Dosen Pembimbing
Ns. Hammad, M.Kep
Aspianor P07120215044
Dwi Novita Pangestuti P07120215046
Eva Laura Novianty P07120215050
Gilang Septian P07120215052
Ihda Rusdayanti P07120215057
Nur Huda P07120215073
Nurul Kamili P07120215074
Bahrul Hanafi. P07120214050
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan berkat,
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Triage Management in Intensiive Care” tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kedaruratan Intensif yang diberikan oleh bapak
Ns. Hammad, M.Kep selaku dosen pembimbing pada mata kuliah tersebut.
Tak lupa pula sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita
kepada alam yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana
managemen serta pelaksanaan triage pasien di unit keperawatan intensif. Dalam menyusun
makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat yang terbaik sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuan yang telah kami peroleh. Walaupun demikian kami
menyadari bahwa masih ada kekurangan kami dalam menyusun makalah ini.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga dapat menyempurnakan makalah ini. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat pada pembaca umumnya dan penyusun
khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
COVER ....................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................. 15
A. Latar Belakang
Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit gawat darurat yang disebut juga
dengan emergency department sedangkan yang dimaksud dengan pasien kritis adalah pasien
dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan
untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit dibagi atas Unit Gawat Darurat (UGD) dimana
pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk
mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian pada
penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan
intensif koroner (Intensive Care Coronary Unit= ICCU).
Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus. Pasien yang layak dirawat di ICU yaitu
pasien yang memerlukan intervensi medis segera, pemantauan kontinyu serta pengelolaan
fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi oleh tim intensive care. Hal tersebut
dilakukan supaya pasien terhindar dari dekompensasi fisiologis serta dapat dilakukan
pengawasan yang konstan, terus menerus dan pemberian terapi titrasi dengan tepat.
(Kepmenkes RI,2010).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care
Unit (Icu) Di Rumah Sakit adalah prioritas pasien masuk ICU yaitu ICU memberikan
pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Dalam keadaan
penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1)
didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3).
Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk
menentukan prioritas masuk ke ICU. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
makalah tentang manajemen triage di unit kritis dan pendekatan terhadap pasien sakit kritis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Intensive Care Unit?
2. Bagaimana manajemen triage pada di unit kritis?
3. Bagaimana pendekatan pada pasien kritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep Intensive Care Unit
2. Untuk mengetahui konsep manajemen triage pada di unit kritis
3. Untuk mengetahui konsep pendekatan pada pasien kritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Intensive Care Unit (ICU)
1. Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia (Keputusan Menteri Kesehatan,
2010).
2. Ruang Lingkup Pelayanan ICU
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (2010), ruang lingkup pelayanan
yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut:
a. diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam
nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa
hari
b. memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar
c. pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik
d. memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung
pada alat/mesin dan orang lain.
3. Indikasi pasien masuk dan keluar ICU
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu rumah sakit,
diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan
akan pelayanan ICU lebih tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU. Bila
kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU menentukan
berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur
untuk melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU.
a. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/Menkes/Sk/XII/2010, kriteria masuk dan keluar pasien ICU antara lain:
1) Kriteria masuk
ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih dan
terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien
yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien
yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas
beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan
prioritas masuk ke ICU.
a) Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi
dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif
kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-
lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik,
pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa. Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk
masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah
tertentu. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai
batas.
b) Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien
seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru,
gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major.
Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi
mediknya senantiasa berubah.
c) Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi
di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien
dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade,
sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini
hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin
tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
d) Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bias dikecualikan, dengan
catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa
dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan
untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga). Pasien yang tergolong demikian
antara lain:
1)) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”.
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.
2)) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3)) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien
seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya
untuk kepentingan donor organ.
2) Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis
dari kepala ICU atau tim lain, antara lain :
a) Penyakit atau keadaan pasien yang sudah membaik dan cukup stabil sehingga
tidak memerlukan terapi dan pemantauan intensif lebih lanjut.
b) Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak
bermanfaat atau tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada
waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu ventilasi mekanik. Contoh
pasien yang dalam menderita oenyakit (misal ARDS stadium akhir). Pasien
yang demikian sebelum dikeluarkan dari ICU, maka keluarga harus diberikan
penjelasan terlebih dahulu.
c) Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien
lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi secara intensif.
Pasien demikian perlu dipindahan ke ruang High Care Unit (HCU).
b. Menurut Joseph et al (2016) kriteria pasien yang dapat masuk ke ICU adalah sebagai
berikut:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Triage adalah mengklasifikasikan pasien dan masalah medis mereka sesuai dengan
urgensi situasi mereka dan terus melakukan reaccessing. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (Icu) Di Rumah Sakit adalah prioritas
pasien masuk ICU yaitu ICU memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih
dan terapi yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan
pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis
hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.
B. Saran
Dengan penjelasan mengenai manajemen triage di unit kritis diharapkan kepada
pembaca untuk dapat memahami tentang konsep manajemen triage di unit kritis tersebut,
sehingga pembaca dapat memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja yang
berkaitan dengan hal tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuannya.
Setelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu menerapkan dalam profesi
kita. Kiranya makalah ini dapat berguna dan memberi wawasan tentang keperawatan kritis
khususnya pada manajemen triage di unit kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Blanch, dkk. 2016. Triage Decisions for ICU Admission. USA: Elsevier.
Keputusan Menteri Kesehatan. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan.
NAICU. 2006. ICU Management Protocol No. 1: Admission, Discharge Criteria
And Triage.
Rocker, Graeme dkk. 2010. End of Life Care in The ICU From Advanced
Disease to Bereavement. Canada: Department of Physiological Nursing University
Dalhousie.
Thim, Troels dkk. 2012. Initial Assessment And Treatment With The Airway,
Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) Approach. Denmark:
Departement of Cardiology, Aarhus University Hospital.