Anda di halaman 1dari 23

1.

Tinjauan Pustaka
A. Definisi Hidrosefalus
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel serebral,
ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural. (NANDA, NIC-NOC, 2012)
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun
gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto
Suharso,2009)
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular.
Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi
di dalam sistem Ventricular (nining,2008).

B. Etiologi Hidrosefalus
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel
IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak,
dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,
selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri. Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi
pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga
lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-
ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak
3. Infeksi
Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen sehingga
dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik
eksudat purulenta di aquaduktus silvii sisterna basalis.
Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat
berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi. Seperti:
a. CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika
pada saat mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus yang paling
sering ditularkan ke anak sebelum kelahiran. Virus ini bertanggung jawab
untuk demam kelenjar.
b. Campak Jerman (rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus
ditularkan dari orang ke orang melalui udara yang ditularkan ketika orang
terinfeksi batuk atau bersin, virus juga dapat ditemukan dalam air seni, kotoran
dan pada kulit. Ciri gejala dari beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi
dan ruam merah muda.
c. Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut di mana kelenjar ludah,
terutama kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama)
membengkak.
d. Sifilis
Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum.
4. Neoplasma
Hydrocephalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor
tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan
mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan
bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

C. Klasifikasi Hidrosefalus
Terdapat berbagai macam klasifikasi hydrocephalus yang bergantung pada faktor yang
terkait. Klasifikasi hydrocephalus berdasarkan :
1. Gambaran Klinis
a. Hidrosefalus yang manifes (overt hydrocephalus) merupakan hydrocephalus
yang tampak jelas dengan tanda – tanda klinis yang khas.
b. Hidrosefalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus) merupakan
hydrocephalus dengan ukuran kepala yang normal.
2. Waktu pembentukan
a. Hidrosefalus Kongenital merupakan hydrocephalus yang terjadi pada neonatus
atau yang berkembang selama intrauterine.
b. Hidrosefalus Infantil merupakan hydrocephalus yang terjadi karena cedera
kepala selama proses kelahiran.
c. Hidrosefalus Akuisita merupakan hydrocephalus yang terjadi selama masa
neonatus atau disebabkan oleh faktor – faktor lain setelah masa neonatus.
3. Proses terbentuknya
a. Hidrosepalus Akut adalah hydrocephalus yang terjadi secara mendadak sebagai
akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS.
b. Hidrosepalus Kronik adalah hydrocephalus yang terjadi setelah aliran
serebrospinal mengalami obstruksi beberapa minggu atau bulan atau tahun.

c. Hidrosepalus Subakut adalah hydrocephalus yang terjadi diantara waktu


hydrocephalus akut dan kronik.
4. Sirkulasi cairan serebrospinal
a. Hidrosepalus Komunikans adalah hydrocephalus yang memperlihatkan adanya
hubungan antara CSS system ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid.
b. Hidrosefalus non - Komunikans berarti terdapat hambatan sirkulasi cairan
serebrospinal dalam sistem ventrikel sendiri.

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA,
NIC- NOC , 2012 :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak
mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

E. Patofisilogi

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus
sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada
ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat
merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga
/ keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan
tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang
menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan
terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Scan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan


membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista,
malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)

2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,


mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan
pengaliran).

3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik

4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala

5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak


tanpa kena radiasi

G. Komplikasi

1. Peningkatan TIK

2. Kerusakan otak

3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak

4. Emboli otak

5. Obstruksi vena kava superior

6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik

7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan

8. Kematian

H. Penalaksanaan Medis

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox)
yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial
4. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting
“:
a. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
b. Internal
- CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain
- Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA ANAK HIDROSEFALUS

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen dari proses keperawatan
yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien
meliputi usaha pengumpulan data tentang suatu kesehatan seseorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

Pengkajian keperawatan harus selalu dirancang sesuai kebutuhan klien. Apabila pada
kondisi klien perawat dihadapkan pada klien yang menderita penyakit akut, perawat perlu
membekali diri tentang kondisi gejala yang berhubungan dan perawat boleh memilih untuk
hanya mengkaji sistem tubuh yang terlibat. Pengkajian keperawatan yang komprehensif
biasanya akan dilakukan pada klien dalam kondisi lebih sehat, kemudian perawat
mempelajari status kesehatan total pasien. (Muttaqin, 2010: 2)

Pengkajian yang biasa dilakukan pada pasien dengan Hidrosefali. meliputi hal-hal sebagai
berikut:
A. Pengumpulan data
1. Identitas klien/biodata
a. Identitas anak yang meliputi nama anak, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, alamat, no RM, Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian
b. Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
2. Keluhan Utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya muntah, gelisah, nyeri kepala,
lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan
perifer.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan
menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau paliatif/provokative
merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang
memperberat atau meperingan, Q atau qualitas dari suatu keluhan atau penyakit
yang dirasakan, R atau region adalah daerah atau tempat dimana keluhan
dirasakan, S atau severity adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut, T atau time adalah waktu dimana keluhan dirasakan, time juga
menunjukan lamanya atau kekerapan
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui sebelumnya, karena
mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang. Riwayat kesehatan
menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS, alergi, penyakit kronis dan
riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan tentang riwayat penyakit yang
pernah diderita klien yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang seperti
riwayat panas, batuk, filek, atau penyakit serupa pengobatan yang dilakukan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan
hidrosefali pada anak.
d. Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola asuh klien
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
- Merupakan informasi kesehatan anak dan ibu mulai dari pre natal, natal,
dan post natal.
1. Prenatal
Apakah ibu pasien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat
memperberat keadaan ibu dan anak saat proses persalinan, serta jumlah
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu pasien
2. Intra natal
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan secara normal
atau memerlukan bantuan alat operasi dan bagaimana keadaan bayi saat
di lahirkan (langsung menangis atau tidak)
3. Post natal
Bagaimana keadaan saat setelah lahir, apakah mendapat ASI sesuai
kebutuhan atau PASI serta bagaimana refleks menghisap atau menelan
- Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah pernah terjatuh
dengan kepala terbentur.
f. Riwayat imunisasi dan pemberian makan
1. Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG, Hepatitis,
Polio, DPT, Campak, Thypoid. Bila anak belum mendapat imunisasi
tanyakan dan catat imunisasi apa saja yang sudah dan belum didapat serta
tanyakan alasannya.
2. Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan makanan
tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan frekuensi yang diberikan
dan tanyakan makanan apa yang lebih disukai oleh anak.
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pengkajian riwayat pertumbuhan diantarnya meliputi:
Berat badan sebelum sakit sampai saat sakit rata-rata berat badan pada bayi
bertambah 8.900-7.100 gram, dan tinggi badan rata-rata bayi bertambah 2 cm.
b. Pengkajian perkembangan meliputi:
- Personal sosial: Dada dengan tangan, tepuk tangan
- Motorik halus: Menaruh kubus dalam cangkir, membentuk 2 kubus, memegang icik-icik
- Motorik kasar: Duduk, merangkak, berdiri berpegangan
- Bahasa: Mengoceh, menirukan kata-kata, menoleh kearah suara
5. Pola kebiasaan
Pola kebiasaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pola nutrisi
Nafsu makan anak pada umumnya berkurang atau hilang. Pemberian ASI dari
bayi lahir sampai usia 9 bulan
b. Pola istirahat/aktivitas
Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu
tidur dalam posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon
terhadap aktifitas atau latihan
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot
c. Pola personal hygiene
Orang tua kadang merasa takut untuk memandikan anak yang sedang sakit,
sehingga perlu dikaji kebutuhan personal hygiene bayi
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Adanya Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
b. Palpasi :
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata :
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas. Stabismus,
nystaqmus, atropi optic.
7. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Didapatkan data-data sebagai berikut:

- Peningkatan sistole tekanan darah.

- Penurunan nadi / Bradicardia.

- Peningkatan frekwensi pernapasan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d gangguan pertumbuhan fisik


(NANDA, D00112)

b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial (D0077)

c. Defisit Nutrisi b.d anoreksia, nausea (D0019)


d. Resiko perfusi cerebral tidak efektif b.d gangguan aliran darah keotak akibat
peningkatan TIK (D0017)

e. Gangguan integritas kulit b.d ketidakmampuan bayi dalam mengerakan kepala


akibat peningkatan ukuran dan berat kepala. (D0129)
f. Ansietas b.d kurang pengetahuan tua tentang penyakit anaknya. (D0080)

3. Rencana Keperawatan
Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
Indonesia Keperawatan Indonesia
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Managemen Nyeri (I08238)
peningkatan tekanan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Observasi
maka diharapkan klien akan:
intrakranial (D0077)  Identifikasi
1. Tingkat Nyeri (L08065)
karakteristik. Lokasi
 Keluhan nyeri meringis
durasi, frekuensi
menurun
nyeri
 Gelisah menurun
 Identifikasi skala
 Sulit tidur menurun
nyeri
 TTV normal
 Identifikasi skala
2. Kontrol Nyeri (L08063)
nyeri
 Melaporkan nyeri
2. Teraupetik
terkontrol
 Berikan tehnik
 Kemampuan mengenali
distraksi
onset nyeri
 Fasilitasi istirahat dan
 Kemampuan mengenali
tidur
penyebab nyeri
 Control lingkungan
yang memeperberat
nyer
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesik

Pemberian Analgesik
(I08243)
2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi
anoreksia, nausea keperawatan selama 3x24 jam, 1. Observasi:
(D0019) maka diharapkan klien akan: - Identifikasi status nutrisi
1. Status nutris dengan kriteria - Identifikasi kebutuhan
hasil: kalori dan jenis nutrien
- Porsi makan habis 2. Terapeutik:
- IMT meningkat - lakukan oral hygiene
- Frekuensi makan membaik sebelum makan
2. Nafsu makan dengan - berikan suplemen
kriteria hasil: makanan jika perlu
- Asupan makan membaik - fasilitasi memnentukan
- Asupan cairan baik pedoman diet
- Asupoan nutris baik 3. Edukasi:
- Stimulus untuk makan - Anjurkan posisi duduk
membaik - Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
kebutuhan kalori.
3 Resiko perfusi cerebral Setelah dilakukan tindakan Managemen peningkatan

tidak efektif b.d keperawatan selama 2x24 jam, TIK (I06194)


gangguan aliran darah maka diharapkan klien akan: 1. Observasi
keotak akibat 1. Perfusi Cerebral (L02014) - Identifikais penyebab
peningkatan TIK - Tingkat kesadaran
peningkatan TIK
(D0017) meningkat (compos metis)
- Monitor MAP
- TIK menurun
- Monitor CVP
- Sakit kepala menurun
- Monitor PAWP
- Gelisah menurun
- Monitor status pernafasan
- Kecemasan menurun
2. Teraupetik
- Agitasi menurun
- Minimalkan stimulus
- Demam menurun
dengan meydiakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi
fowler
- Cegah terjadinyakejang
3. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja.

Pemantauan TIK (I06198)

1. Observasi
- Identifikasi penyebab
peningklatan TIK
- Monitor peningkata TD
- Monitor pelebaran
tekanan nadi
- Monitor penurunan
frekuensi jantung
2. Teraupetik
- Ambil samp[el drainase
cairan serebrospinal
- Kalibrasi transuder
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Infoermasikan hasil
pemantauan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIDROSEFALUS

KASUS
By. S, usia 3 bulan, BB = 9 kg, jenis kelamin laki-laki, sejak lahir kepala bayi semakin membesar
dan perlahan-lahan. Bayi sering mengalami kejang, namun tidak mengalami demam. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan fontanel lebar dan menegang, kulit kepala tipis, Nampak ada tanda
sunset eyes. Gerakan kedua tangan dan kaki baik. By. S sudah dirawat selama seminggu di RS R,
tetapi tidak ada perbaikan kemudian By. S dirujuk ke RS S. Pada saat hamil, ibu bayi S
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas sebanyak 6 kali. Riwayat sakit pada saat hamil
disangkal. Bayi S lahir normal, di rumah, ditolong dukun, cukup bulan dan langsung menangis.
Berat badan lahir 3,5 kg sedangkan panjang badan dan lingkar kepala tidak diukur. Sampai saat
ini bayi hanya bisa berbaring terlentang. Diagnosa medis pasien adalah Hidrosefalus non
komunikan.
PEMBAHASAN:
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : By. S
Usia : 3 Bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Diagnosis Medis : Hidrosefalus Non-komunikan
Tanggal masuk : 26 Agustus 2019
Tanggal Pengkajian : 26 Agustus 2019
2. Alasan datang/dirawat
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi kesehatan bayinya.
3. Keluhan utama
Bayi sering mengalami kejang, namun tidak mengalami demam.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat sakit pada bayi atau ibu saat hamil disangkal.
5. Riwayat penyakit sekarang
Sejak lahir kepala bayi semakin membesar. Bayi sering mengalami kejang, namun tidak
mengalami demam. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan fontanel lebar dan menegang,
kulit kepala tipis, Nampak ada tanda sunset eyes. Gerakan kedua tangan dan kaki baik.
By. S sudah dirawat selama seminggu di RS R, tetapi tidak ada perbaikan kemudian By.
S dirujuk ke RS S.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat sakit pada bayi atau ibu saat hamil disangkal oleh ibu. Bayi S lahir normal, lahir
di rumah, ditolong oleh dukun, cukup bulan dan langsung menangis. Berat badan lahir 3,5
kg sedangkan panjang badan dan lingkar kepala tidak diukur.
7. Hasil pemeriksaan fisik
Berat badan (BB) : 9 kg
Kepala : - fontanel lebar dan menegang
- kulit kepala tipis
Mata : ada tanda sunset eyes
Tangan : gerakan tangan baik
Kaki : gerakan kaki baik

B. Analisis Data

No Data Etiologi Diagnosis Keperawatan

1. Data Subjektif Produksi CSS meningkat Resiko perfusi cerebral


- Ibu mengatakan sejak tidak efektif b.d
lahir kepala bayi Penumpukan cairan (CSS) gangguan aliran darah
semakin membesar. dalam ventrikel otak secara keotak akibat
- Ibu mengatakan bayi aktif (Hidrosefalus) peningkatan TIK
sering mengalami (D0017)
kejang. Obstruksi aliran pada shunt
- Ibu mengatakan bayi di ventrikel otak
tidak mengalami
demam. Peningkatan volume CSS
Data Objektif
Peningkatan Tekanan
- Hasil pemeriksaan
Intrakranial (PTIK)
fisik menunjukkan
fontanel lebar dan
menegang. Gangguan aliran darah ke
- Kulit kepala tipis otak
- Ada tanda sunset eyes

Resiko perfusi cerebral


tidak efektif

2. Data Subjektif Pembesaran kepala Resiko Cidera b.d


- Ibu mengatakan sejak adanya kejang (D0136)
lahir kepala bayi Tekanan liquor yang
semakin membesar. meningkat
- Ibu mengatakan bayi
sering mengalami Hipotrofi otot
kejang.
Data Objektif Kelainan neurologi

- Kulit kepala tipis


Kejang
- Hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan
Risiko cedera
fontanel lebar dan
menegang.

3. Data Subjektif Pembesaran kepala Gangguan mobilitas


- Ibu mengatakan sejak fisik b.d kelainan
lahir kepala bayi Tekanan liquor yang neurologi (D0054)
semakin membesar. meningkat
- Ibu mengatakan bai
hanya bisa telentang Hipotrofi otot

Kelainan neurologi
- Ibu mengatakan bayi
sering mengalami Kejang
kejang
Data Objektif Gangguan motorik

-
Gangguan mobilitas fisik

3. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perfusi cerebral tidak efektif b.d gangguan aliran darah keotak akibat peningkatan
TIK (D0017)
b. Resiko Cidera b.d adanya kejang (D0136)
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kelainan neurologi (D0054)
4. Intervenensi Keperawatan
Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
Indonesia Keperawatan Indonesia
1. Resiko perfusi cerebral Setelah dilakukan tindakan Managemen peningkatan

tidak efektif b.d keperawatan selama 2x24 jam, TIK (I06194)


gangguan aliran darah maka diharapkan klien akan: 1. Observasi
keotak akibat 1. Perfusi Cerebral (L02014) - Identifikais penyebab
peningkatan TIK - Tingkat kesadaran
peningkatan TIK
(D0017) meningkat (compos metis)
- Monitor MAP
- TIK menurun
- Monitor CVP
- Sakit kepala menurun
- Monitor PAWP
- Gelisah menurun
- Monitor status pernafasan
- Kecemasan menurun
2. Teraupetik
- Agitasi menurun
- Minimalkan stimulus
- Demam menurun
dengan meydiakan
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi
fowler
- Cegah terjadinyakejang
3. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja.

Pemantauan TIK (I06198)

1. Observasi
- Identifikasi penyebab
peningklatan TIK
- Monitor peningkata TD
- Monitor pelebaran
tekanan nadi
- Monitor penurunan
frekuensi jantung
2. Teraupetik
- Ambil samp[el drainase
cairan serebrospinal
- Kalibrasi transuder
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Infoermasikan hasil
pemantauan

2. Resiko Cidera b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Cideran(I14537)


adanya kejang (D0136) keperawatan selama 2x24 jam,
maka diharapkan klien akan: 1. Observasi
1. Tingkat cidera (L14136) - Identifikasi area
- Kejadian Cidera menurun lingkungan yang
- Toleransi aktivitas berpotensi menyebabkan
meningkat cidera
- Nafsu makan meningkat - Identifikasi obat yang
- Gangguan mobiliktas berpotensi menyebakan
menurun cidera
2. Kontrol Kejang (L06050) 2. Teraupetik
(ditujukan kepada ibu bayi) - Pertahankan posisi
- Kemmampuan tempat tidur diposisi
mengidentifikasi faktor terndah saat idur
risiko/pemicu kejang 3. Edukasi
meningkat - Jelaskan alasan intervensi
- Kemampuan mencegah pencegahan jatuh kepada
faktor risiko kejang ibu bayi
meningkat - Anjurkan berganti posisi
- Melaporkan frekuensi secara perlahan
kejang menurun
Manajemen Kejang (I06193)

1. Observasi
- Monitor terjadinyakejang
berulang
- Monitor karakteristik
kejang
- Monitpor status
neurologis
2. Teraupetik
- Baringkan pasien agar
tidak terjatuh
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Catat durasi kejang
3. Edukasi
- Anjurkan keluarga
memsakukkan apapun
kedalam mulut pasien
- Anjurkan keluarga untuk
tidak menggunakan
kekerasan untuk menaha
n gerakan pasien
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antikonvulsan

3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi


fisik b.d kelainan keperawatan selama 2x24 jam, (I06171)
neurologi (D0054) maka diharapkan klien akan:
1. Observasi
1. Mobilitas fisik (L05042)
- Identifikasi adanya nyeri
- Pergerakan ekstremitas
atau keluhan fisik lainnya
meningkat
- Identifikasi toleransi fisik
- Kekuatan otot meningkat
melakukan ambulasi
- Kelemahan fisik menurun
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
ambulasi
2. Teraupetik
- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat batu
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi

Dukungan mobilisasi
(I05173)

1. Observasi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
melakukan mobilisasi
2. Teraupetik
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
peregerakan
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan nmelakukan
mobilisasi dini

Anda mungkin juga menyukai