TIM
CODE BLUE RUMAH SAKIT UMUM SEMARA
RATIH

BAB I
1. DEFINISI

Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera diaktifkan jika
ditemukan seseorang dalam kondisi cardiaerespiratory arrest di dalam area rumah sakit.

Code blue response team atau tim code blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah
sakit yang bertugas merespon kondisi code blue didalam area rumah sakit. Tim ini terdiri
dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam penanganan kondisi cardiac respiratory
arrest.

Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk meningkatkan daya tahan
hidup setelah terjadinya henti jantung. Meskipun pencapaian optimal dari resusitasi jantung
paru ini dapat bervariasi, tergantung kepada kemampuan penolong, kondisi korban, dan
sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap pada bagaimana melakukan resusitasi
jantung paru sedini mungkin dan efektif.

Bantuan hidup dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan sirkulasi dengan


segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas dan memberikan napas
bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi C-A-B (compression —
airway — breathing) ini dengan pertimbangan segera mengembalikan sirkulasi jantung
sehingga perfusi jaringan dapat terjaga.

Rantai pertama pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival) adalah mendeteksi
segera kondisi korban dan meminta pertolongan (early access), rantai kedua adalah
resusitasi jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga
adalah defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah tindakan bantuan
hidup lanjut segera (early advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah
perawatan paska henti jantung (post cardiac-arrest care).

2. TUJUAN
Tujuan dari panduan ini adalah :

1. Untuk memberikan panduan baku bagi tim code blue dalam melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai tim reaksi cepat jika code blue diaktifkan.
2. Membangun respon seluruh petugas di RS Islam Jemursari pada pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat.
3. Mempercepat respon time kegawatdaruratan di rumah sakit untuk menghindari
kematian dan kecacatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.

BAB II

RUANG LINGKUP
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi cardiac
respiratory arrest tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon
terbagi dalam 2 tahap, yaitu:
1. Respon awal (responder pertama) berasal dari petugas
rumah sakit baik medis ataupun non medis yang
berada di sekitar korban.
2. Respon kedua (responder kedua) berasal dari tim code
blue.
Adapun area penanganan cardiac respiratory arrest di Rumah Sakit terbagi atas:
1. Area satu yaitu area lantai satu dan lantai dua di Rumah Sakit, yaitu:
2. Area kantor
3. Instalasi Gawat Darurat dan area sekitarnya
4. Instalasi Rawat Jalan lantai I dan area sekitarnya
5. Area dua yaitu area lantai satu di Rumah Sakit, yaitu:
6. Ruang Mawar dan area sekitarnya
7. Ruang Neonatus dan area sekitarnya
8. Ruang Azzara 1 dan area sekitarnya
9. Instalasi Perawatan Intensif dan area sekitarnya
10. Hemodialisa dan area sekitarnya
11. Ruang Zahira dan area sekitarnya
12. Instalasi Radiologi dan area sekitarnya
13. Instalasi Laboratorium dan area sekitarnya
14. Unit Logistik dan area sekitarnya
15. Gizi dan area sekitarnya
16. Unit K3 dan area sekitarnya
17. Kamar Jenasah dan area sekitarnya
18. Laundry dan area sekitarnya
19. Gudang Farmasi dan area sekitarnya
20. Pengadaan dan area sekitarnya
21. Area tiga yaitu area lantai dua di Rumah Sakit, yaitu:
22. Instalasi Rawat Jalan lantai II dan area sekitarnya
23. Ruang Melati dan area sekitarnya
24. Ruang Azzara II dan area sekitarnya
25. Ruang Dahlia dan area sekitarnya
26. Ruang Teratai dan area sekitarnya
27. Instalasi Bedah Sentral dan area sekitarnya
28. Area empat yaitu diluar area satu, dua, dan tiga, yaitu meliputi:
29. Area parkir Rumah Sakit
30. Pujasera Rumah Sakit
31. Masjid Rumah Sakit
32. IPS

BAB III
TATA LAKSANA
PROSEDUR CODE BLUE

1. Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory arrest
maka perawat ruangan (I) atau first responder berperan dalam tahap pertolongan,
yaitu:
2. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.
3. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan.
4. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk bahu.
5. Meminta bantuan pertolongan perawat lain (II) atau petugas yang ditemui di lokasi
untuk mengaktifkan code blue.
6. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue
7. Perawat ruangan yang lain (II) atau penolong kedua, segera menghubungi operator
telepon “8600” untuk mengaktifkan code blue, dengan prosedur sebagai berikut:
8. Perkenalkan diri.
9. Sampaikan informasi untuk mengaktifkan code blue.
10. Sebutkan nama lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest dengan lengkap dan
jelas, yaitu: area ….. (area satu/dua/tiga/empat), nama lokasi atau ruangan.
11. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan : “ nama ruangan …..
nomor …. “.
12. Waktu respon operator menerima telepon “8600” adalah harus secepatnya diterima,
kurang dari 3 kali deringan telepon.
13. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun rawat jalan,
setelah menghubungi operator, perawat ruangan II segera membawa troli emergensi
(emergency trolley) ke lokasi dan membantu perawat ruangan I melakukan
resusitasi sampai dengan tim Code Blue datang. Operator menggunakan alat
telekomunikasi Handy Talky (HT) atau pengeras suara mengatakan code blue
dengan prosedur sebagai berikut:
14. “Code Blue, Code Blue, Code Blue, di area …..(satu/dua/tiga/empat), nama lokasi
atau ruangan…..”.
15. Jika lokasi kejadian diruangan rawat inap maka informasikan: “Code Blue, Code
Blue, Code Blue, nama ruangan ….. nomor kamar …..”.
16. Setelah tim code blue menerima informasi tentang aktivasi code blue, mereka
segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil resusitasi kit dan
menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest. Waktu respon dari aktivasi
code blue sampai dengan kedatangan tim code blue di lokasi terjadinya cardiac
respiratory arrest adalah 5 menit.
17. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue untuk memastikan
bahwa tim code blue sudah menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest
18. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi yang padat manusia
(public area) maka petugas keamanan (security) segera menuju lokasi terjadinya
untuk mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code blue dapat melaksanakan
tugasnya dengan aman dan sesuai prosedur.
19. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskannya bahwa resusitasi
dihentikan oleh ketua tim code blue.
20. Untuk pelaksanaan code blue di area empat, Tim code blue memberikan bantuan
hidup dasar kepada pasien kemudian segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
21. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu:
22. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan secepatnya ke Instalasi
Perawatan Intensif untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien
setuju.
23. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan Intensif penuh maka
pasien di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas
24. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di ruang perawatan
biasa, maka keluarga pasien menandatangani surat penolakan.
25. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan koordinasi
dengan bagian bina rohani, kemudian pasien dipindahkan ke kamar jenazah.
26. Ketua tim code blue melakukan koordinasi dengan DPJP.
27. Ketua tim code blue memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga pasien.
28. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam medis pasien
dan melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi.

PENGORGANISASIAN TIM CODE BLUE


Tim code blue di Rumah Sakit terbagi atas:

1. Tim code blue satu yaitu tim Code Blue yang bertanggung jawab terhadap area satu.
2. Tim code blue dua yaitu tim Code Blue yang bertanggung jawab terhadap area dua.
3. Tim code blue tiga yaitu tim Code Blue yang bertanggung jawab terhadap area tiga.

Tim code blue terdiri dari:

1. Ketua tim code blue yaitu satu orang dokter umum.


2. Anggota tim code blue yang terdiri dari satu orang perawat senior (supervisi) dan
satu orang perawat.

Struktur tim code blue di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

1. Ketua Tim Code Blue


2. Ketua tim code blue adalah dokter umum ( jaga ruangan / jaga IGD )
3. Kualifikasi:

 Memiliki SIP yang masih berlaku.


 Memiliki ATLS atau ACLS.
 Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

2. Anggota Tim Code Blue

Anggota tim code blue terdiri dari:

1. Supervisi

Kualifikasi:

 Memiliki SIP yang masih berlaku.


 Memiliki sertifikat PPGD.
 Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

1. Perawat IGD/Resusitasi/IPI/IBS dan perawat ruangan terkait (Katim dan anggota


tim) yang bertanggung jawab saat itu.

 Memiliki SIP yang masih berlaku.


 Memiliki sertifikat PPGD.
 Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

1. Petugas Binroh
2. Security
3. Farmasi

URAIAN TUGAS TIM CODE BLUE

1. Ketua Tim Code Blue


2. Memimpin pelaksanaan code blue di area Rumah Sakit, meliputi:

 Shift pagi (jam 07.00 — 14.30 WIB):

1. Ketua tim code blue di area satu adalah dokter jaga IGD.
2. Ketua tim code blue di area dua adalah dokter jaga ruangan.
3. Ketua tim code blue di area tiga adalah dokter jaga ruangan.
4. Ketua tim code blue di area empat adalah dokter jaga IGD.

 Shift sore (jam 14.30 — 22.00 WIB):

1. Ketua tim code blue di area satu adalah dokter jaga IGD.
2. Ketua tim code blue di area dua adalah dokter jaga ruangan.
3. Ketua tim code blue di area tiga adalah dokter jaga ruangan.
4. Ketua tim code blue di area empat adalah dokter jaga IGD.

 Shift malam (jam 22.00 — 07.00 WIB):

Ketua tim code blue di semua area adalah dokter jaga IGD yang bertugas jaga pada shift
malam.

1. Memimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP).


2. Menentukan tindak lanjut pasca resusitasi.
3. Melakukan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
4. Sebagai pengambil keputusan dalam kondisi emergensi atau kondisi jika DPJP tidak
ada di tempat atau sulit dihubungi.
5. Melakukan edukasi dengan keluarga pasien.
6. Melakukan koordinasi dengan bagian pelayanan medis dan keperawatan terkait
jadwal jaga tim code blue.
7. Melakukan koordinasi dengan bagian/unit yang lain untuk pelaksanaan code blue,
misalnya dengan bagian farmasi untuk pengadaan obat dan alat kesehatan (alkes)
emergensi.
8. Bekerja sama dengan diklat Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas tim code
blue.

2. Anggota Tim Code Blue


3. Supervisi

 Shift pagi (jam 07.00 — 14.30 W1B) : Pelaksana code blue di semua area.
 Shift sore (jam 14.30 — 22.00 WIB) : Pelaksana code blue di semua area.
 Shift malam (jam 22.00 — 07.00 WIB) : Pelaksana code blue di semua area.

1. Perawat

 Shift pagi (jam 07.00 — 14.30 W1B) :

1. Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD shift pagi.
2. Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan Res/IGD shift pagi.
3. Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan Res/IGD shift
pagi.

 Shift sore (jam 14.30 — 22.00 WIB) :


1. Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD shift sore.
2. Perawat pelaksana code blue di area dua adalah perawat IPI dan Res/IGD shift sore.
3. Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan Res/IGD shift
sore.
4. Perawat pelaksana code blue di area empat adalah perawat jaga Res/IGD shift sore.

 Shift malam (jam 22.00 — 07.00 WIB) :

1. Perawat pelaksana code blue di area satu adalah perawat jaga Res/IGD shift malam.
2. Perawat pelaksana code blue di area dua adalah IPI dan Res/IGD shift malam.
3. Perawat pelaksana code blue di area tiga adalah perawat jaga IBS dan Res/IGD shift
malam.
4. Perawat pelaksana code blue di area empat adalah perawat jaga Res/IGD shift
malam.
5. Binroh : Pelaksana code blue di semua area.
6. Security : Pelaksana code blue di semua area.
7. Farmasi : Pelaksana code blue di semua area.
8. Anggota tim code blue segera mengambil alih tindakan resusitasi yang sedang
berjalan dan melanjutkan tahapan resusitasi jantung paru, meliputi:

 Dokter pelaksana code blue bertugas:

Berkoordinasi dengan perawat ruangan (I) atau .first responder dalam hal:

1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas (Airway):

 Tekan dahi angkat dagu (head tilt — chin lift) bila tidak ada trauma.
 Mendorong rahang bawah (jaw thrust) bila ada trauma.
 Pemasangan Oropharyngeal airway.
 Persiapan pemasangan LMA.

1. Bertanggung jawab terhadap keadequatan pemafasan pasien (Breathing).

 Memberikan bantuan pernafasan melalui Bag-Valve-Mask.


 Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien.
 Perawat pelaksana code blue bertugas :

1. Bertanggung jawab terhadap sirkulasi (circulation) pasien

 Memasang monitor EKG/Defibrilator.


 Monitoring Tekanan Darah dan Nadi.

1. Bertanggung jawab membawa “resusitasi kit”.


2. Bertanggung jawab dalam persiapan pemasangan defibrilator.
3. Bertanggung jawab dalam penggunaan obat-obatan emergensi.
4. Bertanggung jawab terhadap penggunaan peralatan emergensi termasuk defibrilator.
5. Bertanggung jawab terhadap dokumentasi.

Semua ketua dan anggota tim code blue memiliki alat komunikasi (HT) yang harus selalu
dinyalakan dan standbye.
ALGORITME CODE BLUE

Bila ada kondisi “ code blue ” pasien dengan henti nafas / henti jantung
First resporder / penemu pertama memanggil bantuan
First resporder melakukan BHD awal
Penolong kedua mengaktifkan Code Blue melalui nomer telepon darurat dengan ext.00
Operator menerima telepon “00” ( << 3 dering harus segera diangkat, kemudian:

1. Operator mengumumkan melalui handy talky atau pengeras suara

2. Selang 5 menit operator menghubungi tim Code Blue memastikan tim sudah berada di
tempat kejadian
Tim Code Blue segera menuju lokasi yang ditentukan untuk melanjutkan resusitasi yang
telah dilakukan oleh First Responder
Rawat IPI, Transfer IGD, Rujuk ke RS lain, DNR
Meninggal

Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan


DOKUMENTASI

1. Kondisi code blue pada pasien didokumentasikan


dalam rekam medis pasien.
PANDUAN IMPLEMENTASI KODE-KODE EMERGENSI DI
RUMAH SAKIT SEMARA RATIH

I. DEFINISI

implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam menggunakan tanda-tanda atau


kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya penyelamatan pasien, keluarga
pasien Panduan, pengunjung, karyawan dan seluruh warga yang berada disekitar RSI Siti
Rahmah

II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga
yang berada disekitar RSI Siti Rahmah dalam kondisi darurat tertentu.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran dengan tanda
peringatan “c o d e r e d ”.

2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSI Siti Rahmah dengan
kondisi klinis Compromise yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius yang
membutuhkan pertolongan medis segera dengan tanda peringatan “code blue”.

3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau diculik di area RSI Siti
Rahmah dengan tanda peringatan “code pink “

4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang membahyakan


(bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain (penyanderaan) yang terjadi di
area RSI Siti Rahmah dengan tanda peringatan “code black”.

5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke ruangan yang aman kemudian ke
titik kumpul dengan tanda peringatan “code brown”.

6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal dengan tanda
peringatan ”code orange”.

7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi emergensi internal dengan tanda
peringatan “code yellow”
III. RUANG LINGKUP
Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan baik
pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga disekitar RSI Siti Rahmah.

IV. ISTILAH-ISTILAH
1. C o d e R e d (Merah)

Code Red
adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api
maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran.
Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran
spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Misalnya;
petugas teknik segera mematikan listrik di area kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien
ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.

2 . C o d e B l u e ( B i r u )
Code Blue
adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien, pengunjung, dan karyawan
yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera. Pengumuman ini
utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim
code blue
yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju ruangan yang
diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim
code blue
) ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk penanganan pasien
henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan bertugas pada
lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda atau bangsal/ruang rawatan yang
berbeda); diperlukan pengumuman yang dapat memanggil mereka dengan cepat.

3. C o d e P i n k ( M e r a h m u d a )
Code Pink
adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau kehilangan bayi/ anak di
lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman ini seharusnya diikuti dengan lock down
(menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara serentak.Bahkan menghubungi bandar udara,
terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan terhadap bayi korban penculikan.

4 . C o d e B l a c k ( H i t a m )
Code black
adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang membahayakan (ancaman orang
bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri
sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan
ancaman lain.

5 . C o d e B r o w n ( C o k l a t )
Code Brown
adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung dan karyawan
rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk
melaksanakan tugasnya.

6 . C o d e O r a n g e ( O r a n y e )
Code Orange
adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di luar rumah sakit (emergensi
eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas darat, laut, dan udara; ledakan, banjir,
kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll. Kode yang menggunakan warna-warna diatas adalah tanda
peringatan terhadap suatu kondisi kegawat daruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk lingkungan
rumah sakit, kode-kode tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap darurat bencana terkait
keselamatan dan keamanan pasien, pengunjung,warga sekitar rumah sakit serta staf, yang harus dimiliki
serta diketahui secara luas.

7 . C o d e Y e l l o w ( K u n i n g )
Code Yellow
adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis internal (emergensi internal) rumah sakit
yang meliputi: kebocoran atau dugaan kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan
tumpahan bahan kimia dan atau bahan berbahaya; kegagalan sistem vital seperti kegagalan
back-up
daya listrik; boks pembagi daya listrik;seseorang terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan
lain-lain.

V. PENATALAKSANAAN
1. Api/Asap (Fire/Smoke) – C o d e R e d

1) R REMOVE/RESCUE/SELAMATKAN setiap orang yang berada dalam area kebakaran,


sambil meneriakkan :
code red ---- code red
2) A ALERT/ALARM/SEBARLUASKAN dengan cara menelpon 0 atau 262 (OPERATOR)
selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. petugas sekuriti, selajutnya beritahu
kawan terdekat. Bila api membesar telpon 113 &(0751) 28558 Dinas Pemadam Kebakaran.
3) C CONFINE/ CONTAIN/SEKAT bila sekitar ruangan penuh api dan asap, bila
memungkinkan tutup pintu dan jendela untuk mencegah api menjalar.
4) E EXTINGUISH/PADAMKAN bila api masih memungkinkan/bila api masih kecil. Jangan
ambil resiko yang tidak perlu.
5) Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas yang kemungkinan berkaitan
dengan api, tapi tetap pertimbangkan dengan cermat bila pasien masih memerlukan.
6) Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman.
7) Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau absensi berurutan.
8) Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf Senior, Manajer on Duty (MOD),
ataupun petugas pemadam kebakaran

2. Henti jantung Dewasa & Anak serta darurat medis lainnya - C o d e B l u e


Darurat medis didefinisikan sebagai setiap situasi klinis dimana pasien dengan kondisi medik
kompromais yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius dan memerlukan
pertolongan medis segera. Dalam situasi darurat medis/henti jantung :

1) SEGERA EVALUASI SITUASI dengan :

a. Telaah bahaya yang dapat muncul segera.

b. Catat waktu.

c. Periksa tanda-tanda kehidupan :

i. Tidak ada respon.

ii. Tidak bernafas normal.

iii. Tidak teraba nadi.


2) MINTA bantuan staf lainnya ( teriak minta bantuan) “ Code Blue -- Code Blue” atau gunakan
Bel yang tersedia).
3) TELPON 0 atau 262 yang akan meneruskannya ke TIM CODE BLUE (IGD –OK – ICU
NICU). Jelaskan : Jenis emergensinya ( misal Henti Jantung).Lokasi kejadian dengan tepat (
Ruangan apa/bed nomor berapa).Nama, tugas, dan tempat tugas Anda.
4) TINDAK pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi sesuai yang diperlukan misalnya : Cardio-Pulmonary
Resuscitation (CPR).
5) DAMPINGI/JAGA terus pasien sampai bantuan datang.

3. Penculikan Bayi/Anak-anak - C o d e P i n k

Oleh karena beberapa jam pertama merupakan waktu kritis pada kasus hilangnya bayi/anak-
anak, hal terpenting adalah menyediakan informasi akurat berkaitan dengan bayi/anak sesegera
mungkin. Apabila Bayi/Anak-Anak Diculik maka:
1) Petugas yang menemukan terjadinya penculikan bayi/anak, meneriakkan :“ Code Pink – Code
Pink !!!!” dan segera menelpon :0 atau 262 (OPERATOR)
2) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit antara lain Sekuriti,
Manager on Duty , Direksi, dan Staf Senior lainnya).
3) Sekuriti atas perintah Pimpinan, menelepon0751-223 17 (MAPOLRESTA PADANG); 0751-
480 954 (POLSEK KOTO TANGAH); dan sebutkan : jenis kejadian, lokasi kejadian dengan
tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
4) Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto bayi/anak yang diculik (kalau
ada), dan menanyakan beberapa pertanyaan antara lain : kapan terjadinya, lokasi terakhir Anda
masih melihat bayi/anak yang hilang, dan memakai pakaian apa bayi/anak tersebut.
5) Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk tetap tenang. Anda akan
mampu mengingat detail bayi/anak yang diculik lebih mudah bila Anda telah memperoleh
kondisi rasional dan logisnya kembali

4. Orang yang membahayakan, Ancaman orang bersenjata, Penguasaan


ilegal/penyanderaan, Ancaman bom& ancaman lain – C o d e B l a c k

Dalam hal adanya ancaman terhadap seseorang – (orang bersenjata atau tidak bersenjata yang
mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri sendiri) yang dilakukan :

R
Remain calm
- Tetap tenang. R
Retreat
- Mundur bila lebih aman. R
Raise the alarm
- Bunyikan alarm. R
Record details
- Catat rincian kejadian. 1) Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi
pasien yang terancam.

2) Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil meneriakkan : ” Code Black
- Code Black!!!!”.

3) Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon 0 atau 262 ( OPERATOR). 4)
Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. Sekuriti, Manager on Duty, Direksi,
dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:
i. Jenis kejadian.

ii. Lokasi kejadian.

iii. Nama dan tempat tugas Anda.

5) Bila tidak memungkinkan melangkah mundur :

6) Turuti perintah pengancam.

7) Lakukan hanya yangdiminta.

8) Bila bahaya sudah berlalu, telepon 0 atau 262 (OPERATOR), dan jelaskan kejadiannya.
9) Catat hasil pengamatan Anda secepatnya. (Misalnya : ciri penyerang, senjata, cara
bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri kendaraan, arah pelarian, dll-nya).

10) Amankan tempat kejadian perkara.

11) Bekerjasama dengan sekuriti sambil menunggu petugas kepolisian Bila mendapatkan
ancaman bom, yang perlu dilakukan adalah :
1. Tetap tenang sambil mendengarkan suara si penelepon,

2. Jangan menutup telepon.

3. Gunakan telpon lain untuk menghubungi nomor :

0751-223 17 ( MAPOLRESTA PADANG);

0751-480 954 (POLSEK KOTO TANGAH);

0 atau 262 (OPERATOR)

4. selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait,dan sampaikan :


a. Bahwa terdapat ancaman bom.

b. Lokasi ancaman bom secara tepat.

c. Nama anda dan tempat tugas/profesi Anda.

5. Evakuasi Segera/Evacuation – Code Brown


Terdapat tiga tahap evakuasi :
TAHAP 1 : Pindahkan korban dari daerah bahaya, misalnya dari ruangan ke koridor, sambil
meneriakkan : ” code brown -- code brown ” , untuk memberitahukan petugas lain.

TAHAP 2 : Bersama-sama petugas lain pindahkan korban ke ruangan yang aman pada lantai
yang sama; lantai bawahbilabangunan bertingkat.

TAHAP 3 : Selesaikan evakuasi dari bangunan melalui koridor atau tangga ke titik kumpul dan
ikuti petunjuk dalam Emergency Plan RSU Semara Ratih.Pada saat evakuasi : Bila
diinstruksikan, evakuasikan ke area yang dialokasikan dalam urutan sbb :

a. Pasien yang mampu bergerak sendiri,

b. Pasien yang mampu bergerak dengan memerlukan bantuan,

c. Pasien yang tidak mampu bergerak.


1) Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk memastikan semua orang
sudah dievakuasi.

2) Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah dievakuasi.

3) Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Staf Senior, Manager on Duty (MOD),
atau Petugas Emergensi.

4) Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Staf Senior,


Manager on Duty (MOD), atau Petugas Penanggulangan Bencana mengizinkan.

5) Staf Senior, atau Manajer on Duty memberitahuan kepada Petugas


Penanggulangan Bencana yang bertugas untuk mengumumkan “SEMUA AMAN”
bila keadaan telah terkendali.

Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi bila
memungkinkan.

6. Bencana Eksternal : Kecelakaan Massal Lalin Darat, Laut, Udara, Gempa Bumi,
Tsunami, Banjir, Ledakan, Badai, Dll – Code Orange
1) Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal, petugas IGD dan atau
operator akan menyampaikan kepada semua pejabat senior dan Tim Siaga Bencana RSI Siti
Rahmah.
2) Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau operator meneriakkan :
“Code Orange – Code Orange !!!
3) Setiap staf akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga Bencana RSI Siti Rahmah.Respon
dapat meliputi salah satu atau lebih langkah berikut ini:

a. Bila memungkinkan sediakan tempat tidur untuk menampung korban, bila perlu dengan cara
memulangkan sebagaian pasien rawat inap atau mengirimkannya ke RS lain.

b. Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien secukupnya.

c. Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun utusan dari lokasi bencana, sediakan
bantuan yang dapat dikirim ke lokasi bencana.

4) Semua personil lainnya merespon sesuai arahan supervisornya.

5) Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada RSU Semara Ratih (misalnya serbuan asap,
huru-hara sipil), pengisolasian/penyekatan mungkin diperlukan.

6) Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH TERKENDALI”.


7. Emergensi Internal -C o d e Y e l l o w
Selain KEBAKARAN dan atau ASAP, emergensi internal meliputi: kebocoran atau dugaan
kebocoran gas termasuk gas elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan atau bahan
berbahaya; kegagalan sistem vital seperti kegagalan
back-up
daya listrik; boks pembagi daya listrik;seseorang terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan
lain-lain.
1) Pada saat menemukan kejadian emergensi internal petugas meneriakkan :” Code Yellow –
Code Yellow !!!!”
2) Hubungi nomor telepon : 0 atau262 (OPERATOR selanjutnya operatormenghubungi pihak
yang terkait a.l kepadaSekuriti,
Manager on Duty
, Direksi, dan Staf Senior lainnya.dan sebutkan : Jenis Emergensi, Lokasi Emergensi dengan
tepat.Nama Anda dan tugas/profesi Anda.
3) Jauhkan orang dari lokasi bahaya.
4) Apabila evakuasi diperlukan, ikuti prosedur evakuasi, seperti pada panduan
CODEBROWN.
5) Tunggu instruksi dari Staf Senior, Manager on Duty (MOD) atau Petugas Emergensi.
6) Stanby untuk membantu bila diperlukan.
7) Jangan kembali ketempat semula sampai Staf Senior, MOD, atau yang
bertanggung jawab dalam keamanan fasilitas menyatakan “ SEMUA TELAH AMAN”.

Dalam hal insiden kimia, biologis atau radiasi:


a. Pakailah masker dan atau tutup mulut.
b. Buka pakaian yang terkontaminasi, dan cuci kulit dengan air mengalir.
c. Jauhi zona berbahaya.

VI. PENDOKUMENTASIAN
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai