Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru yang kurang
menentukan dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai, sehingga pembelajaran yang
dilakukan di Kelas VII-A SMPN ………. ………. dalam menulis sebuah puisi bebas kurang
efektif. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti mencoba melakukan suatu tindakan
pembaharuan dengan menggunakan suatu media pembelajaran yaitu media Teknik Permainan
Bahasa. Diharapkan dengan adanya media pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan
kemampuan atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui apakah media Teknik Permainan Bahasa dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan rincian kegiatan setiap pertemuan
sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik permainan bahasa dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa di Kelas VII-A SMPN ………. ………. pada sub pokok
bahasan menulis puisi bebas. Hal ini dapat dilihat dari data berikut :

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan
kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Pada hakekatnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan
perasaan siswa. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan minat
baca terhadap karya sastra, karena dengan mempelajari sastra siswa diharapkan dapat menarik
berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus dapat mengarahkan siswa
memiliki karya sastra yang sesuai dengan minat dan kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya
dapat dilakukan salah satunya dengan memberikan tugas untuk membuat karya sastra yaitu
menulis puisi.

Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan pada siswa di Sekolah Menengah Pertama,
sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik.
Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi,
melainkan mempertajam kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah
kemanusiaan. Dalam pembelajaran menulis puisi di Sekolah Menengah Pertama masih
ditemukan berbagai kendala dan hambatan, hal ini yang berkaitan dengan ketepatan penggunaan
model atau media dalam pembelajaran sastra dalam menulis puisi. Demikian pula dengan
permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran menulis puisi di kelas VII-A Sekolah
Menengah Pertama Negeri Siderejo Lor 05, selama ini kurang menunjukan kemampuan yang
sesungguhnya dimiliki siswa. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang timbul dari guru
maupun murid. Hal ini diperoleh melalui pengalaman penulis saat melakukan kegiatan PPL di
Sekolah Menengah Pertama Negeri …………. …………..

Dalam pembelajaran menulis puisi ini guru hanya membacakan salah satu puisi dalam buku
paket, menjelaskan cara tentang menulis puisi, dan menyuruh siswa untuk menuliskan puisi
tersebut lalu guru menugaskan siswa untuk membuat sebuah puisi serta membacakannya di
depan kelas. Sedangkan siswa tidak diberi rangsangan atau motivasi yang mampu
membangkitkan imajinasi siswa dalam memperoleh kata-kata yang tepat. Pastinya pembelajaran
tersebut sangat kurang menggembirakan bagi siswa, di sini terkesan tidak adanya aktivitas dan
kreatifitas siswa dalam menulis puisi. Ketika penulis memberikan tugas pada siswa untuk
menulis puisi dengan kata-kata atau bahasanya sendiri, siswa terlihat kesulitan dalam menyusun
kata-kata dengan bahasanya sendiri, hal itu disebabkan karena selama pembelajaran Bahasa
Indonesia sebelumnya mereka tidak pernah memperhatikan bahasa yang sesuai dan tepat dalam
menuliskan puisi.

Melihat dari kondisi tersebut, akhirnya penulis mempunyai ide untuk memperbaiki pembelajaran
tersebut dengan menggunakan Teknik Permainan Bahasa dalam pembelajaran menulis puisi di
kelas VII-A, karena bermain bagi anakanak tak ubahnya seperti berkerja bagi orang dewasa.
Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan menjadi rangsangan
bagi perilaku lainnya. Waktu untuk anak – anak bermain tidak jauh berbeda dengan waktu untuk
bekerja orang dewasa. Usia siswa SMP merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup
manusia. Anak-anak merupakan makhluk yang unik sehingga dalam pembelajaran mereka tidak
harus merasa terpenjara.

1.2 Identifikasi Masalah

Bidang kajian yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai media pembelajaran, dengan
fokus yang berkaitan pada Penggunaan Teknik Permainan Bahasa Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi Siswa di Kelas VII-A Sekolah Menengah Pertama. Adapun
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah media pembelajaran yang dapat membangkitkan
semangat siswa dalam belajar membuat puisi kurang diterapkan sehingga siswa kurang aktif,
tidak kreatif dan kurang termotivasi.

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori

2.1.1 Teknik Permainan Bahasa

1. Pengertian Teknik

Teknik dapat diarikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
sesuatu secara spesifik, seperti teknik pembelajaran. Teknik Pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri.

2. Hakikat Permainan

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa yang tidak dikenali
sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuat sampai mampu melakukan.
“Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi anak seperti halnya kebutuhan terhadap
makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya” (Padmonodewo: 2002). Cohen (1993)
juga menganggap bahwa “Bermain merupakan pengalaman belajar”. Bermain bagi anak
memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho, (1996:3) permainan memiliki sifat sebagai
berikut:

1. Permainan dimotivasi secara personal, karena memberin rasa kepuasan.

2. pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya.

3. Aktivitas permainan dapat bersifat non literal.

4. Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan
yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya.

5. Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.

Menurut Framberg (dalam Berky, 1995)“Permainan merupakan aktivitas

yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya
bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna”. Dalam hal ini permainan dapat
menghubungkan pengalaman – pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika
siswa terlibat dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi
datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan.

3. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa menurut Alwasilah (1993: 82-89) dijelaskan dalam uraian berikut:

1. Bahasa itu sistematik

Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang
beraturan. Dalam hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai sebagai suatu simbol dari
suatu rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga
terucapkan. Kata panggilaln tidak mungkin muncul secara alamiah, karena tidak ada vokal di
dalamnya. Kalimat Pagi ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya sitematis,
tetapi kalau diubah menjadi Pagi pergi ini kampus ke Faris tidak bisa dimengarti karena
melanggar sistem.

2. Bahasa itu manasuka (Arbitrer)

Manasuka atau arbiter adalah acak , bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol) dalam
bahasa bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya.

3. Bahasa itu vokal

Vokal dalam hal ini berarti bunyi. Bahasa mewujud dalam bentuk bunyi. Kemajuan teknologi
dan perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis,
tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa. Sistem penulisan hanyalah
alat untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras lain. Lebih jauh lagi, tulisan
berfungsi sebagai pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu, tulisan menjadi pelestari kebudayaan
manusia. Kebudayaan manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita prediksi karena
mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain berbentuk tulisan. Realitas
yang menunjukkan bahwa bahasa itu vokal mengakibatkan telaah tentang bahasa (linguistik)
memiliki cabang kajian telaah bunyi yang disebut dengan istilah fonetik dan fonologi.

4. Bahasa itu simbol

Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang jatuh
dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah
hujan. Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titiktitik air
yang jatuh dari langit itu. Simbol bisa berupa bunyi, tetapi bisa berupa goresan tinta berupa
gambar di atas kertas. Gambar adalah bentuk lain dari simbol. Potensi yang begitu tinggi yang
dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu menjadikannya alat yang sangat berharga bagi
kehidupan manusia. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika manusia tidak memiliki bahasa,
betapa sulit mengingat dan menkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.

4. Bahasa itu mengacu pada dirinya

Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri. Binatang
mempunyai bunyi-bunyi sendiri ketika bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-bunyi yang
meraka gunakan tidak bisa digunakan untuk membelajari bunyi mereka sendiri. Berbeda dengan
halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang
digunakan manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri. Dalam istilah linguistik,
kondisi seperti itu disebut dengan metalaguage, yaitu bahasa bisa dipakai untuk membicarakan
bahasa itu sendiri. Linguistik menggunakan bahasa untuk menelaah bahasa secara ilmiah.

4. Bahasa Itu Manusiawi

Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat
manusia. Manusialah yang berbahasa sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. Para ahli biologi
telah

membuktikan bahwa berdasarkan sejarah evolusi, sistem komunikasi binatang berbeda dengan
sistem komunikasi manusia, sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya manusia
sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi pembenaran menamai
manusia sebagai homo loquens atau binatang yang mempunyai kemampuan berbahasa. Karena
sistem bunyi yang digunakan dalam bahasa manusia itu berpola maka manusia pun disebut homo
grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.

7) Bahasa itu komunikasi

Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahasa sebagai alat komunikasi dan
interakasi. Bahasa berfungsi sebagai alat memperaret antar manusia dalam komunitasnya, dari
komunitas kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa tidak
mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk
kegiatan sosial antar manusia tanpa bahasa. Komunikasi mencakup makna mengungkapkan dan
menerima pesan, caranya bisa dengan berbicara, mendengar, menulis, atau membaca.
Komunikasi itu bisa beralangsung dua arah, bisa pula searah. Komunikasi tidak hanya
berlangsung antar manusia yang hidup pada satu jaman, komunikasi itu bisa dilakukan antar
manusia yang hidup pada jaman yang berbeda, tentu saja meskipun hanya satu arah. Nabi
Muhammad SAW telah meninggal pada masa silam, tetapi ajaranajarannya telah berhasil
dikomunikasikan kepada umat manusia pada masa sekarang. Melalui buku, para pemikir
sekarang bisa mengkomunikasikan pikirannya kepada para penerusnya yang akan lahir di masa
datang. Itulah bukti bahwa bahasa menjadi jembatan komunikasi antar manusia.

4. Pengertian Teknik Permainan Bahasa


Teknik permainan bahasa termasuk dalam kategori media yang terdiri atas paduan suara dan
gerak. Sesuai dengan klasifikasi tersebut, permainan bahasa merupakan kelompok media
pembelajaran bahasa. Teknik ini merupakan media yang hampir-hampir tidak
memerlukan hardware, akan tetapi memerlukan aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa.

Untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam bidang kebahasaan, dapat ditempuh
melalui berbagai permainan. Permainan-permaian yang berfungsi untuk melatih keterampilan
dalam bidang kebahasaan itulah yang dinamakan permainan bahasa. Dalam kehidupan sehari-
hari, permainan semacam itu sudah sering dilakukan. Akan tetapi pada umumnya hanya
merupakan kegiatan pengisi waktu luang saja.

Tujuan permainan bahasa menurut Soeparno (1980: 60) yaitu untuk memperoleh kegembiraan
dan memperoleh keterampilan tertentu dalam bidang kebahasaan. Apabila ada jenis permainan
namun tidak ada keterampilan kebahasaan yang dilatihkan, maka permainan tersebut bukanlah
permainan bahasa.

Permainan bahasa adalah suatu bentuk permainan yang sengaja dilakukan dengan melibatkan
unsur bahasa. Unsur bahasa dapat mencakup ranah yang mana saja. Permainan bahasa juga
meliputi keterampilan berbahasa yang dapat difokuskan ke bidang tertentu. Teknik yang dapat
membuat kelas menjadi aktif adalah teknik impact yang menggunakan benda, partisipasi aktif
siswa, kursi, dan gerakan.

Berikut ini beberapa permainan bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa:

1) Permainan Bahasa MENYIMAK

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menyimak anak. Beberapa bentuknya
antara lain: Dengar-Ucap; Dengar-Tiru; Dengar-Gaya; Pesan Berantai; Dengar Cerita.

2. Permainan Bahasa BERBICARA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan berbicara anak untuk mengucapkan
kata dan menyusun kalimat secara lebih tepat. Contohnya: Aku minta, Aku Tanya, Cerita
berpasangan, Tebak aku, Main Peran/Sosiodrama.

2. Permainan Bahasa MEMBACA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan membaca anak. Contohnya: Tebak
Huruf; Pancing Huruf; Aku Tahu.

2. Permainan Bahasa MENULIS


Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menulis, tetapi masih sangat terbatas.
Misalnya: Tebak Huruf, Cetak Huruf.

Ada beberapa faktor-faktor yang menentukan permainan bahasa adalah sebagai berikut:

1. Situasi dan Kondisi

Sebenarnya dalam situasi apapun dan dalam kondisi apapun permainan bahasa dapat saja
dilakukan. Akan tetapi agar berdayaguna tinggi, hendaknya pelaksanaan permainan bahasa
tersebut selalu memperhatikan faktor situasi dan kondisi.

2. Peraturan Permainan

Setiap permainan mempunyai aturan masing-masing. Peraturan tersebut hendaknya jelas dan
tegas serta mengatur langkah-langkah permainan yang harus ditempuh maupun cara menilainya.
Apabila aturan kurang jelas dan tegas, maka tidak mustahil akan menimbulkan kericuhan di
dalam kelas. Setiap pemain harus memahami, menyetujui, dan mentaati benar-benar peraturan
itu. Guru sebagai pemimpin permainan mempunyai kewajiban untuk menjelaskan peraturan-
peraturan yang harus ditaati sebelum permainan dilaksanakan.

3. Permainan

Terkait ketentuan dengan pemain, permainan dapat berjalan dengan baik, jika para pemain,
dalam hal ini siswa, mempunyai sportivitas yang tinggi. Selain itu, keseriusan, kekuatan, dan
keterlibatan aktif pemain juga sangat dibutuhkan agar permainan dapat berjalan dengan baik. 4)
Peminpin Permainan atau Wasit

Pemimpin permainan atau wasit, dalam hal ini guru, harus mempunyai wibawa, tegas, adil, serta
dapat memutuskan permasalahan dengan cepat, serta menguasai ketentuan permainan dengan
baik. Selain guru, wasit dalam sebuah permainan dapat juga dipilih dari perwakilan siswa yang
dianggap mampu.

Beberapa kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik permainan bahasa yaitu sebagai
berikut:

1. Kelebihan teknik permainan bahasa

Adapun kelebihan dari permainan bahasa di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Permainan
bahasa merupakan salah satu media pembelajaran yang berkadar CBSA tinggi. (2) Dapat
mengurangi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. (3) Dengan adanya kompetisi
antarsiswa, dapat menumbuhkan semangat siswa untuk lebih maju. (4) Permainan bahasa dapat
membina hubungan kelompok dan mengembangkan kompetensi sosial siswa. (5) Materi yang
dikomunikasikan akan mngesankan di hati siswa sehingga pengalaman keterampilan yang
dilatihkan sukar dilupakan.

2. Kekurangan teknik permainan bahasa

Ada juga kekurangan dalam pelaksanaan permainan bahasa, diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Jumlah siswa yang terlalu besar menyebabkan kesukaran untuk melibatkan semua siswa
dalam permainan. (2) Pelaksanaan permainan bahasa biasanya diikuti gelak tawa dan sorak sorai
siswa, sehingga dapat menganggu pelaksanaan pembelajaran di kelas yang lain. (3) Tidak semua
materi dapat dikomunikasikan melalui permainan bahasa. (4) Permainan bahasa pada umumnya
belum dianggap sebagai program pembelajaran bahasa, melainkan hanya sebagai selingan saja.

2.1.2 Kemampuan Menulis Puisi

Kemampuan menulis merupakan sebuah frasa yang berasal dari dua kata yakni kemampuan dan
menulis. Kedua kata tersebut jelas memiliki makna tersendiri tanpa ada kaitan sama sekali. Akan
tetapi, ketika kedua kata tersebut menjadi satu kesatuan maka menimbulkan makna yang sedikit
banyaknya menjadi saling berhubungan dan berkaitan.

1. Pengertian Kemampuan

Dalam KBBI (2005:707) kemampuan diartikan sebagai kesanggupan; kecakapan. Hal ini berarti
bahwa kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu merupakan kecakapan orang tersebut
dalam mengerjakan hal tersebut.

2. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa,
menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.
Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak
penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara
penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Tarigan (2008:3) mengemukakan bahwa
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Selain itu, ia juga
mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Sementara itu, Lado dalam ahmadi (1990:28) mengemukakan bahwa menulis adalah meletakan
atau mengatur simbol – simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian
rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol – simbol grafis itu sebagai bagian penyajian
satuan – satuan ekspresi bahasa. Tarigan (2008:3) menyimpulkan bahwa menulis merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain.Dalam KBBI (2005:1219) secara singkat menulis
berarti (1) membuat huruf atau angka dan sebagainya dengan menggunakan pena, pensil, kapur,
dan sebagainya; (2) melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang dan membuat surat
dengan tulisan; (3) menggambar; (4) membatik.
Menulis yang merupakan suatu kegiatan ini jelas bukanlah sekedar penguasaan materi atau teori
tentang menulis itu sendiri. Akan tetapi, menulis merupakan sebuah keterampilan dan
kemampuan dalam mengimplementasikan ide kedalam sebuah tulisan.

Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa “menulis dapat diartikan sebagai kegiatan
menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai”. Menurut
Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) “menulis berarti
mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan”. Lado dalam
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai
menulis yaitu: “meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain”.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y.
Slamet (2008: 141) “menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks”. Menurut
Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) “writing is one of the most important things you do in
college”. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah.
Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu
menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah. Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli
Bram (2002: 7) “in principle, to write means to try to produce or reproduce writen
message”. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka
ulang tulisan yang sudah ada. Menurut Eric Gould, Robert Di Yanni, dan William Smith (1989:
18) menyebutkan “writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires to
interpret or make sense of something: a experience, a text, an event”. Menulis adalah perilaku
kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu:
sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa. M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan
pengertian menulis adalah “suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-
lambang tulisan”. Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa “menulis adalah aktivitas
aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa”.

Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) “merupakan kegiatan menggali
pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara
menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas”. St. Y. Slamet
(2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu “kegiatan yang
memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks”.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.2. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.2.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanankan untuk
memecahkan suatu masalah yang ditimbulkan, kemudian adanya upaya perbaikan yang
dilakukan untuk suatu peningkatan hasil belajar siswa.
Mcniff 1992, dalam Harun Rasyid dkk (2009: 7) dengan tegas mengatakan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran.

Rustam dan Mundiarto 2004, dalam Harun Rasyid dkk (2009: 9) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.

Berdasarkan dua pernyataan diatas maka penelitian tindakan kelas merupakan tindakan
penelitian terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan dikelas dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi, memperbaiki kinerja guru, dan
memecahkan suatu permasalahan yang ditemukan dikelas. Dengan penelitian tindadakan kelas
guru dapat merefleksikan hasilnya dan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas juga adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya baik antara guru dan
sekolah, guru dan dosen maupun mahasiswa dan guru, sehingga adanya partisipasi ini
diharapkan mampu memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran.

3.2.2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMPN …….. …….. yang berjumlah 44
siswa.

3.2.3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-A SMPN …….. …….. yang
berjumlah 44 siswa.

3.2.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMP Negeri …….. …….. beralamatkan di Jln.
………….., ……… Status SMP …….. …….. sampai sekarang berstatus Negeri sesuai dengan
No. SK Pendirian/Tahun : 421.2/008385/97 Tgl 29-12-1997 yang berdiri di atas tanah seluas
2625 m2, cabang Dinas Pendidikan Kecamatan …………Kota ……… Kelas yang digunakan
adalah kelas VII-A dengan jumlah siswa sebanyak 44 anak.. Dengan beberapa pertimbangan dan
alasan, peneliti menentukan penggunakan waktu penelitian selama pertengahan bulan Maret
hingga pertengahan bulan April pada semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah
variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas (X) : Teknik Permainan Bahasa.

Variabel terikat (Y) : Kemampuan Menulis Puisi.

3.4. Rencana Tindakan

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Menurut Kemmis dan McTaggart dalam
Suharsimi Arikunto (2006:84) “pelaksanaan tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi”.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASA
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi awal

Berdasarkan nilai evaluasi siswa kelas VII-A dari pelaksanaan tindakan penelitian siklus I
pertemuan pertama, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan menulis puisi
diperoleh hasil nilai rata-rata keselurahan siswa mencapai 66. Hal ini menunjukan bahwa hasil
yang telah diperoleh siswa sudah mencapai KKM yaitu 60. Namun, dari keseluruhan siswa
masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntansan minimal yaitu 60. Terdapat 14 siswa
yang belum mencapi KKM, hal ini berarti hanya 68% dari 44 siswa kelas VII-A yang mencapai
ketuntasan, sedangkan pada indikator kinerja prosentase ketuntasan minimal seluruh siswa
mencapai 75%. Oleh karena itu peneliti merencanakan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan
dalam II siklus.

4.1.2 Siklus I

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan menulis puisi. Dalam siklus I
ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

6. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan praktek pembelajaran dalam siklus I ini
adalah mempersiapkan RPP, instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

7. Tindakan
(1) Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut
:

1. Kegiatan awal

Pertemuan pertama ini berlangsung pada waktu pembelajaran jam terakhir. Untuk mengwali
kegiatan pembelajaran guru mengucapkan salam, kemudian guru bertanya pada siswa tentang
puisi. Setelah itu guru menyampaikan meteri yang akan dipelajari pada pertemuan ini.

2. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menyebutkan cara menulis puisi sesuai pemahaman masing-masing,
beberapa sisiwa menanggapi pendapat temannya, setelah itu guru menjelaskan tentang cara
menulis puisi (menentukan ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata),
kemudian guru membagi siswa dalam kelompok kecil bersama teman semejanya. Guru
menugaskan siswa menentukan ide pokok berdasarkan pengalaman yang akan ditulis menjadi
sebuah puisi kemudian guru menugaskan siswa memilih kata-kata berdasarkan kejadian pada
pengalaman masingmasing. Guru mengarahkan setiap kelompok pada teknik permainan bahasa
(Mencocokan Kata) dalam pemilihan kata-kata dan kata kiasan: Dalam 1 kelompok ada 2 siswa,
yaitu “A” dan “B”. Siswa A dan B menuliskan kata-kata yang terjadi berdasarkan pengalaman
masing-masing. Kata-kata yang telah ditulis kemudian ditukarkan antara siswa A dan B.
Berdasarkan kata-kata yang dituliskan siswa A, siswa B menentukan dan menuliskan kata kiasan
yang sesuai pada lembar kata-kata siswa A, demikian sebaliknya Kemudian lembar kata-kata
tadi dikembalikan pada masing – masing siswa. Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai
pencocokan kata kiasan yang tepat. Siswa merangkai kata – kata menjadi sebuah puisi dangan
pilihan kata kiasan yang tepat. Guru mengawasi sambil memberikan bimbingan kepada siswa
yang kurang memahami.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa
mengerjakan soal tugas evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

(2) Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:

3. Kegiatan awal
Sebelum masuk pada materi, guru mengucapkan salam, kemudian guru bertanya kepada siswa
“apa yang perlu dilakukan sebelum kita menulis puisi bebas?”. Setelah itu guru menyampaikan
meteri yang akan dipelajari pada pertemuan ini.

4. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menjelaskan apa yang dimaksud dengan gagasan pokok dan siswa yang
lain menanggapi pendapat temannya. Guru menjelaskan tentang cara menulis puisi (menentukan
ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata). Guru meminta siswa
membentuk kelompok kecil dengan teman semejanya kemudian guru menugaskan siswa
memikirkan suatu gagasan pokok yang akan dijadikan dasar dalam menulis puisi dan setiap
siswa merenungkan dan mencatat hasil renungan tersebut berdasarkan gagasan pokok. Guru
menugaskan siswa memilih kata-kata berdasarkan gagasan pokok setelah guru mengarahkan
setiap kelompok pada teknik permainan bahasa (Menulis Kata) dalam pemilihan kata-kata dan
kata kiasan: Siswa menulis kata-kata berdasarkan gagasan pokok. Untuk memperoleh keindahan
kata-kata tersebut, siswa juga menuliskan kata kiasan yang sesuai dengan kata-kata yang telah
ditulis berdasarkan dengan gagasan pokok. Siswa mendiskusikan pemilihan kata kiasan yang
tepat dalam kelompok. Guru mengawasi sambil memberikan bimbingan kepada siswa yang
kurang memahami.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa
mengerjakan soal tugas evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

3. Pertemuan pertama

Pembelajaran sudah berjalan dengan lancar, tetapi masih ada sedikit hambatan yaitu sebagai
berikut:

1. Siswa terlihat sedikit kebingungan dalam menerima materi pembelajaran dan tidak bertanya
pada guru tentang apa yang kurang mereka pahami.

2. Ada beberapa siswa yang masih ribut ketika guru sedang menyampaikan materi
pembelajaran sehingga mengganggu teman yang lain.

3. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

4. Masih ada siswa yang tidak terlihat aktif dalam kelompok.


4. Pertemuan kedua

1. Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.

2. Siswa aktif dalam diskusi kelompok.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, diketahui bahwa selama guru
mengajar pada pertemuan pertama siswa belum mampu memahami konsep pembelajaran secara
maksimal, akan tetapi ada beberapa siswa yang tingkat kemampuannya sudah cukup baik.
berdasarkan prosentase ketuntasan seluruh siswa dikelas, terdapat 68% siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar dan 32% siswa yang masih tergolong belum tuntas. Hal tersebut
dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses pembelajaran di kelas,
masih terdapat beberapa anak yang saat mengikuti pelajaran tidak mendengarkan penjelasan dan
arahan dari guru serta masih kurang memahami konsep pembelajaran. Pada pertemuan kedua
telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam mencermati pelajaran. Terbukti siswa mampu
membuat puisi bebas dengan kata – kata mereka sendiri yang ditunjukan oleh prosentase
ketuntasan nilai seluruh siswa telah mencapai 86% dan hanya 14% siswa yang belum tuntas.
Berarti pada siklus I pertemuan kedua telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam belajar
menulis puisi.

Berdasarkan analisis hasil tugas evaluasi pada siklus I terdapat 86% dari keseluruhan siswa yang
tuntas dan 14% siswa belum tuntas dalam proses belajar menulis puisi. Hal ini telah menunjukan
bahwa telah terjadi peningkatan. Namun demikian masih belum semua siswa bisa mencapai
KKM (60), Sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Maka peneliti akan
memperbaikinya agar hasil belajar siswa yang dicapai secara optimal dapat berhasil pada siklus
II.

Perbaikan yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk memperbaiki pembelajaran pada
siklus sebelumnya, antara lain dengan cara :

1. Dalam menyampaikan materi menggunaan media teknik permainan bahasa sama pada saat
pelakasanaan pembelajaran pada siklus I, tujuannya untuk membuktikan bahwa media
pembelajaran yang digunakan peneliti mampu meningkatkan kemampuan menulis siswa.
Namun cara penggunaannya dalam menyampaikan pembelajaran yang akan berbeda dari
siklus I dan setiap pertemuan.

2. Lebih mengutamakan interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran, ini dilakukan untuk
melatih keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan atau menyampaikan
pendapatnya.

Prosentase ketuntasan pada pertemuan pertama adalah 68% dan pertemuan kedua meningkat
menjadi 86%. Hasil tersebut juga telah menunjukan bahwa pembelajaran pada siklus I sudah
mencapai porsentase ketuntasan minimal (75%) dan telah terjadi peningkatan kemampuan atau
hasil belajar siswa dalam menulis puisi, dengan rata – rata nilai prosentase ketuntasan siswa pada
pertemuan pertama dan kedua mencapai 77%.

4.1.3 Siklus II

Praktek pembelajaran dilaksanakan masih dengan pokok bahasan menulis puisi, karena tujuan
dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis puisi. Dalam siklus II ini
dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan praktek pembelajaran dalam siklus II ini
adalah mempersiapkan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan berdasarakan
identifikasi masalah yang timbul pada siklus I, RPP, instrumen, alat dan bahan untuk penelitian
agar efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding pada siklus I.

2. Tindakan

(1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:

1. Kegiatan awal

Untuk mengawali proses pembelajaran ini guru mengucapkan salam pada siswa, kemudian guru
bertanya kepada siswa: ”apakah kalian masih ingat tentang materi yang kita pelajari pada
pertemuan sebelumnya?”.

2. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menyebutkan apa pentingnya menulis, kemudian beberapa sisiwa
menanggapi pendapat temannya. Guru menjelaskan tentang cara menulis puisi (menentukan ide
pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata), kemudian guru memberikan
kesempatan untuk setiap siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang disampaikan. Guru
meminta siswa membentuk kelompok kecil dengan teman semejanya, kemudian guru meminta
siswa untuk memperhatikan gambar pemandangan laut yang akan siswa jadikan sebagai ide
pokok dalam membuat puisi setelah itu guru mengarahkan setiap kelompok pada teknik
permainan bahasa (Mencocokan Kata) dalam pemilihan kata-kata dan kata kiasan: Dalam satu
kelompok, siswa masing-masing membuat tulisan yang menceritakan kejadian pada gambar.
Guru memberikan pilihan-pilihan kata kiasan yang akan siswa rangkai menjadi sebuah puisi.
Contoh; Daun kelapa melambai-lambai, Ombak yang berguling-guling, Hembusan angin laut
sangat menyegarkan jiwa, dan lain-lain sebagainya. Guru menugaskan siswa untuk mencocokan
kata-kata yang telah ditulis berdasakan kejadian pada gambar dengan kata kiasan yang telah
diberikan guru dan mendiskusikannya dalam kelompok, selanjutnya guru menugaskan siswa
merangkai kata-kata yang telah dicocokan menjadi sebuah puisi. Guru mengawasi sambil
memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang memahami.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa teknik
permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-A SMPN
………….. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data perolehan dari hasil belajar siswa, yaitu
dari siklus I dan siklus II yang ditunjukan oleh pencapaian rata-rata nilai dari nilai rata-rata kelas,
yaitu 71.19 pada siklus I meningkat menjadi 84.75 pada siklus II. Sedangkan siswa yang sudah
tuntas sebanyak 31 siswa, dan yang tidak mencapai ketuntasan ada 13 siswa dengan rata – rata
prosentase ketuntasan 77%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan bahwa Penggunaan media teknik permainan bahasa dapat


meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa dalam menulis puisi, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA
Hudson, William. H. (1965). An Introduction to The Study of Literature.

James W Pennebaker, Ph.D.Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions. Texas.

Kemmis. S. dan Mc. Taggart, R. 1990. The Action Research Reader. Third Edition. Victoria:
Deakin University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Depdikbud: Balai Pustaka.

Mcniff 1992,(dalam Harun Rasyid dkk 2009: 7)

Rustam dan Mundiarto 2004,(dalam Harun Rasyid dkk 2009: 9)

Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Proyek Peningkatan/Pengembangan


Perguruan Tinggi IKIP Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai