PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Good and clean governance (tata pemerintahan yang baik dan bersih)
sudah lama menjadimimpi buruk banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman
mereka tentanggood governance berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar
dari merekamembayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat
memilikikualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak di antara mereka
membayangkanbahwa dengan memiliki praktik good governance yang lebih baik,
maka kualitaspelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi
semakin rendah,dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan
warga.
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia
semakinkomplek dan semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah
yangseyogyanya menjadi panutan rakyat banyak yang tersandung masalah
hukum.Eksistensi pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good
governanceyang selama ini dielukan-elukan faktanya saat ini masih menjadi
mimpi danhanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera terbangun dari
tidurpanjangnya. Revolusi disetiap bidang harus dilakukan karena setiap produk
yangdihasilkan hanya mewadahi kepentingan partai politik, fraksi dan
sekelompokorang. Padahal seharusnya penyelenggaraan negara yang baik harus
menjadiperhatian serius. Transparansi memang bisa menjadi salah satu solusi
tetapiapakah cukup hanya itu untuk mencapai good governance. Sebagai negara
yangmenganut bentuk kekuasaan demokrasi. Maka kedaulatan berada di
tanganrakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar seperti
disebutkandalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (2).
Negaraseharusnya memfasilitasi keterlibatan warga dalam proses kebijakan
publik. Menjadi salah satu bentuk pengawasan rakyat pada negara dalam
rangkamewujudkan good and clean governance.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Clean dan Good Governance ?
2. Apasaja prinsip-prinsip Clean dan Good Governance ?
3. Bagaimana Reformasi Birokrasi ?
4. Apasaja program kemenkes dalam mencegah korupsi ?
5. Bagaimana sistem pengendalian internal pemerintah ?
6. Bagaimana pembangunan zona integritas ?
7. Analisa Kasus Praktikum III (Menyimak film “Part 4/Pemerintahan Yang
Baik dan Bersih”.
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep Clean dan Good Governance.
2. Mengetahui prinsip-prinsip Clean dan Good Governance.
3. Mengetahui Reformasi Birokrasi.
4. Mengetahui program kemenkes dalam mencegah korupsi.
5. Mengetahui sistem pengendalian internal pemerintah.
6. Mengetahui pembangunan zona integritas.
7. Analisa Kasus Praktikum III (Menyimak film “Part 4/Pemerintahan Yang
Baik dan Bersih”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
akan memfokuskan pembahasan dalam konteks lokal. Karena sejak bergulirnya
era otonomi daerahyang menandai era baru hubungan pusat-daerah maka menjadi
penting jika konsep goodgovernance juga diimplementasikan di setiap daerah
otonom, local good governance. Lagipula bila kemudian implementasi otonomi
daerah dijalankan secara benar, maka sebetulnyaini amat memfasilitasi proses ke
arah good governance itu. Alasan lain kenapa fokus kitaarahkan bersama karena
tentu saja saya berharap bahwa wacana ini tak hanya sekedar bicaratanpa
juntrungan, tapi hasil dari wacana ini menjadi sebuah masukan untuk konteks
tugas dankeberadaan kita masing-masing. Serta diharapkan mampu lebih empiris.
Keinginan pemerintah untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik (Good
Governance) telah sering terucap dikalangan pemimpin di berbagai forum
hingga saat ini. Harapan dan keinginan mewujudkan Good Governance juga
merupakan tekad yang pernah diucapkan oleh Presiden Sosilo Bambang
Yudhoyono (SBY), saat beliau dilantik sebagai Pemimpin Bangsa Indonesia
pertama yang secara langsung dipilih oleh rakyat. Harapan dan keinginan ini juga
diinstruksikan kepada para menteri untuk bersama-samamemberantas Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan mewujudkan pemerintahan yang bersih (Clean
Governance). https://www.academia.edu/5893461/good_clean_government
4
Asas penegakan hukum merupakan keharusan pengelolaan pemrintahan
secara profesional yang didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa.
Realisasi wujud pemerintahan yang baik dan bersih harus juga diimbangi
dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung
unsur-unsur berikut:
a. Supermasi hukum adalah setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara
dan peluang partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang jelas dan tegas,
dijamin pelaksanaannya secara benar dan independen.
b. Kepastiam hukum adalah setiap kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak
bertentangan satu sama lainnya.
c. Hukum yang responsif adalah aturan hukum diatur berdasarkan aspirasi
masyarakat luas dan mampu menyediakan berbagai kebutuhan publik
secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif.
e. Independensi peradilan adalah peradilan yang independen, bebas dari
pengaruh politik.
3. Daya Tanggap (Responsiveness)
Sektor publik selama ini dianggap tertutup, arogan dan berorientasi pada
kekuasaan. Asas ini dalam penyelenggaraan pemerintahan harus tanggap
terhadap persoalan-persoalan masyarakat, harus memahami kebutuhan
masyarakat, harus proaktif mempelajarai dan menganalisa kebutuhan
masyarakat.
4. Berorientasi pada consensus (Consensus Orientation)
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui
proses musyawarah mufakat. Cara pengambilan keputusan mufakat
konsensus memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat untuk
melaksanakannya sehingga tidak ada yang dirugikan.
5. Keadilan/Kesetaraan (Equity)
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Asas ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan
5
berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis,
keyakinan, gender dan kelas sosial.
https://www.gurugeografi.id/2018/03/pengertian-dan-prinsip-pokok-good-
and.html
C. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur.
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan
berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperharui. Reformasi birokrasi
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis
untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna
dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain
itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan
komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan
untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh
karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar,
komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini merupakan proses
pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga tidak
termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan revolusioner.
https://www.menpan.go.id/site/reformasi-birokrasi/makna-dan-tujuan
6
3. Melaksanakan upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang
undangan di bidang pemberantasan korupsi dan sector terkait lainnya
4. Melakasanakan kerjasama internasional dan penyelamatan aseet hasil tipikor
5. Meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi
6. Meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelksanaan
upaya pemberantasan korupsi.
7
G. Analisa Kasus
Praktikum III (Menyimak film “Part 4/Pemerintahan Yang Baik dan Bersih”
Dalam film tersebut disebutkan beberapa hal yang dapat merusak budaya kerja
yaitu :
1. Membaca koran pada jam kerja.
2. Bermain game pada jam kerja.
3. Mengobrol pada jam kerja.
4. Diskriminasi pelayanan publik dan perilaku koruptif.
5. Pelecehan terhadap semangat kerja.
6. Perilaku koruptif.
7. Integritas dan profesionalitas.
8. Keadilan dan keterbukaan.
9. Kepemimpinan dan keteladanan.
10. Keberanian dan kearifan.
11. Teknologi.
12. Dedikasi dan loyalitas.
13. Ketidakjujuran.
14. Pemalsuan tandatangan.
8
menurun. Akibatnya, karyawan kurang produktif sehingga kualitas pekerjaan
mereka sangat buruk.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, seorang atasan harus mau
menunjukkan aura positifketika berada di kantor. Selalu tersenyum dan
terlihat bersemangat serta datang lebih awal daripada para karyawan akan
membangun budaya yang baik. Ketika melihat atasan yang selalu
bersemangat, karyawan dengan sendirinya akan meniru hal tersebut dan
menjadi sosok yang lebih produktif.
- Tingkat Kedisiplinan yang Menurun
Tidak adanya transparansi dalam kinerja karyawan akan membuat
mereka lalai dalam bekerja. Karena tidak ada kontrol yang ketat, karyawan
hanya akan bekerja seadanya saja. Hal ini diperparah dengan tidak
adanya feedback dari atasan maupun rekan satu tim. Pekerjaan karyawan
terkesan dilakukan sendiri, bukan bekerja sama dalam satu tim seperti yang
seharusnya dilakukan.
Ketika mengatasi masalah transparansi, seorang atasan yang baik harus
memiliki sebuah sistem di mana ia dapat mengontrol setiap kinerja
karyawan serta mampu membagikan setiap prestasi mereka ke karyawan yang
lain. Ketika atasan mampu mengontrol setiap kinerja karyawan, tentu hal ini
akan memudahkan atasan untuk memberikan feedback serta masukan kepada
karyawan tersebut. Atasan juga mampu memantau prestasi setiap karyawan
sehingga Anda dapat membagikannya kepada setiap karyawan lain bahkan
sebelum karyawan berprestasi Anda mengetahui hal tersebut. Dengan
demikian, karyawan akan merasa terlibat dalam memajukan perusahaan.
- Kurangnya Diskusi
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, budaya kerja yang buruk
berdampak pada kurangnya diskusi antara karyawan. Hal ini dikarenakan
karyawan tidak mampu berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Seakan
ada sekat-sekat dan persaingan di antara karyawan. Akibatnya, kerja tim tidak
mampu diciptakan dengan baik.
Dalam menyelesaikan masalah ini, sebaiknya atasan memiliki media
yang dapat membantu setiap karyawan untuk mampu berdiskusi satu sama
9
lain. Media tersebut bisa saja berupa group chat atau media sosial khusus
karyawan. Hal ini akan membantu diskusi karyawan satu sama lain tanpa
perlu bertemu. Dengan demikian, diskusi tidak akan terbatas delapan jam di
kantor saja, melainkan juga hingga ke rumah. Akan semakin sempurna bila
media tersebut dapat diakses dengan perangkat mobile sehingga interaksi
karyawan semakin sempurna.
https://sleekr.co/blog/dampak-budaya-buruk-perusahaan/
Dampak tentang pemerintah yang baik dan benar
1. menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi di Indonesia
2. Layanan yang lebih baik kepada masyarakat
3. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, & masyarakat
umum.
4. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.
5. Hilangnya birokrasi yang selama ini menjadi penghalang bagi masyarakat.
6. Adanya e-government sekarang ini akan berimbas pada sumber daya
manusia disetiap pelayanan publik.
7. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, teknologi informasi dianggap sebagai
alat “pengotomasi proses” yang dapat mengurangi proses secara manual.
10