Anda di halaman 1dari 8

E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBESITAS PADA


ANAK TK PROVIDENSIA MANADO

Febe Rumajar
Sefti Rompas
Abram Babakal

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : febeeunike18@gmail.com

Abstract :Obesity is starting to become a worldwide health problem, according to WHO


obesity is a global epidemic and become a health problem that must be addressed. Factors
affecting nutrition are, among others, eating habits and physical activity. The research goal is
to determine the factors - factors that influence obesity in children in kindergarten providence
Manado. This type of research is an observational study with cross sectional design to
examine the relationship between risk factors with the result that occurred in the form of
obesity at the same time. Results There were 8 people obese category I have a habit of eating
low (26.6%), obesity II category there are 20 people who have a habit of eating high (66.7%).
Statistical analysis showed p-value = 0.00 or p <0.05. It can be concluded there is a
significant relationship between eating habits of respondents with obesity. There are 8
categories of obesity I have moderate activity category (26.6%), class II obesity have lower
levels of physical activity that is 13 people (43.3%). Statistical analysis showed that the
statistical test p-value = 0.04 or p = <0.05. It can be concluded there is a significant
relationship between physical activity respondents with Obesity.

Keywords: factors of obesity - children kindergarten - providensia.

Abstrak :Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, menurut WHO
obesitas merupakan epidemi global dan menjadi problem kesehatan yang harus diatasi.
Faktor yang mempengaruhi gizi lebih adalah antara lain kebiasaan makan dan aktifitas
fisik.Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi obesitas
pada anak di TK Providensia Manado. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan desain cross sectionaluntuk mengamati hubungan antara faktor resiko dengan akibat
yang terjadi berupa obesitas dalam waktu yang bersamaan. Hasil Penelitian Terdapat 8 orang
kategori obesitas I mempunyai kebiasaan makan rendah (26,6%), kategori obesitas II terdapat
20 orang yang mempunyai kebiasaan makan tinggi (66,7%).Hasil uji statistik menunjukkan
nilai p-value = 0,00 atau p < 0,05. Maka dapat disimpulkanada hubungan yang sangat
bermakna antara kebiasaan makan responden dengan Obesitas.Terdapat 8 orang kategori
obesitas I mempunyai kategori aktifitas sedang (26,6%), Kategori obesitas II mempunyai
aktifitas fisik rendah yaitu 13 orang (43,3%).Hasil uji statistik menunjukkan bahwa uji
statistik nilai p-value = 0,04 atau p=<0,05. Maka dapat disimpulkanada hubungan yang
sangat bermakna antara aktifitas fisik responden dengan Obesitas.

Kata kunci : Faktor-faktor obesitas - anak TK - Providensia.


E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

PENDAHULUAN : Utara prevalensi kegemukan tertinggi pada


Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di kelompok umur 6 – 12 tahun yaitu 6,4%.
seluruh dunia, bahkan menurut WHO (World Masalah kegemukan memiliki keterkaitan
Health Organization) obesitas sudah dengan tingkat pendidikan kepala rumah
merupakan suatu epidemi global dan menjadi tangga dan semakin baik keadaan ekonomi
problem kesehatan yang harus diatasi. rumah tangga.Semakin tinggi tingkat
Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga pendidikan kepala rumah tangga dan
diikuti oleh perubahan gaya hidup dan semakin baik keadaan ekonomi rumah
kebiasaan makan. Pola makan terutama di tangga prevalensi kegemukan cenderung
kota – kota besar, bergeser dari pola makan meningkat (Balitbangkes, 2010).
tradisional ke pola makan barat yang dapat TK Providensia Manado merupakan
menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang salah satu Taman Kanak-kanak terakreditasi
(Hidayati, 2006). A oleh Badan Akreditasi Sekolah Provinsi
Obesitas atau kegemukan dari segi Sulawesi Utara. Menyelamatkan anak – anak
kesehatan merupakan salah satu penyakit untuk menciptakan masa depan yang penuh
salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan harapan serta membimbing anak
yang jauh melebihi kebutuhannya.Dari berwawasan luas dan berkepribadian serta
berbagai tulisan mengenai obesitas pada membimbing anak berwawasan luas dan
anak, ternyata banyak masalah yang dihadapi berkepribadian unggul (Keseimbangan
anak yang obesitas ini.Lebih – lebih kalau antara IQ: Inteligent Quotient, EQ:
obesitas pada masa anak – anak berlanjut Emotional Quatient dan SQ: Spiritual
sampai dewasa. Bahkan ada seorang ahli Quatient) (Anonymous 3. 2013)
yang mengatakan, bahwa makin panjang ikat Banyak orangtua yang berpendapatan
pinggang seseorang maka akan makin menengah ke atas menyekolahkan anak
pendek umurnya. Dengan perkataan lain, mereka di TK Providensia. Faktor terjadinya
makin gemuk seseorang akan makin banyak gizi lebih pada anak antara lain sosial
penyakitnya sehingga jarang yang mencapai ekonomi yang mempengaruhi pola
umur panjang (Soetjiningsih, 1995). konsumsi, dimana anak yang berasal dari
Beberapa faktor yang menyebabkan keluarga ekonomi tinggi, cenderung
terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah, mengkonsumsi makanan yang berkadar
antara lain sosial ekonomi yang lemak tinggi (Suhendro, 2003). Dari hasil
mempengaruhi pola konsumsi, dimana anak uraian tersebut peneliti tertarik untuk
yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi, melakukan penelitian tentang faktor – faktor
cenderung mengkonsumsi makanan yang yang mempengaruhi obesitas pada anak di
berkadar lemak tinggi. Secara singkat, gizi TK Providensia Manado.
lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara asupan energi dengan energi yang METODE PENELITIAN :
digunakan.Selain itu faktor yang Desain Penelitian yang digunakan adalah
mempengaruhi gizi lebih adalah umur, jenis penelitian observasional dengan desain cross
kelamin, tingkat sosial ekonomi, aktivitas sectional. Desain cross sectionaluntuk
fisik, kebiasaan makan dan faktor mengamati hubungan antara faktor resiko
neuropsikologik serta faktor genetika dengan akibat yang terjadi berupa obesitas
(Suhendro, 2003). dalam waktu yang bersamaan. Pengukuran
Di Indonesia hasil Riset Kesehatan terhadap variabel pengaruh dan terpengaruh
Dasar Tahun 2010 menyebutkan prevalensi dilakukan pada titik waktu yang sama.Tiap
kegemukan tertinggi pada kelompok umur 6 subjek penelitian obesitas hanya diobservasi
– 12 tahun yaitu 9,2% dan terendah pada sekali saja dan pengukuran dilakukan
kelompok umur 16-18 tahun yaitu 1,4%, terhadap status variable subjek pada saat
sedangkan pada kelompok umur 13 – 15 pemeriksaan. (Anonymous , 2013).
tahun sebesar 2,5%. Khusus di Sulawesi
E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

Penelitian ini dilakukan di TK tahapan-tahapan tersebut yaitu editing,


Providensia Manado. Waktu Penelitian cleaning, coding dan tabulating.
dilakukan pada Bulan Desember 2014 – Analisa data dalam penelitian ini yaitu
Januari 2015. Analisa Univariat, digunakan untuk
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua mengetahui gambaran deskriptif dari data –
anak-anak di Taman kanak-kanak data yang dikumpulkan, seperti distribusi
Providensia Manado. subjek menurut umur, jenis kelamin,
Sampel penelitian ini menggunakan cara pendidikan dan pekerjaan. AnalisaBivariat,
total sampling dengan jumlah sampel yang dilakukan untuk mengukur Indeks Massa
memenuhi kriteria inklusi 30 sampel. Tubuh pada anak. Analisisdata yang akan
Prosedur pengumpulan data dalam dipakai untuk mengetahui faktor obesitas
penelitian ini dilakukan dengan cara : pada anak dengan menggunakan statistik uji
Meminta izin kepada Ketua Program Studi Chi – Square (X²).
Ilmu Keperawatan Universitas Sam Dalam melakukan penelitian, peneliti
Ratulangi untuk melakukan penelitian, memperhatikan masalah-masalah etika
mengajukan surat penelitian di TK penelitian yang meliputi :Menghormati
Providensia Manado, Screening gizi yaitu harkat dan martabat manusia (respect for
dengan cara melihat dan memilih anak yang human dignity), menghormati privasi dan
gemuk, kemudian dilakukan dengan cara kerahasiaan subjek penelitian (respect for
pengukuran antropometri yaitu Data privacy and confidentiality), keadilan dan
antropometri berupa, berat badan diambil inklusivitas/keterbukaan (respect for justice
dengan cara menimbang berat badan and inclusiveness), memperhitungkan
menggunakan timbangan injak dengan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
ketelitian 0,5 kg, dan tinggi badan (balancing harms and benefits).
menggunakan microtoice dengan ketelitian
0,1 cm. Teknik pengambilan sampel dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
cara purposif sampling, dengan kriteria Hasil Analisa Univariat
indikator yaitu obesitasI IMT> 25-27 dan Analisis univariat dilakukan untuk melihat
Obesitas II IMT > 27, tidak dalam keadaan distribusi dan variabel yang diteliti tanpa
sakit dan tidak sedang mengikuti diet, adanya uji secara statistik dalam arti berupa
Mendatangi responden yang sesuai dengan gambaran dari variabel tersebut.
kriteria sampel yang sudah ditentukan,
memberikan penjelasan tentang tujuan a. Distribusi Responden Menurut Umur
penelitian, memberikan informed
consentkepada responden yang memenuhi Tabel 3.1. Distribusi Responden menurut
kriteria, menjelaskan kepada responden cara Umur
pengisian kuesioner dan mendampingi Umur n %
responden saat mengisi kuesioner, mengecek 3 tahun 3 10
kembali kelengkapan kuesioner yang telah 4 tahun 13 43,3
diisi responden, setelah semua terkumpul 5 tahun 14 46,6
peneliti kemudian melanjutkan mengolah Total 30 100
data dengan menggunakan program
komputer. Tabel diatas menunjukkan bahwa
Analisa data yaitu setelah semua data responden yang berumur 3 tahun sebanyak 3
sudah ada, data yang sudah terkumpul orang (10%), 4 tahun sebanyak 13 orang
terlebih dahulu diolah dengan cara sistem (43,3%) dan 5 tahun sebanyak 15 orang
komputer dengan program SPSS (Statistical (46,6%).
Product and Service Solution). Setelah itu
diolah menggunakan sistem komputerisasi,
E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

b. Distribusi responden berdasarkan jenis e. Aktifitas Fisik


kelamin
Tabel 3.5. Distribusi Responden Menurut
Tabel 3.2. Distribusi Responden Aktifitas Fisik
berdasarkan jenis Kelamin Aktifitas Fisik n %
Jenis Kelamin N % Sedang 17 56,7
Laki-laki 15 50 Rendah 13 43,3
Perempuan 15 50 Total 30 100
Total 30 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa aktifitas
Dari tabel diatas diketahui bahwa fisik responden yang paling banyak yaitu
responden dalam penelitian ini dengan jenis kategori sedang sebanyak 17 orang (56,7%),
kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (50%) sedangkan yang mempunyai aktifitas fisik
dan perempuan sebanyak 15 orang (50%). rendah sebanyak 13 orang (43,3).

c. Distribusi responden menurut Status Gizi Analisis Bivariat


Analisis bivariat merupakan analisis yang
Tabel 3.3 Distribusi Responden Menurut digunakan untuk mencari tahu pengaruh dari
Status Gizi variabel yang diteliti untuk mencari tahu
Status Gizi n % pengaruh dari variabel yang diteliti dengan
Obes I 8 26,7 menggunakan uji statistik, yang dalam
Obes II 22 73,3 penelitian ini menggunakan uji chi square.
Total 30 100
1. Kebiasaan makan dan Obesitas
Data pada tabel diatas menunjukkan
bahwa responden paling banyak yaitu Tabel 4.1. Kebiasaan Makan dengan
kategori Obes II sebanyak 22 orang (73,3%). Obesitas
Sedangkan kategori Obes I hanya 8 orang Kebiasaan Makan
Total p-value
(26,7%). Status
Rendah Tinggi
Gizi

d. Kebiasaan Makan n % n % n %

Obes I 8 26,6 0 0 8 26,6 0,00


Tabel 3.4. Distribusi Responden Menurut
Kebiasaan Makan Obes II 2 6,6 20 66,7 22 73,27

Kebiasaan Makan n % Total 10 33,2 20 66,7 30 100


Tinggi 20 66,7
Rendah 10 33,3
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat
Total 30 100
8 orang responden kategori obes I
mempunyai kebiasaan makan yang rendah
Tabel diatas menunjukkan bahwa paling (26,6%), sedangkan responden yang
banyak responden mempunyai kebiasaan
mempunyai kategori obes II terdapat
makan yang tinggi sebanyak 20 orang sebanyak 20 orang mempunyai kebiasaan
(66,7%) sedangkan yang mempunyai makan yang tinggi (66,7%). Hasil uji
kebiasaan makan rendah hanya 10 orang
statistik nilai p-value = 0,00. Hal ini
(33,3%). menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat bermakna antara kebiasaan makan
responden dengan Obesitas.
E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

2. Aktifitas Fisik dengan Obesitas jajan setiap hari, sering mengkonsumsi


fast food dan soft drink lebih 2 (dua) kali
Tabel 4.2. Aktifitas Fisik dengan per minggu. Hasil uji statistik
Obesitas menunjukkan nilai p-value = 0,00 atau p <
Aktivitas Fisik 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
Status
Total p-value hubungan yang sangat bermakna antara
Rendah Sedang
Gizi kebiasaan makan responden dengan
n % n % n % Obesitas.
Bila asupan energi melebihi
Obes I 0 0 8 26,6 8 26,6 0,04
pengeluaran energi, surplus energi yang
Obes II 13 43,3 9 30 22 73,3 disimpan, terutama sebagai lemak
tubuh.Kebiasaan makan dalam jumlah
Total 13 43,3 17 56,6 30 100
yang banyak tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik dapat menyebabkan
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat obesitas yang selanjutnya membawa
8 orang responden kategori obes I risiko masalah kesehatan terutama pada
mempunyai kategori aktifitas sedang, penyakit degeneratif dan Sindroma
sedangkan responden yang mempunyai metabolik. Hal ini sejalan dengan hasil
kategori obes II paling banyak mempunyai penelitian sebelumnya di negara maju
aktifitas fisik rendah yaitu sebanyak 13 seperti Amerika, faktor gizi lebih
orang (43,3%). Hasil uji statistik nilai p- memiliki risiko relatif 2,9 kali untuk
value = 0,04. Hal ini menunjukkan bahwa menderita Sindroma metabolik
ada hubungan yang sangat bermakna antara dibandingkan dengan kelompok yang
aktifitas fisik responden dengan Obesitas. memiliki asupan gizi normal.
Kebiasaan pola makan berlebih
1. Hubungan Kebiasaan Makan dengan serta mengkonsumsi makanan dalam
Obesitas TK Providensia Manado jumlah lebih banyak setiap kalinya
Distribusi Responden Menurut cenderung dialami anak obes. Anak yang
Kebiasaan Makan menunjukkan bahwa obes sangat menyukai aktivitas makan.
paling banyak responden mempunyai Mereka makan lebih banyak daripada
kebiasaan makan yang tinggi sebanyak 20 kebutuhan energi sesungguhnya yang
orang (66,7%) sedangkan yang mereka butuhkan. Mengunyah makanan
mempunyai kebiasaan makan rendah dalam jumlah yang sama dalam sehari
hanya 10 orang (33,3%). Kebiasaan dapat menyebabkan sistem enzim tubuh
makan adalah ekspresi setiap individu untuk menggunakan energi lebih efesien
dalam memilih makanan yang akan dan akhirnya disimpan menjadi lemak
membentuk pola perilaku makan. Oleh (Anonymous 2014).
karena itu, ekspresi setiap individu dalam Obes yang parah terjadi karenatidak
memilih makan akan berbeda satu dengan adanya keseimbangan energi, dimana
yang lain (Khomsan dkk, 2004). energi konsumsi jauh lebih besar
Kebiasaan Makan yang tinggi dibandingkan energi expenditure atau
sebanyak 20 orang berdasarkan nilai yang energi yang terpakai dalam aktivitas fisik.
di dapatkan pada kuesioner 7-10. Konsumsi energi ialah energi yang
Kebiasaan Makan meliputi sarapan pagi, dikonsumsi sebagai makanan dan
makan makanan utama (nasi,ikan, sayur) minuman yang dapat dimetabolisme
dua sampai tiga kali sehari, minum susu, dalam tubuh kita. Sedangkanenergi
mengkonsumsi susu bubuk, meng- expenditureterdiri dari 3 komponen
konsumsi susu cair, kebiasaan ngemil utama, yakni BMR (basal metabolic rate),
setiap hari, jumlah cemilan anda lebih dari termogenesis makanan (dietary
dua macam dalam sehari, senang / sering
E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

thermogenesis) dan aktivitas fisik (WHO game, bermain di halaman/luar rumah,


2000). naik sepeda/lari, belajar di sekolah,
Keluarga Indonesia pada umumnya rumah, les. Hasil uji statistik
makan tiga kali dalam sehari walaupun menunjukkan bahwa uji statistik nilai p-
pada etnik tertentu ada yang mempunyai value = 0,04 atau p=<0,05. Maka dapat
pola makan dua kali dalam sehari. Setiap disimpulkan bahwa ada hubungan yang
keluarga mempunyai pola jenis makanan sangat bermakna antara aktifitas fisik
yang berbeda untuk setiap kali makan, responden dengan Obesitas.
yaitu sarapan pagi, makan siang, dan Aktivitas fisik dan pola makan yang
makan malam (Effendi, 2009). buruk telah diidentifikasi sebagai
Globalisasi perdagangan telah penyebab utama kematian di Amerika
mendorong tumbuhnya bisnis asing secara Serikat. Kelebihan berat badan
pesat di Indonesia. Salah satu bentuk danmeningkatnya obesitas merupakan
usaha dari luar negeri yang banyak penyebab dari kombinasi diet yang buruk
dijumpai adalah banyaknya rumah makan dan fisik yang tidak aktif hal ini bisa
siap saji (fast food). Berbagai restoran fast menjadi nomor satu penyebab kematian.
food dari luar negeri dengan menu yang Kehidupan modern telah
berbeda dari menu tradisional seperti memberikan pola hidup yang efesien.
hamburger, hot dog, pizza, teriyaki, Ketika berada di tempat umum (public
tempura, kentang goreng, berusaha area), tersedia eskalator atau lift untuk
memperluas pasarnya di luar negeri mempercepat proses menempuh jarak
(Istijanto, 2005). sekaligus menghemat waktu. Dengan
Konsumsi soft drink dapat sistem transportasi yang semakin canggih,
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan seseorang dapat menempuh jarak jauh
kalsium karena mengandung tinggi fosfor dengan lebih cepat dan mudah, tidak
(Soekarti dan Kartono, 2004). Rasio seperti berjalan kaki atau naik sepeda.
kalsium dan fosfor pada rata-rata soft Keterbatasan gerak manusia inilah yang
drink (seperti coca-cola, pepsi, teainstant pada akhirnya berujung pada kejadian
dan orange drink carbonated) adalah 1:3, obes dalam kaitannya dengan aktivitas
sehingga menyebabkan terhambatnya fisik (WHO 2000).
penyerapan kalsium meskipun dikonsumsi Menurut Reilly et.al(2005), terdapat
tidak secara regular (Rrosvenor dan hubungan yang erat antara jumlah waktu
Smolin, 2002). Hal ini sejalan dengan tidur anak dengan kejadian obes. Tahun
klasifikasi konsumsi soft drink yang 1960-2000, kejadian kegemukan
dikemukakan oleh malik (2006), yaitu meningkat dua kali lipat terjadi pada
sering jika mengkonsumsi soft drink lebih mereka yang memiliki kelebihan tidur 1
dari atau sama dengan dua kali dalam hingga 2 jam. Jumlah waktu tidur malam
seminggu dan jarang jika mengkonsumsi dapat mempengaruhi kejadian obes
soft drink kurang dari dua kali dalam melalui perubahan dalam sekresi hormon
seminggu. pertumbuhan (Tremblay 2006).
Menonton televisi merupakan salah
2. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas satu bentuk bermain pasif yang membuat
TK Providensia Manado anak merasa bahagia dan senang.
Aktifitas fisik responden yang Kesenangan ini tidak selamanya
paling banyak yaitu kategori sedang berdampak positif bila dilakukan secara
sebanyak 17 orang (56,7%), sedangkan berlebihan. Menonton televisi berisiko
yang mempunyai aktifitas fisik rendah meyebabkan obes karena aktivitas bukan
sebanyak 13 orang (43,3). Aktifitas Fisik fisik ini telah mengambil waktu anak
meliputi lamanya makan dan minum yang seharusnya bisa digunakan untuk
dalam sehari, nonton televisi/bermain melakukan aktivitas fisik. Berkurangnya
E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

aktivitas fisik pada akhirnya akan DAFTAR PUSTAKA


berakibat menurunnya energi yang
digunakan (energi expenditure). Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Menonton televisi juga sangat berkaitan Penerbit Pt Gramedia Pustaka Utama,
erat dengan kebiasaan makan makanan Jakarta.
ringan (snacking) yang akan memberikan Anonymous 1. 2013. Taman Kanak-Kanak.
asupan energi yang tinggi pada anak. www.wikipedia.org. Diakses tanggal
Ketidakseimbangan neraca energi inilah 21 November 2013
yang menyebabkan obes (Reilly, John, Anonymous 2. 2013. Desain Studi
Julie, Dorosty, Emmett, Steer and Sherrif Epidemiologi (Studi Observasional).
2005). http://rimasajja.students-
Menurut WHO (2000), kebiasaan blog.undip.ac.id/2010/11/07/desain-
menonton televisi menyebabkan kepasifan studi-epidemiologi-studi-
fisik (physical inactivity) terutama dalam observasional/ . Diakses tanggal 28
kejadian obes. Terdapat hubungan yang November 2013
erat antara kasus baru obes dengan Anonymous 3. 2013. TK Providensia.
kegagalan anak obes untuk menurunkan http://40104520.siap-
berat badan. Hasil penelitian sekolah.com/sekolah-profil/. Diakses
menyebutkan bahwa, setiap penambahan tanggal 28 November 2013.
alokasi waktu 1 jam untuk menonton TV Anonymous 4. 2015. Obesitas Pada anak-
akan meningkatkan kemungkinan anak. www.sehatgroup.web.id.
terjadinya obes sebesar 2%. (Dietz & Diakses tanggal 01 Juli 2015.
Gortmaker 1985). Aritonang, E. Siagian Albiner., (2003).
Hubungan Konsumsi Pangan dengan
KESIMPULAN Gizi Lebih pada Anak TK di
1. Terdapat 8 orang kategori obes I Kotamadya Medan Tahun
mempunyai kebiasaan makan rendah 2003.Lembaga Penelitian Universitas
(26,6%), kategori obes II terdapat 20 Sumatera Utara
orangyang mempunyai kebiasaan makan Chandra B. 1996. Pengantar Prinsip dan
tinggi (66,7%). Metode Epidemiologi. Jakarta: EGC.
2. Terdapat 8 orang kategori obes I Effendi, Fery & Makhfudli. Keperawatan
mempunyai kategori aktifitas sedang Kesehatan Komunitas Teori dan
(26,6%), sedangkan kategori obes II Praktek dalam Keperawatan. Jakarta
paling banyak mempunyai aktifitas fisik : Salemba Medika. 2009.
rendah yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Hadi, H. (2004) Gizi Lebih Sebagai
3. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p- Tantangan baru dan implikasinya
value = 0,00 atau p < 0,05. Maka dapat terhadap kebijakan pembangunan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang kesehatan nasional. Jurnal Gizi
sangat bermakna antara kebiasaan makan Klinik Indonesia 1 No. 251-58
responden dengan Obesitas. Hamam Hadi, 2005. Beban Ganda Masalah
4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa uji Gizi dan Impikasinya Terhadap
statistik nilai p-value = 0,04 atau p=<0,05. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Maka dapat disimpulkan bahwa ada Nasional.
hubungan yang sangat bermakna antara Hidayati S. 2006. Obesitas pada Anak.
aktifitas fisik responden dengan Obesitas. http://www.gizi.net diakses tanggal
20 November 2013.
IPAQ. (2005) Guidelines for data processing
and analysis of the International
Physical Activity Questionnaire
[Online]. Available:
E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

http://www.ipaq.ki.se/scoring.pdf
[Accessed November 09 2010].
Istijanto. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran.
Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
2005.
Keim, M. L., Blanton, C. A. & Kretsch, M. J.
(2004) America's obesity epidemic:
Measuring Physical Activity to
Promote an Activity Lifestyle. J Am
Diet Assoc, 1041398-1409
Khosam, Ali. 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi.Cetakan-1. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Malik, S. Vasanti et al Intake sugar –
Sweetened Beverages and Weight
gain : a Systematic Review .
American Journal of Clinical
Nutrition : 2006.
Siregar RA. 2006. Harga Diri Pada Remaja
Obesitas. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.
Soekatri, M & Kartono, D. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi.
Jakarta. LIPI.
Soetjiningsih, 1995.Tumbuh Kembang Anak.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Yoo, S., Theresa , N., Tom, B., Issa, F. Z. S.,
U-Jau, Y., Sathanur, R. S. & Gerald,
S. B. (2004) Comparison Of Dietary
Intakes Associated With Metabolic
Syndroma Risk Factors In Young
Adults : The Bogalusa Heart Study.
The American Journal Of Clinical
Nutrition, 80 No.41-12

Anda mungkin juga menyukai