LaporaN Kasus Pre Eklampsia Berat
LaporaN Kasus Pre Eklampsia Berat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit
hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-
berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang
dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER
kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah
sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk
mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia
sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian
terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan
penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
3) Penyakit ginjal.
Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan oedema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah
kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-
38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-
0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di
negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta
sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
dengan Preeklamsi.
B. Ruang Lingkup
Dalam laporan kasus asuhan keperawatan kelolaan ini penulis hanya membahas
asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa Preeklamsia Berat yang dilakukan di
ruangan Mawar – asoka kebidanan Rumah Sakit dr. Sobirin Lubuk Linggau dalam 3 hari
perawatan.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan laporan kasus ini adalah agar penulis dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada Ny. S dengan preeklamsi di Bangsal Mawar – Asoka Kebidanan
Rumah Sakit dr. Sobirin Lubuk Linggau dengan pendekatan proses keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan preeklamsia berat
khususnya Ny. S
b. Mampu mengidentifikasi serta menganalisa data pada Ny. S
c. Mampu merumuskan dan menerapkan prioritas diagnosa keperawatan pada Ny. S
d. Mampu menentukan tujuan dan menyusun rencana sesuai dengan kriteria keperawatan pada
Ny. S
e. Mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan
pada Ny. S
f. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telaah diberikan dan
didelegasikan pada Ny. S
g. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam penerapan teori asuhan keperawatan
yang telah diberikan pada Ny. S
h. Mengetahui faktor penunjang dan penghambat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan preeklamsia berat pada Ny. S
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan Laporan Kasus pada Ny. S dengan Preeklamsia Berat adalah
:
1. Untuk RSUD sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan
tindakan keperawatan pada klien dengan Preeklamsia Berat
2. Untuk pendidikan sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu
keperawatan
3. Untuk pendidikan sebagai refrensi untuk penulisan makalah keperawatan
4. Untuk pembaca supaya mengetahui dampak Preeklamsia Berat di masyarakat luas dan
mengetahui tentang preeklampsia Berat
E. Metode penulisan dan Pengambilan data
1. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan Laporan Kasus ini adalah metode
deskriptif, yaitu menggambarkan dan study kasus terhadap klien dengan preeklamsia dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan
2. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku klien dan
keluarganya secara langsung
b. Wawancara
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menggali riwayat kesehatan
bayi dan keluarganya secara langsung, untuk mendapatkan informasi yang berhubungan
dengan masalah kesehatan klien dan keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
d. Studi Dokumentasi
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara mempelajari data penunjang
dan riwayat – riwayat kesehatan dari status klien
e. Studi Kepustakaan
Yaitu cara mendapatkan informasi dan teori yang relevan dari literatur
berhubungan dengan kasus sebagai dasar acuan penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan
edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
a) Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
b) Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan pembengkakan,
dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
c) Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema,
dan proteinuria (Dorland,2000).
d) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2000).
e) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
f) Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
d. Peran faktor genetik /familial
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/
agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan
faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ
hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi
angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula
suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema
serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang
sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh
darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis
menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein
yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya
menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya
diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan
perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation
serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas.
Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan
penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan
hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan
diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
E. WOC
F. KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
a. Pada Ibu
1. Eklapmsia
2. Solusio plasenta
3. Pendarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
G. KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
3. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau
midstream.
b. Preeklampsia Berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis.
H. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit
kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes Diagnostik.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
2. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
2) Urinalisis
1. Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
1. Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
J. PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)
b. Janin
• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
• Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks patella
setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20%
dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr
di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulang
diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4
• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan
IV dalam 3 menit.
• Refleks patella positif kuat.
• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)
4. MgSO4 dihentikan bila :
• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-
7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter
dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi perbaikan
(normotensi).
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5 ampul dalam 500
cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending
eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat
kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya
disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-
lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan
harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2 gr IV.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan kebutuhan O2
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
3. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
4. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
6. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak, kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir
7. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
8. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
3. INTERVENSI
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60
menit pola nafas kembali normal
Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt
Intervensi :
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan
c. Atur posisi pasien semi fowler
Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60
menit diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.
Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis
Interensi :
a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.
b. Awasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.
c. Pantau BGA
Rasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel.
a. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit
Rasional : meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.
3. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR :16-20 x/mnt
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional : Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan
respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
Rasional :Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
Rasional : Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional : Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
4. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG ;
Intervensi :
a. Monitor DJJ sesuai indikasi
Rasional : Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
b. Kaji tentang pertumbuhan janin
Rasional : Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
IUGR
c. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
d. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
Rasional : Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
e. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
Rasional :USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Rasional : Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian pasien
9. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan ibu
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
PENGKAJIAN PRENATAL
Pengalaman Menyusui : Ya
Berapa lama : Asi ekslusif 6 Bulan
D. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Riwayat Ginekologi : -
2. Riwayat KB : Suntik
E. RIWAYAT MENSTRUASI
1. Menarch : 14 Tahun Siklus : 30 hari
2. Lamanya : 5 hari Tidak Disminore
3. Banyaknya : ± 300 cc ganti Pembalut : 3 kali
Kepala – Leher
Kepala : Simetris, rambut hitam lurus, kebersihan cukup rambut tidak berketombe dan sedikit rontok, ibu
terkadang merasa kepalanya nyeri dan di kepala tidak ada benjolan maupun kelaian lainnya
Mata : Simetris, Penglihatan sering berkunang-kunang atau rabun, Konjungtiva sedikit pucat,
Sklera tidak ikterik.
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan Cuping hidung dan tidak ada polip
Mulut : Tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, tidak terdapat caries pada gigi, fungsi
pengecapan baik, tidak ada pembesaran tonsil
Telinga : Simetris tidak terdapat serumen, peradangan pada lubang telinga, fungsi pendengaran baik
Leher : Tida ada pembesaran kelenjar tiroid dan adanya bendungan vena jugularis
salah Khusus : Nyeri pada kepala dan fungsi penglihatan yang terganggu yaitu kunang – kunang dan rabun
da
ung : Bunyi jantung normal dan tidak terdengar murmur
Paru : Gerakan saat inspirasi dan ekspirasi seirama, Bunyi paru normal, tidak terdengar wheezing
atau ronchi, suara nafas baik
Payudara :
Bentuk :Simetris dan tidak ada benjolan
Mamae : - Putting susu menonjol keluar
- Areola terdapat hyperpigmentasi
- Colesterum belum keluar
- Konsistensi agak kenyal
- Pelebaran pembuluh darah vena terlihat
Pengeluaran ASI : ASI belum keluar
Masalah Khusus : -
Abdomen
Uterus :
FU : 31 cm. Kontraksi : Ya
opold I : Teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
opold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
opold III :Teraba masa keras, terfiksir dan sudah adanya
penurunan kepala
opold IV : Bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
PAP : 3/5
JJ : Frekuensi : 143 x/m dan teratur
entasi :
nea Nigra : Ada
riae : Ada
ngsi Pencernaan : Tidak Terganggu
asalah khusus :-
Perinium dan Genital :
Vagina : Tidak bervarises
Kebersihan : Cukup Bersih
Keputihan :-
Jenis/warna : Lendir/putih
Konsistensi : cair
Bau : amis
Hemoroid : tidak derajat : - Lokasi : -
Lamanya : 2x/ 10 menit lama 10 detik, Nyeri : Ya
Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema : ya
Inspeksi : fungsi baik
Palpasi : tidak ada varises
Ekstremitas bawah: inspeksi : ada edema, fungsi baik
Palpasi : adanya varises
Reflek patela : +
Masalah khusus : Adanya edema di ekstremitas atas dan bawah
Eliminasi
Urin : 4-5x sehari
BAB : 1x sehari
Masalah Khusus :-
Istirahat dan kenyamanan
Sebelum masuk RS : Ibu tidur 7-8 jam sehari
Sesudah masuk RS : Ibu tidur 6-8 jam sehari.
Berpakaian x
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dengan alat Bantu
2 : bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan peralatan
4 : tergantung total
Persiapan persalinan :
√
rencana tempat melahirkan
√
perawatan payudara
I. RIWAYAT PERSALINAN
a. Jenis Persalinan : Spontan
b. Jenis kelamin :L BB/PB : 2900 gr/
c. Perdarahan :
d. Masalah dalam persalinan : PEB
II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status obsetrik : G2P1A0 Usia kehamilan : ± 37 minggu
Keadaan Umum : Baik BB/TB : 50 Kg / 153 cm
Kesadaran : CM
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah : 160/110 mmHg Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,2 0C Pernafasan : 19 x/m
Pemeriksaan fisik
an Rambut :sedikit rontok, lepek/berminyak,sedikit berketombe, warna rambut hitam, dan lurus serta ibu
terkadang masioh merasa pusing
Muka :oedema, dan tidak ada cloasma gravidarum.
:konjungtiva agak pucat, sklera agak ikterik, fungsi penglihatan kurang baik masih berkunang
- kunang, dan simetris
:Keadaan bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada polip
gi :Keadaan cukup bersih, gigi lengkap, tidak ada caries gigi, dan tidak ada stomatitis
:Keadaan bersih, fungsi pendengaran baik, dan simetris
:Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
:Mamae simetris, puting susu menonjol,ada pembengkakan pada payudara,dan ASI belum keluar,
gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi dan whezing, suara
nafas baik
en :TFU 2 jari bawah pusat, uterus teraba keras dan berkontraksi, vesika urinaria kosong
Pinggang :Nyeri tekan pada daerah pinggang
a :Kotor oleh bekas lendir dan darah, lochea rubra, bau amis normal, tidak ada heacting, tidak
ada oedema dan varises
itas Atas :Fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema dan varises, simetris kiri dan kanan, tidak ada
cacat, keadaan baik
itas Bawah :Fungsi pergerakan baik, tungkai tidak ada oedema dan varises, tidak ada cacat, keadaan baik
butuhan Dasar
a. Nutrisi
melahirkan : Ibu makan 3 x sehari dengan porsi sedang, 1 piring nasi, 1 mangkok sayur, lauk pauk, buah
dan susu.
melahirkan : Ibu makan dengan porsi kecil 1/2 piring nasi, 1 mangkok sayur, lauk pauk, buah dan susu.
b. Eliminasi
BAB sebelum melahirkan : 1-2 x/hari
sesudah melahirkan : 1 x/hari
BAK sebelum melahirkan : 5-6 x/hari
sesudah melahirkan : 2 x/hari
c. Istirahat
Sebelum melahirkan : Ibu tidur 7-8 jam sehari
Sesudah melahirkan : Ibu tidur 5-6 jam sehari.
d. Aktivitas
hirkan : Ibu biasa melakukan aktivitas sendiri
hirkan : Ibu masih sering ditempat tidur, karena ibu merasa badannya pegal-pegal, untuk personal
hygiene masih dibantu oleh suami dan keluarganya yang lain, perawatan terhadap bayinya
juga masih dibantu oleh ibunya.
f. Personal Hygiene
hirkan : Ibu mandi 2 x sehari, menggosok gigi 3 x sehari, Ibu mengganti pakaian setiap habis mandi
hirkan : Ibu di lap saja dengan air hangat – hangat kuku , Ibu mengganti pakaian setiap habis di lap,
Ibu mengganti softex 2 x sehari
g. Keadaan psikosial
a. Ibu dan keluarga merasa bahagia dengan kelahiran bayinya, semua keluarga menerima
dengan senang keluarga barunya
b. Ibu senang menyusui anaknya
c. Ibu mengatakan badannya terasa pegal-pegal dan nyeri sedikit
ANALISA DATA
Nama : Ny. S Dx Medis : PEB
Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No. Symptom Problem Etiologi
1 DS : Klien mengatakan kepalanya terasa nyeri dan pusing Gangguan Penurunan
serta penglihatannya kunang – kunang dan kabur perfusi COP
DO : jaringan otak
1. TD : 160/110 mmHg
2. Klien lemah
3. Penglihatan berkunang – kunang dan kabur
4. Pasien sering memegang kepalanya
5. Udem di ekstremitas atas dan bawah
2 DS : Klien mengatakan nyeri hebat didaerah perut Gangguan rasa Kontraksi
DO : nyaman nyeri uterus
1. Klien meringis kesakitan
2. Skala nyeri 8
3. Klien tampak pucat dan lemah
3 DS : klien mengatakan sangat cemas dengan janinnya Gangguan Koping yang
DO : psikologis / tidak efektif
1. Pasien kelihatan panik dan cemas cemas terhadap
2. Pasien banyak bertanya proses
persalinan
4 DS : Klien mengatakan tidurnya terganggu
DO :
1. Mata cekung
2. Konjungtiva anemis
3. Tidur 6 jam
5 DS : klien mengatakan belum bisa beraktivitas seperti
biasanya
DO :
1. Aktivitas di bantu keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3 09-08-2012
4 09-08-2012
INTERVENSI KEPERAWATAN
5 05
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S Dx Medis : PEB
Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No. No.Dp Hari/tanggal Implementasi paraf
1 01 08-08-2012 1. mengawasi TTV pasien
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 37OC RR : 20x/m
2. Memonitor perubahan tiba – tiba pada
pasien
R/ pasien masih sadar
3. mengobservasi adanya pucat, sianosis,
kulit dingin/lembab dan catat kekuatan
nadi perifer
R/ masih dalam batas normal
4. Memantau pernafasan
R/ RR : 20 x/m
5. mendorong latihan kaki aktif / pasif
R/ pasien merasa nyaman
6. Berkolaborasi dengan SpOG
R/ drip MgSO4 di RL gtt 20 x/m
02 08-08-2012 1. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/ his tiap 2x/10 menit, lama 10 detik,
skala nyeri 8
2. Mengobservasi TTV
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 37OC RR : 20x/m
3. Menjelaskan penyebab nyeri pada
pasien
R/ ibu mengerti penyebab nyerinya dari
pembukaan jalan lahir
4. Menganjurkan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
R/ Ibu menarik napas dalam dan
mengeluarkan secara perlahan dari
mulut
5. membantu keluarga untuk mengusap
pada bagian yang nyeri
R/ keluarga mengikuti saran yang
diberikan
6. Memberikan terapi sesuai program
R/ teknik relaksasi dijalankan dengan
baik
1. Mengkaji tingkat kecemasan ibu
03 08-08-2012 R/ setelah diberikan support cemas
sedikit berkurang
2. Menjelaskan mekanisme proses
Persalinan
R/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
3. Menggali dan tingkatkan mekanisme
koping ibu yang efektif
R/ ibu mnegikuti saran yang ada
4. Memberi support pada ibu
R/ Cemas ibu berkurang
02 O1 09-08-2012 1. mengawasi TTV pasien
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 36,2OC RR : 19x/m
2. Memonitor perubahan tiba – tiba pada
pasien
R/ pasien masih sadar
3. mengobservasi adanya pucat, sianosis,
kulit dingin/lembab dan catat kekuatan
nadi perifer
R/ masih dalam batas normal
4. Memantau pernafasan
R/ RR : 19 x/m
5. mendorong latihan kaki aktif / pasif
R/ pasien merasa nyaman
6. Berkolaborasi dengan SpOG
R/ drip MgSO4 di RL gtt 20 x/m
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S Dx Medis : PEB
Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No. No.Dp Hari/tanggal Jam Evalusi paraf
1 01 08-08-2012 19.00
S : Klien mengatakan kepalanya terasa
nyeri dan pusing serta
penglihatannya berkunang – kunang
dan kabur
O:
1. TD : 160/110 mmHg
2. Klien lemah
3. Penglihatan berkunang – kunang
dan kabur
4. Pasien sering memegang kepalanya
5. Udem di ekstremitas atas dan bawah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan nyeri hebat
didaerah perut
02 08-08-2012 19.10O :
1. Klien meringis kesakitan
2. Skala nyeri 8
3. Klien tampak pucat dan lemah
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu.
Dari hasil penerapan asuahan keperawatan dimulai dengan pengakajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan pada klien NY. S dengan Preeklamsia Berat ( PEB) yang dilaksanakan tanggal
08 Agustus 2012 dengan menggunakan berbagai pertimbangan ilmu dan menentukan kasus
secara nyata, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan. Oleh karena itu
penulis melakukan pengkajian secara cermat dan teliti melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik secara langsung serta didukung oleh sumber catatan perawatan dan catatan
medis sehingga didapat data yang diperlukan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan,penulis menyadari masih banyak data
yang perlu dilengkapi, ini semata – mata karena waktu dan kondisi juga yang tidak
memungkinkan. Apalagi dengan kondisi klien yang lemah karena tekanan darah yang tinggi
sehingga agak sulit dalam menggali informasi tentang kondisi klien saat ini maupun yang
lalu. Dalam mengkaji juga penulis mempunyai hambatan waktu.
Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan penulis didapatkan pasien menderita
PEB ( Preeklamsia Berat ), didalam teori, jika pasien pasien menderita PEB jadi pasien
mengalami tekanan darah tinggi sehingga membuat kepala menjadi pusing dan penglihatan
berkunang-kunang.
B. Diagnosa
Pada diagnose teoritis terdapat 9 diagnosa , tetapi pada kasus ny.S setelah dilakukan
pemgkajian keperawatan selama 3 hari , diagnose yang timbul 5 diagnosa , yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan COP
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kontraksi uterus
3. Gangguan psikologis (cemas) b/d koping yang tidak efeketif terhadap proses persalinan
C. Intervensi
Intervensi yang penulis buat menggunakan saduran dari rencana asuhan
keperawatan Marilyn E. Doengoes. Tetapi dalam intervensi yang penulis buat banyak yang
penulis kurangkan, karena penulis juga melihat apa saja tindakan yang harus dilakukan sesuai
dengan diagnosa keperawatan dan keterbatasan alat-alat pendukung yang mendukung untuk
memberikan asuhan keperawatan.
D. Implementasi
Dilakukan semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan, criteria haisl dan
intervensi keperawatan. Sebelum dilaksanakannya intervensi keperawatan sebelumnya
dilakukan peninjauan kembali keadaan dan kebutuhan klien karena kadang kala rencana yang
dibuat tidak tepat lagi untuk dilaksanakan. Implementasi keperawatn pada Ny. S dititik
beratkan untuk memantau keadaan tekanan darah pada klien serta pengelolaan nyeri dan
menghindari infeksi
E. Evaluasi
Dalam evaluasi sendiri seharusnya intervensi dari ketiga diagnosa yang
ditegakkan masih dilanjutkan pada diagnosa satu dan diagnos dua . dan saat melakukan
evaluasi keperawatan catatan perkembangan klien dari pengamatan terakhir yang penulis
lakukan pada tanggal 10 agustus 2012 penulis menggunakan evaluasi metode SOAP
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan preekalmsi Berat
(PEB) di Bangsal Mawar-Asoka Rumah Sakit dr. Sobirin yang dilakukan dari tanggal 08
Agustus 2012 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2012 maka dari asuhan keperawatan yang
penulis kaji, penulis menyimpulkan :
1. Dapat disimpulkan bahwa Preeklamsi Berat ( PEB ) adalah Preeklampsia berat adalah
timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria dam atau edema pada kehamilan
setelah 20 minggu. Pada kasus ini ibu dikatakan mengalami preeclampsia berat karena
mengalami hipertensi, yaitu tekanan darah sebesar 160/110 mmHg dan disertai proteinuria
+3. Hipertensi terjadi sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tahanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
2. Pengkajian yang dilakukan pada klien menggunakan teknik wawancara pada klien, keluarga,
pemeriksaan fisik, observasi dan status klien. Pengkajian dilakukan secara komprehensif
yang meliputi biopsiko social dan spiritual. Berdasarkan pemeriksaan fisik serta kesehatan
masa lalu maka penulis menegakkan diagnose actual tentang asuhan keperawatan apa yang
perawat perlu dilakukan sesuai dengan kondisi klien sekarang
3. Dari kesembilan diagnosa yang terdapat dalam teori, penulis hanya mengangkat 3 diagnosa
saja saat prenatal, dikarenakan keluhan yang dikeluarkan klien
4. Intervensi dan implementasi yang dilakukan penulis belum tuntas saat prenatal tapi tuntas
setelah post partum
5. Pada tahap evalusi sesuaikan dengan criteria hasil yang ingin dicapai dan keluhan dari pasien
sendiri (DS) serta dari observasi penulis (DO), dimana evaluasi yang digunakan yaitu
menggunakan pendekatan SOAP
B. Saran
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin, khususnya pada penderita
Preeklamsi
2. Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap ibu hamil.
3. Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat preeklamsi merupakan
suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi kesehatan ibu hamil
4. Klien dan keluarga
Terhadap klien dan keluarga diharapkan dapat mengikuti dan bekerjasama dalam proses
keperawatan sehingga terapi dan pengobatan pada klien dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga kesembuhan klien tercapai
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI, 2001
Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta,
1998.
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Pre – eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable / usia kehamilan > 20
minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan
oedema
Pre – eklampsi merupakan suatu sindrom hypertensi yang terjadi karena kehamilan disertai
protein urine, oedema dan sering kali terdapat gangguan pada sistem organ lain
Pada pre – eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20 – 40 minggu kecuali
jika terjadi penyakit trofoblastik
1. Klasifikasi
Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti, banyak teori diungkapkan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang sekarang dipakai oleh para ahli sebagai
penyebab eklampsi adalah teori ischemia plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini
( Mochtar, 1998)
1. Patofisiologi
Pada pre – eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air pada
biopsi ginjal ditemukan spasme lubal artierole glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriole sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena retensi garam
dan air
Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
( Mochtar, 1998)
Pada pre – eklampsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya
aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta akibat tuanya kehamilan dapat dipercepat pada
pre – eklampsi yang jelas terjadi atropi sinsitum. Arteria spiralis mengalami kontrkasi dan
penyempitan akibat necrotizing arteriopathy. Pada pre – eklampsi dan eklampsi sering terjadi
partus prematurus
1. Ginjal
Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi glomelurus berkurang
oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus
menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air
1. Otak
Pada pre – eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas – batas normal.
Pada pre – eklampsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat mengakibatkan gangguan usus.
1. Paru – paru
Kematian ibu pre – eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang
menimbulkan dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi aspirasi pneumonia atau abses paru
1. Mata
Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi ablusio retina yang
disebabkan oedema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan
Pada pre – eklmpsi tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolot,
kristaloid dan protein serum.
1. Faktor resiko
1. Terjadi pada primigravida ( terutama remaja dan wanita yang berusia 35 tahun)
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hypertensi essensial
4. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, gemeli, polihidramnion, DM dan
molahidatidosa
5. Riwayat pre – eklampsi keluarga
6. Pasien miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan
nutrisi buruk terutama dengan diit rendah protein.
2. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin
(PER) supaya tidak menjadi berat
2. Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor – faktor
predisposisi
3. Berikan penjelasan tentang :
- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB
- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam
karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan
- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre –
eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan dikeluarkannya kalsium
dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah
1. Penanganan
1. Jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap
4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat
magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan
(kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor
serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika
dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.
1. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan
penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu
1. Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah
garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong
kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah
reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus
tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL
2. Berikan obat antihipertensi
3. Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif
4. Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan
6. Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri
7. Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam post partum
8. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria
9. Komplikasi
1. Kompliasi pada ibu
1. Terjadi eklampsi / kejang
2. Hipoksia otak, pecahnya pembuluh darah otak dan resiko ciderea
3. Solusio plasenta
4. Oedema seluruh organ dan spasme pembuluh darah
- Sesak
- Gawat janin
- Kematian janin
- Gangguan pertumbuhan
- Prematuritas
Rangsang untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita sendiri dan
his persalinan merupakan rangsangan yang kuat maka dari itu pre eklampsi berat lebih mudah
menjadi eklampsi pada saat persalinan
Untuk penderita pre eklampsi diperlukan analgesik dan sedative yang lebih banyak dalam
persalinan. Pada kala II apabila syarat – syarat sudah terpenuhi hendaknya persalinan diakhiri
dengan cunam atau ekstraktor vacum. Telah kita ketahui bahwa pada pre eklampsi janin
diancam hipoksia dan pada persalinan bahaya ini akan semakin besar. Pada kala I dilakukan
segera secsio sesaria, pada kala II dilakukan curam dan ekstraksi vacum
1. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama
Merupakan hal yang diungkapkan ibu yang berhubungan dengan keadaan dan masalah yang
timbul. Keluhan yang timbul biasanya lendir bercampur darah, keluar cairan dari vagina,
perut terasa mules dan semakin sakit pada PEB biasabya disertai sakit kepala, mata
berkunang – kunang, bengkak pada kaki dan tangan
1. Kala I
2. Lightening
Adalah penurunan kepala memasuki PAP terutama pada primigravida masuknya PAP
dirasakan ibu hami; :
- Sering miksi
Dengan makin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering. Sehingga terjadi his palsu
( permulaan ), sifat his permulaan palsu :
- Kontraksi braxton hiks
1. His persalinan
- Kontraksi simetris
Berupa sekret vagina yaitu darah dan lendir. Menunjukkan ekstruksi lendir yang menyumbat
canalis servikalis saat kehamilan
1. Kala IV
1. ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran anaknya
2. ibu merasakan lelah
3. Riwayat penyakit ibu
Ditanyakan untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu bersalin serta
mengupayakan pencegahan dan penanganannya, terutama pihak keluarga yang tinggal
bersama klien.
( Pusdiknakes, 1993 )
1. Riwayat meanstruasi
Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan yang perlu diketahui adalah menarche, siklus
haid, lama haid, warna / jumlah darah, sifat darah ( cair / beku ), dysminorhoe, flour albus,
HPHT
1. Riwayat perkawinan
Yang dikaji yaitu kawin berapa kali, lama kawin dan usia saat kawin
( Hanifa, W, 133 )
Untuk mengetahui riwayat tiap – tiap kehamilannya, seperti : riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas sebelumnya serta keadaan anaknya
( Hanifa W, 133 )
G. . . .P . . . .A . . . . UK . . . . .minggu
1. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka
yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (
bila tidak memakai lagi ) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
1. Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang telah dilakukan ibu menjelang prosese persalinan
1. Istirahat
Ditanyakan untuk persiapan tenaga mengejan ibu, istirahat yang cukup menjelang persalinan
akan mempermudah proses persalinan
1. Personal hygiene
Ditanyakan personal hygiene ibu terutama menjelang persalinan. Hal ini perlu untuk
mengurangi terjadinya infeksi
Ditanyakan kebiasaan – kebiasaan dalam masyarakat dan keluarga serta pandangan dan
penerimaan keluarga serta materiil dan moril yang diperoleh dari keluarganya
1. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
1. keadaan umum : baik, cukup, lemah
2. Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma
3. TTV : TD : ≥ 140 / 110 mmHg
N : 80 – 90 x/mnt
S : 36 – 37 ºC
Rr : 16 – 20 x/mnt
1. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
Muka : oedema
1. Palpasi
Leher : adakah pembesaran kelenjar limpe / tidak,adakah pembesaran kelenjar thyroid / tidak,
adakah bendungan vena jugularis / tidak
Abdomen :
Leopold I : untuk mengetahui TFU dan menentukan usia kehamilan serta untuk mengetahui
bagian janin yang berada di fundus
Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah ini sudah atau belum
terpegang oleh PAP
Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam rongga panggul
1. Auskultasi
Yang dicari yaitu punctum proximum dan DJJ ( frekuensi teratur / tidak ) yaitu : 120 – 160
x/mnt. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bagaimana keadaan janin
1. Pemeriksaan laboraturium
Albumin : merupakan pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar protein dalam urine,
sehingga dapat didiagnosa toxamia gravidarum
1. Pemeriksaan dalam ( VT )
Presentasi : bagian terendah janin apakah kepala, bokong atau bagian – bagian janin yang lain
1. His
- Berapa lamnya
- Berapa kali
- Mules yang semakin lama semakin kuat dan menjalar sampai ke pinggang
Langkah ini mengidentifikasi masalah / diagnosa potensial berdasarkan data yang sudah
diidentifikasi pada data subjektif dan data objektif
Kala I
Bagi ibu HPP Darah yang keluar lebih dari Mengatasi masalah
500 cc perdarahan tersebut sesuai
Bagi bayi dengan masalah
Suhu < 35ºC
Hypotermi Tempatkan bayi di inkubator,
Bayi sukar bernafas pastikan bayi tetap hangat
Asfiksia
Pasang O2
Langkah ini tidak harus selalu ada. Langkah ini hanya ditulis bila perlu tindakan yang
sesegera mungkin harus dilakukan
1. INTERVENSI
Intervensi Rasional
G....P....
1. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilaksanankan sesuai dengan intervensi yang diberikan ibu dalam
memberikan asuhan
1. EVALUASI
Tanggal : Jam :
Langkah terakhir dari proses manegemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah
tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana bidan melakukan evaluasi sesuai
denagn kriteria yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mungkin mana keberhasilan tindakan – tindakan kebidanan yang
dilakukan. Hasil evaluasi dapat dipergunakan untuk kegiatan asuhan kebih lanjut bila
diperlukan / sebagai bahan peninjauan terhadap langkah – langkah di dalam proses
nmanagemen kebidanan sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi,dilatasi/regangan, tegangan emosional.
2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan
vagina berulang.
b. Kala II :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan
jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola
kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forcep.
3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi,
pencetusan kelahiran disproporsi sefalopelvik (CPD).
c. Kala III :
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan.
3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi.
d. Kala IV :
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema
jaringan, kelemahan fisik dan psikologis, ansietas.
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan
anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter
umum, EGC, Jakarta.
McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-
Year book.Inc, New York.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta
kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.
Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.
Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
Askep PEB
LANDASAN TEORI
PERSALINAN DENGAN PEB
I. Pengertian
re – eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable / usia kehamilan > 20 minggu dan atau
berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan oedema
re – eklampsi merupakan suatu sindrom hypertensi yang terjadi karena kehamilan disertai protein urine,
oedema dan sering kali terdapat gangguan pada sistem organ lain
Pada pre – eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20 – 40 minggu kecuali
jika terjadi penyakit trofoblastik
II. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre – eklampsi ringan
a. Tekanan darah 140 / 90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisis berabaring telentang atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan siastolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang – kurangnya 2x pemeriksaan dengan periksa 1 jam
b. Oedema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per
minggu
c. Protein uri kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urin cateter
atau midsteam
2. Pre – eklampsi berat
a. Tekanan darah ≥ 160 / 110 mmHg
b. Protein urin ≥5 gr / l
c. Oliguria, yaitu jumlah urin < 500 cc / 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
e. Terdapat oedema paru & cyanosis
III. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti, banyak teori diungkapkan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang sekarang dipakai oleh para ahli sebagai
penyebab eklampsi adalah teori ischemia plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini
( Mochtar, 1998)
IV. Patofisiologi
Pada pre – eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air
pada biopsi ginjal ditemukan spasme lubal artierole glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriole sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena retensi garam
dan air
Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
( Mochtar, 1998)
V. Perubahan organ – organ pada pre – eklampsi
1. Plasenta dan rahim
Pada pre – eklampsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya
aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta akibat tuanya kehamilan dapat dipercepat pada
pre – eklampsi yang jelas terjadi atropi sinsitum. Arteria spiralis mengalami kontrkasi dan
penyempitan akibat necrotizing arteriopathy. Pada pre – eklampsi dan eklampsi sering terjadi
partus prematurus
2. Ginjal
Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi glomelurus berkurang
oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus
menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air
3. Otak
Pada pre – eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas – batas normal.
Pada pre – eklampsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat mengakibatkan gangguan usus.
4. Paru – paru
Kematian ibu pre – eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang
menimbulkan dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi aspirasi pneumonia atau abses paru
5. Mata
Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi ablusio retina yang
disebabkan oedema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan
6. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Pada pre – eklmpsi tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolot,
kristaloid dan protein serum.
VI. Faktor resiko
1. Terjadi pada primigravida ( terutama remaja dan wanita yang berusia 35 tahun)
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hypertensi essensial
4. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, gemeli, polihidramnion, DM dan molahidatidosa
5. Riwayat pre – eklampsi keluarga
6. Pasien miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan nutrisi
buruk terutama dengan diit rendah protein.
VII. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin
(PER) supaya tidak menjadi berat
2. Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor – faktor
predisposisi
3. Berikan penjelasan tentang :
- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB
- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam
karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan
- Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre – eklampsi dan
persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre –
eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan dikeluarkannya kalsium
dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah
VIII. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
1. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi
2. Hendaknya janin lahir hidup
3. Trauma pada janin seminimal mungkin
Penanganan menurut klasifikasi :
1. Pre eklampsi ringan
a. Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang sering misalnya 2x seminggu
b. Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat di tempat tidur, diit
rendah garam dan berikan obat – obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau
fenilbarbitol tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari
c. Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat
bahkan bisa menutupitanda dan gejala pre eklampsi
d. Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan hilang. Ibu hamil dapat
dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasanya
e. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin. Bila keadaan
mengijinkan barulah dilakukan induksi persalinan pada kehamilan > 37 minggu
2. Pre eklampsi berat
Pada usia kehamilan < 37 minggu
a. Jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap
4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat
magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan
(kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor
serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika
dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan
penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu
Pada usia kehamilan > 37 minggu
a. Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah
garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong
kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah
reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia
antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL
b. Berikan obat antihipertensi
c. Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif
d. Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
e. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan
f. Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri
g. Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam post partum
h. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria
IX. Komplikasi
1. Kompliasi pada ibu
a. Terjadi eklampsi / kejang
b. Hipoksia otak, pecahnya pembuluh darah otak dan resiko ciderea
c. Solusio plasenta
d. Oedema seluruh organ dan spasme pembuluh darah
- Oedema mata terjadi ablasia retina
- Sesak
- Pada otak menyababkan oedema serebral dan gangguan visus
- Pada hati terjadi peradangan sehingga menyababkan nyeri ulu hati
- Gagal jantung dan ginjal
2. Komplikasi pada anak akibat ischemia utero plasenta
- Gawat janin
- Kematian janin
- Gangguan pertumbuhan
- Prematuritas
X. Penatalaksanaan persalinan dengan pre eklampsi
Rangsang untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita
sendiri dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat maka dari itu pre eklampsi berat
lebih mudah menjadi eklampsi pada saat persalinan
Untuk penderita pre eklampsi diperlukan analgesik dan sedative yang lebih banyak
dalam persalinan. Pada kala II apabila syarat – syarat sudah terpenuhi hendaknya persalinan
diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vacum. Telah kita ketahui bahwa pada pre eklampsi
janin diancam hipoksia dan pada persalinan bahaya ini akan semakin besar. Pada kala I
dilakukan segera secsio sesaria, pada kala II dilakukan curam dan ekstraksi vacum
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,dilatasi/regangan,
tegangan emosional.
2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang.
b. Kala II :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan jaringan,
kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola
kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forcep.
3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi, pencetusan
kelahiran disproporsi sefalopelvik (CPD).
c. Kala III :
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara tidak
disadari, atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan.
3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi.
d. Kala IV :
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema jaringan,
kelemahan fisik dan psikologis, ansietas.
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan anggota
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter umum,
EGC, Jakarta.
McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-Year
book.Inc, New York.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta kedokteran,
Media Aesculapius, Jakarta.
Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.
Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,
USA
kesehatan
Sabtu, 11 Agustus 2012
BAB I
PENDAHULUAN
AKI menurun sangat lambat dekade terakhir, sedangkan target MDG’s yang ditegaskan dalam
Keppres No. 5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara –
negara ASEAN AKI di Indonesia menempati peringkat teratas. (Depkes RI, 1999 ).
Angka Kematian Ibu (AKI) dinegara berkembang karena kehamilan, persalinan dan nifas
merupakan masalah yang komplek dan berkepanjangan. Bahkan sampai saat ini masalah tersebut
belum teratasi. Dinegara miskin, sekitar 25-50 % kematian wanita subur disebabkan oleh hal yang
berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Healht Organization (WHO) menjelaskan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki pringkat ke-6 dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN.
AKI di Indonesia pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada
tahun 2011 AKI adalah 228 /100.000 AKI mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 20011
2003 sebesar 321.15/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007 AKI sebesar 81/100.000
AKI di kabupaten Cirebon pada tahun 2011 berjumlah 49 orang (Laporan Tahunan Dinkes
Penyebab kematian ibu di kabupaten Cirebon tahun 2011 adalah pre-eklampsia dan eklampsia
(28 %), perdarahan (24%), dan infeksi (11%). Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab
Laporan bulanan KIA puskesmas Sendang 2011 dari tahun 2007-2011 tidak ada AKI tetapi angka
komplikasi masih tinggi cakupan kumulatif K1 pada tahun 2012 dengan rentang waktu dari Januai-
maka penulis mengangkat tema Pre-Eklampsia berat dari hasil temuan saat melakukan Praktek
Klinik Kebidanan I di PKM Sendang kabupaten Sumber dari 18 keseluruhan di temukan 1 kasus PEB
dalam waktu 1 minggu dari tanggal 18-24, maka penulis tertarik mengangkat tema Pre-Eklampsia
berat sebagai bahan membuat laporan kasus pada Ny. S hamil trimester II ini, guna menegakkan
diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi Eklampsia sehingga
1.2 Tujuan
Berat dengan menggunakan pola pikir 7 langkah Varney dan pendokumentasiannya menggunakan
SOAP.
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil dengan Pre-
Eklampsia Berat.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan akan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu hamil
e. Mahasiswa mampu merencanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi setelah dilakukan tindakan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia
Berat.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
A. Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik kasus Pre-Eklampsia Berat .
B. Observasi Partisipasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan Asuhan Kebidanan langsung pada klien guna memperoleh
data objektif.
C. Wawancara
Yaitu untuk mendapatkan data subjektif langsung dari klien dan keluarganya.
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Terdiri dari Pengertian, Patofisiologi, Etiologi, Tanda dan Gejala, serta Diagnosa, Komplikasi Pre-
BAB IV PEMBAHASAN
Terdiri dari Pengkajian, Interpretasi Data, Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Kehamilan
Kehamilan adalah proses yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur
(ovum) dan sel mani (spermatozoa) pada saat haid terakhir/pada masa ovulas (Prawirohardjo, 2006 :
65).
Kehamilan merupakan masa di mulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan suatu proses
yang diawali oleh proses pembuahan dimana adanya pertamuan dan persenyawaan antara sel telur
dan sel sperma yang diakhiri dengan persalinan dalam kurun waktu 280 hari ( 40 ) minggu tidak lebih
Setiap bulannya wanita akan melepaskan 1 atau 2 sel telur ( ovum ) dari indung telur (ovulasi)
yang ditangkap oleh umbai-umbai ( fimbriae) dan masuk kedalam saluran telur. Saat pria dan wanita
melakukan hubungan seksual, terjadi ejakulasi sperma dimana dari saluran reproduksi pria
dilepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Kemudian pada
tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel
telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (Konsepsi=fertilisasi) Pembuahan sel telur oleh sperma
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri yang bergerak (oleh rambut getar tuba atau
sillia) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di
ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan
waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudighah dan janin,
dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel
43;2008)
2.1.1.3 Patofisiologis
Ovulasi
Sperma+ovum
Zigot
Morulla
Blastula
↓
Trofoblast
Embrio
Fetus ( Janin )
Keterangan :
Pada saat ovulasi, satu sel sperma membuahi ovum di ampulla tuba fallopi. Maka sel telur
tersebut disebut zigot. Dalam perjalanan menuju uterus, sel ini membelah diri menjadi 2, 4,
kemudian 8, dan seterusnya. Menuju morulla dalam pertumbuhan selajutnya lapisan luar morula
mengeluarkan semacam cairan yang disebut blastula, kemudian dinding sel menjadi trofoblast.
Setelah itu trofoblast tertanam dalam pertumbuhan selanjutnya menjadi fetus (Johannes,161-
165:2009).
Ada beberapa tanda-tanda kehamilan. Berikut ini diuraikan mengenai tanda-tanda dugaan
kehamilan, tanda kehamilan yang tidak pasti, dan tanda kehamilan yang pasti.
e) Perubahan warna kulit pada bagian-bagian tertentu, misalnya leher, muka dan areola mamae.
a) Rahim membesar.
b) Test kehamilan positif (kemungkinan hasil test positif palsu karena terjadinya kesalahan dalam
pemeriksaan).
Menurut Mochtar (2002 : 35-38), dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia
hiperplasia sehingga menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hipertropi dan
hiperplasia menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
janin.
Pada bagian ini megalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga
Pada salah satu ovarium dapat diketemukan corpus luteum gravidatas, sampai terbentuknya
d) Payudara
Perubahan pada mammae yaitu hitam dan membesar akibat hormon somatomammotropin,
asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi perubahan kasein, laktalbumin
terbentuk lemak dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mammae menjadi lebih besar
e) Dinding Perut
Pada kehamilan lanjut khususnya primigravida sering timbul garis-garis memanjang atau sering
Selain striae gravidarum, juga terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola mammae,
papilla mammae, linea alba. Hiperpigmentasi kadang kadang terdapat pada kulit muka (pipi) disebut
chloasma gravidarum. Pada umumnya setelah kehamilan berakhir, gejala hiperpigmentasi ini
menghilang.
g) Serviks Uteri
Perubahan yang penting pada cervix dalam kehamilan ialah cervix menjadi lunak, hal ini terjadi
karena pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan
h) Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi plasenta. Untuk yang
membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat-alat lain yang berfungsi
berlebihan dalam kehamilan volume darah ibu pada masa kehamilan bertambah secara fisiologi
dengan adanya pencairan yang disebut hidraemia. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira
25% dengan puncak kehamilan 32 minggu diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak
kira-kira 30%. Eritropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transpor zat
asam yang dibutuhkan sekali dalam kehamilan meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit.
Secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi
hemoglobin pada wanita hamil pada keseluruhannya lebih besar dari pada sewaktu belum hamil.
i) Sistem Respirasi
Seorang wanita hamil pada kehamilan lanjut tidak jarang mengeluh rasa sesak dan pendek nafas.
Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena tertekan oleh uterus yang membesar ke
Pada trimester pertama kehamilan terdapat perasaan mual (nausea). Hal ini terjadi akibat kadar
hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sebagai mobilitas
seluruh traktus digestivus juga berkurang. Selain itu pada trimester pertama sering terjadi obstipasi
karena makanan lebih lama berada di dalam usus. Gejala muntah (emesis) juga sering terjadi pada
trimester pertama dan biasanya terjadi di pagi hari (morning sickness) dan bila terlampau sering
k) Traktus urinarius
Pada trimester pertama biasanya Ibu mengeluh sering kencing, hal ini terjadi karena kandung
kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan semakin tuanya
kehamilan bila uterus sudah keluar dan rongga panggul. Kemudian pada trimester ketiga terutama
bila kepala janin sudah mulai turun ke bawah pintu atas panggul. Keluhan sering kencing akan timbul
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di
berubah, sehingga lebih banyak dikeluarkan urea. Asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam
kehamilan.
timbul karena kehamilan, umumnya terjadi triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi
Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah
pada awal kehamilan kurang dari 20 minggu, jauh sebelum terjadi preeklamsia, serta tidak terdapat
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain untuk menegakkan
daignosa pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang
biasa ditemukan, sekitar 140 mmHg atau lebih. Tekanan distolik naik dengan 15 mmHg atau lebih
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan
istirahat. Perlu ditegankan bahwa sindroma pre-eklampsia dengan adanya tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria.
(Wiknjosastro, 2007:287)
Pre-eklamsia dibagi dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih dalam 24 jam: 3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif.
(Wiknjosastro, 2007:282)
Sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia ringa, pre-eklamsi berat bahkan eklampsia.
Oleh karena itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin sangat penting guna mencari
2.1.2.2 Etiologi
Pre-Eklampsia dan Eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan. Walaupun sampai sekarang belum diketahui bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi telah
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut. Hanya saja tidak ada
yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia “the Disease of
Theories” adalah
a) Ischemia Placenta
d) Genetic.
6) Faktor-faktor Predisposisi
c. Distensi rahim yang berlebihan, seperti pada: hidrammion, hamil ganda, mola hidatidosa (HCG
meningkat)
e. Mempunyai penyakit yang menyertai kehamilan: diabetes mellitus, kegemukan, penyakit ginjal, dan
lain-lain
Seperti pada: keadaan mal nutrisi berat (kekuarangan protein dan vitamin)
Mungkin tanpa sepengetahuan kita, banyak lagi faktor penyebab di antara factor-faktor yang
ditemukan, sering sekali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat karena di antara
(Wiknjosastro, 2007:283)
2.1.2.3 Patofisiologi
Retensi
garam + air
Plasenta
Saprauh tubuh
Oedem BB naik
O2 kurang
Insufisiensi plasenta
Insufisiensi plasenta
IUGR
Pergerakan janin
Kematian janin
dengan Retensi garam dan air. Apabila spasme arterioca ditemukan di seluruh tubuh maka mudah
dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk mengatasi tahanan
Edema dan kenaikan berat badan disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam
ruangan interstisiel, diperkirakan berhubungan dengan retensi garam dan air, akibat penurunan
Hal ini menyebabkan diuresi menurun dan proteinuria. Penurunan volume intra vaskuler
Spasme arteri yang menuju plasenta menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan
Spasmus pada arteri juga menyebabkan gangguan pada mata, jantung, dan otak. Perubahan
Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-Patologi berasal dari penderita
1) Otak
Ditemukan oedema dan anemia pada konteks cerebri, pada keadaan lanjut ditemukan peradarahan
dan nekrosis karena terjadi spasme pembuluh darah arteriol otak sehingga menyebabkan nyeri
2) Retina
Terjadi spasme pada arterida-arterida, terutama yang dekat dengan diskus optikus dapat terjadi
bisa terjadi ablation retina (lepasnya retina) yang disebabkan edema intra okuler td.
Hal ini merupakan indikasi teminasi kehamilan, tetapi prognosa komplikasi ini baik karena retina
3) Jantung
terdapat lemak, cloudy slling, oedema, nekrosis, dan terjadi spasme pada pembuluh darah yang bisa
4) Paru
Terjadi edema yang menyebabkan dekompensatio cordis dan bronkopneumonia sampai abses paru,
sesak nafas sampai sianosis sebagai akibat aspirasi/kurangnya aliran darah dan oksigen.
5) Ginjal
a) Kelainan glomerolus – di antara kapiler bertambah, membrane basalis dinding kapiler seolah-olah
terbelah karena bertambahnya matriks mesangial, sel kapiler membengkak dan lumen menyempit.
pecah.
c) Spasme pembuluh darah ke Glomerulus – menyebabkan oligulia aliran darah ke dalam ginjal
tersebut dapat menyebabkan proteinnya dan retensi garam dan air serta edema.
6) Hati
Terjadi perdarahan yang tidak teratur dan nekrosis serta thrombosis pada lobus hati dan pembuluh
darah kecil, terutama di sekitar vena porta. Rasa nyeri di epigastrium disebabkan perdarahan
7) Kelenjar Adrenal
Hemokonsentrasi yang terjadi tidak diketahui sebabnya, pergerakan cairan dari ruang intra
vaskuler ke ruang interstisiel, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
sering bertambahnya oedema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat,
waktu peredaran darah tepi lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran darah ke plasenta mengalami
vaso spasmus yang menimbulkan asfiksia, mengganggu pertumbuhan janin (IUGR) hingga kematian
(Wiknjosastro, 2007:283-284)
2.1.2.4 Tanda dan Gejala
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertumbuhan berat badan yang
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan adanya dan dari trias tanda utama:
1) Sistolik 140 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa , tetapi tidak lebih dari
160 mmHg.
Diastolic 90 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa, tetapi tidak lebih dari
110 mmHg.
Tekanan darah yang meninggi ini, sekurang-kurangnya diukur 2 kali dalam selang waktu 6 jam.
2) Proteinuria lebih dari 0,3 gr/L dalam urine 24 jam /lebih dan 1 gr/L pada urine yang sembarangan.
Proteinuria ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia ringan –
proteinuria 1+
3) Oedema pada umur kehamilan > 20 minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.
Sedangkan kenaikan berat badan > 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa
kehamilan
b. Preeklamsi Berat
1) Sistolik 160 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa .
2) Proteinuria lebih dari 2gr/L dalam urine 24 jam /lebih dan 2 gr/L pada urine yang sembarangan.
Proteinuria ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia berat –
3) Oedema pada umur kehamilan > 20 minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.
Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan hasil yang melebihi dari kenaikan berat badan > 500
gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa kehamilan dalam pre-eklampsia ringan serta
timbul komplikasi-komplikasi lain, maka gejala dan tanda tersebut telah memasuki tahap pre-
eklampsia berat dengan tanda dan gejala seperti oliguria < 400ml/jam, koma,
trombosit < 100.000, leterus, perdarahan retina dan beberapa keluhan subjektif lain, di antaranya
adalah :
a) Nyeri epigastrium
e) Gangguan kesadaran
(Wiknjosastro, 2007:287-288)
c. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan:
Biasanya tanda-tanda Pre-eklamsi Berat timbul dalam urutan : Pertambahan berat badan yang
berlebihan edema, hipertensi, dan proteinuria. Keluhan sakit kepala di frontalis, nyeri epigastrium,
nyeri visus, penglihatan kabur skotoma, diplopia, mual, muntah, gangguan serebal lain seperti:
(Wiknjosastro, 287-288:2007)
a) Evaluasi hematologic (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit, sediaan apus darah tepi)
d) Pemeriksaan Proteinuri
Positif 3 (+ + +) : urine lebih keruh dan ada endapan yang lebih jelas.
- hipertensi kronik
- transient hipertensi
(3) Eklampsia
- Tumor otak
(Wiknjosastro, 2007:290)
2.1.2.5 Komplikasi
Pre-Eklampsia Berat dapat menjadi Eklamsi jika tidak segera ditangani dan diobati.
Pencegahan dan diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan mengurangi angka kesakitan maupun
kematian.
1. Ischema Uteroplacenta
c) Solusio plasenta
d) Gawat janin
2. Spasme Arteriolar
Perdarahan serebal
c) Abatio retina
d) Trombo embolisme
a) Sianosis
2.1.2.6 Penanganan
dirasakan oleh pasien sendiri. Maka, diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan Antenatal Care.
Pasien hamil hendaknya diperiksa sekali dalam 2 minggu setelah bulan ke-6 dan sekali seminggu
Pemeriksaan ini harus rutin dan selalu dikontrol tekanan darah, pertambahan berat badan dan
ada tidaknya proteinuria. Terutama pada penderita yang mempunyai factor predisposisi pre-
c) Persalinan harus dengan trauma yang sekecil-kecilnya dan jangan sampai menyebabkan penyakit
pada kehamilan dan persalinan berikutnya (section caesareae) menambah bahaya pada kehamilan
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre -eklamsi di rumah sakit ialah :
a) Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, tekanan distoliknya 90 mmHg.
Apabila salah satu tanda diatas ditemukan perlunya peningkatan pengawasan dan
dianjurkan untuk segera datang apabila ada keluhan, sementara anjurkan untuk beristrahat dan
Pada penderita pre-eklamsi berat harus segera mendapat perawatan rumah sakit dengan pemberian
(Wiknjosastro, 2007:293)
Penanganan Hipertensi dalam kehamilan pada berbagai tingkat pelayanan
TEMPAT
PER PEB / EKLAMPSIA
PELAYANAN
d. Kateter urine
2.1.2.7 Penatalaksanaan
3. Dilakukan pemeriksaan:
b. Pemeriksaan kebidanan : Pemeriksaan Leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam (evaluasi
4. Pengobatan
b) Menghindari kejang
1. Magnesium Sulfat
b. Observasi : pernapasan tidak kurang 16 kali/menit, refleks patella positif, urin tidak kurang dari 600
cc/24 jam.
2. Valium
3. Kombinasi pengobatan
a. Pethidine 50 mgr IM
b. Klorpromazin 50 mgr IM
c. Diazepam (valium) 20 mg IM
4. Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari jaringan, sehingga dapat
merangsang diuresis.
5. Setelah keadaan pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan
berdasarkan :
c) Kegagalan pengobatan pre eklampsia berat, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d) Merujuk penderita ke rumah sakit untuk memutuskan kelanjutan preeklampsia menjadi eklampsia.
PREEKLAMSI BERAT
>37 minggu
Gawat janin
<37 minggu
MgSO4
R / Anthipertensi
R / Suportif
konsevatif
aktif
>48 jam
Tidak membaik
Terminasi
pervaginam
Seksio Sesarea
a. Perawatan aktif
Kehamilan >37minggu
Pengobatan medis
1. Infus RL
2. Pemberian MgSo4
a. Dosis awal
4 gam (20 cc MgSo4 20%) dilarutkan kedalam 100 cc RL, diberikan selama 15-20 menit
b. Dosis prmeliharaan
10 gram (50cc MgSo4 20%) dalam 500 cc cairan RL di berikan dalam kecepataan 1-2 gram/jam (20-
30 tetes/menit)
4 gam ( 20 cc MgSo4 20%) dilarutkan kedalam 100cc RL, di berikan selama 15-20 menit
b. Dosis pemeliharaan :
Selanjutnya berikan MgSo4 4gram (10cc MgS04 40%) i.m setiap 4 jam, tambahkan 1cc lidokain 2%
a. Edema paru
c. Edema anasarka
4. Antihipertensi diberikan bila :
b. Obat pilihan adalah hidralazim, yang diberikan 5 mg I.V pelan-pelan selama 5 menit dosis dapat
diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan bila hidralazim
c. Nifedipin 10 mg dan dapat diulangi setiap 30 menit (max 120 mg / 24 jam) sampai terjadi penurunan
tekanan darah.
d. Labetalol 10 mg i.v Apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat diulangi pemberian
berikutnya.
5. Kardiovaskuler
Indikasi pemberian kardiovaskuler ialah bila ada : tanda-tanda payah jantung. Jenis kardiotonika
6. Lain-lain
a. Obat-obatan antipiretik
Diberikan bila suhu rektal diatas 38,5° C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol
b. Antibiotika
c. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan petidin HCL 50- 75 mg sekali saja.
7. Pengelolaan obstetric
a. Sebelum inpartu
Seksio secarea bila: Syarat-syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi
b. Sesudah inpartu
Kala 1 fase laten : amniotomi + tetesan oksitosin denan syarat sekorbishop > 6
Kala 1 fase aktif : Amniotomi. Bila his tidak adekuat di berikan tetes oksitosin. Bila 6 jam setelah
Kala II
b. Pengelolaan Konsevatif
1) Indikasi
Kehamilan preterem > 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklamsi dengan keadaan
janin baik
2) Pengobatan medikal
Sama dengan pengobatan medikal pengelolaan secara aktif Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan
3) Penanganan obsetrik
(1) Selama perawatan koservatif tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif.
Termasuk periksa tes tanpa kontraksi dan USG untuk membantu kesejahteraan janin.
(2) Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan. Maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan medical dan harus diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif.
a. Identitas
1) Nama klien
Digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan klien yang lain
2) Umur
Digunakan untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, sebaiknya wanita
hamil umurnya tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Kejadian pre eklampsia biasanya terjadi pada wanita usia < 17 tahun atau > 35
3) Kebangsaan
Untuk menentukan golongan rhesus, biasanya ras Eropa memiliki rhesus negatif dengan ras Asia
4) Agama
Digunakan untuk mengetahui cara mengatasi masalah dengan memberikan dukungan moral sesuai
5) Pendidikan
Digunakan untuk mengetahui pengetahuan klien tentang kesehatan, biasanya orang berpendidikan
tinggi akan mengerti tentang kesehatan dan lebih mudah untuk melakukan komunikasi
6) Pekerjaan
Digunakan untuk mengetahui tingkat pekerjaan, pada klien yang bekerja pada tingkat berat akan
7) Alamat
Digunakan untuk memudahkan tenaga kesehatan untuk menghubungi klien.
b. Anamnesa
1) Tanggal / jam
2) Alasan masuk
Ibu hamil 5 bulan datang ke PKM dengan keluhan sering merasakan pusing penglihatan kabur.
3) Riwayat menstruasi
12 – 16 tahun.
ya darah : Biasanya darah yang keluar adalah 2 x ganti pembalut tiap hari.
Untuk mengetahui persalinan yang lalu agar dapat mengetahui jalan lahir (panggul) normal.
Pada primigravida frekuensi pre eklampsia lebih tinggi yaitu (65%) bila dibanding multigravida (35%)
a) Tanda-tanda kehamilan
Untuk mengetahui apakah klien mempunyai faktor resiko tinggi yang dapat mempengaruhi
kehamilan, pada kasus Pre-eklamsi berat keluhan yang dirasakan mual dan muntah, Pusing yang
Digunakan untuk mengetahui janin masih hidup atau tidak. Pada primi gerakan terasa sekitar 20
minggu umur kehamilan dan pada multi gerakan terasa sekitar umur kahamilan 16 – 18 minggu.
f) Diet / makan
g) Pola eliminasi
h) Aktivitas sehari-hari
Istirahat dan tidur yang cukup akan berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin
Diberikan 2 x selama hamil untuk memberikan kekebalan pada ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus toxoid.
k) Kontrasepsi yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kasus pre-eklamsi berat dan hiprertensi
6) Riwayat kesehatan
Kelainan TD, hati, jantung, otot dan ginjal dapat menyebabkan Pre-eklamsi.
a) Riwayat kesehatan keluarga
b) Prilaku
7) Riwayat social
Untuk mengatahui latar belakang sosial dan kondisi lingkungan atau tempat dan berkaitan dengan
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara infeksi, auskultasi,
1) Keadaan umum
Pada ibu dengan Pre-eklamsi berat keadaan umum pucat dan lesu, kesadran baik, keadaan
4) Tanda-tanda vital
Pada kasus ibu hamil dengan Pre-eklamsi berat melebihi batas normal (110 / 70 mmHg s/d 120 / 80
Tujuannya untuk memastikan kesan umum terhadap tubuh klien. Pada kasus Pre-eklamsi berat
adanya kenaikan berat badan tetapi tidak untuk tinggi badan dalam keadaan normal sehingga tidak
mempengaruhi.
5) Pemeriksaan fisik
: apakah terdapat oedema (pada pre eklampsia berat biasanya terdapat oedema) apakah ada
cloasma gravidarium.
: Pada kasus Pre-eklamsi berat tidak terlihat pucat, sclera putih dan bisa
menyebabkan ikterus.
men : Pembesaran uterus sesuai umur kehamilan Tidak ada luka bekas operasi
l) Palpasi
Palpasi perut digunakan untuk menetukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak
n) Perkusi
Untuk memeriksa klien dengan cara mengetauk patella dengan menggunakan reflek hammer untuk
Tidak ada kelainan, biasanya pada ibu hamil posisi tulang belakang lordosis dan tidak ada nyeri tekuk
6) Uji Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan HB, hematokrit, trombosit, fungsi hati dan fungsi ginjal.
Dilakukan pemeriksaan urine lengkap, biasanya pada pre eklampsia berat protenuria lebih dari 3
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien
berdasarkan interprestasi data yang benar dan atas data-data yang dikumpulkan.
Diagnosa : G...P..Agravida..minggu janin hidup tunggal intra uterin, letak…..dengan Pre-eklamsi berat dan
hipertensi esensial.
HPHT : 01 – 02 – 2012
HTP : 08 – 11 – 2012
Masalah : ibu mengeluh sakit kepala hebat, pandangan kabur, sesak nafas, oedema
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
Diagnosa potensial :
- solutio placenta
Mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersma dengan anggota tim kesehatan lain sesuai degan kondisi klien kolaborasi dengan
DSOG untuk menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah.
Berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakan oleh bidan. Secara menyeluruh rencana asuhan
kebidanan dilaksanakan untuk menyususm rencana tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi
masalah.
c. Beritahu tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin
d. Anjurkan ibu :
1) Jaga asupan nutrisi seprti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan buah
e. Beri ibu tablet tambah darah, beritahu manfaat dan cara minumnya
f. Jadwalkan kunjungan ulang rutin 2 minggu untuk memantau tekanan darah dan protein urin.
h. Dokumentasi
c. Memberitahu tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin.
d. Menganjurkan ibu
1) menjaga asupan nutrisi seperti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan
buah
e. Beri ibu tablet tambah darah, beritahu manfaat dan cara minumnya
f. Jadwalkan kunjungan ulang rutin 2 minggu untuk memantau tekanan darah dan protein urin.
h. Mendokumentasi
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar telah dilaksanakan dan terpenuhi sesuai
c. Ibu mengetahui tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin.
1) menjaga asupan nutrisi seperti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan
buah
e. Ibu akan meminum tablet tambah darah sesuai dosis pada malam hari dengan air putih
BAB III
Identitas / Biodata
No JAMKESMAS : 0001156634662
2. Anamnesa
Ibu datang ke Puskesmas ingin memeriksakan kehamilanya serta melakukan kunjungan ulang untuk
tatalaksana rujukan
b. Riwayat menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
Darah
Pada saat usia kehamilan 9 bulan proses persalinan ditolong oleh bidan di BPS lahir normal tidak
ada kompikasi ataupun penyakit yang mempengaruhi saat hamil, persalinan, nifas baik ibu
ataupun bayinya.
1) Tanda-tanda kehamilan
3) Riwayat ANC
Ibu sudah memeriksakan kehamilanya 2 x di puskesmas, ibu sudah mendapat imunisasi TT lengkap
9) Seksualitas : Normal
Ibu mempunyai riwayat hipertensi semenjak ± 2 tahun yang lalu dengan tekanan darah biasanya
eluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit berat seperti : hipertensi, jantung, DM, ginjal
dan lain-lain
Ibu tinggal dirumah sendiri bersama suami dan anaknya, ibu mengatakan hubungan dengan suami
dan anggota keluarga lainnya juga dengan masyarakat sekitarnya terjalin dengan baik. Kehamilan
1. Pemeriksaan Umum
a. Status emosional
c. Tanda-tanda vital
BB : 68,3 kg TB : 152cmLila: 33 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Sclera : putih
3) Putting : Menonjol
5) Jantung : Reguler
h. Genitalia : Vulva dan vagina: tidak ada varieces, scene, kemerah-merahan serta tidak ada
HB : 13,3 gr%
Golongan darah :A
3.3 Analisa
Ny.S umur 45 tahun G7 P6 Ao Gravida 20 minggu, janin hidup intra uterin dengan pre-eklampsia
3.4 Penatalaksanaan
3. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, Ibu telah mengerti dan memahami
4. Melakukan observasi suhu, nadi, respirasi, tensi, BB, DJJ setiap 2 minggu, dan melakukan observasi
program laboratorium (analisis urine dan protein) sesuai Standar Operasional Prosedur Kabupaten
Cirebon khusus untuk pelayanan kebidanan puskesmas Sendang, Klien bersedia untuk dilakukan
5. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang Pre-Eklampsia, gejala dan
penangananya, Klien dan keluarganya mengerti dan paham tentang kondisi tersebut
6. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat mutlak dan berbaring di tempat tidur dalam posisi ke satu
7. Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter, Klien bersedia menuruti anjuran dokter.
8. Memberikan terapi sementara resep dari dr. Puskesmas, Antasid 3x1 dan Nifedipin 1x1.
9. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarganya perluhnya kerjasama untuk tatalaksana
rujukan bahwa setiap rujukan jamkesmas harus datang ke puskesmas terlebih dahulu untuk
membawa kelengkapan rujukan, klien bingung tatalaksana rujukan dan meminta kontrol
10. Memberikan support dan konseling tentang tatalaksana rujukan serta sitem rujukan kepada klien
dan keluarga bahwa setiap rujukan jamkesmas harus datang ke puskesmas terlebuh dahulu untuk
membawa kelengkapan (fotocopy : KTP, KK, arsip riwayat rujukan, surat rujukan dari puskesmas),
klien bersedia dirujuk dan mau melengkapi persyaratan rujukan serta mau mengikuti sistem yang
ada.
11. Beri Konseling kepada ibu dan keluarga bahwa dengan hasil pemeriksaan perlunya kolaborasi
dengan dr.SpoG, keluarga dan pasien mau melakukannya dengan membawa buku KIA.
12. Melakukan informed consent untuk rujukan dan tindakan prarujukan, ibu dan keluarga setuju untuk
14. Mendokumentasikan hasil asuhan, hasil asuhan sudah di dokumentasikan dikartu ibu, R1 ANC, buku
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis pembahas tentang asuhan kebidanan pada Ny. S dengan PEB,
maka untuk mempermudah pembahasan penulis disini membagi dalam 7 tahap yaitu : pengkajian,
interpretasi data, indentifikasi diagnosa dan masalah potensial, indetifikasi kebutuhan akan tindakan
4.1 Pengkajian
Pada kasus PEB dapat ditandai dengan beberapa gejala, diantaranya: tekanan darah ibu lebih
dari 160/110 mmHg, oliguria, protein urin (+++), dan keluhan subjektif yang umum terjadi yaitu nyeri
epigastrium, pandangan kabur, sakit kepala hebat, terdapat mual muntah, gangguan kesadaran,
gangguan pernapasan, terdapat oedema pada wajah, ekstermitas atas dan bawah, biasanya terjadi
Pada prakek penulis penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori seperti pada kasus Ny.
S dengan Tanda-tanda pre eklampsia berat dan hypertensi eensial yaitu tekanan darah yang tinggi
dari trimesret Isampai trimester ke II, oliguria, oedema pada wajah, tangan dan kaki, penglihatan
mmHg, kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan diastolic ≥ 15 mmHg, oedema kaki, tangan,
dan muka, protein urine positive 2 atau lebih, kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam
seminggu, hipertensi timbul pada umur kehamilan ≥ 20 minggu dan sering terjadi pada
Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah
(Prawiroharjo,2007)
Maka dapat ditegakan diagnosa Ny.S G7 P6 Ao dengan pre-eklamsi berat dengan riwayat
hypertensi esensial. Pada kasus Ny.S dilihat dari tekanan darah adanya kenaikan sistolik 10 mmhg,
dan penurunan diastol 10 mmHg (dasarny pada kunjungan antenatal pertama tanggal 21-05-2012
dan kunjungan kedua tanggal 28-05-2012 tekanan darah Ny.S 140/100 mmHg tetapi pada
kunjungan brikutnya yaitu pada tanggal 18-06-2012 tekanan darah Ny.S 150 /90 mmHg, adanya
kadar protein +++, adanya oedema di wajah, tangan dan kaki, serta adanya kenaikan berat pada
kunjungan pertama 11 kg/minggu dasarnya yaitu kunjungan tanggal 21-05-2012 berat badan Ny.S 57
kg, dan pada kunjungan kedua 28-05-2012 berat bada Ny.S 68 kg tetapi pada kunjungan berikutnya
tanggal 18-06-2012 kenaikan berat badan Ny.S 68.3 kg hanya mengalami kenaikan 0.3 kg.
Berdasarkan riwayat ANC diatas, secara umum tidak ada kesenjangan dalam teori dan
Masalah pontesial yang mungkin timbul pada kasus PEB yaitu pada ibu dapat terjadi
eklampsia, oedema pada seluruh tubuh dan spasme pembuluh darah, pada mata biasa terjadi
ablation retina, pada paru menyebabkan sesak, pada otak terjadi oedema cerebral, pada hati terjadi
peregangan kapsula glison sehingga menyebabkan nyeri ulu hati, dapat gagal jantung dan ginjal,
sedangkan pada bayi dapat terjadi gawat janin, IUFD, IUGR, prematuritas tetapi pada kenyataannya
Masalah potensial yang timbul pada Ny.S hanya terjadi nyeri pada ulu hati. sedangkan pada
Dalam mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi pada pre eklampsi
kebutuhan kolaborasi dengan dokter SpOG dan hal tersebut sudah dilakukan. Dalam hal ini tidak ada
Pada kasus PEB dilakukan tindakan dengan DSOG/SPOG, dan pada saat menghadapi masalah
pada Ny. S, penulis dan petugas KIA melakukan konsultasi dengan dr. Puskesmas, dan melakukan
Maka dalam indentifikasi kebutuhan akan tindakan segera/ kolaborasi tidak ditemukan
Dalam melakukan perencanaan untuk memberikan asuhan pada kasus PEB penulis
merencanakan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa yaitu mengobservasi TTV,
memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, memberikan konseling tentang tanda bahaya PEB,
konseling tentang nutrisi konseling tentang mobilitas, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,
memberikan dukungan terhadap Ny.S agar melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal kunjungan
agar mendapatkan pemeriksaan intensif, memberikan obat anti hypertensi Nifedipin sesuai resep
Arjawinangun
Maka dalam Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh tidak ditemukan kesenjangan antara
4.6 Pelaksanaan
Sehingga dalam penatalaksanaannya pengkaji memberikan asuhan kepada ibu hamil dengan
pre-eklampsia berat yaitu dengan melakukan rawat jalan , mengobservasi TTV, memberikan
konseling nutrisi dan istirahat, memberikan penjelasan tanda-tanda bahaya pada kehamilan, serta
memberikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan adanya dukungan dari tenaga kesehatan
dan keluarga.
Maka dalam penatalaksanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang
ada dilapangan
4.7 Evaluasi
Pada tahap ini ditemukan hasil setelah dilakukan penanganan di antaranya kenyamanan ibu
teratasi, ibu mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan seperti melakukan observasi TTV, konseling
tentang tanda bahaya, anjuran istirahat yang cukup, konseling tentang tatalaksana rujukan atau
kolaborasi dengan DSOG,ibu mau melakukan semua anjuran bida sehingga terpeliharanya
kehamilan dan kesehatan ibu. Hal ini merupakan hasil yang diharapkan yaitu ibu dan keluarga dapat
Dari kasus Ny. S penulis dapat menyimpulkan bahwa komplikasi dalam kehamilan dapat dicegah
apabila diketahui secara dini. Untuk itu, pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk dapat lebih
cepat mendeteksi adanya komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian kepada Ny. S sampai tahap evaluasi, maka penulis
menyimpulkan:
1. Dikatakan Pre-Eklampsia berat jika tekanan darah 160/110 dengan batasan edema dan proteinuria
posifif 3. Jika hipertensi terjadi dan sebelum triwulan ke-3 kehamilan itu adalah hipertensi esensial.
2. Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan konsep penanganan di tingkat puskesmas dengan
kolaborasi dokter puskesmas, sehingga tidak terjadi komplikasi atau peningkatan gejala dari pre-
eklampsia berat.
3. Adapun tindakan penanganan diberikan pada Ny. S yaitu kolaborasi dengan dr.spOg pemantauan TD
serta Laboratorium
5.2 Saran
a. Untuk PKM
1. Diharapkan tenaga kesehatan dapat mempertahankan mutu pelayananya dan tindakan Asuhan
2. Lebih meningkatkan SDM yang sudah ada dengan mengikuti penyuluhan, seminar-seminar
kesehatan, dan perkuliahan serta mengikuti perkembangan IPTEK di bidang kesehatan khususnya.
harus mempersiapkan segala sesuatunya bila suatu saat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta:
EGC, 1998.
5. Saifudin abdulah bahri, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.2006
7. YBP Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta,
1999.
Poskan Komentar
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (4)
o ▼ Agustus (3)
Penyulit dan Komplikasi Obstetri pada Masalah Keha...
PKK1 laporan kasus Pre eklamsi berat riwayat hiper...
laporan kasus PKK1 post partum normal
o ► Januari (1)
► 2011 (1)
Mengenai Saya
KEWIRAUSAHAAN
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh blue_baron. Diberdayakan oleh Blogger.