Anda di halaman 1dari 130

LaporaN kasus Pre Eklampsia Berat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit
hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-
berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang
dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol.
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER
kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah
sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk
mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia
sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian
terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan
penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.
3) Penyakit ginjal.

Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria dan oedema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 1998).
Tingginya kejadian pre-eklamsia- eklamsia di negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi/masalah
kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-
38,4%. Di negara maju angka kejadian pre- eklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-
0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di
negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).
Berdasarkan kejadian tersebut, maka kami tertarik untuk membahas hal ini, serta
sebagai tugas dalam makalah Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
dengan Preeklamsi.

B. Ruang Lingkup
Dalam laporan kasus asuhan keperawatan kelolaan ini penulis hanya membahas
asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa Preeklamsia Berat yang dilakukan di
ruangan Mawar – asoka kebidanan Rumah Sakit dr. Sobirin Lubuk Linggau dalam 3 hari
perawatan.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan laporan kasus ini adalah agar penulis dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada Ny. S dengan preeklamsi di Bangsal Mawar – Asoka Kebidanan
Rumah Sakit dr. Sobirin Lubuk Linggau dengan pendekatan proses keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan preeklamsia berat
khususnya Ny. S
b. Mampu mengidentifikasi serta menganalisa data pada Ny. S
c. Mampu merumuskan dan menerapkan prioritas diagnosa keperawatan pada Ny. S
d. Mampu menentukan tujuan dan menyusun rencana sesuai dengan kriteria keperawatan pada
Ny. S
e. Mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan
pada Ny. S
f. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telaah diberikan dan
didelegasikan pada Ny. S
g. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam penerapan teori asuhan keperawatan
yang telah diberikan pada Ny. S
h. Mengetahui faktor penunjang dan penghambat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan preeklamsia berat pada Ny. S

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan Laporan Kasus pada Ny. S dengan Preeklamsia Berat adalah
:
1. Untuk RSUD sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan
tindakan keperawatan pada klien dengan Preeklamsia Berat
2. Untuk pendidikan sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu
keperawatan
3. Untuk pendidikan sebagai refrensi untuk penulisan makalah keperawatan
4. Untuk pembaca supaya mengetahui dampak Preeklamsia Berat di masyarakat luas dan
mengetahui tentang preeklampsia Berat
E. Metode penulisan dan Pengambilan data
1. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan Laporan Kasus ini adalah metode
deskriptif, yaitu menggambarkan dan study kasus terhadap klien dengan preeklamsia dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan
2. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku klien dan
keluarganya secara langsung
b. Wawancara
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menggali riwayat kesehatan
bayi dan keluarganya secara langsung, untuk mendapatkan informasi yang berhubungan
dengan masalah kesehatan klien dan keluarga
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
d. Studi Dokumentasi
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara mempelajari data penunjang
dan riwayat – riwayat kesehatan dari status klien
e. Studi Kepustakaan
Yaitu cara mendapatkan informasi dan teori yang relevan dari literatur
berhubungan dengan kasus sebagai dasar acuan penulisan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan
edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
a) Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).
b) Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan pembengkakan,
dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
c) Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema,
dan proteinuria (Dorland,2000).
d) Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2000).
e) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
f) Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
B. ETIOLOGI

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola
hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori
tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
d. Peran faktor genetik /familial
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
g. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis preeklamsi meliputi:
a. Hipertensi sistolik / diastolik > 140/90 mmHg
b. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih 0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2
(+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah, atau tangan.
d. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.

D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada
uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/
agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan
faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ
hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi
angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang
menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula
suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru-
paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema
serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang
sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh
darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis
menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein
yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya
menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya
diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan
perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation
serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas.
Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan
penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan
hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan
diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
E. WOC
F. KOMPLIKASI
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
a. Pada Ibu
1. Eklapmsia
2. Solusio plasenta
3. Pendarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
5. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

G. KLASIFIKASI
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
3. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau
midstream.
b. Preeklampsia Berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis.

H. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia
ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit
kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan tim Tes Diagnostik.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr% )
2. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
3. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
2) Urinalisis
1. Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
1. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
5. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
6. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
4) Tes kimia darah
1. Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
J. PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)

b. Janin
• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
• Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)

2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks patella
setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20%
dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr
di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulang
diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4
• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan
IV dalam 3 menit.
• Refleks patella positif kuat.
• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.
• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)
4. MgSO4 dihentikan bila :
• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-
7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter
dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi perbaikan
(normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5 ampul dalam 500
cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending
eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat
kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya
disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-
lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan
harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2 gr IV.

4. Penderita dipulangkan bila :


a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah dirawat
selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat
dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2
minggu).
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan kebutuhan O2
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
3. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
4. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik
6. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak, kontraksi uterus dan pembukaan
jalan lahir
7. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
8. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
3. INTERVENSI
1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60
menit pola nafas kembali normal
Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt

Intervensi :
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan
c. Atur posisi pasien semi fowler
Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60
menit diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.
Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis
Interensi :
a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.
b. Awasi tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.
c. Pantau BGA
Rasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel.
a. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit
Rasional : meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.

3. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR :16-20 x/mnt
Intervensi :
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional : Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan
respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
Rasional :Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
Rasional : Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional : Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
4. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG ;
Intervensi :
a. Monitor DJJ sesuai indikasi
Rasional : Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
b. Kaji tentang pertumbuhan janin
Rasional : Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
IUGR
c. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
d. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
Rasional : Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
e. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
Rasional :USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas pasien dapat terpenuhi
teria hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / di perlukan
Intervensi :
a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional : mengetahui tingkat kelemahan
b. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.

6. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan


pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi
rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
a. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
Rasional : Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
b. Jelaskan penyebab nyerinya
Rasional : Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif

c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Rasional : Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian pasien

7. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam nyeri berkurang /menghilang
Kriteria hasil : wajah tidak menyeringai, tidak pusing
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri
Rasional : mengetahui intensitas nyeri
b. Pertahankan tirah baring
Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
c. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya,
mengejan, batuk panjang
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menambah beratkan penyakit
d. Ajarkan taknik relaksasi dan distraksi
Rasional : membantu menghilangkan rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya lorazepam, diazepam
Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rengsang system saraf simpatis.

8. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na


Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam BB stabil
Kriteria hasil : - Tidak ada destensi vena perifer dan edema
- Paru bersih dan BB stabil
Intervensi :
a. Obervasi input dan output
Rasional : Mengetahui pengeluaran dan pemasukan cairan
b. Jelaskan tujuan pembatasan cairan / Na pada pasien
Rasional : Na dapat mengikat air sehingga meningkatkan volume cairan bertambah
c. Kolaborasi pemberian deuretik , contoh : furosemid (lazix),asam etakrinik (edecrin) sesuai
dengan indikasi.
Rasional : Menghambat reabsorpsi natrium dan menurunkan kelebihan cairan
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : diet pembatasan Na sesuai indikasi

9. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan ibu
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa

b. Jelaskan mekanisme proses persalinan


Rasional : Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptif
c. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
d. Beri support system pada ibu
Rasional : ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara
lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PRENATAL DAN POST PARTUM


PADA Ny. S DENGAN PREEKLAMSIA BERAT
DI BANGSAL MAWAR-ASOKA RUANG ISOLASI dr. SOBIRIN
LUBUK LINGGAU

Nama Mahasiswa : Sugesti Angraeni Tanggal Pengkajian : 08-08-2012


Nim.PO. 03201100 34 Ruangan/RS : Asoka

PENGKAJIAN PRENATAL

A. DATA UMUM KLIEN


Inisial Klien : Ny.S
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Tani
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Ds. Purwadadi, Kec.jaya Loka

Nama Suami : Tn.R


Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Pendididkan terakhir : SMA
Pekerjaan : Tani
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Ds. Purwadadi, Kec.jaya Loka

B. KELUHAN SAAT INI


Ibu mengeluh Penglihatannnya kabur, nyeri kepala berat, perutnya terasa nyeri , lelah,
bengkak
Letak/presentasi DJJ Usia
pada
TD BB/TB TFU janin Gestasi Keluhan
tangan,
kaki dan
muka.\ Jenis Keadaan Bayi Masalah
No. Tahun Jenis persalinan Penolong
Kelamin Waktu lahir kehamilan

C. 1 2006 Spontan Bidan Laki – Sehat PEB


RIWAY laki
AT KEHAMILAN DAN PERSALINAN LALU

Pengalaman Menyusui : Ya
Berapa lama : Asi ekslusif 6 Bulan

D. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Riwayat Ginekologi : -
2. Riwayat KB : Suntik

E. RIWAYAT MENSTRUASI
1. Menarch : 14 Tahun Siklus : 30 hari
2. Lamanya : 5 hari Tidak Disminore
3. Banyaknya : ± 300 cc ganti Pembalut : 3 kali

F. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


HPHT : 18-11-2011 Taksiran Partus : 25-08-2012
BB Sebelum Hamil : 50 Kg TD sebelum hamil : 170/100 mmHg
BB Selama Hamil : 63 Kg
160/110 50 Kg / 31 cm Memanjang 143 ± 37 Penglihatannya
G. DATA mmHg 153cm bagian terbawa x/m minggu kabur, nyeri kepala
UMUM kepala berat, perutnya
KESEH terasa nyeri , lelah,
ATAN bengkak pada
SAAT tangan, kaki dan
INI muka.
Status
obsetrik : G2P1A0 Usia kehamilan : ± 37 minggu
Keadaan Umum : Baik BB/TB : 50 Kg / 153 cm
Kesadaran : CM
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah : 160/110 mmHg Nadi : 80 x/m
Suhu : 370C Pernafasan : 20 x/m

Kepala – Leher
Kepala : Simetris, rambut hitam lurus, kebersihan cukup rambut tidak berketombe dan sedikit rontok, ibu
terkadang merasa kepalanya nyeri dan di kepala tidak ada benjolan maupun kelaian lainnya
Mata : Simetris, Penglihatan sering berkunang-kunang atau rabun, Konjungtiva sedikit pucat,
Sklera tidak ikterik.
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan Cuping hidung dan tidak ada polip
Mulut : Tidak ada kelainan kongenital seperti bibir sumbing, tidak terdapat caries pada gigi, fungsi
pengecapan baik, tidak ada pembesaran tonsil
Telinga : Simetris tidak terdapat serumen, peradangan pada lubang telinga, fungsi pendengaran baik
Leher : Tida ada pembesaran kelenjar tiroid dan adanya bendungan vena jugularis
salah Khusus : Nyeri pada kepala dan fungsi penglihatan yang terganggu yaitu kunang – kunang dan rabun

da
ung : Bunyi jantung normal dan tidak terdengar murmur
Paru : Gerakan saat inspirasi dan ekspirasi seirama, Bunyi paru normal, tidak terdengar wheezing
atau ronchi, suara nafas baik
Payudara :
 Bentuk :Simetris dan tidak ada benjolan
 Mamae : - Putting susu menonjol keluar
- Areola terdapat hyperpigmentasi
- Colesterum belum keluar
- Konsistensi agak kenyal
- Pelebaran pembuluh darah vena terlihat
Pengeluaran ASI : ASI belum keluar
Masalah Khusus : -

Abdomen
Uterus :
FU : 31 cm. Kontraksi : Ya
opold I : Teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
opold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
opold III :Teraba masa keras, terfiksir dan sudah adanya
penurunan kepala
opold IV : Bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
PAP : 3/5
JJ : Frekuensi : 143 x/m dan teratur
entasi :
nea Nigra : Ada
riae : Ada
ngsi Pencernaan : Tidak Terganggu
asalah khusus :-
Perinium dan Genital :
Vagina : Tidak bervarises
Kebersihan : Cukup Bersih
Keputihan :-
Jenis/warna : Lendir/putih
Konsistensi : cair
Bau : amis
Hemoroid : tidak derajat : - Lokasi : -
Lamanya : 2x/ 10 menit lama 10 detik, Nyeri : Ya
Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema : ya
Inspeksi : fungsi baik
Palpasi : tidak ada varises
Ekstremitas bawah: inspeksi : ada edema, fungsi baik
Palpasi : adanya varises
Reflek patela : +
Masalah khusus : Adanya edema di ekstremitas atas dan bawah
Eliminasi
Urin : 4-5x sehari
BAB : 1x sehari
Masalah Khusus :-
Istirahat dan kenyamanan
Sebelum masuk RS : Ibu tidur 7-8 jam sehari
Sesudah masuk RS : Ibu tidur 6-8 jam sehari.

Mobilisasi dan Latihan


Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan x
Minum x
Eliminasi x
Mobilisasi x

Berpakaian x

Keterangan:
0 : mandiri
1 : dengan alat Bantu
2 : bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan peralatan
4 : tergantung total

Nutrisi dan cairan :


mauk RS : Ibu makan 3 x sehari dengan porsi sedang, sayur, lauk pauk, buah dan susu serta minum 5-8
gelas sehari
masuk RS : Ibu makan dengan porsi sedang dengan nasi, sayur, lauk pauk, buah dan susu serta minum
7-8 gelas sehari
Masalah Khusus :-
Keadaan Mental :
Adaptasi psikologis : ibu kelihatan sangat cemas
Penerimaan terhadap kehamilan : ibu menerima dengan senang
kehamilannya
Masalah khusus : terjadinya peningkatan kecemasan
saat tekanan darah dinyatakan
masih tinggi
kehamilan : -
-

Persiapan persalinan :


rencana tempat melahirkan

perlengkapan kebutuhan ibu dan bayi


kesiapan mental ibu dan keluarga


pengetahuan tentang tanda – tanda melahirkan cara menangani nyeri, proses persalinan

perawatan payudara

Obat – obatan yang dikonsumsi :


1. Catapres 1 x 1
2. Drip MgSO4 dan Pitogin pada infus D5 dan RL
Hasil pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan
Rangkuman Hasil Pengkajian :
Masalah :
1. Kepala ibu terasa pusing dan nyeri serta penglihatannya kabur dan berkunang – kunang
2. TD : 160/110 mmHg
3. Nyeri hebat saat terjadinya His dan prosres persalinan
4. Ketakutan dan kecemasan terhadap keadaan janin

PENGKAJIAN POST PARTUM

I. RIWAYAT PERSALINAN
a. Jenis Persalinan : Spontan
b. Jenis kelamin :L BB/PB : 2900 gr/
c. Perdarahan :
d. Masalah dalam persalinan : PEB
II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status obsetrik : G2P1A0 Usia kehamilan : ± 37 minggu
Keadaan Umum : Baik BB/TB : 50 Kg / 153 cm
Kesadaran : CM
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan darah : 160/110 mmHg Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,2 0C Pernafasan : 19 x/m
Pemeriksaan fisik
an Rambut :sedikit rontok, lepek/berminyak,sedikit berketombe, warna rambut hitam, dan lurus serta ibu
terkadang masioh merasa pusing
Muka :oedema, dan tidak ada cloasma gravidarum.
:konjungtiva agak pucat, sklera agak ikterik, fungsi penglihatan kurang baik masih berkunang
- kunang, dan simetris
:Keadaan bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada polip
gi :Keadaan cukup bersih, gigi lengkap, tidak ada caries gigi, dan tidak ada stomatitis
:Keadaan bersih, fungsi pendengaran baik, dan simetris
:Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
:Mamae simetris, puting susu menonjol,ada pembengkakan pada payudara,dan ASI belum keluar,
gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi dan whezing, suara
nafas baik
en :TFU 2 jari bawah pusat, uterus teraba keras dan berkontraksi, vesika urinaria kosong
Pinggang :Nyeri tekan pada daerah pinggang
a :Kotor oleh bekas lendir dan darah, lochea rubra, bau amis normal, tidak ada heacting, tidak
ada oedema dan varises
itas Atas :Fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema dan varises, simetris kiri dan kanan, tidak ada
cacat, keadaan baik
itas Bawah :Fungsi pergerakan baik, tungkai tidak ada oedema dan varises, tidak ada cacat, keadaan baik
butuhan Dasar
a. Nutrisi
melahirkan : Ibu makan 3 x sehari dengan porsi sedang, 1 piring nasi, 1 mangkok sayur, lauk pauk, buah
dan susu.
melahirkan : Ibu makan dengan porsi kecil 1/2 piring nasi, 1 mangkok sayur, lauk pauk, buah dan susu.
b. Eliminasi
BAB sebelum melahirkan : 1-2 x/hari
sesudah melahirkan : 1 x/hari
BAK sebelum melahirkan : 5-6 x/hari
sesudah melahirkan : 2 x/hari
c. Istirahat
Sebelum melahirkan : Ibu tidur 7-8 jam sehari
Sesudah melahirkan : Ibu tidur 5-6 jam sehari.
d. Aktivitas
hirkan : Ibu biasa melakukan aktivitas sendiri
hirkan : Ibu masih sering ditempat tidur, karena ibu merasa badannya pegal-pegal, untuk personal
hygiene masih dibantu oleh suami dan keluarganya yang lain, perawatan terhadap bayinya
juga masih dibantu oleh ibunya.
f. Personal Hygiene
hirkan : Ibu mandi 2 x sehari, menggosok gigi 3 x sehari, Ibu mengganti pakaian setiap habis mandi
hirkan : Ibu di lap saja dengan air hangat – hangat kuku , Ibu mengganti pakaian setiap habis di lap,
Ibu mengganti softex 2 x sehari
g. Keadaan psikosial
a. Ibu dan keluarga merasa bahagia dengan kelahiran bayinya, semua keluarga menerima
dengan senang keluarga barunya
b. Ibu senang menyusui anaknya
c. Ibu mengatakan badannya terasa pegal-pegal dan nyeri sedikit

ANALISA DATA
Nama : Ny. S Dx Medis : PEB
Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No. Symptom Problem Etiologi
1 DS : Klien mengatakan kepalanya terasa nyeri dan pusing Gangguan Penurunan
serta penglihatannya kunang – kunang dan kabur perfusi COP
DO : jaringan otak
1. TD : 160/110 mmHg
2. Klien lemah
3. Penglihatan berkunang – kunang dan kabur
4. Pasien sering memegang kepalanya
5. Udem di ekstremitas atas dan bawah
2 DS : Klien mengatakan nyeri hebat didaerah perut Gangguan rasa Kontraksi
DO : nyaman nyeri uterus
1. Klien meringis kesakitan
2. Skala nyeri 8
3. Klien tampak pucat dan lemah
3 DS : klien mengatakan sangat cemas dengan janinnya Gangguan Koping yang
DO : psikologis / tidak efektif
1. Pasien kelihatan panik dan cemas cemas terhadap
2. Pasien banyak bertanya proses
persalinan
4 DS : Klien mengatakan tidurnya terganggu
DO :
1. Mata cekung
2. Konjungtiva anemis
3. Tidur 6 jam
5 DS : klien mengatakan belum bisa beraktivitas seperti
biasanya
DO :
1. Aktivitas di bantu keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Dx Medis : PEB


Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka

No. Ditemukan Teratasi Diagnosa keperawatan


hari/tanggal hari/tanggal
1. 08-08-2012 - Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan
COP
Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan kepalanya terasa nyeri dan
pusing serta penglihatannya kunang – kunang
dan kabur
DO :
1. TD : 160/100 mmHg
2. Klien lemah
3. Penglihatan berkunang – kunang dan kabur
4. Pasien sering memegang kepalanya
5. Udem di ekstremitas atas dan bawah
2. 08-08-2012 - Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kontraksi
uterus
Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan nyeri hebat didaerah perut
P: nyeri berkurang setelah minum obat, Q:
nyeri berat R: nyeri pada daerah perut, S: skala
8 T: nyeri terasa selama 3 menit sekali
DO :
1. Klien meringis kesakitan
2. Skala nyeri 8
3. Klien tampak pucat dan lemah
3. 08-08-2012 09-08-2012 Gangguan psikologis (cemas) b/d koping yang
tidak efeketif terhadap proses persalinan
Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan sangat cemas dengan
janinnya
DO :
1. Pasien kelihatan panik dan cemas
2. Pasien banyak bertanya

3 09-08-2012
4 09-08-2012
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Dx Medis : PEB


Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No No. Hari/ Tujuam dan kriteria Intervensi Rasional
Dx tanggal hasil
1. 01 08-08- Setelah dilakukan  Awasi TTV pasien  Mengetahui
2012 tindakan keperawatan kegawatan pasien
1x24 jam diharapkan  Monitor perubahan tiba –  Cemas dan binggung
Perfusi jaringan otak tiba pada pasien dapat mempengaruhi
dapat adekuat dan darah
tercapai secara
optimal. Dengan  Observasi adanya pucat,  Mengetahui perjalanan
kriteria hasil : sianosis, kulit darah
1. Kepala pasien tidak dingin/lembab dan catat
terasa pusing dan kekuatan nadi perifer
nyeri lagi  Pantau pernafasan  Mengetahui fungsi
2. Fungsi penglihatan pernafasan pasien
baik ( tidak
berkunang - kunang
 Dorong latihan kaki aktif /  Memperlancar
dan rabun )
pasif peredaran darah

 kolaborasi dengan SpOG  Dapat terapi sesuai


indikasi
2 02 08-08- Setelah dilakukan Kaji tingkat intensitas  Ambang nyeri setiap
. 2012 tindakan perawatan nyeri pasien orang berbeda dengan
1x24 jam diharapkan demikian akan dapat
ibu mengerti menentukan tindakan
penyebab nyeri dan perawatan yang sesuai
dapat mengantisipasi dengan respon pasien
rasa nyerinya . terhap nyerinya
Dengan kriteria hasil  Mengetahui kedaan
: umum
1. Nyeri berkurang  Dapat memahami
2. Ibu mengerti Observasi TTV penyebab nyerinya
penyebab nyerinya sehingga bisa
3. Ibu mampu Jelaskan penyebab nyeri kooperatif
berdaptasi terhadap pada pasien  Mengurangi rasa nyeri
nyerinya melalui cara
pengalihan
 Anjurkan teknik relaksasi  Mengalihkan perhatian
untuk mengurangi nyeri pasien
 Bantu keluarga untuk
mengusap pada bagian  Bentuk kolaborasi
yang nyeri dalam menghilangkan
 Berikan terapi sesuai nyeri
program

3. 03 08-08- Setelah dilakukan Kaji tingkat kecemasan  Tingkat kecemasan


2012 tindakan perawatan ibu ringan dan sedang bias
1x24 jam diharapkan ditoleransi dengan
pasien cemas dapat pemberian pengertian
berkurang dengan sedangkan yang berat
kriteria hasil : perlu terapi
1. Ibu tenang  Pengetahuan terhadap
2. Ibu kooperatif Jelaskan mekanisme proses persalinan
terhadap tindakan proses diharapkan dapat
perawatan Persalinan mengurangi emosional
3. Ibu dapat menerima ibu yang mal adaptif
kondisi yang  Kecemasan akan dapat
dialaminya sekarang teratasi jika
mekanisme koping
 Gali dan tingkatkan yang dimiliki ibu
mekanisme koping ibu efektif
yang efektif  Ibu dapat mempunya
motifasi untuk
menghadapi keadaan
 Beri support pada ibu yang ada
4. Gang Kebutuh  Tempatkan penderita Menempatkan penderita di  Kebutuhan tidak
guan an tidur di kamar yang aman kamar yang aman dan terpenuhi dengan
tidur dan dan tenang tenang serta membatasi criteria:
dan aktivitas  Bantu aktivitas os jumlah orang yang  Tidur malam ± 8 jam
aktivi terpenuh  Kolaborasi dengan berkunjung  Gangguan aktivit-as
tas i dokter tentang Membantu aktivitas os teratasi
pemberian obat- sehari-hari
obatan  Membariakan obat-obatan
sedative seperti luminal 3x
sehari

5 05
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S Dx Medis : PEB
Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No. No.Dp Hari/tanggal Implementasi paraf
1 01 08-08-2012 1. mengawasi TTV pasien
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 37OC RR : 20x/m
2. Memonitor perubahan tiba – tiba pada
pasien
R/ pasien masih sadar
3. mengobservasi adanya pucat, sianosis,
kulit dingin/lembab dan catat kekuatan
nadi perifer
R/ masih dalam batas normal
4. Memantau pernafasan
R/ RR : 20 x/m
5. mendorong latihan kaki aktif / pasif
R/ pasien merasa nyaman
6. Berkolaborasi dengan SpOG
R/ drip MgSO4 di RL gtt 20 x/m
02 08-08-2012 1. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/ his tiap 2x/10 menit, lama 10 detik,
skala nyeri 8
2. Mengobservasi TTV
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 37OC RR : 20x/m
3. Menjelaskan penyebab nyeri pada
pasien
R/ ibu mengerti penyebab nyerinya dari
pembukaan jalan lahir
4. Menganjurkan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
R/ Ibu menarik napas dalam dan
mengeluarkan secara perlahan dari
mulut
5. membantu keluarga untuk mengusap
pada bagian yang nyeri
R/ keluarga mengikuti saran yang
diberikan
6. Memberikan terapi sesuai program
R/ teknik relaksasi dijalankan dengan
baik
1. Mengkaji tingkat kecemasan ibu
03 08-08-2012 R/ setelah diberikan support cemas
sedikit berkurang
2. Menjelaskan mekanisme proses
Persalinan
R/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
3. Menggali dan tingkatkan mekanisme
koping ibu yang efektif
R/ ibu mnegikuti saran yang ada
4. Memberi support pada ibu
R/ Cemas ibu berkurang
02 O1 09-08-2012 1. mengawasi TTV pasien
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 36,2OC RR : 19x/m
2. Memonitor perubahan tiba – tiba pada
pasien
R/ pasien masih sadar
3. mengobservasi adanya pucat, sianosis,
kulit dingin/lembab dan catat kekuatan
nadi perifer
R/ masih dalam batas normal
4. Memantau pernafasan
R/ RR : 19 x/m
5. mendorong latihan kaki aktif / pasif
R/ pasien merasa nyaman
6. Berkolaborasi dengan SpOG
R/ drip MgSO4 di RL gtt 20 x/m

02 09-08-2012 1. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien


R/ skala nyeri 8
2. Mengobservasi TTV
R/TD : 160/110mmHg N: 80x/m
T : 36,2OC RR : 19x/m
3. Menjelaskan penyebab nyeri pada
pasien
R/ ibu mengerti penyebab nyerinya bayi
sudah waktunya keluar
4. Menganjurkan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
R/ Ibu menarik napas dalam dan
mengeluarkan secara perlahan dari
mulut , ibu mulai mengedan
5. membantu keluarga untuk mengusap
pada bagian yang nyeri
R/ keluarga mengikuti saran yang
diberikan
1. Memberikan terapi sesuai program
R/ teknik relaksasi dijalankan dengan
03 09-08-2012 baik
2. Mengkaji tingkat kecemasan ibu
R/ setelah diberikan support cemas
hilang digantikan senyuman
3. Menjelaskan mekanisme proses
Persalinan
R/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
4. Menggali dan tingkatkan mekanisme
koping ibu yang efektif
R/ ibu mnegikuti saran yang ada
5. Memberi support pada ibu
R/ Cemas ibu hilang
03 01 10-08-2012 1. mengawasi TTV pasien
R/TD : 140/100mmHg N: 83x/m
T : 36,8OC RR : 20x/m
2. Memonitor perubahan tiba – tiba pada
pasien
R/ K/U baik
3. mendorong latihan kaki aktif / pasif
R/ pasien merasa nyaman
4. Berkolaborasi dengan SpOG
R/ drip MgSO4 di RL gtt 20 x/m

02 10-08-2012 1. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien


R/ skala nyeri 3
2. Mengobservasi TTV
R/TD : 140/100mmHg N: 83x/m
T : 36,8OC RR : 20x/m
3. Menjelaskan penyebab nyeri pada
pasien
R/ ibu mengerti penyebab nyerinya
bekas jalan lahir
4. Menganjurkan istirahat yang cukup
R/ibu beristirahat

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S Dx Medis : PEB
Umur : 36 tahun Ro. Reg : 017352
Ruangan : Asoka
No. No.Dp Hari/tanggal Jam Evalusi paraf
1 01 08-08-2012 19.00
S : Klien mengatakan kepalanya terasa
nyeri dan pusing serta
penglihatannya berkunang – kunang
dan kabur
O:
1. TD : 160/110 mmHg
2. Klien lemah
3. Penglihatan berkunang – kunang
dan kabur
4. Pasien sering memegang kepalanya
5. Udem di ekstremitas atas dan bawah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan nyeri hebat
didaerah perut
02 08-08-2012 19.10O :
1. Klien meringis kesakitan
2. Skala nyeri 8
3. Klien tampak pucat dan lemah
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan sangat cemas


dengan janinnya
O:
03 08-08-2012 19.151. Pasien kelihatan panik dan cemas
2. Pasien banyak bertanya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

02 01 09-08-2012 16.30S : Klien mengatakan sedikit nyeri dan


pusing serta penglihatannya sedkit
berkunang - kunang
O:
1. TD : 160/110 mmHg
2. Klien lemah
3. Penglihatan berkunang – kunang
dan kabur
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan terasa nyeri


02 09-08-2012 16.40 dibagian perutnya
O:
1. Skala nyeri 4
2. lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan tidak cemas lagi


03 09-08-2012 16.45 dan merasa bahagia
O : pasien mencium dan sudah menyusui
anaknya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3 01 10-08-2012 21.00 S : Klien mengatakan tidak pusing


lagi serta penglihatannya tidak
berkunang – kunang lagi
O:
1. TD : 140/100 mmHg
2. Fungsi penglihatan baik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
02 10-08-2012 02 S : Klien mengatakani masih terasa
nyeri dibagian perutnya
O:
1. Skala nyeri 3
2. Os lemah
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu.
Dari hasil penerapan asuahan keperawatan dimulai dengan pengakajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan pada klien NY. S dengan Preeklamsia Berat ( PEB) yang dilaksanakan tanggal
08 Agustus 2012 dengan menggunakan berbagai pertimbangan ilmu dan menentukan kasus
secara nyata, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan. Oleh karena itu
penulis melakukan pengkajian secara cermat dan teliti melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik secara langsung serta didukung oleh sumber catatan perawatan dan catatan
medis sehingga didapat data yang diperlukan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan,penulis menyadari masih banyak data
yang perlu dilengkapi, ini semata – mata karena waktu dan kondisi juga yang tidak
memungkinkan. Apalagi dengan kondisi klien yang lemah karena tekanan darah yang tinggi
sehingga agak sulit dalam menggali informasi tentang kondisi klien saat ini maupun yang
lalu. Dalam mengkaji juga penulis mempunyai hambatan waktu.
Dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan penulis didapatkan pasien menderita
PEB ( Preeklamsia Berat ), didalam teori, jika pasien pasien menderita PEB jadi pasien
mengalami tekanan darah tinggi sehingga membuat kepala menjadi pusing dan penglihatan
berkunang-kunang.

B. Diagnosa
Pada diagnose teoritis terdapat 9 diagnosa , tetapi pada kasus ny.S setelah dilakukan
pemgkajian keperawatan selama 3 hari , diagnose yang timbul 5 diagnosa , yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan COP
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kontraksi uterus
3. Gangguan psikologis (cemas) b/d koping yang tidak efeketif terhadap proses persalinan
C. Intervensi
Intervensi yang penulis buat menggunakan saduran dari rencana asuhan
keperawatan Marilyn E. Doengoes. Tetapi dalam intervensi yang penulis buat banyak yang
penulis kurangkan, karena penulis juga melihat apa saja tindakan yang harus dilakukan sesuai
dengan diagnosa keperawatan dan keterbatasan alat-alat pendukung yang mendukung untuk
memberikan asuhan keperawatan.
D. Implementasi
Dilakukan semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan, criteria haisl dan
intervensi keperawatan. Sebelum dilaksanakannya intervensi keperawatan sebelumnya
dilakukan peninjauan kembali keadaan dan kebutuhan klien karena kadang kala rencana yang
dibuat tidak tepat lagi untuk dilaksanakan. Implementasi keperawatn pada Ny. S dititik
beratkan untuk memantau keadaan tekanan darah pada klien serta pengelolaan nyeri dan
menghindari infeksi
E. Evaluasi
Dalam evaluasi sendiri seharusnya intervensi dari ketiga diagnosa yang
ditegakkan masih dilanjutkan pada diagnosa satu dan diagnos dua . dan saat melakukan
evaluasi keperawatan catatan perkembangan klien dari pengamatan terakhir yang penulis
lakukan pada tanggal 10 agustus 2012 penulis menggunakan evaluasi metode SOAP

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan preekalmsi Berat
(PEB) di Bangsal Mawar-Asoka Rumah Sakit dr. Sobirin yang dilakukan dari tanggal 08
Agustus 2012 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2012 maka dari asuhan keperawatan yang
penulis kaji, penulis menyimpulkan :
1. Dapat disimpulkan bahwa Preeklamsi Berat ( PEB ) adalah Preeklampsia berat adalah
timbulnya hipertensi ≥ 160/110 mmHg disertai proteinuria dam atau edema pada kehamilan
setelah 20 minggu. Pada kasus ini ibu dikatakan mengalami preeclampsia berat karena
mengalami hipertensi, yaitu tekanan darah sebesar 160/110 mmHg dan disertai proteinuria
+3. Hipertensi terjadi sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tahanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi.
2. Pengkajian yang dilakukan pada klien menggunakan teknik wawancara pada klien, keluarga,
pemeriksaan fisik, observasi dan status klien. Pengkajian dilakukan secara komprehensif
yang meliputi biopsiko social dan spiritual. Berdasarkan pemeriksaan fisik serta kesehatan
masa lalu maka penulis menegakkan diagnose actual tentang asuhan keperawatan apa yang
perawat perlu dilakukan sesuai dengan kondisi klien sekarang
3. Dari kesembilan diagnosa yang terdapat dalam teori, penulis hanya mengangkat 3 diagnosa
saja saat prenatal, dikarenakan keluhan yang dikeluarkan klien
4. Intervensi dan implementasi yang dilakukan penulis belum tuntas saat prenatal tapi tuntas
setelah post partum
5. Pada tahap evalusi sesuaikan dengan criteria hasil yang ingin dicapai dan keluhan dari pasien
sendiri (DS) serta dari observasi penulis (DO), dimana evaluasi yang digunakan yaitu
menggunakan pendekatan SOAP

B. Saran
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin, khususnya pada penderita
Preeklamsi
2. Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap ibu hamil.
3. Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat preeklamsi merupakan
suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi kesehatan ibu hamil
4. Klien dan keluarga
Terhadap klien dan keluarga diharapkan dapat mengikuti dan bekerjasama dalam proses
keperawatan sehingga terapi dan pengobatan pada klien dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga kesembuhan klien tercapai

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk, editor, Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI, 2001

Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua EGC. Jakarta,
1998.

http://www.scribd.com/doc/899951/laporan kasus preeklampsia nas.

http://www.blogdokter.net/2009/02/17/preeklampsia dan eklampsi pada kehamilan.

http://khuheimi.blogspot.co,/2006/08/preeklampsia dan eklampsi.html


Doengoes, Marilyn E. 2000. REncana Asuhan Keperawatan edisi III. EGC : Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. EGC : Jakarta.
Sarwono P. 2006. Ilmu Kebidanan edisi 3. Bina Pustaka : Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.
ASKEP PEB (PRE EKLAMSIA BERAT)

LANDASAN TEORI

PERSALINAN DENGAN PEB

1. Pengertian

Pre – eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable / usia kehamilan > 20
minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan
oedema

Pre – eklampsi merupakan suatu sindrom hypertensi yang terjadi karena kehamilan disertai
protein urine, oedema dan sering kali terdapat gangguan pada sistem organ lain

Pada pre – eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20 – 40 minggu kecuali
jika terjadi penyakit trofoblastik

1. Klasifikasi

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Pre – eklampsi ringan


1. Tekanan darah 140 / 90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisis berabaring
telentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan siastolik 30
mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang – kurangnya 2x pemeriksaan dengan
periksa 1 jam
2. Oedema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau
lebih per minggu
3. Protein uri kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urin
cateter atau midsteam
4. Pre – eklampsi berat
1. Tekanan darah ≥ 160 / 110 mmHg
2. Protein urin ≥5 gr / l
3. Oliguria, yaitu jumlah urin < 500 cc / 24 jam
4. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
5. Terdapat oedema paru & cyanosis
2. Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti, banyak teori diungkapkan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang sekarang dipakai oleh para ahli sebagai
penyebab eklampsi adalah teori ischemia plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini

( Mochtar, 1998)

1. Patofisiologi
Pada pre – eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air pada
biopsi ginjal ditemukan spasme lubal artierole glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriole sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi

Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena retensi garam
dan air

Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.

( Mochtar, 1998)

1. Perubahan organ – organ pada pre – eklampsi


1. Plasenta dan rahim

Pada pre – eklampsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya
aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta akibat tuanya kehamilan dapat dipercepat pada
pre – eklampsi yang jelas terjadi atropi sinsitum. Arteria spiralis mengalami kontrkasi dan
penyempitan akibat necrotizing arteriopathy. Pada pre – eklampsi dan eklampsi sering terjadi
partus prematurus

1. Ginjal

Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi glomelurus berkurang
oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus
menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air

1. Otak

Pada pre – eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas – batas normal.
Pada pre – eklampsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat mengakibatkan gangguan usus.

1. Paru – paru

Kematian ibu pre – eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang
menimbulkan dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi aspirasi pneumonia atau abses paru

1. Mata

Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi ablusio retina yang
disebabkan oedema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan

1. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Pada pre – eklmpsi tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolot,
kristaloid dan protein serum.
1. Faktor resiko
1. Terjadi pada primigravida ( terutama remaja dan wanita yang berusia 35 tahun)
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hypertensi essensial
4. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, gemeli, polihidramnion, DM dan
molahidatidosa
5. Riwayat pre – eklampsi keluarga
6. Pasien miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan
nutrisi buruk terutama dengan diit rendah protein.
2. Penatalaksanaan

1. Pencegahan

1. Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin
(PER) supaya tidak menjadi berat
2. Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor – faktor
predisposisi
3. Berikan penjelasan tentang :

- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB

- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam
karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan

- Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre – eklampsi dan


persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan

- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre –
eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan dikeluarkannya kalsium
dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah

1. Penanganan

Tujuan utama penanganan adalah :

1. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi


2. Hendaknya janin lahir hidup
3. Trauma pada janin seminimal mungkin

Penanganan menurut klasifikasi :

1. Pre eklampsi ringan


1. Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka penderita
dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang sering misalnya 2x seminggu
2. Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat di tempat
tidur, diit rendah garam dan berikan obat – obatan seperti valium tablet 5 mg dosis
3x sehari atau fenilbarbitol tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari
3. Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu
bermanfaat bahkan bisa menutupitanda dan gejala pre eklampsi
4. Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan hilang. Ibu hamil
dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasanya
5. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin. Bila
keadaan mengijinkan barulah dilakukan induksi persalinan pada kehamilan > 37
minggu
6. Pre eklampsi berat

Pada usia kehamilan < 37 minggu

1. Jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :

Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap
4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat
magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan
(kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor
serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika
dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.

1. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan
penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu

Pada usia kehamilan > 37 minggu

1. Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah
garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong
kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah
reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus
tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL
2. Berikan obat antihipertensi
3. Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif
4. Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan
6. Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri
7. Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam post partum
8. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria
9. Komplikasi
1. Kompliasi pada ibu
1. Terjadi eklampsi / kejang
2. Hipoksia otak, pecahnya pembuluh darah otak dan resiko ciderea
3. Solusio plasenta
4. Oedema seluruh organ dan spasme pembuluh darah

- Oedema mata terjadi ablasia retina

- Sesak

- Pada otak menyababkan oedema serebral dan gangguan visus

- Pada hati terjadi peradangan sehingga menyababkan nyeri ulu hati


- Gagal jantung dan ginjal

1. Komplikasi pada anak akibat ischemia utero plasenta

- Gawat janin

- Kematian janin

- Gangguan pertumbuhan

- Prematuritas

1. Penatalaksanaan persalinan dengan pre eklampsi

Rangsang untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita sendiri dan
his persalinan merupakan rangsangan yang kuat maka dari itu pre eklampsi berat lebih mudah
menjadi eklampsi pada saat persalinan

Untuk penderita pre eklampsi diperlukan analgesik dan sedative yang lebih banyak dalam
persalinan. Pada kala II apabila syarat – syarat sudah terpenuhi hendaknya persalinan diakhiri
dengan cunam atau ekstraktor vacum. Telah kita ketahui bahwa pada pre eklampsi janin
diancam hipoksia dan pada persalinan bahaya ini akan semakin besar. Pada kala I dilakukan
segera secsio sesaria, pada kala II dilakukan curam dan ekstraksi vacum

1. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama

Merupakan hal yang diungkapkan ibu yang berhubungan dengan keadaan dan masalah yang
timbul. Keluhan yang timbul biasanya lendir bercampur darah, keluar cairan dari vagina,
perut terasa mules dan semakin sakit pada PEB biasabya disertai sakit kepala, mata
berkunang – kunang, bengkak pada kaki dan tangan

1. Kala I
2. Lightening

Adalah penurunan kepala memasuki PAP terutama pada primigravida masuknya PAP
dirasakan ibu hami; :

- Rasa ringan di bagian atas

- Rasa sesaknya berkurang

- Sering miksi

1. Terjadi his permulaan

Dengan makin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering. Sehingga terjadi his palsu
( permulaan ), sifat his permulaan palsu :
- Kontraksi braxton hiks

- Tidak teratur → tidak menjalar ke pinggang

- Lama his pendek → tidak bertambah kuat

- Tidak ada pengaruh pada serviks

1. His persalinan

Sifat his persalinan :

- Dirasakan sakit oleh ibu yang menjalar sampai kepinggang

- Bersifat otonom / tidak dipengaruhi kehendak

- Makin lama, makin kuat dan sering

- Kontraksi simetris

- Kontraksi fundal dominan

1. Pengeluaran lendir dan darah

Berupa sekret vagina yaitu darah dan lendir. Menunjukkan ekstruksi lendir yang menyumbat
canalis servikalis saat kehamilan

1. Ketuban yang pecah dengan sendirinya


2. sakit kepala, mata berkunang – kunang, bengkak pada kaki dan tangan
3. Kala II
1. Ibu mengatakan adanya dorongan ingin mengejan
2. Ibu mengatakan serasa ingin BAB
3. Ibu mengatakan perutnya terasa mules yang semakin kuat, semakin lama dan
semakin sering
4. Kalal III

Ibu mengatakan perutnya mules

1. Kala IV
1. ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran anaknya
2. ibu merasakan lelah
3. Riwayat penyakit ibu

Untuk megetahui kemungkinan penyakit – penyakit yang menyertai dan mempengaruhi


keadaan ibu yang lemah pada waktu melahirkan, seperti :

- Penyakit kronis : jantung, hypertensi, dll

- Penyakit menular : TBC, Hepatitis, HIV / AIDS


- Penyakit keturunan : DM, asma

1. Riwayat penyakit keluarga

Ditanyakan untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu bersalin serta
mengupayakan pencegahan dan penanganannya, terutama pihak keluarga yang tinggal
bersama klien.

( Pusdiknakes, 1993 )

1. Riwayat meanstruasi

Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan yang perlu diketahui adalah menarche, siklus
haid, lama haid, warna / jumlah darah, sifat darah ( cair / beku ), dysminorhoe, flour albus,
HPHT

( Obstetri Fisiologi, 1998)

1. Riwayat perkawinan

Yang dikaji yaitu kawin berapa kali, lama kawin dan usia saat kawin

( Hanifa, W, 133 )

1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui riwayat tiap – tiap kehamilannya, seperti : riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas sebelumnya serta keadaan anaknya

( Hanifa W, 133 )

1. Riwayat kehamilan sekarang

G. . . .P . . . .A . . . . UK . . . . .minggu

ANC ( tempat, berap kali, imunisasi TT, terapi )

Keluhan hamil muda

Keluhan hamil tua

Gerakan anak dirasakan sejak usia kehamilan . . . .bulan

1. Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka
yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (
bila tidak memakai lagi ) serta lamanya menggunakan kontrasepsi

( Depkes RI, 1994 : 16)


1. ADL
1. Nutrisi

Kekurangan / kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan. Pada persalinan dikhawatirkan


menjadi penyulit bagi ibu dan akan membahayakan ibu dan bayi

1. Aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas yang telah dilakukan ibu menjelang prosese persalinan

1. Istirahat

Ditanyakan untuk persiapan tenaga mengejan ibu, istirahat yang cukup menjelang persalinan
akan mempermudah proses persalinan

1. Personal hygiene

Ditanyakan personal hygiene ibu terutama menjelang persalinan. Hal ini perlu untuk
mengurangi terjadinya infeksi

10. Riwayat psikososial spiritual dan kultural

Ditanyakan kebiasaan – kebiasaan dalam masyarakat dan keluarga serta pandangan dan
penerimaan keluarga serta materiil dan moril yang diperoleh dari keluarganya

( Depkes RI, 1995 )

1. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
1. keadaan umum : baik, cukup, lemah
2. Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma
3. TTV : TD : ≥ 140 / 110 mmHg

N : 80 – 90 x/mnt

S : 36 – 37 ºC

Rr : 16 – 20 x/mnt

1. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi

Muka : oedema

Mata : palpebra oedema, conjungtiva pucat / tidak, sklera icterus / tidak

Mamae : papila mamae normal / tidak

Abdomen : adakah bekas operasi / tidak, adakah strie lividae / tidak


Genetalia : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah
pembesaran kelenjar bartholini / tidak, adakah varices, adakah oedema / tidak

Ekstremitas atas : kuku pucat / tidak, oedema

Bawah : oedema / tidak, varices / tidak

1. Palpasi

Leher : adakah pembesaran kelenjar limpe / tidak,adakah pembesaran kelenjar thyroid / tidak,
adakah bendungan vena jugularis / tidak

Mamae : adakah nyeri tekan / tidak

Abdomen :

Leopold I : untuk mengetahui TFU dan menentukan usia kehamilan serta untuk mengetahui
bagian janin yang berada di fundus

Leopold II : untuk mengetahui punggung dan bagian kecil janin

Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah ini sudah atau belum
terpegang oleh PAP

Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam rongga panggul

Ekstremitas : oedema, adakah varices / tidak

1. Auskultasi

Yang dicari yaitu punctum proximum dan DJJ ( frekuensi teratur / tidak ) yaitu : 120 – 160
x/mnt. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bagaimana keadaan janin

1. Pemeriksaan laboraturium

Albumin : merupakan pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar protein dalam urine,
sehingga dapat didiagnosa toxamia gravidarum

1. Pemeriksaan dalam ( VT )

Pembukaan : dari pemeriksaan ini dapat diperkirakan waktu persalinan

Efficemen : efficemen 100% merupakan waktu persalinan

Keadaan selaput ketuban : utuh atau sudah pecah

Presentasi : bagian terendah janin apakah kepala, bokong atau bagian – bagian janin yang lain

Denominator : apakah UUK, UUB, dahi, dagu


Penurunan bagian terendah pada bidang hodge ( I,II,III,IV )

Adakah bagian terkecil janin yang menumbung ( terkemuka )

1. His

- Berapa lamnya

- Berapa kali

- Kuat atau tidak

1. INTERPRETASI DATA DASAR

- Data subjektif : merupakan data yang diperoleh dari


keluhan pasien sehubungan dengan keadaan dan kondisi pasien yang dapat digunakan dalam
penegakan diagnosa

Ds pada PEB : – keluar lendir bercampur darah / tidak

- Mules yang semakin lama semakin kuat dan menjalar sampai ke pinggang

- Sakit kepala, mata berkunang – kunang

- Bengkak pada tangan dan kaki

- Data Objektif : merupakan data yang diperoleh dari hasil


pemeriksaan yang sesuai dengan standart nomenklatur kebidanan dan digunakan untuk
penegakan diagnosa

DO pada PEB : TTV : TD ≥ 140 / 110 mmHg

His yang semakin lama semakin kuat

Genetalia : terdapat pengeluaran lendir yang bercampur darah / tidak

Ekstremitas atas & bawah : oedema

- Diagnosa : ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan

Dx : Ibu . . . . . G . . . . P . . . . . . persalinan dengan PEB

- Masalah : digunakan untuk mengidentifikasi jika ada data tambahan

Masalah Dasar – dasar Antisipasi

Oedema Retensio garam yang tinggi Kaki ditinggikan dari pada


kepala pada saat berbaring
Tidak ada kekuatan Spasme pembuluh darah yang - Narik nafas panjang pada saat
untuk mengejan menyebabkan aliran O2 his
terhambat sehingga tenaga ibu
untuk mengejan berkurang - Makan / minum pada saat
tidak ada his
hypertensi Penyempitan pembuluh darah Pemberian obat anti hypertensi

- Kebutuhan : pemberian penanganan pada ibu terhadap masalah


– masalah yang dihadapi

1. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Langkah ini mengidentifikasi masalah / diagnosa potensial berdasarkan data yang sudah
diidentifikasi pada data subjektif dan data objektif

DX / masalah Penyebab Antisipasi

Kala I

Ibu eklampsi Spasme pembuluh darah - Injeksi MgSO4 8 gram/im


bokong kanan dan bokong
Janin hipoksia Spasme pembuluh darah kiri
menyebabkan aliran darah
Fetal distres O2 dan ibu ke janin - Posisi ibu tidur miring ke
terhambat kiri
Partus lama
Spasme pembuluh darah - Pemantauan DJJ secara
menyebabkan aliran O2 dari ketat
ibu ke janin terhambat
menyebabkan kebutuhan - Pemasangan O2 pada bayi
janin tidak terpenuhi setelah lahir

Fase laten lebih dari 8 jam - Secsio sesaria


persalinan berlangsung 12
jam atau lebih tanpa - Nilai segera keadaan umum
kelahiran bayi. Dilatasi ibu dengan janin (TTV dan
serviks di kanan garis tingkat hidrasi) kaji patograf
waspada pada patograf tentukan apakah pasien
berada dalam persainan. Nilai
frekuensi dan lamnya his

- Perbaiki keadaan ibu


Kala II

Ruptur perinium Kepala janin lahir terlalu - Menjaga dasar panggul


cepat (defleksi maksimal). agar tidak dilalui oleh kepala
Distosia bahu Ukuran kepala janin besar janin dengan cepat namun
kepala janin jangan ditahan
Kepala janin dapat dilahirkan terlalu kuat karena
tetapi tetap berada dekat penyebaran asfiksia
vulva tarikan pada kepala
gagal melahirkan bahu yang - Posisikan ibu microbatch
terperangkat dibelakang
sympisis pubis - Lakukan penarikan yang
kuat dan terus menerus ke
arah bawah pada kepala janin
untuk menggerakkan bahu
depan ke bawah symphisis
pubis

- Lakukan penekanan pada


bahu yang terletak di depan
dekat dengan arah sternum
bayi untuk memutar bahu dan
mengecilkan diameter bahu

- Lakukan penekanan pada


bahu belakang sesuai dengan
arah sternum
Kala III

HPP Kontraksi rahim kurang kuat Rangsangan putting susu,


masase fundus uteri, KBI,
1. Atonia uteri Plasenta belum lahir setelah KBE
½ jam janin lahir
1. Retensio Jika plasenta tertahan dalam
plasenta Plasenta tidak lengkap / ada vagina, mintalah ibu untuk
yang tertinggal mengedan. Jika plasenta
1. Sisa plasenta belum lahir setelah ½ jam
pemberian oksitosin dan
uterus berkontraksi lakukan
penarikan tali pusat
terkendali, pengeluaran
plasenta secara manual

Pengeluaran sisa plasenta


secara manual
Kala IV

Bagi ibu HPP Darah yang keluar lebih dari Mengatasi masalah
500 cc perdarahan tersebut sesuai
Bagi bayi dengan masalah
Suhu < 35ºC
Hypotermi Tempatkan bayi di inkubator,
Bayi sukar bernafas pastikan bayi tetap hangat
Asfiksia
Pasang O2

Bersihkan jalan nafas

1. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Langkah ini tidak harus selalu ada. Langkah ini hanya ditulis bila perlu tindakan yang
sesegera mungkin harus dilakukan

1. INTERVENSI

Intervensi Rasional

G....P....

Persalinan dengan 1. Lakukan observasi TTV, Untuk mengetahui keadaan


PEB UC, DJJ ibu dan janin
2. Lakukan VT
Untuk mengetahui
1. Pasang infus RL 500 cc perkembangan persalinan

1. Berikan SM full dosis Untuk memperbaiki keadaan


umum ibu sehingga ibu tidak
1. Berikan dukungan bertambah parah
moral pada ibu dan
keluarga Untuk mencegah terjadinya
2. Kolaborasi dengan eklampsi karena spasme
dokter untuk pembuluh darah
melakukan sc
Supaya ibu dan keluarga
dalam keadaan tenang

Untuk mengurangi resiko


karena ada indikasi obstetrik

1. IMPLEMENTASI

Tindakan yang dilaksanankan sesuai dengan intervensi yang diberikan ibu dalam
memberikan asuhan

1. EVALUASI

Tanggal : Jam :

Langkah terakhir dari proses manegemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah
tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana bidan melakukan evaluasi sesuai
denagn kriteria yang telah ditetapkan dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mungkin mana keberhasilan tindakan – tindakan kebidanan yang
dilakukan. Hasil evaluasi dapat dipergunakan untuk kegiatan asuhan kebih lanjut bila
diperlukan / sebagai bahan peninjauan terhadap langkah – langkah di dalam proses
nmanagemen kebidanan sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil

( Depkes RI Pusdiknakes, 1995 : 24 )

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi,dilatasi/regangan, tegangan emosional.
2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan
vagina berulang.
b. Kala II :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan
jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola
kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forcep.
3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi,
pencetusan kelahiran disproporsi sefalopelvik (CPD).
c. Kala III :
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan
secara tidak disadari, atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan.
3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi.
d. Kala IV :
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema
jaringan, kelemahan fisik dan psikologis, ansietas.
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan
anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M., dkk., 2001,Rencana perawatan maternal bayi, EGC, Jakarta.

Hachermoore. 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, Hypokrates, Jakarta.

Halminton P. M. 2005, Dasar-dasar keperawatan maternitas, Edisi 6, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter
umum, EGC, Jakarta.

McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-
Year book.Inc, New York.

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta
kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.
Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.

NANDA, 2005-2006, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Wiknjosastro, H. 2002, Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
Askep PEB

LANDASAN TEORI
PERSALINAN DENGAN PEB

I. Pengertian
re – eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable / usia kehamilan > 20 minggu dan atau
berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan oedema
re – eklampsi merupakan suatu sindrom hypertensi yang terjadi karena kehamilan disertai protein urine,
oedema dan sering kali terdapat gangguan pada sistem organ lain
Pada pre – eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat
kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20 – 40 minggu kecuali
jika terjadi penyakit trofoblastik
II. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre – eklampsi ringan
a. Tekanan darah 140 / 90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisis berabaring telentang atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan siastolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang – kurangnya 2x pemeriksaan dengan periksa 1 jam
b. Oedema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per
minggu
c. Protein uri kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urin cateter
atau midsteam
2. Pre – eklampsi berat
a. Tekanan darah ≥ 160 / 110 mmHg
b. Protein urin ≥5 gr / l
c. Oliguria, yaitu jumlah urin < 500 cc / 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
e. Terdapat oedema paru & cyanosis
III. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti, banyak teori diungkapkan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang sekarang dipakai oleh para ahli sebagai
penyebab eklampsi adalah teori ischemia plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini
( Mochtar, 1998)
IV. Patofisiologi
Pada pre – eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air
pada biopsi ginjal ditemukan spasme lubal artierole glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriole sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi
Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena retensi garam
dan air
Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
( Mochtar, 1998)
V. Perubahan organ – organ pada pre – eklampsi
1. Plasenta dan rahim
Pada pre – eklampsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya
aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta akibat tuanya kehamilan dapat dipercepat pada
pre – eklampsi yang jelas terjadi atropi sinsitum. Arteria spiralis mengalami kontrkasi dan
penyempitan akibat necrotizing arteriopathy. Pada pre – eklampsi dan eklampsi sering terjadi
partus prematurus
2. Ginjal
Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi glomelurus berkurang
oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus
menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air
3. Otak
Pada pre – eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas – batas normal.
Pada pre – eklampsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat mengakibatkan gangguan usus.
4. Paru – paru
Kematian ibu pre – eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang
menimbulkan dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi aspirasi pneumonia atau abses paru
5. Mata
Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi ablusio retina yang
disebabkan oedema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan
6. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Pada pre – eklmpsi tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolot,
kristaloid dan protein serum.
VI. Faktor resiko
1. Terjadi pada primigravida ( terutama remaja dan wanita yang berusia 35 tahun)
2. Wanita gemuk
3. Wanita dengan hypertensi essensial
4. Wanita yang mengalami penyakit ginjal, gemeli, polihidramnion, DM dan molahidatidosa
5. Riwayat pre – eklampsi keluarga
6. Pasien miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama sekali dan nutrisi
buruk terutama dengan diit rendah protein.
VII. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin
(PER) supaya tidak menjadi berat
2. Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor – faktor
predisposisi
3. Berikan penjelasan tentang :
- Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB
- Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam
karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan
- Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre – eklampsi dan
persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan
- Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre –
eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan dikeluarkannya kalsium
dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan
darah
VIII. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
1. Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi
2. Hendaknya janin lahir hidup
3. Trauma pada janin seminimal mungkin
Penanganan menurut klasifikasi :
1. Pre eklampsi ringan
a. Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang sering misalnya 2x seminggu
b. Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat di tempat tidur, diit
rendah garam dan berikan obat – obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau
fenilbarbitol tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari
c. Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat
bahkan bisa menutupitanda dan gejala pre eklampsi
d. Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan hilang. Ibu hamil dapat
dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasanya
e. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin. Bila keadaan
mengijinkan barulah dilakukan induksi persalinan pada kehamilan > 37 minggu
2. Pre eklampsi berat
Pada usia kehamilan < 37 minggu
a. Jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :
Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap
4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat
magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan
(kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor
serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika
dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan
penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu
Pada usia kehamilan > 37 minggu
a. Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah
garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong
kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah
reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia
antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL
b. Berikan obat antihipertensi
c. Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif
d. Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa
amniotomi
e. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan
f. Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri
g. Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam post partum
h. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria
IX. Komplikasi
1. Kompliasi pada ibu
a. Terjadi eklampsi / kejang
b. Hipoksia otak, pecahnya pembuluh darah otak dan resiko ciderea
c. Solusio plasenta
d. Oedema seluruh organ dan spasme pembuluh darah
- Oedema mata terjadi ablasia retina
- Sesak
- Pada otak menyababkan oedema serebral dan gangguan visus
- Pada hati terjadi peradangan sehingga menyababkan nyeri ulu hati
- Gagal jantung dan ginjal
2. Komplikasi pada anak akibat ischemia utero plasenta
- Gawat janin
- Kematian janin
- Gangguan pertumbuhan
- Prematuritas
X. Penatalaksanaan persalinan dengan pre eklampsi
Rangsang untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita
sendiri dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat maka dari itu pre eklampsi berat
lebih mudah menjadi eklampsi pada saat persalinan
Untuk penderita pre eklampsi diperlukan analgesik dan sedative yang lebih banyak
dalam persalinan. Pada kala II apabila syarat – syarat sudah terpenuhi hendaknya persalinan
diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vacum. Telah kita ketahui bahwa pada pre eklampsi
janin diancam hipoksia dan pada persalinan bahaya ini akan semakin besar. Pada kala I
dilakukan segera secsio sesaria, pada kala II dilakukan curam dan ekstraksi vacum

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,dilatasi/regangan,
tegangan emosional.
2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang.
b. Kala II :
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan jaringan,
kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola
kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forcep.
3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi, pencetusan
kelahiran disproporsi sefalopelvik (CPD).
c. Kala III :
1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara tidak
disadari, atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan.
3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi.
d. Kala IV :
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema jaringan,
kelemahan fisik dan psikologis, ansietas.
2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan anggota
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M., dkk., 2001,Rencana perawatan maternal bayi, EGC, Jakarta.

Hachermoore. 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, Hypokrates, Jakarta.

Halminton P. M. 2005, Dasar-dasar keperawatan maternitas, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran,


EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan, EGC, Jakarta.

Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter umum,
EGC, Jakarta.

McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-Year
book.Inc, New York.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta kedokteran,
Media Aesculapius, Jakarta.

Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta.

NANDA, 2005-2006, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit
yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Wiknjosastro, H. 2002, Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,
USA
kesehatan
Sabtu, 11 Agustus 2012

PKK1 laporan kasus Pre eklamsi berat riwayat hipertensi esensial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AKI menurun sangat lambat dekade terakhir, sedangkan target MDG’s yang ditegaskan dalam

Keppres No. 5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara –

negara ASEAN AKI di Indonesia menempati peringkat teratas. (Depkes RI, 1999 ).

Angka Kematian Ibu (AKI) dinegara berkembang karena kehamilan, persalinan dan nifas

merupakan masalah yang komplek dan berkepanjangan. Bahkan sampai saat ini masalah tersebut

belum teratasi. Dinegara miskin, sekitar 25-50 % kematian wanita subur disebabkan oleh hal yang

berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas

wanita muda pada masa puncak produktivitas (Saefudin: 2006:3).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Healht Organization (WHO) menjelaskan

bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki pringkat ke-6 dibandingkan dengan

negara-negara ASEAN.

AKI di Indonesia pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada

tahun 2011 AKI adalah 228 /100.000 AKI mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 20011

(Depkes RI, 2008).


AKI di Jawa Barat mengalami penurunan dari tahun 2003 sampai tahun 2007, yaitu pada tahun

2003 sebesar 321.15/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007 AKI sebesar 81/100.000

kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2007)

AKI di kabupaten Cirebon pada tahun 2011 berjumlah 49 orang (Laporan Tahunan Dinkes

Kabupaten Cirebon. 20011).

Penyebab kematian ibu di kabupaten Cirebon tahun 2011 adalah pre-eklampsia dan eklampsia

(28 %), perdarahan (24%), dan infeksi (11%). Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab

kematian ibu tertinggi pertama di Cirebon.

Laporan bulanan KIA puskesmas Sendang 2011 dari tahun 2007-2011 tidak ada AKI tetapi angka

komplikasi masih tinggi cakupan kumulatif K1 pada tahun 2012 dengan rentang waktu dari Januai-

Mei komplikasi kebidanan 40,15 % dan cakupan k4 yaitu 33%.

Mengingat semakin meningkatnya kasus Eklampsia terutama di Negara-negara berkembang,

maka penulis mengangkat tema Pre-Eklampsia berat dari hasil temuan saat melakukan Praktek

Klinik Kebidanan I di PKM Sendang kabupaten Sumber dari 18 keseluruhan di temukan 1 kasus PEB

dalam waktu 1 minggu dari tanggal 18-24, maka penulis tertarik mengangkat tema Pre-Eklampsia

berat sebagai bahan membuat laporan kasus pada Ny. S hamil trimester II ini, guna menegakkan

diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi Eklampsia sehingga

kematian ibu dan perinatalnya dapat dicegah.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil yang mengalami Pre-Eklampsia

Berat dengan menggunakan pola pikir 7 langkah Varney dan pendokumentasiannya menggunakan

SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat

b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat

c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil dengan Pre-

Eklampsia Berat.

d. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan akan tindakan segera atau kolaborasi pada ibu hamil

dengan Pre-Eklampsia Berat.

e. Mahasiswa mampu merencanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.

f. Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.

g. Mahasiswa mampu mengevaluasi setelah dilakukan tindakan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia

Berat.

1.3 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi

kasus melalui teknik:

A. Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik kasus Pre-Eklampsia Berat .

B. Observasi Partisipasi

Yaitu dengan observasi dalam melakukan Asuhan Kebidanan langsung pada klien guna memperoleh

data objektif.

C. Wawancara

Yaitu untuk mendapatkan data subjektif langsung dari klien dan keluarganya.

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Terdiri dari Pengertian, Patofisiologi, Etiologi, Tanda dan Gejala, serta Diagnosa, Komplikasi Pre-

Eklampsia dan Penanganannya

BAB III TINJAUAN KASUS

Terdiri dari pendokumentasian dengan menggunakan sistem SOAP

BAB IV PEMBAHASAN

Terdiri dari Pengkajian, Interpretasi Data, Identifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial,

Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera/kolaborasi, Merencanakan Asuhan yang menyeluruh,

serta Pelaksanaan dan Evaluasi


BAB V PENUTUP

Terdiri dari Kesimpulan dan Saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Kehamilan

2.1.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah proses yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur

(ovum) dan sel mani (spermatozoa) pada saat haid terakhir/pada masa ovulas (Prawirohardjo, 2006 :

65).

Kehamilan merupakan masa di mulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Saefuddin Bari, 2006: 89).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan suatu proses

yang diawali oleh proses pembuahan dimana adanya pertamuan dan persenyawaan antara sel telur

dan sel sperma yang diakhiri dengan persalinan dalam kurun waktu 280 hari ( 40 ) minggu tidak lebih

dari 300 hari.

2.1.1.2 Etiologi Kehamilan

Setiap bulannya wanita akan melepaskan 1 atau 2 sel telur ( ovum ) dari indung telur (ovulasi)

yang ditangkap oleh umbai-umbai ( fimbriae) dan masuk kedalam saluran telur. Saat pria dan wanita

melakukan hubungan seksual, terjadi ejakulasi sperma dimana dari saluran reproduksi pria
dilepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Kemudian pada

tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel

telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (Konsepsi=fertilisasi) Pembuahan sel telur oleh sperma

biasanya terjadi di bagian ampulla dari tuba fallopi (Heffner&Schust,42-43;2008).

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri yang bergerak (oleh rambut getar tuba atau

sillia) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di

ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan

waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudighah dan janin,

dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel

telur), sperma, pembuahan ( konsepsi = fertilisasi ), nidasi dan plasentasi (Heffner&Schust,42-

43;2008)

2.1.1.3 Patofisiologis

Ovulasi

Sperma+ovum

Zigot

Morulla

Blastula

Trofoblast

Embrio

Fetus ( Janin )

Keterangan :

Pada saat ovulasi, satu sel sperma membuahi ovum di ampulla tuba fallopi. Maka sel telur

tersebut disebut zigot. Dalam perjalanan menuju uterus, sel ini membelah diri menjadi 2, 4,

kemudian 8, dan seterusnya. Menuju morulla dalam pertumbuhan selajutnya lapisan luar morula

mengeluarkan semacam cairan yang disebut blastula, kemudian dinding sel menjadi trofoblast.

Setelah itu trofoblast tertanam dalam pertumbuhan selanjutnya menjadi fetus (Johannes,161-

165:2009).

2.1.1.4 Tanda-tanda Kehamilan

Ada beberapa tanda-tanda kehamilan. Berikut ini diuraikan mengenai tanda-tanda dugaan

kehamilan, tanda kehamilan yang tidak pasti, dan tanda kehamilan yang pasti.

1) Tanda-tanda Dugaan Kehamilan

a) Menstruasi terlambat atau tidak menstruasi.

b) Merasa mual dan muntah dan ngidam

c) Payudara besar dan tegang.


d) Sulit buang air besar.

e) Perubahan warna kulit pada bagian-bagian tertentu, misalnya leher, muka dan areola mamae.

f) Epulsi (pembengkakan pada gusi).

g) Varises (munculnya pelebaran pembuluh darah, misalnya di bagian betis).

2) Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti

a) Rahim membesar.

b) Test kehamilan positif (kemungkinan hasil test positif palsu karena terjadinya kesalahan dalam

pemeriksaan).

3) Tanda-tanda kehamilan yang pasti

a) Terasa adanya gerakan janin dalam rahim.

b) Teraba adanya bagian-bagian janin.

c) Terdengar adanya denyut jantung janin.

d) Terlihat adanya gambaran janin melalui USG (ultrasonografi).

2.1.1.5 Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil

Menurut Mochtar (2002 : 35-38), dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia

wanita mengalami perubahan mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan

pertumbuhan janin dalam rahim. Perubahan ini yaitu :

a) Rahim atau Uterus


Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan

hiperplasia sehingga menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hipertropi dan

hiperplasia menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan

janin.

b) Vagina (Liang Senggama)

Pada bagian ini megalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga

tampak merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).

c) Ovarium (Indung Telur)

Pada salah satu ovarium dapat diketemukan corpus luteum gravidatas, sampai terbentuknya

plasenta yang yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.

d) Payudara

Perubahan pada mammae yaitu hitam dan membesar akibat hormon somatomammotropin,

estrogen, dan progesteron. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, progesteron

menambah sel-sel asinus. Sedangkan somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel

asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi perubahan kasein, laktalbumin

dan laktoglobulin. Di samping itu, di bawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin,

terbentuk lemak dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mammae menjadi lebih besar

mammae karena hiperpigmentasi.

e) Dinding Perut

Pada kehamilan lanjut khususnya primigravida sering timbul garis-garis memanjang atau sering

pada perut atau lebih dikenal dengan striae gravidarum.


f) Kulit

Selain striae gravidarum, juga terdapat hiperpigmentasi antara lain pada areola mammae,

papilla mammae, linea alba. Hiperpigmentasi kadang kadang terdapat pada kulit muka (pipi) disebut

chloasma gravidarum. Pada umumnya setelah kehamilan berakhir, gejala hiperpigmentasi ini

menghilang.

g) Serviks Uteri

Perubahan yang penting pada cervix dalam kehamilan ialah cervix menjadi lunak, hal ini terjadi

karena pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan

hyperplasia kelenjar-kelenjar cervix.

h) Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi plasenta. Untuk yang

membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat-alat lain yang berfungsi

berlebihan dalam kehamilan volume darah ibu pada masa kehamilan bertambah secara fisiologi

dengan adanya pencairan yang disebut hidraemia. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira

25% dengan puncak kehamilan 32 minggu diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak

kira-kira 30%. Eritropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transpor zat

asam yang dibutuhkan sekali dalam kehamilan meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit.

Secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi

hemoglobin pada wanita hamil pada keseluruhannya lebih besar dari pada sewaktu belum hamil.

i) Sistem Respirasi

Seorang wanita hamil pada kehamilan lanjut tidak jarang mengeluh rasa sesak dan pendek nafas.

Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena tertekan oleh uterus yang membesar ke

arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.


j) Traktus Digestivus

Pada trimester pertama kehamilan terdapat perasaan mual (nausea). Hal ini terjadi akibat kadar

hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sebagai mobilitas

seluruh traktus digestivus juga berkurang. Selain itu pada trimester pertama sering terjadi obstipasi

karena makanan lebih lama berada di dalam usus. Gejala muntah (emesis) juga sering terjadi pada

trimester pertama dan biasanya terjadi di pagi hari (morning sickness) dan bila terlampau sering

sehingga mengganggu aktivitas Ibu.

k) Traktus urinarius

Pada trimester pertama biasanya Ibu mengeluh sering kencing, hal ini terjadi karena kandung

kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan semakin tuanya

kehamilan bila uterus sudah keluar dan rongga panggul. Kemudian pada trimester ketiga terutama

bila kepala janin sudah mulai turun ke bawah pintu atas panggul. Keluhan sering kencing akan timbul

kembali, karena kandung kencing mulai tertekan kembali.

Disamping keluhan sering kencing, terdapat pula poliuria. Poliuria ini

disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di

glumerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorsi tubulus tidak

berubah, sehingga lebih banyak dikeluarkan urea. Asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam

kehamilan.

2.1.2 Kehamilan pada Pre-Eklamsia

2.1.2.1 Pengertian Pre-Eklamsia


Pre-Eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang

timbul karena kehamilan, umumnya terjadi triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi

sebelumnya, misalnya pada kasus molahidatidosa.

Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah

pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.

Yang membedakannya dengan preeklamsia yaitu factor-faktor hipertensi esensial muncul

pada awal kehamilan kurang dari 20 minggu, jauh sebelum terjadi preeklamsia, serta tidak terdapat

edema atau proteinuria.

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain untuk menegakkan

daignosa pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang

biasa ditemukan, sekitar 140 mmHg atau lebih. Tekanan distolik naik dengan 15 mmHg atau lebih

menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat.

Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan

istirahat. Perlu ditegankan bahwa sindroma pre-eklampsia dengan adanya tanda hipertensi, edema,

dan proteinuria.

(Wiknjosastro, 2007:287)

Pre-eklamsia dibagi dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila

satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini di temukan

1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih

2) Proteinuria 5gr atau lebih dalam 24 jam: 3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif.

3) Oligoria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.

4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri didaerah epigasrium.


5) Edema paru-paru atau sianosis

(Wiknjosastro, 2007:282)

Sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa

disadari dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia ringa, pre-eklamsi berat bahkan eklampsia.

Oleh karena itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin sangat penting guna mencari

tanda-tanda pre-eklampsia dalam usaha pencegahan pre-eklampsia berat dan eklampsia.

2.1.2.2 Etiologi

Pre-Eklampsia dan Eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh

kehamilan. Walaupun sampai sekarang belum diketahui bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi telah

banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut. Hanya saja tidak ada

yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat

menerangkan hal-hal berikut.

1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida ganda,

hidramnion, dan mola hidatidosa.

2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan

kematian janin dalam uterus.

4) Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.

5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia “the Disease of

Theories” adalah
a) Ischemia Placenta

Plasenta tidak mendapatkan O2 dengan baik.

b) VLDL vs Toxicity – preventing activity

c) Mal adaptasi immune

Pada ibu hamil, immunologu menurun.

d) Genetic.

6) Faktor-faktor Predisposisi

a. Primigrivida muda < 17 tahun

b. Primigrivida tua > 35 tahun

c. Distensi rahim yang berlebihan, seperti pada: hidrammion, hamil ganda, mola hidatidosa (HCG

meningkat)

d. Mempunyai riwayat pre-eklampsia, hipertensi esensial

e. Mempunyai penyakit yang menyertai kehamilan: diabetes mellitus, kegemukan, penyakit ginjal, dan

lain-lain

f. Keadaan social ekonomi

Seperti pada: keadaan mal nutrisi berat (kekuarangan protein dan vitamin)

Mungkin tanpa sepengetahuan kita, banyak lagi faktor penyebab di antara factor-faktor yang

ditemukan, sering sekali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat karena di antara

sebab dan akibat sangat berkaitan erat.

(Wiknjosastro, 2007:283)
2.1.2.3 Patofisiologi

Spasmus pembuluh darah (spasmus arteri)

Ganguan metabolisme jaringan

Pembakaran tidak sempurna

Pembentukan badan keton asidosis

Retensi

garam + air

Plasenta

Penimbunan cairan dalam R. Intersitel

Saprauh tubuh

Oedem BB naik

Tensi darah naik

O2 kurang

Tinggi filtrasi natrium (glomerulus)

Rendah diuresis rendah protein uri

Penurunan volume intravaskuler

Peningkatan viskositas darah dan peningkatan hematokrit

Spasme arteroik ginjal

Insufisiensi plasenta

Insufisiensi plasenta

IUGR

Pergerakan janin
Kematian janin

Gangguan pada mata, jantung, otak

Perubahan sistem saraf pusat

Hyper refleksi sakit kepala kejang


Perubahan pokok yang didapat pada pre-eklampsia yaitu spasmus pembuluh darah disertai

dengan Retensi garam dan air. Apabila spasme arterioca ditemukan di seluruh tubuh maka mudah

dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk mengatasi tahanan

perilaku agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.

Edema dan kenaikan berat badan disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam

ruangan interstisiel, diperkirakan berhubungan dengan retensi garam dan air, akibat penurunan

filtrasi natrium melalui glomerulus yang disebabkan spasme arteriole ginjal.

Hal ini menyebabkan diuresi menurun dan proteinuria. Penurunan volume intra vaskuler

menyebabkan peningkatan viskositas darah dan peningkatan hematokrit.

Spasme arteri yang menuju plasenta menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan

menurunnya pergerakan janin bahkan dapat terjadi kematian.

Spasmus pada arteri juga menyebabkan gangguan pada mata, jantung, dan otak. Perubahan

system syaraf pusat menyebabkan hiperrefleksia sakit kepala dan kekejangan.

Gangguan metabolisme jaringan menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna dan

mengakibatkan badan keton dan asidosis.

Tidak semua Pre-eklamsi berat menyebabkan kematian pada ibu.

Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-Patologi berasal dari penderita

eklampsia yang meninggal.

Ada beberapa perubahan pada organ-organ penting di antaranya :

1) Otak
Ditemukan oedema dan anemia pada konteks cerebri, pada keadaan lanjut ditemukan peradarahan

dan nekrosis karena terjadi spasme pembuluh darah arteriol otak sehingga menyebabkan nyeri

kepala yang hebat.

2) Retina

Terjadi spasme pada arterida-arterida, terutama yang dekat dengan diskus optikus dapat terjadi

edema.Vasosspasmus menyebabkan amourose, skotoma, penglihatan kabur, dan diplopia. Bahkan

bisa terjadi ablation retina (lepasnya retina) yang disebabkan edema intra okuler td.

Hal ini merupakan indikasi teminasi kehamilan, tetapi prognosa komplikasi ini baik karena retina

akan melekat lagi beberapa minggu post partum.

3) Jantung

Terjadi perubahan subendokardil serta perubahan-perubahan degenerative, pada miokardivan

terdapat lemak, cloudy slling, oedema, nekrosis, dan terjadi spasme pada pembuluh darah yang bisa

menyebabkan hipertensi, nekrosis, dekompensatio cordis, peradarahan, edema jaringan sampai

terhentinya fungsi jantung.

4) Paru

Terjadi edema yang menyebabkan dekompensatio cordis dan bronkopneumonia sampai abses paru,

sesak nafas sampai sianosis sebagai akibat aspirasi/kurangnya aliran darah dan oksigen.

5) Ginjal

Terjadi kelainan-kelainan seperti:

a) Kelainan glomerolus – di antara kapiler bertambah, membrane basalis dinding kapiler seolah-olah

terbelah karena bertambahnya matriks mesangial, sel kapiler membengkak dan lumen menyempit.

Penimbunan zat protein berupa serabut dalam kapsul bawaan.


b) Kelainan pada tubulus-tubulus Henia – Berdeskuamisi hebat, fragmen inti sel tampak terpecah-

pecah.

c) Spasme pembuluh darah ke Glomerulus – menyebabkan oligulia aliran darah ke dalam ginjal

menurun sehingga menyebabkan filtrasi Glomerulus mengurang. Kelaianan-kelainan pada ginjal

tersebut dapat menyebabkan proteinnya dan retensi garam dan air serta edema.

6) Hati

Terjadi perdarahan yang tidak teratur dan nekrosis serta thrombosis pada lobus hati dan pembuluh

darah kecil, terutama di sekitar vena porta. Rasa nyeri di epigastrium disebabkan perdarahan

subkapsuler, sedangkan vasospasmus pada hati menyebabkan leterus.

7) Kelenjar Adrenal

8) Terjadi kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.

9) Metabolism Air dan Elektrolit

Hemokonsentrasi yang terjadi tidak diketahui sebabnya, pergerakan cairan dari ruang intra

vaskuler ke ruang interstisiel, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan

sering bertambahnya oedema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat,

waktu peredaran darah tepi lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran darah ke plasenta mengalami

vaso spasmus yang menimbulkan asfiksia, mengganggu pertumbuhan janin (IUGR) hingga kematian

janin dalam rahim (IUFD).

(Wiknjosastro, 2007:283-284)
2.1.2.4 Tanda dan Gejala

Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan: pertumbuhan berat badan yang

berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akirnya proteinuria.

Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan adanya dan dari trias tanda utama:

a. Pre eklamsi Ringan

1) Sistolik 140 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa , tetapi tidak lebih dari

160 mmHg.

Diastolic 90 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa, tetapi tidak lebih dari

110 mmHg.

Tekanan darah yang meninggi ini, sekurang-kurangnya diukur 2 kali dalam selang waktu 6 jam.

2) Proteinuria lebih dari 0,3 gr/L dalam urine 24 jam /lebih dan 1 gr/L pada urine yang sembarangan.

Proteinuria ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia ringan –

proteinuria 1+

3) Oedema pada umur kehamilan > 20 minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.

Sedangkan kenaikan berat badan > 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa

kehamilan

b. Preeklamsi Berat

1) Sistolik 160 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa .

Diastolic110 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa.


Tekanan darah yang meninggi ini, sekurang-kurangnya diukur 2 kali dalam selang waktu 6 jam.

2) Proteinuria lebih dari 2gr/L dalam urine 24 jam /lebih dan 2 gr/L pada urine yang sembarangan.

Proteinuria ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia berat –

proteinuria ++ atau lebih

3) Oedema pada umur kehamilan > 20 minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.

Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan hasil yang melebihi dari kenaikan berat badan > 500

gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa kehamilan dalam pre-eklampsia ringan serta

timbul komplikasi-komplikasi lain, maka gejala dan tanda tersebut telah memasuki tahap pre-

eklampsia berat dengan tanda dan gejala seperti oliguria < 400ml/jam, koma,

trombosit < 100.000, leterus, perdarahan retina dan beberapa keluhan subjektif lain, di antaranya

adalah :

a) Nyeri epigastrium

b) Gangguan penglihatan, matanya kabur (diplopia)

c) Nyeri kepala hebat terutama di daerah frontalis

d) Edema paru dan sianosis/sesak nafas

e) Gangguan kesadaran

f) Terdapat mual dan muntah

g) Hiperrefleksia/kejang serta koma

(Wiknjosastro, 2007:287-288)

c. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan:

a) Gambaran Klinik Pre-eklamsi Berat

Biasanya tanda-tanda Pre-eklamsi Berat timbul dalam urutan : Pertambahan berat badan yang

berlebihan edema, hipertensi, dan proteinuria. Keluhan sakit kepala di frontalis, nyeri epigastrium,

nyeri visus, penglihatan kabur skotoma, diplopia, mual, muntah, gangguan serebal lain seperti:

kejang, hiperrefleksia serta koma.

(Wiknjosastro, 287-288:2007)

b) Uji Diagnostik Pre-Eklampsia

(1) Uji Diagnostik Dasar

(a) Pengukuran tekanan darah

(b) Analisis protein dan urine

(c) Pemeriksaan oedema

(d) Pengukuran tinggi fundus uteri

(e) Pemeriksaan funduskopi

(2) Uji Laboratorium Dasar

a) Evaluasi hematologic (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit, sediaan apus darah tepi)

b) Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat amino transferase)

c) Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)

d) Pemeriksaan Proteinuri

Negatif (-) : urine tak keruh


Positif 2 (+ +) : kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan halus

Positif 3 (+ + +) : urine lebih keruh dan ada endapan yang lebih jelas.

Positif 4 (+ + + +) : urine sangat keruh dan di sertai endapan menggumpal.

c) Diagnosae Banding Pre-Eklampsia

(1) Pre eklampsi ringan

- hipertensi kronik

- transient hipertensi

(2) Pre eklampsi berat

- Kronik hipertensi dalam kehamilan

- Kehamilan dengan sindroma nefrotik

- Kehamilan dengan payah jantung

(3) Eklampsia

- Meningitis / ensefalitis (fungsi lumbal)

- Epilepsy (anamnesa epilepsy +)

- Febril convulsi (panas +)

- Tetanus (kejang tonik dan kaku kuduk)

- Tumor otak

(Wiknjosastro, 2007:290)
2.1.2.5 Komplikasi

Pre-Eklampsia Berat dapat menjadi Eklamsi jika tidak segera ditangani dan diobati.

Pencegahan dan diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan mengurangi angka kesakitan maupun

kematian.

Adapun komplikasi yang mungkin terjadi adalah :

1. Ischema Uteroplacenta

a) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)

b) Kematian janin dalam rahim (IUFD)

c) Solusio plasenta

d) Gawat janin

2. Spasme Arteriolar

Perdarahan serebal

b) Gagal jantung, ginjal, dan hati

c) Abatio retina

d) Trombo embolisme

e) Gangguan pemebekuan darah (DIC)

3. Kejang dan Koma

Trauma karena kejang menyebabkan komplikasi pada ibu, antara lain:

a) Sianosis

b) Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru


c) Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak

d) Lidah dapat tergigit

e) Jatuh dari tempat menyebabkan flaktura dan luka-luka

f) Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anoria

g) Perdarahan dan albatio retina

h) Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus

2.1.2.6 Penanganan

Pada tingkat permulaannya, pre-eklampsia tidak memberikan gejala-gejala yang dapat

dirasakan oleh pasien sendiri. Maka, diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan Antenatal Care.

Pasien hamil hendaknya diperiksa sekali dalam 2 minggu setelah bulan ke-6 dan sekali seminggu

dalam bulan-bulan terakhir.

Pemeriksaan ini harus rutin dan selalu dikontrol tekanan darah, pertambahan berat badan dan

ada tidaknya proteinuria. Terutama pada penderita yang mempunyai factor predisposisi pre-

eklampsia harus selalu diwaspadai.

1. Tujuan pengobatan Pre-Eklampsia Berat adalah :

a) Mencegah terjadinya eklampsi

b) Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar

c) Persalinan harus dengan trauma yang sekecil-kecilnya dan jangan sampai menyebabkan penyakit

pada kehamilan dan persalinan berikutnya (section caesareae) menambah bahaya pada kehamilan

dan persalinan berikutnya

d) Mencegah hipertensi yang menetap (Wiknjosastro, 2007:290)


2. Dasar Pengobatan

Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre -eklamsi di rumah sakit ialah :

a) Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, tekanan distoliknya 90 mmHg.

b) Proteinuria +1 atau lebih

c) Kenaikan berat badan 1,5 kg dalam seminggu yang berulang

d) Pembengkakan edema yang berlebih secara tiba-tiba.

Apabila salah satu tanda diatas ditemukan perlunya peningkatan pengawasan dan

dianjurkan untuk segera datang apabila ada keluhan, sementara anjurkan untuk beristrahat dan

mengurangi pemakaian garam dalam makanan

Pada penderita pre-eklamsi berat harus segera mendapat perawatan rumah sakit dengan pemberian

obat sedativ untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.

(Wiknjosastro, 2007:293)
Penanganan Hipertensi dalam kehamilan pada berbagai tingkat pelayanan

TEMPAT
PER PEB / EKLAMPSIA
PELAYANAN

Polindes a. rawat jalan a. Pastikan gejala dan tanda PEB

b. istirahat baring b. Nifedipin 10 mg dan MgSO4 40 gr IV


dalam 10 menit
c. diet biasa
c. Siapkan peralatan untuk kejang
d. tidak perlu obat
d. Kateter urine
e. bila tidak ada perbaikan
e. Rujuk rumah sakit

Puskesmas a. rawat jalan a. Pastikan gejala dan tanda PEB

b. istirahat baring b. Nifedipin 10 mg dan MgSO4 40 gr IV


dalam 10 menit
c. diet biasa
c. Siapkan peralatan untuk kejang
d. tidak perlu obat
d. Kateter urine
e. bila tidak ada perbaikan
e. Rujuk rumah sakit
f. < 36 minggu rawat janin 1 x
seminggu

g. tidak ada perbaikan rujuk


rumah sakit

Rumah sakit a. Evaluasi a. Pastikan gejala dan tanda PEB

b. Bila terdapat PEB atau tandab. Nifedipin 10 mg dan MgSO4 40 gr IV


pertumbuhan janin dalam 10 menit
terhambat lakukan terminasi
c. Siapkan peralatan untuk kejang

d. Kateter urine

e. Penanganan kejang dengan MgSO4


dosis awal dan dosis pemeliharaan

(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2006:217)

2.1.2.7 Penatalaksanaan

Penderita diusahakan agar:

1. Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.

2. Dipasang infuse glukosa 5%

3. Dilakukan pemeriksaan:

a. Pemeriksaan umum : Pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan

b. Pemeriksaan kebidanan : Pemeriksaan Leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam (evaluasi

pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).

c. Pemasangan dower kateter.

d. Evaluasi keseimbangan cairan.

4. Pengobatan

a) Sedatifa : Phenobarbital 3x100 mg, valium 3x20 mg.

b) Menghindari kejang

1. Magnesium Sulfat

a. Inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6jam

b. Observasi : pernapasan tidak kurang 16 kali/menit, refleks patella positif, urin tidak kurang dari 600

cc/24 jam.
2. Valium

a. Inisial dosis 20 mg IV, dosis ikutan 20 mg/drip 20 tetes/menit.

b. Dosis maksimal 120 mg/24 jam.

3. Kombinasi pengobatan

a. Pethidine 50 mgr IM

b. Klorpromazin 50 mgr IM

c. Diazepam (valium) 20 mg IM

4. Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari jaringan, sehingga dapat

merangsang diuresis.

5. Setelah keadaan pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan

berdasarkan :

a) Kehamilan cukup bulan

b) Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan

c) Kegagalan pengobatan pre eklampsia berat, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.

d) Merujuk penderita ke rumah sakit untuk memutuskan kelanjutan preeklampsia menjadi eklampsia.

(Manuaba, 1998: 244-245).

Penatalaksanaan PEB menurut Buku Praktis Ilmu Kebidanan:

PREEKLAMSI BERAT
>37 minggu

Gawat janin

Sindrom Hellp PJT

<37 minggu

Gawat janin (-)

Sindrom Hellp PJT

MgSO4

R / Anthipertensi

R / Suportif

konsevatif

aktif

>48 jam

Tidak membaik

Membaik menjadi PER

Terminasi

pervaginam

Seksio Sesarea

Kelola seperti PER

(Buku praktis ilmu kebidanan,46:2007)


Keterangan

a. Perawatan aktif

Indikasi bila didapatkan satu atau lebih keadaan dibawah ini

Kehamilan >37minggu

Adanya gejala impending, eklamsi

Adanya tanda gawat janin

Adanya tanda-tanda PJT disertai dengan hipoksia

Pengobatan medis

1. Infus RL

2. Pemberian MgSo4

1. Cara pemberian menggunakan intravena

a. Dosis awal

4 gam (20 cc MgSo4 20%) dilarutkan kedalam 100 cc RL, diberikan selama 15-20 menit

b. Dosis prmeliharaan

10 gram (50cc MgSo4 20%) dalam 500 cc cairan RL di berikan dalam kecepataan 1-2 gram/jam (20-

30 tetes/menit)

2. Pemberian melalui intramuskuler secara berkala


a. Dosis awal ;

4 gam ( 20 cc MgSo4 20%) dilarutkan kedalam 100cc RL, di berikan selama 15-20 menit

b. Dosis pemeliharaan :

Selanjutnya berikan MgSo4 4gram (10cc MgS04 40%) i.m setiap 4 jam, tambahkan 1cc lidokain 2%

pada saat memberian i.m untuk mengurangi rasa nyeri panas.

1) Syarat pemberian MgS04

b) Frekuensi pernafasan > 16kali/memit

c) Urin > 30cc/jam

2) MgSo4 dihentikan bila :

a) Ada tanda intokasikasi

b) Setelah 24 jam pasca persalinan

c) Dalam 6 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan tekanan darah

3. Diuretikum tidak diberikan kecuali ada :

a. Edema paru

b. Payah jantung kongestif

c. Edema anasarka
4. Antihipertensi diberikan bila :

a. Tekanan darah: sistol > 180 mmHg, diastol 110 mmHg

b. Obat pilihan adalah hidralazim, yang diberikan 5 mg I.V pelan-pelan selama 5 menit dosis dapat

diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan bila hidralazim

tidak tersedia, dapat diberikan :

c. Nifedipin 10 mg dan dapat diulangi setiap 30 menit (max 120 mg / 24 jam) sampai terjadi penurunan

tekanan darah.

d. Labetalol 10 mg i.v Apabila belum terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat diulangi pemberian

20 mg setelah 10 menit, 40 mg setelah 10 menit kemudian, dan sampai 80 mg pada 10 menit

berikutnya.

5. Kardiovaskuler

Indikasi pemberian kardiovaskuler ialah bila ada : tanda-tanda payah jantung. Jenis kardiotonika

yang diberikan : Codilanid-D

Perawatan ini dilakukan bersama dengan sub bagian penyakit jantung.

6. Lain-lain

a. Obat-obatan antipiretik

Diberikan bila suhu rektal diatas 38,5° C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau

alkohol

b. Antibiotika

Diberikan atas indikasi

c. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan petidin HCL 50- 75 mg sekali saja.

7. Pengelolaan obstetric

Cara terminasi kehamilan

a. Sebelum inpartu

Indikasi persalinan : Amniotomi+ tetes oksitosin dengan syarat Skorbishop > 6

Seksio secarea bila: Syarat-syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi

adanya tetesan oksitosin

8 jarum sejak dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.

b. Sesudah inpartu

Kala 1 fase laten : amniotomi + tetesan oksitosin denan syarat sekorbishop > 6

Kala 1 fase aktif : Amniotomi. Bila his tidak adekuat di berikan tetes oksitosin. Bila 6 jam setelah

amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap

Kala II

Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus bantuan.

b. Pengelolaan Konsevatif

1) Indikasi

Kehamilan preterem > 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklamsi dengan keadaan

janin baik

2) Pengobatan medikal
Sama dengan pengobatan medikal pengelolaan secara aktif Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan

i.v cukup i.m saja (MgSO4 40% 8 grm i.m)

Pemberian MgSO4 di hentikan bila sudah mencapai tanda-tanda pre-eklamsi ringan.

3) Penanganan obsetrik

(1) Selama perawatan koservatif tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif.

Termasuk periksa tes tanpa kontraksi dan USG untuk membantu kesejahteraan janin.

(2) Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan. Maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan

pengobatan medical dan harus diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif.

(Buku praktis ilmu kebidanan,38-41:2007)


2.2 Konsep Asuhan Kebidanan

2.2.1 Pengumpulan data

a. Identitas

1) Nama klien

Digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan klien yang lain

2) Umur

Digunakan untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, sebaiknya wanita

hamil umurnya tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Kejadian pre eklampsia biasanya terjadi pada wanita usia < 17 tahun atau > 35

tahun (Sarwono,2002 : 287).

3) Kebangsaan

Untuk menentukan golongan rhesus, biasanya ras Eropa memiliki rhesus negatif dengan ras Asia

yang memiliki rhesus positif.

4) Agama

Digunakan untuk mengetahui cara mengatasi masalah dengan memberikan dukungan moral sesuai

dengan kepercayaan yang dianut.

5) Pendidikan

Digunakan untuk mengetahui pengetahuan klien tentang kesehatan, biasanya orang berpendidikan

tinggi akan mengerti tentang kesehatan dan lebih mudah untuk melakukan komunikasi

dibandingkan orang yang berpendidikan rendah.

6) Pekerjaan

Digunakan untuk mengetahui tingkat pekerjaan, pada klien yang bekerja pada tingkat berat akan

sangat mempengaruhi kehamilan.

7) Alamat
Digunakan untuk memudahkan tenaga kesehatan untuk menghubungi klien.

b. Anamnesa

1) Tanggal / jam

Untuk mengetahui kapan klian datang dan mendapat pelayanan.

2) Alasan masuk

Ibu hamil 5 bulan datang ke PKM dengan keluhan sering merasakan pusing penglihatan kabur.

3) Riwayat menstruasi

e : Biasanya ditemukan pada usia

12 – 16 tahun.

enstruasi : Siklus menstruasi yang normal adalah 28 – 30 hari.

ya darah : Biasanya darah yang keluar adalah 2 x ganti pembalut tiap hari.

4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui persalinan yang lalu agar dapat mengetahui jalan lahir (panggul) normal.

5) Riwayat kehamilan sekarang

Pada primigravida frekuensi pre eklampsia lebih tinggi yaitu (65%) bila dibanding multigravida (35%)

juga ada gemeli, molahidatidosa, hidramnion (Sarwono, 2002 : 287).

a) Tanda-tanda kehamilan

Tes kehamilan dilakukan untuk mengatahui ibu / klien hamil / tidak.

b) HPHT (Haid Pertama Haid Terakhir)

Untuk mengetahui lamanya / umur kehamilan.

c) Taksiran Persalinan (TP)

Untuk mengetahui kapan taksiran yang akan bersalin.


d) Keluhan yang dirasakan

Untuk mengetahui apakah klien mempunyai faktor resiko tinggi yang dapat mempengaruhi

kehamilan, pada kasus Pre-eklamsi berat keluhan yang dirasakan mual dan muntah, Pusing yang

hebat, pandangan kabur, nyeri epigastrium.

e) Pergerakan janin pertama kali

Digunakan untuk mengetahui janin masih hidup atau tidak. Pada primi gerakan terasa sekitar 20

minggu umur kehamilan dan pada multi gerakan terasa sekitar umur kahamilan 16 – 18 minggu.

f) Diet / makan

Konsumsi makanan yang bergizi. Lakukan diet biasa ibu hamil.

g) Pola eliminasi

BAB, BAK pada kasus Pre-eklamsi berat sering BAK.

h) Aktivitas sehari-hari

Aktivitas yang terlalu berat akan mempengaruhi kehamilan.

i) Pola istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur yang cukup akan berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin

j) Imunisasi selama kehamilan

Diberikan 2 x selama hamil untuk memberikan kekebalan pada ibu dan bayi terhadap penyakit

tetanus toxoid.

k) Kontrasepsi yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kasus pre-eklamsi berat dan hiprertensi

6) Riwayat kesehatan

Kelainan TD, hati, jantung, otot dan ginjal dapat menyebabkan Pre-eklamsi.
a) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga berpengaruh terhadap Pre-eklamsi berat

b) Prilaku

Tidak ditemukan pengaruh prilaku bisa menyebabkan Pre-eklamsi berat

7) Riwayat social

Untuk mengatahui latar belakang sosial dan kondisi lingkungan atau tempat dan berkaitan dengan

beban ekonomi juga dapat dikaitkan dengan status gizi

b. Data Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara infeksi, auskultasi,

palpasi dan perkusi

1) Keadaan umum

Pada ibu dengan Pre-eklamsi berat keadaan umum pucat dan lesu, kesadran baik, keadaan

emosional cemas dan gelisah

2) Kesadaran : menurun sampai koma (Manuaba,1998 : 239)

3) Keadaan emosional : apakah stabil atau tidak

4) Tanda-tanda vital

Tekanan darah normal : 110 – 130 mmHg

Pada kasus ibu hamil dengan Pre-eklamsi berat melebihi batas normal (110 / 70 mmHg s/d 120 / 80

mmHg) yaitu tepatnya 140/90 mmHg s/d >160/110 mmHg)

a) Nadi 80 – 100 x / menit

Pada kasus Pre-eklamsi berat nadi normal.


b) Pernafasan normal 16 – 24 x / menit

Pada kasus ibu hamil Pre-eklamsi berat (20 x / menit).

c) Suhu normal : 36,50 °C – 37,50° C

Pada kasus Pre-eklamsi berat suhu dalam keadaan normal.

d) Berat badan dan tinggi normal

Tujuannya untuk memastikan kesan umum terhadap tubuh klien. Pada kasus Pre-eklamsi berat

adanya kenaikan berat badan tetapi tidak untuk tinggi badan dalam keadaan normal sehingga tidak

mempengaruhi.

5) Pemeriksaan fisik

a : Warna hitam bergelombang, bersih tidak ada ketombe.

: apakah terdapat oedema (pada pre eklampsia berat biasanya terdapat oedema) apakah ada

cloasma gravidarium.

: Pada kasus Pre-eklamsi berat tidak terlihat pucat, sclera putih dan bisa

menyebabkan ikterus.

g : Tidak ada secret, polip (-) / (-)

t dan gigi : Tidak stomatis

Tidak ada caries

: Tidak ada pembesaran kelenjar gerath bening dan kelenjar tiroid.

a : Bentuk simetris, tidak ada serumen.

: Tidak ada kelainan.

ng : Reguler, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi.

dara : a. Bentuk simetris

b. Puting susu menonjol

c. Tidak ada benjolan


d. Tidak ada nyeri

men : Pembesaran uterus sesuai umur kehamilan Tidak ada luka bekas operasi

l) Palpasi

Palpasi perut digunakan untuk menetukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak

dan persentasi kepala.

mitas : Biasanya terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah

Oedema pada kaki (+) (+)

Oedema pada tangan (+) (+)

Kekakuan otot sendi pada kaki (-)

Varices pada kaki (-) (-)

n) Perkusi

Untuk memeriksa klien dengan cara mengetauk patella dengan menggunakan reflek hammer untuk

mengetahui klien mengalami kekurangan vitamin B1 atau tidak.

o) Punggung dan pinggang :

Tidak ada kelainan, biasanya pada ibu hamil posisi tulang belakang lordosis dan tidak ada nyeri tekuk

6) Uji Diagnostik

Dilakukan pemeriksaan HB, hematokrit, trombosit, fungsi hati dan fungsi ginjal.

Dilakukan pemeriksaan urine lengkap, biasanya pada pre eklampsia berat protenuria lebih dari 3

gr/liter atau positif 2 lebih

2.2.2 Interprestasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien

berdasarkan interprestasi data yang benar dan atas data-data yang dikumpulkan.

Diagnosa : G...P..Agravida..minggu janin hidup tunggal intra uterin, letak…..dengan Pre-eklamsi berat dan

hipertensi esensial.
HPHT : 01 – 02 – 2012

HTP : 08 – 11 – 2012

Masalah : ibu mengeluh sakit kepala hebat, pandangan kabur, sesak nafas, oedema

Kebutuhan : konseling dan pengkajian lebih lanjut

2.2.3 Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.

Diagnosa potensial :

a. Ibu : - terjadi eklampsia atau kejang

- solutio placenta

b. Janin : - gawat janin, IUFD, IUGR, prematuritas

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersma dengan anggota tim kesehatan lain sesuai degan kondisi klien kolaborasi dengan

DSOG untuk menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah.

2.2.5 Merencanakan Asuhan Menyeluruh

Berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakan oleh bidan. Secara menyeluruh rencana asuhan

kebidanan dilaksanakan untuk menyususm rencana tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi

masalah.

a. Bina hubungan baik


b. Beritahu hasil pemeriksaan.

c. Beritahu tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin

d. Anjurkan ibu :

1) Jaga asupan nutrisi seprti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan buah

2) Istirahat yang cukup

e. Beri ibu tablet tambah darah, beritahu manfaat dan cara minumnya

f. Jadwalkan kunjungan ulang rutin 2 minggu untuk memantau tekanan darah dan protein urin.

g. Konsultasi dengan dr.SpOG

h. Dokumentasi

2.2.6 Melaksanakanan Perencanaan

a. Membina hubungan baik

b. Memberi tahu hasil pemeriksaan.

c. Memberitahu tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin.

d. Menganjurkan ibu

1) menjaga asupan nutrisi seperti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan

buah

2) Istirahat yang cukup

e. Beri ibu tablet tambah darah, beritahu manfaat dan cara minumnya

f. Jadwalkan kunjungan ulang rutin 2 minggu untuk memantau tekanan darah dan protein urin.

g. Konsultasi dengan dr.SpOG

h. Mendokumentasi

2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar telah dilaksanakan dan terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan teridentifikasi di dalam masalah diagnosa.

a. hubungan baik terjalin

b. ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

c. Ibu mengetahui tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin.

d. Ibu akan melakukan anjuran

1) menjaga asupan nutrisi seperti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan

buah

2) Istirahat yang cukup

e. Ibu akan meminum tablet tambah darah sesuai dosis pada malam hari dengan air putih

f. Ibu akan datang 2 minggu lagi untuk melakukan kunjungan ualang

g. Konsultasi dengan dr.SpOG

h. Dokumentasi dalam bentuk SOAP

BAB III

TINJAUAN KASUS ANC

3.1 Data Subjektif

Identitas / Biodata

No JAMKESMAS : 0001156634662

Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A


Umur : 45 tahun Umur : 50 tahun

Suku : jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pejambon RT 07 RW02 Alamat : Pejambon RT07 RW02

2. Anamnesa

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2012

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Oleh : Putri Retno Janati

Ibu datang ke Puskesmas ingin memeriksakan kehamilanya serta melakukan kunjungan ulang untuk

tatalaksana rujukan

Dengan keluhan sering pusing pandangan kabur dan bengkak di kaki.

b. Riwayat menstruasi

1) Menarche : 12 tahun

2) Siklus : 28 hari teratur, jarang terjadi dismenorhoe


3) Lama : 5-6 hari,

4) Banyaknya : 2 x ganti pembalut

5) Sifat darah : Encer, merah tua disertai gumpalan-gumpalan

Darah

c. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Pada saat usia kehamilan 9 bulan proses persalinan ditolong oleh bidan di BPS lahir normal tidak

ada kompikasi ataupun penyakit yang mempengaruhi saat hamil, persalinan, nifas baik ibu

ataupun bayinya.

d. Riwayat kehamilan yang sekarang

1) Tanda-tanda kehamilan

Test kehamilan (+) positif dilakukan di puskesmas pada tanggal 21-05-2012.

2) HPTP : ± 01 – 02 – 2012 ( tidak jelas ragu )

HTP : ± 08– 11– 2012

3) Riwayat ANC

Ibu sudah memeriksakan kehamilanya 2 x di puskesmas, ibu sudah mendapat imunisasi TT lengkap

dan juga sudah mendapat tablet penambah darah.

4) Keluhan yang dirasakan sekarang Keluhan :

Ibu mengeluh sering pusing,pandangan kabur dan

bengkak pada kaki

5) Obat yang dikonsumsi : tidak mengkonsumsi obat selain dari bidan

6) Pola makan : Susah makan, 1 x sehari


7) Pola eliminasi : BAB 1x sehari dan BAK ± 8x sehari

8) Pola Istirahat : Tidur malam + 7 jam, siang + 1 jam

9) Seksualitas : Normal

10) Pekerjaan : Ringan

11) Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik

12) Kekhawatiran khusus : ibu mengkhawatirkan keadaan janinnya

Ibu mempunyai riwayat hipertensi semenjak ± 2 tahun yang lalu dengan tekanan darah biasanya

140/100mmHg pemeiksaan di puskesmas. tetapi tidak mempunyai riwayat penyakit menular /

keturunan seperti : DM, jantung, TBC, asama dll.

eluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit berat seperti : hipertensi, jantung, DM, ginjal

dan lain-lain

Ibu mengatakan ini perkawinan pertama, status sah Lama 25 tahun

Ibu tinggal dirumah sendiri bersama suami dan anaknya, ibu mengatakan hubungan dengan suami

dan anggota keluarga lainnya juga dengan masyarakat sekitarnya terjalin dengan baik. Kehamilan

ini tidak direncanakan.


3.2 Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Status emosional

Emosional ibu agak labil, cepat marah

b. Keadaan umum ibu

Kurang baik, kesadaran composmentis

c. Tanda-tanda vital

TD : 150/90 mmHg Nadi : 76 x/menit

Suhu : 36,5°C Respirasi : 20 x/menit

BB : 68,3 kg TB : 152cmLila: 33 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Pucat lesu, ada oedema, tidak ada chloasma

b. Mata : Conjungtiva : merah muda

Sclera : putih

c. Mulut : Tidak ada caries, tidak ada sariawan

d. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid


bening dan vena jugularis

e. Dada : Bentuk simetris

1) Mammae : Tidak ada benjolan dan massa

2) Areola : Hiperpigmentasi, warna coklat tua, bersih

3) Putting : Menonjol

4) Paru : Tidak ada wheezing dan ronchi

5) Jantung : Reguler

f. Costo Veterbra Angel Tendemens : ada nyeri ketuk

g. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat straie alba

dan linea nigra, TFU 2 jari dibawa pusat, ballotemen (+)

h. Genitalia : Vulva dan vagina: tidak ada varieces, scene, kemerah-merahan serta tidak ada

PMS (Ex: Condiloma, bartholinitis, dll)

Pengeluaran pervaginam: Flour albis warna putih kental, sedikit.

i. Perineum : Tidak ada luka parut

j. Anus : Tidak ada haemorrhoid

k. Extremitas : Refleks patella (++) ka/ki

Pretibia : ada oedema (+)


3. Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan pada tanggal : 18 Juni 2012

Waktu : Pukul 10:00 WIB

HB : 13,3 gr%

Golongan darah :A

Proteinuria : Positif (+)(+)(+)

Glukosa : Negatif (-)

3.3 Analisa

Ny.S umur 45 tahun G7 P6 Ao Gravida 20 minggu, janin hidup intra uterin dengan pre-eklampsia

berat dan riwayat hipertensi.

Potensial akan terjadi eklampsia, solusio plasenta, IUFD, IUGR, Prematuritas

3.4 Penatalaksanaan

1. Membina hubungan baik dengan ibu, hubungan baik terbina.

2. Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan, ibu menyetujui.

3. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, Ibu telah mengerti dan memahami

keadaan janin dan dirinya.

4. Melakukan observasi suhu, nadi, respirasi, tensi, BB, DJJ setiap 2 minggu, dan melakukan observasi

program laboratorium (analisis urine dan protein) sesuai Standar Operasional Prosedur Kabupaten
Cirebon khusus untuk pelayanan kebidanan puskesmas Sendang, Klien bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan dan keluarga mendukung

5. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang Pre-Eklampsia, gejala dan

penangananya, Klien dan keluarganya mengerti dan paham tentang kondisi tersebut

6. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat mutlak dan berbaring di tempat tidur dalam posisi ke satu

sisi, Ibu telah menuruti anjuran bidan.

7. Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter, Klien bersedia menuruti anjuran dokter.

8. Memberikan terapi sementara resep dari dr. Puskesmas, Antasid 3x1 dan Nifedipin 1x1.

9. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarganya perluhnya kerjasama untuk tatalaksana

rujukan bahwa setiap rujukan jamkesmas harus datang ke puskesmas terlebih dahulu untuk

membawa kelengkapan rujukan, klien bingung tatalaksana rujukan dan meminta kontrol

kehamilanya ke puskesmas saja.

10. Memberikan support dan konseling tentang tatalaksana rujukan serta sitem rujukan kepada klien

dan keluarga bahwa setiap rujukan jamkesmas harus datang ke puskesmas terlebuh dahulu untuk

membawa kelengkapan (fotocopy : KTP, KK, arsip riwayat rujukan, surat rujukan dari puskesmas),

klien bersedia dirujuk dan mau melengkapi persyaratan rujukan serta mau mengikuti sistem yang

ada.

11. Beri Konseling kepada ibu dan keluarga bahwa dengan hasil pemeriksaan perlunya kolaborasi

dengan dr.SpoG, keluarga dan pasien mau melakukannya dengan membawa buku KIA.

12. Melakukan informed consent untuk rujukan dan tindakan prarujukan, ibu dan keluarga setuju untuk

dirujuk ke RSUD Arjawinangun, klien menandatangani informed consent


13. Persiapan surat rujukan, no surat rujukan 440/216-Puskesmas/2012 kelengkapan jamkesmas

(fotocopy : KTP, KK, arsip riwayat rujukan)

14. Mendokumentasikan hasil asuhan, hasil asuhan sudah di dokumentasikan dikartu ibu, R1 ANC, buku

KIA, buku rujukan jamkesmas, arsip rujukan dan SOAP.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis pembahas tentang asuhan kebidanan pada Ny. S dengan PEB,

maka untuk mempermudah pembahasan penulis disini membagi dalam 7 tahap yaitu : pengkajian,

interpretasi data, indentifikasi diagnosa dan masalah potensial, indetifikasi kebutuhan akan tindakan

segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada kasus PEB dapat ditandai dengan beberapa gejala, diantaranya: tekanan darah ibu lebih

dari 160/110 mmHg, oliguria, protein urin (+++), dan keluhan subjektif yang umum terjadi yaitu nyeri

epigastrium, pandangan kabur, sakit kepala hebat, terdapat mual muntah, gangguan kesadaran,

gangguan pernapasan, terdapat oedema pada wajah, ekstermitas atas dan bawah, biasanya terjadi

pada umur >35 tahun (Winkjosastro: 2007,287-288)

Pada prakek penulis penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori seperti pada kasus Ny.

S dengan Tanda-tanda pre eklampsia berat dan hypertensi eensial yaitu tekanan darah yang tinggi

dari trimesret Isampai trimester ke II, oliguria, oedema pada wajah, tangan dan kaki, penglihatan

kabur, protein urine positif (+++).

4.2 Interpretasi Data


Ibu dengan pre-eklamsi berat dengan adanya tanda-tanda yaitu tekanan darah ≥ 160 / 110

mmHg, kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan diastolic ≥ 15 mmHg, oedema kaki, tangan,

dan muka, protein urine positive 2 atau lebih, kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam

seminggu, hipertensi timbul pada umur kehamilan ≥ 20 minggu dan sering terjadi pada

primigravida muda (umur ≥ 17 tahun) dan primigravida tua ( ≥ 35 tahun).

Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah

pada awal kehamilannya / usia kehamilan ≤ 20 minggu mencapai 140/90 mmHg.

(Prawiroharjo,2007)

Maka dapat ditegakan diagnosa Ny.S G7 P6 Ao dengan pre-eklamsi berat dengan riwayat

hypertensi esensial. Pada kasus Ny.S dilihat dari tekanan darah adanya kenaikan sistolik 10 mmhg,

dan penurunan diastol 10 mmHg (dasarny pada kunjungan antenatal pertama tanggal 21-05-2012

dan kunjungan kedua tanggal 28-05-2012 tekanan darah Ny.S 140/100 mmHg tetapi pada

kunjungan brikutnya yaitu pada tanggal 18-06-2012 tekanan darah Ny.S 150 /90 mmHg, adanya

kadar protein +++, adanya oedema di wajah, tangan dan kaki, serta adanya kenaikan berat pada

kunjungan pertama 11 kg/minggu dasarnya yaitu kunjungan tanggal 21-05-2012 berat badan Ny.S 57

kg, dan pada kunjungan kedua 28-05-2012 berat bada Ny.S 68 kg tetapi pada kunjungan berikutnya

tanggal 18-06-2012 kenaikan berat badan Ny.S 68.3 kg hanya mengalami kenaikan 0.3 kg.

Berdasarkan riwayat ANC diatas, secara umum tidak ada kesenjangan dalam teori dan

praktek. karena pada Ny.S mempunyi riwayat hipertensi esensial.

4.3 Indentifikasi Diagnosa dan Masalah Pontesial

Masalah pontesial yang mungkin timbul pada kasus PEB yaitu pada ibu dapat terjadi

eklampsia, oedema pada seluruh tubuh dan spasme pembuluh darah, pada mata biasa terjadi

ablation retina, pada paru menyebabkan sesak, pada otak terjadi oedema cerebral, pada hati terjadi
peregangan kapsula glison sehingga menyebabkan nyeri ulu hati, dapat gagal jantung dan ginjal,

sedangkan pada bayi dapat terjadi gawat janin, IUFD, IUGR, prematuritas tetapi pada kenyataannya

setelah melakukan pemantauan yang rutin pada Ny. S.

Masalah potensial yang timbul pada Ny.S hanya terjadi nyeri pada ulu hati. sedangkan pada

janin belum ada data otentik untuk mententukan masalah potensial.

Dalam mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi pada pre eklampsi

kebutuhan kolaborasi dengan dokter SpOG dan hal tersebut sudah dilakukan. Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

4.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi

Pada kasus PEB dilakukan tindakan dengan DSOG/SPOG, dan pada saat menghadapi masalah

pada Ny. S, penulis dan petugas KIA melakukan konsultasi dengan dr. Puskesmas, dan melakukan

tindakan kolaborasi dengan DSOG/SPOG.

Maka dalam indentifikasi kebutuhan akan tindakan segera/ kolaborasi tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilapangan.

4.5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Dalam melakukan perencanaan untuk memberikan asuhan pada kasus PEB penulis

merencanakan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa yaitu mengobservasi TTV,

memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, memberikan konseling tentang tanda bahaya PEB,
konseling tentang nutrisi konseling tentang mobilitas, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,

memberikan dukungan terhadap Ny.S agar melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal kunjungan

agar mendapatkan pemeriksaan intensif, memberikan obat anti hypertensi Nifedipin sesuai resep

dokter puskesmas , memberikan konseling untuk melakukan konsultasi dengan DSOG/SPOG

Arjawinangun

Maka dalam Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus yang ada di lapangan.

4.6 Pelaksanaan

Sehingga dalam penatalaksanaannya pengkaji memberikan asuhan kepada ibu hamil dengan

pre-eklampsia berat yaitu dengan melakukan rawat jalan , mengobservasi TTV, memberikan

konseling nutrisi dan istirahat, memberikan penjelasan tanda-tanda bahaya pada kehamilan, serta

memberikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan adanya dukungan dari tenaga kesehatan

dan keluarga.

Maka dalam penatalaksanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang

ada dilapangan

4.7 Evaluasi

Pada tahap ini ditemukan hasil setelah dilakukan penanganan di antaranya kenyamanan ibu

teratasi, ibu mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan seperti melakukan observasi TTV, konseling
tentang tanda bahaya, anjuran istirahat yang cukup, konseling tentang tatalaksana rujukan atau

kolaborasi dengan DSOG,ibu mau melakukan semua anjuran bida sehingga terpeliharanya

kehamilan dan kesehatan ibu. Hal ini merupakan hasil yang diharapkan yaitu ibu dan keluarga dapat

teratasi dengan baik.

Dari kasus Ny. S penulis dapat menyimpulkan bahwa komplikasi dalam kehamilan dapat dicegah

apabila diketahui secara dini. Untuk itu, pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk dapat lebih

cepat mendeteksi adanya komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian kepada Ny. S sampai tahap evaluasi, maka penulis

menyimpulkan:

1. Dikatakan Pre-Eklampsia berat jika tekanan darah 160/110 dengan batasan edema dan proteinuria

posifif 3. Jika hipertensi terjadi dan sebelum triwulan ke-3 kehamilan itu adalah hipertensi esensial.

2. Tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan konsep penanganan di tingkat puskesmas dengan

kolaborasi dokter puskesmas, sehingga tidak terjadi komplikasi atau peningkatan gejala dari pre-

eklampsia berat.

3. Adapun tindakan penanganan diberikan pada Ny. S yaitu kolaborasi dengan dr.spOg pemantauan TD

serta Laboratorium

5.2 Saran

a. Untuk PKM

1. Diharapkan tenaga kesehatan dapat mempertahankan mutu pelayananya dan tindakan Asuhan

Kebidanan pada Ny. S sesuai dengan standar.

2. Lebih meningkatkan SDM yang sudah ada dengan mengikuti penyuluhan, seminar-seminar

kesehatan, dan perkuliahan serta mengikuti perkembangan IPTEK di bidang kesehatan khususnya.

b. Untuk Ibu Hamil


Agar Ny.S rajin memeriksakan kehamilannya, melaksanakan anjuran-anjuran tenaga kesehatan dan

harus mempersiapkan segala sesuatunya bila suatu saat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Helen Varney, Buku Saku Bidan, Jakarta: EGC, 2002.

2. Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta:

EGC, 1998.

3. Kusniawati Evni,Panduan praktis Ilmu Kebidanan,2007

4. Rustam Mochtar, Synopsis Obstetri, Jakarta: EGC, 1998

5. Saifudin abdulah bahri, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.2006

6. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 2007.

7. YBP Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta,

1999.

Diposkan oleh KEWIRAUSAHAAN di 07.55

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

 ▼ 2012 (4)
o ▼ Agustus (3)
 Penyulit dan Komplikasi Obstetri pada Masalah Keha...
 PKK1 laporan kasus Pre eklamsi berat riwayat hiper...
 laporan kasus PKK1 post partum normal
o ► Januari (1)

 ► 2011 (1)

Mengenai Saya

KEWIRAUSAHAAN

kami mahasiswa d3 kebidanan STIKes cirebon tingkat 2 reguler 2 kelompok 2 yang


menyusun tugas KEWIRA USAHAAN tentang proposal bisnis yang ber aggotakan : Asri yulia
wulandari , Fitriyani ,Putri Retno Janati dan Rindi Yuliyanti :)

Lihat profil lengkapku

Template Awesome Inc.. Gambar template oleh blue_baron. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai