Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya
sehingga Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) UPT Puskesmas Karang Intan 1
Tahun 2018 telah selesai disusun.
Pelaksanaan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)UPTD UPT Puskesmas
Karang Intan 1 Tahun 2018 ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manajemen di
Puskesmas dalam menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azazs
penyelenggaraannya, serta demi tercapainya program sesuai dengan yang diamanatkan dalam
SPM.
Kami menyadari bahwa Penyusunan Rencana Kegiatan Tahun 2018 masih terdapat
kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan.Semoga Rencana Usulan Kegiatan
Tahun 2018 dapat bermanfaat dalam rangka proses perencanaan pembangunan kesehatan di
UPT Puskesmas Karang Intan 1, serta pembinaan dan pengawasan program kesehatan untuk
mencapai dan meningkatkan mutu pelayanan di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Karang Intan, 2017


Kepala UPT Pusat Kesehatan Masyarakat Karang Intan 1
Kabupaten Banjar

dr. Diyah Fitriyani, M.Kes


NIP. 197609252005012011

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang
bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta
pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pengembangan, Puskesmas harus menerapkan azas penyelenggaraan
Puskesmas secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan
masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal dan Puskesmas dapat
menghasilkan luaran yang efektif dan efisien Puskesmas harus melaksanakan manajemen
dengan baik.Manajemen Puskesmas yang baik terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban seluruh kegiatan secara
keterkaitan dan berkesinambungan. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) disusun untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan PP No. 25
Tahun 2000, daerah mempunyai wewenang yang besar untuk menentukan masalah
kesehatan yang harus diprioritaskan dan intervensi yang perlu dilakukan serta
menentukan berapa besar anggaran yang diperlukan. Disamping itu juga mempunyai
kewenagan untuk melakukan integrasi perencanaan dan anggaran.Melalui pelaksanaan
otonomi – desentralisasi diharapkan dapat terlaksana kegiatan-kegiatan yang lebih dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.

B. VISI, MISI, TUPOKSI PUSKESMAS DAN TATA NILAI


Rencana usulan kegiatan ini disusun berdasarkan visi, misi, tupoksi dan tata nilai
yang disepakati bersama, dan berdasarkan rencana strategi Dinas Kesehatan Kabupaten,
serta memperhatikan hasil analisis kebutuhan masyarakat.

2
VISI
“Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Karang Intan yang Sehat Sejahtera, Mandiri,
Islami, dan Barokah”.

MISI
1. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Melalui Pemberdayaan Masyarakat,
termasuk swasta dan Masyarakat Madani
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersediannya uapaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
4. Menciptakan dan melaksanakan sistem manajemen kesehatan yang baik

MOTTO
“Melayani dengan Hati dan Senyum untuk Hasil yang Terbaik”

TATA NILAI
“Profesional, Ramah, Berbudaya Malu

3
BAB II
ANALISIS SITUASI

1. DATA:
A. DATA UMUM
a. Peta wilayah
Gambar 1.1 Peta wilayah kerja UPT Puskesmas Karang Intan 1

Puskesmas Karang Intan 1 yang merupakan unit Pelaksana Teknis dari Dinas
Kesehatan kabupaten Banjar terletak di desa Karang Intan tepatnya di jalan Raya Melati
Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.Dalam upaya memperluas
jangkauan pelayanan kepada masyarakat ,Puskesmas Karang Intan 1 dibantu oleh sub-sub
pelayanan yang tersebar antara lain Pustu Bi-ih , Pustu Mali-Mali dan penempatan bidan
di desa
Puskesmas Karang Intan 1 terletak di desa Karang Intan Kecamatan Karang
Intan dengan luas wilayah kerja Puskesmas Karang Intan 1 adalah 215 km dan meliputi
13 desa
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Astambul
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cempaka
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Martapura
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Aranio
Secara administratif Wilayah Kerja Puskesmas Karang Intan 1meliputi 13 desa yang
terdiri atas :
1 Desa Karang Intan
2 Desa Lihung

4
3 Desa Panyembaran
4 Desa Pasar Lama
5 Desa Pandak daun
6 Desa Jingah Habang Hulu
7 Desa Jingah habang Ilir
8 Desa Mali-Mali
9 Desa Sei Arfat
10 Desa Loktangga
11 Desa Sei Besar
12 Desa Bi –ih
13 Desa Balau

b. Data sumber daya


Jenis ketenagaan di bidang kesehatan dibagi menjadi : tenaga medis
meliputi dokter, dokter gigi, tenaga perawat & bidan, tenaga kefarmasian
meliputi asisten apoteker, tenaga gizi, tenaga teknis medis meliputi analis
laboratorium, tenaga sanitasi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga administrasi
umum, baik yang pegawai negeri maupun honorer.
Tabel .1 Sumber Daya Manusia Kesehatan ( SDMK)
di UPT Puskesmas Karang Intan 1 Tahun 2016
Tabel 1 Ketenagaan
No Kualifikasi Jumlah

1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Subbagian Tata Usaha 1
3 Dokter Umum 2
4 Dokter Gigi 1
5 Bidan 4
6 Bidan di desa 13
7 Perawat 7
8 Promkes 1
9 Analis 2
10 Asisten Apoteker 2
11 Perawat Gigi 1
12 Tenaga Administrasi 1
13 Jaga Malam 1
14 Cleaning Service 1

5
c. Data peran serta masyarakat
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) pada dasarnya
diimplementasikan dengan keberadaan Desa Siaga.Kecamatan Karang Intan
yang memiliki desa sejumlah 13 desa seluruhnya merupakan Desa Siaga. Pada
tahun 2016, 13 desa tersebut dalam kategori aktif, namun terdapat pembagian
kriteria, yaitu sebagai berikut. Desa Siaga Aktif Pratama 13. Kriteria desa siaga
di Kecamatan Karang Intan terdiri dari 13 desa siaga aktif pratama.Di samping
itu, terdapat beberapa kegiatan lain yang merupakan hasil kerjasama Puskesmas
dengan lintas sektoral, diantara yaitu :
1) Kegiatan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan dan Departemen Agama.
2) Rapat Koordinasi bulanan dengan kepala desa, kader, PKK dan
kecamatan, dinas pertanian, koramil, Polsek kecamatan Karang Intan.
3) Kegiatan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolahbekerjasama dengan
beberapa PAUD (Pendidkan Anak Usia Dini) binaan BPMPPKB di wilayah
kecamatan Karang Intan.
4) Kegiatan Desa siaga dengan kader, RW, Kelurahan se kecamatan Karang
Intan.

d. Data penduduk dan sasaran


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Karang Intan
tahun 2017, jumlah penduduk Kecamatan Karang Intan adalah 13.477 jiwa,
dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki 6631 jiwa dan perempuan
6846.
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Karang Intan 1
Tahun 2015 - 2016
TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2016 6541 6754 13295
2017 6631 6846 13477
Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Karang Intan

e. Data sekolah

Jumlah Sekolah
Sekolah
Tahun 2016 Tahun2017
Jumlah TK/PAUD/RA 16 16
Jumlah SD/SDLB 16 16

6
Jumlah SLTP/MTs 5 5
Jumlah SLTA/SMK 2 2

f. Data kesehatan lingkungan di wilayah kerja


a) Persentase Rumah Sehat
Persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan 1
tahun 2016 sebesar 78,61%. Persentase ini masih jauh dibawah target
rumah sehat yaitu 95%.

b) Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak


Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang layak di
wilayah kerja Puskesmas Karang Intan 1 pada tahun 2016 masih kurang dari
target. Persentase tahun 2016 sebesar 56,68%, sedangkan target yang harus
dicapai sebesar 92%, yang artinya baru 56,68% dari jumlah penduduk
Kecamatan Karang Intan 1 tahun 2016 yang memiliki akses air minum yang
layak dari yang ditargetkan sebesar 92%.

c) Persentase Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan


Penyelenggara air minum di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan 1
yang dilakukan pemeriksaan. Dari 11 penyelenggara air minum yang
terdaftar dilakukan pemeriksaan terhadap 8 sampel. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan fisika, kimia dan bakteriologi. Hasil dari
pemeriksaan sampel diperoleh bahwa sebanyak 7 sampel yang diajukan
memenuhi syarat kesehatan (87,5%). Persentase penyelenggara air minum
yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016. .Persentasi
penyelenggara air minum yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2015
dari sampel sebanyak 555 yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 495
(89,19%) .Hal ini berarti terjadi penurunan penyelenggaraan air minum
yang memenuhi syarat kesehatan .

d) Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak


Penduduk Kecamatan Karang Intan yang memiliki akses sanitasi yang
layak pada tahun 2016 sebesar 58,8% Sarana sanitasi yang dimiliki oleh
penduduk terdiri dari beberapa macam jenis jamban, diantaranya
menggunakan jamban komunal, jamban leher angsa, jamban plengsengan
dan jamban cemplung.

7
Sebenarnya, mulai tahun 2011 telah dilaksanakan program CLTS
(Community Led Total Sanitation) yang bertujuan mengubah perilaku
masyarakat untuk menyadari bahwa bila Buang Air Besar (BAB) di
sembarang tempat adalah tidak sehat dan pada akhirnya dapat menjadi
penyebab timbulnya penyakit menular yang berbasis lingkungan, sehingga
nantinya diharapkan masyarakat mau menyadari pentingnya memiliki
jamban keluarga namun hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Meskipun
demikian, persentase penduduk dengan akses santasi layak tahun 2016
sudah lebih meningkat dibandingkan tahun 2015.

e) Persentase Desa STBM


Desa STBM adalah desa yang telah mencapai 100% penduduk
melaksanakan 5 pilar STBM. Sedangkan STBM adalah pendekatan yang
dilakukan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi meliputi 5 pilar
yaitu tidak buang air besar (BAB) sembangan, mencuci tangan pakai sabun,
mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan
benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Untuk dapat
melaksanakan 5 pilar STBM bukanlah hal yang mudah. Pada tahun 2016,
di Kecamatan Karang Intan belum memiliki Desa STBM karena baru
mampu melaksanakan 1 pilar STBM. Diharapkan pada tahun yang akan
datang tujuan ini dapat tercapai.

f) Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat


Persentase Tempat-tempat umum memenuhi syarat pada tahun 2016 di
Kecamatan Karang Intan lebih tinggi dibandingkan tahun 2015. Untuk
tahun 2016, jumlah tempat-tempat umum memenuhi syarat sebesar 78,8%
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 67,27%. Hal ini berarti menunjukkan
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan
lingkungannya.

g) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat, Dibina dan


Diuji Petik
Dari 107 Tempat Pengelolaan Makanan/TPM yang ada di Kecamatan
Karang Intan, sebanyak 86 TPM (80,37%) telah memenuhi syarat hygiene
sanitasi. Bila dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 67,27%, pada tahun
2016 persentase TPM memenuhi syarat mengalami peningkatan dalam hal
jumlah. Peningkatan ini antara lain karena peran aktif petugas sanitarian

8
dari puskesmas dalam melakukan pembinaan dan meningkatnya kesadaran
dari pihak pengusaha makanan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
lingkungan usahanya, sehingga dihasilkan produksi yang berkualitas dan
memenuhi syarat kesehatan.Bagi TPM yang belum memenuhi syarat
hygiene sanitasi (28 TPM) selanjutnya dilakukan pembinaan.

h) Ketersediaan Obat
Ketersediaan obat menurut jenis obat selama tahun 2016 sudah
tercukupi sesuai dengan kebutuhan.Beberapa item obat pada kolom
kebutuhan tidak terisi disebabkan antara lain karena ketersediaan obat di
Gudang farmasi tidak tersedia. Penulisan resep obat di Puskesmas Karang
Intan 1 telah menggunakan obat generik, ditunjukkan dengan tingginya
persentase penggunaan obat generik di Puskesmas (persentase rata-rata 123
%)

B. DATA KHUSUS
a. Status kesehatan
1. Data kematian
a) Angka Kematian Neonatal
Terdapat 6 kematian Neonatal di tahun 2016 sehingga dibutuhkan
peningkatnya keterampilan dan pengetahuan petugas khususnya bidan
desa dalam penatalaksanaan gawat darurat neonatal.

b) Angka Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi di Kecamatan Karang Intan tahun 2016
lebih rendah. tahun 2016 yaitu 1 kasus dan 0 kasus di tahun 2015.
Penyebab terbesar AKB adalah BBLR Untuk mencegah meningkatnya
lagi kematian bayi di tahun mendatang dalam kaitannya dengan
penanganan BBLR, maka telah dilakukan upaya pencegahan secara dini
dengan pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri (siswi
SMA), sehingga dapat mempersiapkan ibu hamil yang sehat di masa
yang akan datang.
Jumlah Kematian Bayi (AKB) di Puskesmas Karang Intan 1
Tahun2012 – 2016
JUMLAH KEMATIAN BAYI
PUSKESMAS
2015 2016

Karang Intan 1 0 1

9
c) Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita di Kecamatan Karang Intan tahun 2015
lebih rendah. tahun 2016 yaitu 0 kasus dan 5 kasus di tahun 2015.
Jumlah Kematian Balita (AKABA) di Puskesmas Karang Intan 1
Tahun 2011-2016
JUMLAH KEMATIAN BALITA (12-59 bln)
PUSKESMAS
2015 2016
Karang Intan 1 5 0

d) Angka Kematian Ibu (AKI)


Tidak terjadi kematian balita di Kecamatan Karang Intan pada
tahun 2016. Adapun jumlah kematian balita di Puskesmas se-
Kabupaten Banjar secara keseluruhan dari tahun 2012 – 2016 dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.

Jumlah Kematian Ibu di Puskesmas Karang Intan Tahun 2012– 2016


JUMLAH KEMATIAN IBU
NO PUSKESMAS
2015 2016
KARANG
1 0 0
INTAN 1

2. Data kesakitan
a) Penemuan dan Angka Kesembuhan Tuberculosis (TB)
Jumlah penemuan kasus baru TB BTA + di Kecamatan Karang
Intan tahun 2016 sebesar 1 kasus dengan Case Notification Rate (CNR)
105,30 per 100.000 penduduk, sedangkan jumlah seluruh kasus sampai
dengan tahun 2015 sebanyak 37 kasus dengan CNR 278,30 per
100.000 penduduk. Jumlah penemuan kasus baru ini lebih sedikit
apabila dibandingkan tahun sebelumnya.Selain itu, jumlah penemuan
kasus baru dan seluruh kasus di tahun 2016 juga masih dibawah target.
Hal ini disebabkan masih adanya stigma di masyarakat bahwa TB Paru
merupakan aib bagi keluarga sehingga lebih baik penyakitnya tidak
diketahui orang lain. Untuk Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes
Rate / SR) tahun 2016 sebesar 85,71 %, karena dari 2 kasus BTA +
yang diobati seluruhnya dinyatakan sembuh.

b) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani


Tahun 2016 cakupan balita dengan pneumonia ditangani
mencapai 61 kasus dari target yang ditentukan sejumlah 133 kasus
yang merupakan estimasi perkiraan kasus pneumonia balita. Hal ini

10
disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendeteksi
dini gejala penyakit yang timbul sehingga cepat mendapatkan
penanganan yang tepat.

c) Persentase Kasus HIV, AIDS dan Syphilis Ditangani


Penemuan kasus HIV di Kecamatan Karang Intan tahun 2016
tetap nihil sama seperti 5 tahun belakangan ini. Syphilis merupakan
salah satu jenis penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).Pada tahun
2016, kasus Syphilis di Kecamatan Karang Intan tidak ditemukan.

d) Persentase Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani


Pada tahun 2016, jumlah penderita diare yang ditemukan dan
ditangani masih jauh dari target yang ditentukan. Bila dari perhitungan,
diperolah estimasi penderita diare sebanyak 285 kasus, maka riil
ditemukan penderita diare sebanyak 316 kasus (111 %). Walaupun
demikian Penemuan kasus ini mengalami peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya. Meningkatnya persentase penemuan dan
penanganan kasus diare tahun 2015 menunjukkan adanya peningkatan
peran serta masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan.

Kasus Diare di Puskesmas BanyubiruTahun 2015-2016


Balita dengan diare
Tahun Kasus Diare
ditangani (%)
2015 397 100
2016 316 100

e) Penemuan dan Angka Prevalensi Kusta


Tahun 2016 tidak ditemukan kasus baru kusta. Sedang untuk
tahun 2015 ditemukan kasus baru 2 orang

f) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita penyakit “Acute Flaccid


Paralysis” (AFP) per 100.000 penduduk < 15 Tahun
Kasus AFP (non polio) di Puskesmas Karang Intan 1 tahun
2016 ditemukan 0 kasus meningkat dari penemuan tahun 2015 yaitu
sebanyak 0 kasus AFP.

g) Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

11
Pada tahun 2016, tidak terdapat kasus Difteri dan kasus Tetanus
Neonatorum. Pada kedua kasus tersebut telah dilakukan pelacakan
tetapi tidak ditemukan.

h) Angka Kesakitan dan Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) per


100.000 penduduk
Kasus Kesakitan dan Kematian karena Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Puskesmas Karang Intan 1 tahun 2016 terdapat 9
kasus. tahun 2015 yaitu 3 ditemukannya kasus Kesakitan dan Kematian
karena Demam Berdarah Dengue (DBD).

i) Angka Kesakitan dan Kematian Malaria per 1.000 penduduk


Sama seperti halnya kasus DBD, kasus malaria yang tidak
ditemukan di Puskesmas Karang Intan 1 di tahun 2016 tidak ditemukan
kasus .

j) Kasus Penyakit Filariasis Ditangani


Kasus Filariasis di Puskesmas Karang Intan 1 tahun 2016 juga
tidak ditemukan seperti halnya ditahun 2015 dan tahun-tahun
sebelumnya.

k) Cakupan Pemeriksaan Penyakit Tidak Menular (PTM)


Pada tahun 2016, yang termasuk dalam 3 besar Penyakit Tidak
Menular (PTM) di Puskesmas Karang Intan 1 adalah Hipertensi
Esensial, Hipertensi Lain dan Diabetes Mellitus Non Insulin. Dalam 1
tahun terakhir, penyakit Hipertensi masih menjadi urutan pertama kasus
PTM terbesar di Kabupaten Banjar. Dalam upaya pencatatan, pelaporan
dan pemantauan perkembangan PTM, mulai tahun 2016 ditambahkan 3
tabel baru untuk mendeteksi perkembangan dan persebaran PTM yang
sebenarnya masih dapat dicegah apabila dilakukan deteksi dini.
Screening Penyakit Tidak Menular di puskesmas meliputi kegiatan :
 Pengukuran tekanan darah
Untuk tahun 2016, data hasil pengukuran tekanan darah
diperoleh dari Posbindu. Dilihat dari tabel lampiran 24, pengukuran
tekanan darah antara laki-laki dan perempuan di 13 desa lebih
banyak perempuan, karena Posbindu dilakukan bersamaan kegiatan
Posyandu. Posbindu di Puskesmas Karang Intan 1 baru

12
dilaksanakan dan aktif di 13 desa saja. Namun untuk kasus
Hipertensi lebih banyak terjadi pada Perempuan yaitu sebesar
1.094 (19.43%).
 Pemeriksaan obesitas
Pemeriksaan obesitas pada tahun 2016 ditemukan 30.25%
dari 160 orang yang diperiksa mengalami obesitas.
 Pemeriksaan IVA+ dan CBE
Kasus ini juga telah dilakukan pemeriksaan di wilayah kerja
Puskesmas Karang Intan 1. Jika ada permintaan pemeriksaan IVA+
dan CBE maka pasien tersebut dirujuk ke Puskesmas Karang Intan
1.

l) Cakupan Desa / Kelurahan Terkena KLB Ditangani < 24 Jam


Tahun 2016 di Puskesmas Karang Intan 1 tidak terjadi KLB.

m) Pola sepuluh penyakit terbanyak


NO ICDX JENIS PENYAKIT JUMLAH
1 Ispa 2479
2 Hypertensi 1853
3 Dermatitis 1358
Aktofik,eksim,neurodermatitis
4 Rhematik Artritis lain 1352
5 Gastritis dan Duodenitis 1116
6* Influenza 1047
7 Nyeri Kepala 588
8 Psikosa lain 438
9 Nekrosis Pulpa 407
10 Demam yang tidak diketahui 325
sebabnya

n) Data Epidemiologi dan Kejadian luar biasa

NO Kegiatan 2014 2015 2016


1 JUMLAH KLB 0 4 0

KLB ditangani
2 0 4 0
<24 jam

13
o) Cakupan (kinerja) program pelayanan kesehatan (baik UKM maupun
UKP)
1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 dan K-4
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil
yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja, yang digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat. Persentase cakupan
kunjungan ibu hamil K-1 di Puskesmas Karang Intan 1 tahun 2016
sebesar 87.9%. Cakupan ini sudah memenuhi target sebesar 100 %,
Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 dapat memenuhi target karena
masyarakat sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya ANC,
dengan dukungan Program P4K, kelas ibu hamil, akses pelayanan
yang semakin mudah serta pencatatan pelaporan yang semakin
optimal. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar,
paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu satu kali pada
trimester 1, satu kali pada trimester 2 dan dua kali pada trimester 3,
yang digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan antenatal
secara lengkap sesuai standar yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil serta menggambarkan kemampuan
manajemen serta kelangsungan program Kesehatan Ibu dan
Anak.Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Puskesmas
Karang Intan 1 tahun 2016 sebesar 78.2% dari target K4 yang
ditetapkan sebesar 91% mengalami peningkatan dibanding tahun
2015 sebesar 77,8%.
K1 &K4 Ibu Hamil di Puskesmas Karang Intan 1
Tahun 2015 - 2016
TAHUN K1 K4 Target K1/K4
2015 104,6% 77,8% 100% / 91%
2016 87,9% 78,2%

2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan pada tahun 2016 sebesar 88,7%,
relatif sama dibanding tahun 2015 sebesar 83,02%. Hal ini

14
membuktikan bahwa tenaga kesehatan yang ada didesa sudah bisa
diterima dan kesuksesan inipun dikarenakan gencarnya
pelaksanaan kelas ibu, sehingga bisa menggugah kesadaran untuk
melakukan persalinan di nakes bukan pada tenaga selain kesehatan.
Persalinan oleh Nakes di Puskesmas Karang Intan 1 Tahun
2015 – 2016
TAHUN Persalinan oleh Nakes
2015 83.02%
2016 88.7%

3. Cakupan Pelayanan Nifas dan Pemberian Vitamin A pada Ibu


Nifas
Cakupan pelayanan nifas tahun 2016 sebesar 88% dari
target yang ditetapkan bersama Dinas Kesehatan Kab Banjar
sebesar 90% Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran dan
pemahaman pentingnya pemantauan kesehatan ibu nifas minimal 3
kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42
hari.
.
4. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS
Cakupan TT-1 dan TT-2 ibu hamil pada tahun 2016 sebesar
5.6% dan 26.4%. Imunisasi TT tidak hanya diberikan pada ibu
hamil saja. Wanita dengan kisaran usia 15 – 39 tahun, atau sering
disebut Wanita Usia Subur (WUS) juga merupakan sasaran
pemberian imunisasi TT. Pemberian imunisasi TT pada WUS
dimaksudkan untuk memperpanjang durasi kekebalan terhadap
resiko penyakit tetanus sebagai upaya preventif mempersiapkan
kehamilan.Namun dalam pelaksanaannya, cakupan pemberian
imunisasi TT pada WUS masih cukup rendah.Hal ini terjadi karena
biasanya WUS hanya datang ke Puskesmas Banyubiru untuk
imunisasi TT pada calon pengantin karena merupakan syarat wajib
menikah pada pernikahan pertama.

5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe


Pemberian tablet besi (Fe) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dalam upaya
meningkatkan kualitas kehamilannya dan mempersiapkan

15
persalinan yang sehat dan aman. Tablet besi (Fe) diberikan 90
tablet selama masa kehamilan, setiap pemberian 30 tablet (Fe1), 60
tablet (Fe2) dan 90 tablet (Fe3).
Pada tahun 2016, cakupan ibu hamil yang mendapatkan
tablet besi sebesar 87,95% (Fe1) dan 78,18% (Fe3). Untuk
cakupan tahun 2015 sebesar 91,25% (Fe1) dan 74,41% (Fe3). Dari
cakupan diatas dapat dilihat bahwa tahun ini, cakupan Fe1
mengalami penurunan sedangkan cakupan Fe3 juga mengalami
peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun lalu.
Pemberian tablet Fe di Puskesmas Karang Intan 1
Tahun 2015 - 2016
TAHUN Fe1 Fe3 Target Fe3 SPM
2015 91,25% 78,18%
2016 87,95% 74,41%

6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani


Berdasarkan target yang ditetapkan untuk tahun 2016
komplikasi kebidanan yang ditangani adalah sebesar 61%. Namun,
pada tahun 2016 ini cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
sebesar 81.4%.Cakupan ini didapat dengan pembanding sasaran
estimasi.Untuk tahun 2015 dari perhitungan jumlah estimasi
sasaran ibu dengan komplikasi kebidanan ditangani adalah
sebanyak 100 orang, sedangkan jumlah riil ibu dengan komplikasi
kebidanan ditangani adalah sebanyak 60 orang, melampaui jumlah
estimasi, sehingga didapat hasil persentase cakupan ibu dengan
komplikasi kebidanan ditangani yang lebih besar dari target 100 %,
karena seluruh ibu dengan komplikasi kebidanan dapat ditangani.
Hal ini juga menggambarkan bahwa deteksi dini komplikasi
kebidanan telah dilakukan dan diskrining sejak awal sehingga
komplikasi kebidanan dapat tertangani dengan baik.

7. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani


Jumlah estimasi neonatus dengan komplikasi yang
ditangani sebesar 39% bayi, dari 260 bayi lahir hidup di wilayah
kerja Puskesmas Karang Intan 1 tahun 2016.

8. Persentase Peserta KB Baru dan KB Aktif

16
Dari jumlah Pasangan Usia Subur/PUS sebanyak 2260 PUS
didapatkan peserta KB aktif sejumlah 100%. Data cakupan peserta
KB baru dan peserta KB aktif ini diperoleh Badan KB dan PP
Kabupaten Banjar.

9. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) ditangani


Persentase Berat badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) pada
tahun 2016 adalah sebesar 6.1%. Persentase ini menurun
dibanding tahun 2015 sebesar 4,7%. Capaian persentase ini cukup
bagus bila mengingat bahwa BBLR masih merupakan
permasalahan di Kabupaten Banjar. Dalam upaya memperkecil
angka BBLR perlu ditingkatkannya pengetahuan ibu mengenai
gizi, kesehatan ibu dan anak serta pola asuh anak yang baik melalui
sosialisasi dan penyuluhan secara terus menerus oleh tenaga
kesehatan terlatih.
Meskipun demikian, di Kabupaten Semarang khususnya
Puskesmas Banyubiru seluruh kasus BBLR yang ditemukan telah
tertangani dengan baik (100%), sehingga tidak berdampak buruk
bagi kelanjutan pertumbuhan dan perkembangan anak.Sebagai
upaya kelanjutan, perlu kiranya ditingkatkan kewaspadaan pada
semua persalinan yang diduga BBLR agar dapat tertangani di
fasilitas pelayanan kesehatan terstandar (RS, puskesmas PONED).

Cakupan BBLR ditangani di Puskesmas Banyubiru


Tahun 2015-2016
TAHUN Kasus BBLR BBLR ditangani

2015 4,7 % 100 %


2016 6.1% 100%

10. Cakupan Kunjungan Neonatus


Cakupan kunjungan neonatus (KN Lengkap) di Puskesmas
Banyubiru tahun 2016 yaitu 100%.Hal tersebut sudah bisa
dikatakan sangat baik karena standart SPM yang ditentukan Dinas
Kesehatan Kab. Banjar sebesar 94%. Selain itu diakibatkan pula
karena setelah masa nifas, ibu bersalin berpindah tempat sehingga
saat kunjungan tidak ada dan cakupan neonatus belum mencapai
100%.

17
Cakupan Kunjungan Neonatus di Puskesmas Karang Intan
1Tahun 2015-2016

TAHUN KunjunganNeonatus Target SPM2015


(0-28 hari)
2015 98,71% 95 %
2016 97,38%

11. Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi
karena kandungan zat gizinya yang lengkap dan paling sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.PemberianASI
Eksklusif perlu diberikan pada bayi dari usia 0 – 6 bulan. Namun
saat ini masih ada kendala dari ibu yang menyusui antara lain
karena ibu bekerja sehingga tidak bisa memberikan ASI Eksklusif
secara optimal selain karena kurangnya informasi tentang
pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
Cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Karng Intan tahun
2016 sebesar 29,08% mengalami penurunan bila dibandingkan
tahun 2015 yaitu sebesar 39%.Namun demikian, sosialisasi
mengenai ASI Eksklusif tetap akan selalu diberikan, selain itu
beberapa kegiatan yang mendukung seperti kelas ibu dan
penyediaan sarana prasarana seperti Ruang ASI yang disediakan di
beberapa kantor atau perusahaan, meningkatnya informasi tentang
pentingnya ASI Eksklusif, dukungan regulasi, adanya pemantauan
dan pembinaan ke tempat penyelenggaraan kerja tentang Upaya
Kesehatan Kerja serta telah terbitnya Perda Nomor 5 Tahun 2014
tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif.
Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Banyubiru
Tahun Pemberian ASI Eksklusif
2015 39%
2016 29,08%

12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi


Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Puskesmas Karang
Intan 1 tahun 2016 sebesar 87.3% dan telah memenuhi target
sebesar 90%. Tetapi tetap terus dilakukan perbaikan dengan

18
upayakan pertemuan dan pembinaan kepada bidan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan serta meningkatnya
kegiatan di posyandu.Namun demikian, masih perlu dilakukan
persamaan persepsi mengenai definisi operasional pelayanan
kesehatan bayi, pencatatan dan pelaporan serta pelaksanaan
SDIDTK (Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Deteksi Tumbuh
Kembang).
Cakupan Kunjungan Bayi di Puskesmas Karang Intan 1
Tahun 2015-2016
TAHUN Kunjungan Bayi Target SPM 2014
2015 80,4% 90 %
2016 87,3%

13. Cakupan Desa / Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI)


Seluruh desa / kelurahan di Puskesmas Karang Intan 1
sejumlah 13 desa / kelurahan telah mencapai UCI pada tahun 2016,
sesuai dengan target 100% UCI desa / kelurahan.Selama 4 tahun
berturut-turut Kabupaten Banjar dapat mempertahankan capaian
100% UCI desa / kelurahan. Target tersebut dapat tercapai karena
telah dilaksanakannya Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
imunisasi dan sweeping bayi yang belum terimunisasi untuk
mengurangi angka Drop Out (DO).
Pencapaian UCI Kabupaten Semarang tahun 2013-2016
TAHUN UCI Desa Target SPM
2013 100%
2014 100%
100 %
2015 84,61%
2016 100%

14. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi


Cakupan imunisasi rutin bayi dan imunisasi dasar lengkap
pada tahun 2016 seluruhnya telah mencapai target yang telah
ditentukan. Tercapainya target cakupan imunisasi karena telah
dilaksanakannya Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi
oleh puskesmas. Dengan menggunakan PWS, semua wilayah desa /
kelurahan di Kabupaten Semarang dapat terpantau cakupannya.
Cakupan Imunisasi Bayi Puskesmas Banyubirutahun 2016

19
Antigen Target Realisasi
BCG 95 % 97,69 %
DPT-Hb-Hib 3 93 % 107 %
Polio 4 93 % 84,62 %
Campak 93 % 98,08 %

15. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita


Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang penting bagi
tubuh, terutama bagi bayi dan anak balita dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini,
pemerintah menjadwalkan program pemberian Vitamin A secara
rutin setiap bulan Februari dan Agustus, melalui posyandu dan
jaringan puskesmas lainnya. Vitamin A kapsul biru diberikan pada
bayiusia 6 - 11 bulan, sedangkan Vitamin A kapsul merah
diberikan pada anak balita (12 – 59 bulan).
Cakupan pemberian Vitamin A pada bayi dan anak balita di
Puskesmas Karang Intan tahun 2016 sudah cukup tinggi. Target
Kabupaten untuk usia 6 – 11 bulan adalah 100% dan untuk usia 12
– 59 bulan adalah 90%. Dari 216 bayi usia 6 – 11 bulan, semua
bayi sudah mendapatkan Vitamin A dengan cakupan 100%.
Sedangkan untuk anak balita, dari 1508 anak balita semuanya (100
%) sudah mendapatkan Vitamin A. Secara keseluruhan, bayi dan
anak balita yang mendapat Vitamin A di Puskesmas Karang Intan 1
sebanyak 1.856 anak (usia 6 – 59 bulan) atau 97,68%.

16. Cakupan Baduta Ditimbang


Anak usia dibawah dua tahun atau biasa disebut baduta
adalah periode waktu yang cukup penting dalam kehidupan seorang
anak karena merupakan periode emas dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Tahun 2016, jumlah baduta di wilayah kerja Puskesmas
Karang Intan 1 sebanyak 3.435 anak. Dari jumlah tersebut 2.896
anak (84,3%) yang datang dan ditimbang secara rutin di posyandu.
Pengukuran cakupan baduta ditimbang meningkat dari tahun 2015
yaitu dari 414 anak yang ditimbang sebanyak 375 anak (83,7%)

17. Cakupan Pelayanan Anak Balita

20
Cakupan pelayanan anak balita tahun 2016 di Kabupaten
Banjar sebesar 42,9%, lebih dari target kabupaten sebesar 90%.
Cakupan ini juga kurang dari cakupan tahun sebelumnya yaitu
68%. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak balita melalui posyandu
menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya cakupan
pelayanan anak balita. Meskipun demikian, masih perlu adanya
peningkatan kualitas pelayanan dan pencatatan pelaporan.

19. Cakupan Balita Ditimbang


Pada tahun 2016, jumlah balita ditimbang di wilayah kerja
Puskesmas Banyubiru sebanyak 5.276 anak dari jumlah seluruh
balita (6.492 anak) atau 81,3%. Cakupan ini besar dari target
kabupaten (85%).

20. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Jumlah balita gizi buruk tidak ditemukan pada tahun 2016.
Data ini sama dengan tahun 2015.
Jumlah balita gizi buruk di Puskesmas Banyubiru
Tahun 2015 – 2016
TAHUN Jumlah Balita Gizi buruk

2015 0
2016 0

21. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat


Kegiatan pemeriksaan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan
setingkat telah secara rutin dilaksanakan setiap tahunnya.Biasanya
kegiatan ini dilaksanakan pada awal tahun ajaran
SD/MI.Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan hygiene sanitasi perorangan.Selain melakukan
pemeriksaan, juga dilakukan penyuluhan kepada siswa agar dapat
belajar menjaga kebersihan dan kesehatan.Bila ditemukan siswa
yang perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut, maka diberikan
rujukan untuk pemeriksaan di Puskesmas.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat pada
tahun 2016 sebesar 100%, yang artinya seluruh siswa kelas 1 SD
dan setingkat di wilayah kerja Puskesmas Banyubiru mendapatkan

21
pemeriksaan kesehatan di awal tahun ajaran. Hasil cakupan ini
sama dengan cakupan penjaringan tahun 2015.

22. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan
setingkat di Kabupaten Banjar khususnya untuk pelayanan
tumpatan/pencabutan pada tahun 2016 mengalami penurunan bila
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 rasio tumpatan/
pencabutan sebesar 8,0 sedangkan pada tahun 2015 sebesar 8,2.
Kegiatan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sudah
berjalan tetapi belum optimal. Dari jumlah siswa diperiksa di tahun
2016 ini, sebanyak 1.389 siswa dan yang perlu mendapatkan
perawatan sebanyak 223 anak. Dan dari jumlah yang perlu
mendapatkan perawatan 100% yang mendapatkan perawatan di
Puskesmas. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
 Siswa yang diberi rujukan untuk perawatan gigi di puskesmas
tidak semuanya datang ke puskesmas
 Siswa yang diberi rujukan untuk perawatan lebih lanjut ada
yang lebih memilih berobat ke fasilitas kesehatan selain
puskesmas, misalnya ke dokter gigi praktek swasta

Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut di Puskesmas Banyubiru


Tahun 2015 – 2016
Rasio Murid Murid SD/MI
TAHUN Tambal / SD/MI mendapat
Cabut diperiksa perawatan
2015 8,2 100% 100%
2016 8,0 100% 100%

23. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila


Pelayanan kesehatan rutin bagi usila (usia ≥ 60 tahun) sangat
diperlukan. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut merupakan
masa rawan timbulnya masalah kesehatan.Selain fungsi saraf pusat
sensorik, motorik dan kognitif, resiko terjadinya gangguan
kardiovaskuler juga mulai meningkat.Pelayanan kesehatan tersebut
dapat diberikan di sarana kesehatan terdekat seperti Puskesmas,
Pustu, Polindes / PKD atau di posyandu lansia.

22
Kesadaran usila di Kabupaten Banjar untuk rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan sebagai tindakan promotif dan preventif
sudah cukup baik, cakupan pelayanan usila tahun 2016 (13,50%)
meningkat bila dibandingkan tahun 2015 (83,60%). Hal ini
mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun sebelumnya.

24. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat mulai tahun
2016 dilaksanakan melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), yang dikelola oleh BPJS (Badan Pengelola Jaminan Sosial)
Kesehatan.Kepesertaan BPJS Kesehatan ini meliputi peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun non PBI. Penerima Bantuan
Iuran (PBI) terdiri atas peserta Jamkesmas (sumber dana dari
APBN) dan sebagian peserta Jamkesda (sumber dana dari APBD
Kabupaten).
Sejak diluncurkannya Program JKN,jumlah kepesertaan
BPJS Kesehatan PBI dan non PBI (mandiri) semakin meningkat.
Hal ini sebanding dengan juga meningkatnya cakupan kunjungan
ke fasilitas kesehatan yang melayani BPJS.Jumlah peserta PBI
yang preminya dibiayai APBN dan APBD Kabupaten sebanyak
2306 jiwa.

25. Cakupan Kunjungan Rawat Jalan dan Gangguan Jiwa di Sarana


Pelayanan Kesehatan
Cakupan kunjungan rawat jalan di Sarana Pelayanan
Kesehatan Dasar (Puskesmas) di tahun 2016 menunjukkan tren
kenaikan dari tahun 2015 sebesar 17895 kunjungan menjadi 21.131
kunjungan.Ada beberapa alasan yang dimungkinkan menjadi
penyebab naiknya persentase cakupan kunjungan rawat jalan ini,
antara lain :
 Mulai Januari 2014, Pemerintah telah meluncurkan Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang lebih dikenal
masyarakat dengan sebutan BPJS Kesehatan. Kepesertaan
BPJS Kesehatan ini meliputi peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) maupun non PBI, sedangkan untuk Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) dibedakan menjadi PPK pertama, kedua dan
ketiga. Untuk pelayanan di PPK pertama, peserta bisa

23
mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas,
Klinik Pratama maupun dokter keluarga yang sudah
melakukan MoU dengan BPJS Kesehatan. Jenis pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
meliputi 155 diagnosa penyakit. Peserta BPJS Kesehatan bisa
mendapatkan pelayanan di PPK dua tetapi harus dilakukan
secara berjenjang mulai dari PPK pertama. Apabila di PPK
pertama penyakit yang diderita peserta tidak dapat ditangani
atau diluar kewenangan PPK pertama, maka peserta tersebut
dapat dirujuk ke PPK dua. Demikian juga berlaku bagi
kunjungan di PPK tiga, harus melalui PPK dua lebih dahulu.

 Masyarakat Kecamatan Karang Intan dapat berobat di


Puskesmas dan jejaringnya tanpa dipungut biaya (gratis).
Sistem rujukan berjenjang sudah mulai berjalan dengan baik,
dimulai dari PPK pertama (Puskesmas, Klinik dan dokter
keluarga), yang apabila tidak dapat menangani sesuai dengan
ketentuan / kewenangannya (155 diagnosa penyakit) akan dirujuk
ke PPK dua (Rumah Sakit Tipe C) dan seterusnya berjenjang
sampai dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan Nasional.

b. HASIL-HASIL SURVEI
1. SMD
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YA % TIDAK %
A. KIA
1 Apakah ibu hamil harus periksa rutin ?
2 Apakah ibu hamil harus minum tablet
tambah darah ?
3 Apakah ibu hamil KEK (kurus ) harus
diberi makanan tambahan ?
4 Apakah ibu hamil resiko tinggi perlu
didampingi?
5 Apakah kelas ibu hamil itu perlu
diadakan di desa?
6 Apakah balita perlu minum vit A setiap
6 bulan sekali ?
7 Apakah bayi harus diimunisasi lengkap?
8 Apakah ibu harus memberi ASI saja
pada 6 bulan pertama kelahiran tanpa
memberi makanan tambahan ?
9 Apakah ibu melahirkan harus ditolong
oleh tenaga kesehatan ?
10 Apakah ibu melahirkan harus di
fasilitas kesehatan ?

24
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YA % TIDAK %
B. GIZI
1 Apakah menurut saudara penimbangan
bayi dan balita di posyandu setiap bulan
masih perlu dilakukan ?
2 Apakah menurut saudara setelah
program imunisasi dasar lengkap di
posyandu balita masih perlu
penimbangan ?
3 Apakah menurut saudara pemberian
PMT penyuluhan pada kegitan
posyandu masih perlu diadakan ?
4 Apakah menurut saudara pemberian
kapsul vit A masih perlu diadakan ?
5 Apakah menurut saudara pemberian
tablet Fe pada ibu hamil masih perlu
diberikan ?
6 Apakah menurut saudara kegiatan
pemantauan garam beryodium dan
palpasi untuk mengetahui indikasi ada
tidaknya penyakit gondok masih perlu
dilakukan ?
7 Apakah menurut saudara penyuluhan
ASI Ekslusif masih perlu diberikan ?
8 Apakah menurut saudara masih perlu
dilakukan konseling untuk ibu hamil
KEK dan ANEMI ?
9 Apakah menurut saudara masih
diperlukan pmberian PMT pemulihan
untuk ibu hamil KEK, balita BGM, dan
BGT ?
10 Apakah menurut saudara diperlukan
pengukuran tinggi badan untuk balita
yang datang ke posyandu ?
C. KESLING
1 Program Kesehatan Lingkungan
merupakan program kesehatan yang
berupa pengawasan terhadap semua
faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan, menurut anda
perlukah program tersebut diadakan ?
2 Penyakit diare merupakan salah satu
penyakit yang sering terjadi di daerah
kita, menurut pendapat anda apakah
faktor lingkungan yang ikut andil dalam
terjadinya penyakit tersebut ?
3 Menurut pendapat anda, apakah perlu
kegiatan pengawasan terhadap perilaku
masyarakat buang air besar ?
4 Menurut pendapat anda, apakah
kegiatan CTPS atau cuci tangan dengan
sabun dapat membantu mengurangi
penyakit diare ?
5 Menurut pendapat anda, apakah
kegiatan pengawasan air perlu

25
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YA % TIDAK %
dilakukan untuk mengurangi terjadinya
penyakit karena faktor lingkungan
termasuk penyakit diare ?
6 Menurut pendapat anda, apakah
kegiatan pengawasan pengelolaan
sampah dapat membantu mengurangi
terjadinya penyakit yang disebabkan
faktor lingkungan ?
7 Menurut pendapat anda, Apakah
kegiatan pengelolaan sampah sederhana
/ pemilahan sampah bisa dilakukan di
masyarakat ?
8 Menurut pendapat anda, apakah
kegiatan pengawasan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga
dapat membantu mengurangi terjadinya
penyakit yang disebabkan faktor
lingkungan ?
9 Menurut pendapat anda, Apakah
saluran pembuangan air limbah
sederhana bisa diterapkan di
masyarakat ?
D. P2M
1 Apakah saudara mengatahui beberapa
jenis penyakit menular ?
2 Apakah anda menemukan penyakit
menular terjadi di lingkungan anda ?
3 Menurut anda apakah penting kegiatan
pencegahan untuk mengatasi terjadinya
penyakit menular di masyarakat ?
4 Menurut anda, Apakah kegiatan Deteksi
Dini Penemuan Penyakit Menular perlu
dilakukan ?
5 Menurut anda, Apakah kegiatan
Pemantauan Minum Obat terhadap
penderita penyakit menular perlu
dilakukan ?
6 Menurut anda kegiatan Pemeriksaan
kontak serumah terhadap penderita
penyakit menular perlu dilakukan ?
E. PROMKES
1 Program Promosi Kesehatan
merupakan program kesehatan yang
berupa penyuluhan, survei phbs,
pelatihan/penambahan pengetahuan
kepada masyarakat tentang kesehatan,
menurut anda perlukah program
tersebut diadakan ?
2 Menurut anda perlukah diadakan
penyuluhan tentang penyakit HIV
AIDS, Diare dll di desa ?
3 Menurut pendapat anda, apakah perlu
kegiatan survei PHBS tatanan rumah
tangga ?

26
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YA % TIDAK %
4 Menurut pendapat anda, hasil kegiatan
survei PHBS tatanan rumah tangga bisa
untuk perencanaan kesehatan tk. desa?
5 Menurut pendapat anda, perlukah
diadakan pelatihan kader tentang
kesehatan ?
6 Menurut pendapat anda, apakah
penting diadakan kegiatan pelatihan
secara berkala kepada kader untuk
membantu program di bidang kesehatan
?
7 Apakah kader yg sudah dilatih bisa
menjadi ujung tombak kegiatan yg
berhubungan dengan kesehatan di
tingkat desa ?

F. POSBINDU
1 Menurut pendapat anda, Apakah
perlu dilakukan kegiatan posbindu di
masyarakat ?
2 Menurut pendapat anda, apakah
penting pemeriksaan rutin bagi
penderita diabetes melitus /DM dan
hipertensi ?
3 Apakah penting dilakukan
pengobatan pada penderita hipertensi
dan diabetes melitus di masyarakat ?
G. UKESJA
1 Menurut pendapat anda, Apakah
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan
bagi pekerja?
2 Menurut pendapat anda, apakah perlu
dilakukan penyuluhan bagi pekerja?
3 Apakah harus setiap bulan pekerja
melakukan cek kesehatan?
H. USILA
1 Menurut pendapat anda, Apakah perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi
warga usia lanjut?
2 Menurut pendapat anda, apakah perlu
dilakukan penyuluhan bagi warga usia
lanjut?
3 Apakah harus setiap bulan warga usia
lanjut melakukan cek kesehatan?

2. MMD

REKAP USULAN MASYARAKAT MELALUI MMD


1.

27
3. KEPUASAN PELANGGAN
Hasil Survey
No Hasil Rencana Perbaikan Evaluasi
(Prosentase)
1 Petugas lupa memberi koin ke 95,24 % Mengingatkan kembali kepada Petugas sudah mengingatkan
pasien petugas setelah pelayanan
2 Petugas tidak mencatat 99,23% Menganjurkan kembali petugas Petugas diharapkan untuk mengingat
kunjungan pasien di buku untuk melengkapi buku register SOP Pencatatn dan pelaporan
register
3 Pasien memasukkan koin tidak 95,95% Petugas mengarahkan pasien untuk Petugas sudah mengarahkan
sesuai dengan ruang pelayanan memasukan koin sesuai dengan
ruangan yang melayani

28
4. USULAN LINTAS SEKTORAL
No. Pihak Terkait Peran Pihak Ide Pihak Terkait
Terkait
1 CAMAT Dukungan terhadap Program Pelayanan
pelaksanaan Kesehatan yang
program puskesmas melibatkan lintas
Sektoral
2 KAPOLSEK Dukungan terhadap Permintaan Visum et
pelaksanaan Repertum
program puskesmas
3 KA.UPTD Dukungan terhadap Penyuluhan,
DINAS pelaksanaan Penjaringan
PENDIDIKAN program puskesmas Pemeriksaan berkala,
program Sekolah Sehat,
pelaksanaan BIAS,
program sekolah sehat,
program dokter kecil
4 KEPALA Dukungan terhadap Menggerakan peran
DESA pelaksanaan serta masyarakat dalam
program puskesmas bidang Kesehatan,
usullan perbaikan PKD

29
5. UMPAN BALIK DARI MASYARAKAT
Pelaksanaan
No Umpan Balik Analisa Rencana Evaluasi Tindak Lanjut
Kegiatan Waktu
1 Petugas terlambat Karena terbentur Sesuaikan jam kegiatan Jadwal posyandu, Menyesuaikan Petugas masih Akan
datang dengan jam pelayanan dan pengaturan petugas posbindu dan pusling dengan datang terlambat dijadwalkan
dipuskesmas kegiatan ulang di tahun
posyandu, depan
posbindu dan
pusling
2 Perubahan jadwal Ada kegiatan lain di Sesuaikan jadwal dan Jadwal posyandu, Menyesuaikan Petugas masih Akan
masyarakat petugas yang bersifat posbindu dan pusling dengan datang terlambat dijadwalkan
insidentil kegiatan ulang di tahun
posyandu, depan
posbindu dan
pusling

30
BAB III
ANALISIS MASALAH

A. IDENTIFIKASI MASALAH
No Masalah Analisa Masalah U S G Total Rangking
Capaian Tidak Memenuhi
1 Persentase target Rendahnya
rumah sehat kesadaran
3 4 4 48 5
masyarakat dalam
hal kesehatan
2 Persentase penduduk Masih ada
yang memiliki akses masyarakat yang
4 4 4 64 4
air minum yang layak menggunakan
sumber air terbuka
3 Persentase penduduk Kurangnya
yang memiliki akses kesadaran
sanitasi yang layak masyarakat untuk 3 3 4 36 6
membangun
saptictank
4 Penemuan angka Karena suspect
kesembuhan sedikit dan lebih
5 5 4 100 2
Tuberculosis banyak ditemukan
hasil BTA negatif
5 Cakupan K4 Penggunaan
kohort kurang 2 4 4 32 7
maksimal
7 ASI Ekslusif ibu bekerja
sehingga tidak
bisa memberikan 4 5 4 80 3
ASI Eksklusif
secara optimal
8 Kematian Bayi BBLR pada bayi 5 5 5 125 1
UMPAN BALIK
1 Petugas terlambat Karena terbentur
datang dengan jam 3 3 3 27 8
pelayanan
2 Perubahan jadwal Ada kegiatan lain
3 3 2 18 9
di masyarakat
USULAN LINTAS SEKTOR
1 Perlunya pelibatan Pelibatan linsek
upaya kesehatan yang kurang
dengan lintas sektor maksimal dalam 2 2 3 12 10
pelayanan
kesehatan
HASIL SURVEI KEPUASAN PELANGGAN
1 Petugas tidak mencatat Petugas tidak
kunjungan pasien di patuh dengan SOP 2 2 3 12 10
buku register registrasi
2 Pasien memasukkan Petugas lupa
koin tidak sesuai menginformasikan
1 3 3 9 12
dengan ruang koin kepada
pelayanan pasien
3 Petugas lupa Petugas kurang 1 2 3 6 13

31
No Masalah Analisa Masalah U S G Total Rangking
memberikan koin ke teliti
pasien

32
B. PRIORITAS MASALAH:
1. Kematian Bayi
2. Penemuan angka kesembuhan Tuberculosis
3. ASI Ekslusif
4. Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang layak
5. Persentase target rumah sehat
6. Persentase penduduk yang memiliki akses sanitasi yang layak
7. Cakupan K4
C. ANALISIS AKAR PENYEBAB MASALAH
1. Kematian Bayi
Penyebab terbesar AKB adalah BBLR.Untuk mencegah meningkatnya lagi
kematian bayi di tahun mendatang dalam kaitannya dengan penanganan BBLR,
maka telah dilakukan upaya pencegahan secara dini dengan pemberian tablet
penambah darah bagi remaja putri (siswi SMA), sehingga dapat mempersiapkan ibu
hamil yang sehat di masa yang akan datang.

Manusia Sarana Metode

Kurang informasi Alat transportasi susah Terlambat penanganan

Pengetahuan masyarakat
Kurang Alat kesehatan tidak lengka Penggunaan kohor belum maksimal

Nakes kurang kompeten

Kematian
Bayi
Lingkungan keadaan
geografi terpencil
Persediaan obat terbatas
Sarana kesehatan sulit di jangkau

Budaya perilaku jaman dulu


Kurang asupan FE dan zat besi

Lingkungan
Material

No Daftar Masalah C A R L Total Urutan

33
Nilai
1 Kurang informasi 8 7 7 7 2744 11
2 Kurangnya masyarakat kurang 7 9 8 9 4608 7
3 Nakes kurang kompeten 9 8 8 9 5184 3
4 Persediaan obat terbatas 9 7 7 9 3969 9
5 Kurang asupan Fe dan Zat besi 8 9 8 9 5184 4
6 Alat transportasi susah 8 8 9 8 4608 8
7 Alat kesehatan tidak lengkap 7 7 9 9 3969 10
8 Terlambat penanganan 7 9 9 9 5130 6
9 Penggunaan kohort belum 9 9 9 9 6561 1
maksimal
10 Lingkungan keadaan geografis 7 7 7 8 2744 12
terpencil
11 Sarana kesehatan yang sulit 8 8 9 9 5184 5
dijangkau
12 Budaya perilaku jaman dulu 8 9 9 9 5832 2

Capaian angka kematian bayi di UPTD Puskesmas Banyubiru capaiannya masih


rendah. Banyak masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya capaian angka
kematian bayi tersebut. Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu
penggunaaan kohort yang belum maksimal, sehingga perlu dimaksimalkan penggunaan
kohot oleh tenaga kesehatan

2. Cakupan ASI Eksklusif rendah


Saat ini masih ada kendala dari ibu yang menyusui antara lain karena ibu bekerja
sehingga tidak bisa memberikan ASI Eksklusif secara optimal selain karena kurangnya
informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif terutama pada pihak pengasuh
bayi yaitu ibu/mertua/nenek mengingat semakin banyaknya jumlah ibu bekerja.
Meskipun Cakupan ASI Eksklusif di puskesmas Banyubiru tahun 2016 mengalami
peningkatan yang cukup banyak bila dibandingkan tahun 2015 namun demikian
sosialisasi mengenai ASI Eksklusif tetap akan selalu diberikan terutama pada kalangan
orang-orang tua, selain itu beberapa kegiatan yang mendukung seperti kelas ibu dan
penyediaan sarana prasarana seperti Ruang ASI yang disediakan di beberapa kantor atau
perusahaan, meningkatnya informasi tentang pentingnya ASI Eksklusifdukungan
regulasi, adanya pemantauan dan pembinaan ke tempat penyelenggaraan kerja tentang
Upaya Kesehatan Kerja serta telah terbitnya Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif.

34
Manusia Sarana Metode
3.
Keperdulian ASI Ekslusif (-) Dukungan keluarga (-) Pendekatan person (-)

Pengetahuan masyarakat
Kurang Peran PKK (+) Advokasi (-)
Kesadaran ASI Ekslusif (-)

Dukungan linsek (-)Penyuluhan (+)


Kematian
Bayi

Anak masih lapar


Manajemen RT (-)

Budaya perilaku jaman dulu

Dana Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Rendahnya kesadaran ASI 9 8 9 8 5184 5
Ekslusif
2 Keperdulian ASI Ekslusif 7 8 7 7 2744 11
masih rendah
3 Pengetahuan masyarakat 9 9 8 8 5184 4
masih kurang
4 Dukungan keluarga masih 8 9 9 9 5832 2
kurang
5 Kurangnya dukungan linsek 7 9 9 9 5103 6
6 Perlunya penambahan peran 9 7 9 7 3969 9
PKK
7 Pendekatan perorangan yang 7 7 7 8 4608 7
masih kurang
8 Perlunya penyuluhan ke 9 9 9 9 6561 1
masyarakat
9 Kurangnya advokasi 9 9 9 8 5832 3
10 Manajemen RT yang masih 8 8 9 8 4608 8
kurang
11 Anak masih lapar 7 7 9 9 3969 10
12 Budaya perilaku jaman dulu 7 8 7 7 2744 12

Capaian Asi Ekslusif di UPTD Puskesmas Banyubiru capaiannya masih rendah.


Banyak masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya capaian ASI Ekslusif tersebut.
Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu masih rendahnya penyuluhan
ASI Ekslusif di masyarakat sehingga perlu dilakukan penyuluhan kembali ke
masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusif.

3. Stop Generasi Perokok

Manusia Sarana Metode

35
Kurang pengetahuan pendekatan personal(-)Penyuluhan (+)

Kesadaran bahaya
rokok kurang
Kemudahan memperoleh rokok Advokasi (-)

promosi rokok
sangat menarik
Stop
Generasi
PErokok
rokok mudah didapat
Budaya merokok

Pengaruh lingkungan/teman

keadaan geografis pegunungan

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kurangnya pengetahuan 7 7 7 8 2744 11

2 Kesadaran bahaya merokok 8 9 8 9 5184 3


kurang
3 Promosi merokok yang 8 9 9 9 4608 7
sangat menarik
4 Kemudahan memperoleh 8 9 8 9 5184 4
rokok
5 Perlunya penyuluhan 9 9 9 9 6561 1

6 Rendahnya pendekatan 9 7 9 7 3969 8


personal
7 Advokasi yang kurang 9 9 9 8 5832 2
8 Rokok mudah didapat 7 9 9 9 5103 6

9 Keadaan geografis 9 8 9 8 5189 3


pegunungan
10 Budya merokok 7 8 7 7 2744 9

11 Pengaruh lingkungan/teman 7 9 7 9 3969 10

Capaian angka perokok di UPTD Puskesmas Banyubiru capaiannya masih tinggi,


banyak ditemukan masyarakat yang merokok. Banyak masalah-masalah yang
menyebabkan tingginya capaian angka perokok. Dengan metode CARL ditemukan
prioritas masalah yaitu kurangnya penyuluhan Stop Generasi Perokok di masyarakat,
sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang stop generasi perokok di wilayah
banyubiru.

4. Penemuan penderita TBC paru (CDR)


Jumlah penemuan kasus baru ini lebih sedikit apabila dibandingkan tahun
sebelumnya.Selain itu, jumlah penemuan kasus baru dan seluruh kasus di tahun 2016
juga masih dibawah target. Hal ini disebabkan masih adanya stigma di masyarakat

36
bahwa TB Paru merupakan aib bagi keluarga sehingga lebih baik penyakitnya tidak
diketahui orang lain.

Manusia Sarana Metode

Komitmen petugas (-) Pemberdayaan masyarakat (-)Koordinasi lintas upaya (-)


refreshing mikroskopis
laboratorium (-)
Pengetahuan petugas Dukungan keluarga (-)Penjaringan suspek masih rendah
tidak merata
Stigma masyarakat (-) Peran PKK (-)

belum ada petugas


dilatih DOTS
Penemuan
BTA +
materi penyuluhan (-)
Budaya perilaku jaman dahulu

Kualitas sputum tidak baik

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Komitmen petugas (-) 8 7 7 7 2744 10
2 Stigma masyarakat (-) 8 9 8 9 5184 4
3 Belum ada petugas dilatih 7 9 7 9 3969 9
DOTS
4 Pengetahuan petugas tidak 9 7 9 9 5103 5
merata
5 Pemberdayaan masyarakat 8 9 9 9 5832 3
masih kurang
6 Kurang koordinassi lintas 8 9 8 8 4608 8
upaya
7 Penjaringan suspek masih 9 9 9 9 6561 1
rendah
8 Materi penyuluhan 7 9 9 9 5103 6
9 Kualitas sputum tidak baik 8 9 9 9 5832 2
10 Budaya perilaku jaman 9 8 9 9 4608 7
dahulu

Capaian penemuan TB BTA+ di UPTD Puskesmas Banyubiru capaiannya


masih rendah. Banyak masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya penemuan TB
BTA+. Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu dilakukan masih
sedikit penjaringan suspek TB, sehingga perlu dilakukan penjaringan suspek TB di
wilayah Puskesmas Banyubiru .

5. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani

37
manusia metode

pengaktifan kader utk menemukan diaresistem pelaporan kurang maksimal

Kurangnya penyuluhan
Penemuan
penderita diare

keadaan geografi terpencil

Transportasi sulit persediaan obat terbatas sarana kesehatan sulit dijangkau

material lingkungan
sarana

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Pengaktifan kader untuk 7 7 9 9 3969 6
menemukan diare
2 Sistem pelaporan kurang 9 9 9 9 6561 1
maksimal
3 Kurangnya kenyuluhan 8 9 9 9 5832 2
4 Transortasi sulit 8 9 8 8 4608 5
5 Persediaan obat terbatas 7 9 9 9 5103 4
6 Kondisi geografis terpencil 7 9 7 9 3969 7
7 Kurang koordinasi lintas 9 8 9 8 5184 3
sektoral
8 Sarana kesehatan sulit 7 7 7 7 2744 8
dijangkau

Capaian penemuan diare di UPTD Puskesmas Banyubiru capaiannya masih


rendah. Banyak masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya penemuan diare.
Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu kurang maksimalnya
pelaporan kasus diare, sehingga perlu dilakukan pelaporan kasus diare saat ada kasus
di masyarakat.

6. Kunjungan Bumil K4

Manusia Sarana Metode

Kesadaran bumil (-)Pemberdayaan masyarakat (-) Koordinasi lintas upaya (-)

Dukungan keluarga (-) Penggunaan kohort rendah

Peran kader (-)

Kurangnya pengetahuan

Kunjungan
Bumil K4
materi penyuluhan (-)
Budaya perilaku jaman dahulu

Tempat tinggal yang jauh

38
Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kesadaran ibu hamil rendah 7 7 9 9 3969 8
2 Kurangnya pengetahuan 8 9 8 8 4608 7
3 Kurangnya pemberdayaan 8 9 9 9 5832 2
masyarakat
4 Kurangnya dukungan 8 9 8 8 4608 6
keluarga
5 Kurang peran kader 7 9 9 9 5103 4
6 Penggunaan kohort yang 9 9 9 9 6561 1
kurang maksimal
7 Kurangnya lintas upaya 9 8 9 8 5184 3
8 Materi penyuluhan kurang 8 7 7 7 2744 10
9 Tempat tinggal yang jauh 8 9 8 8 4608 5
10 Budaya perilaku jaman dahulu 7 9 7 9 3969 9

Capaian penemuan kunjungan bumil K4 di UPTD Puskesmas Banyubiru


capaiannya masih rendah. Banyak masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya
kunjungan K4 Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitupenggunaan
kohort yang kurang maksimal, sehingga perlunya dilakukan pemaksimalan
penggunaan kohort oleh bidan.

7. Peserta KB aktif

Manusia Sarana Metode

Penyuluhan (-) Koordinasi lintas upaya (-)


kesadaran masyarakar
rendah
Pengetahuan kurangDukungan keluarga (-) Koordinasi lintas sektor

Rasa takut

Peserta KB
Aktif
materi penyuluhan (-)
Budaya perilaku jaman dahulu

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kesadaran masyarakat 8 7 7 7 2744 9
rendah

39
2 Rasa takut 8 9 8 9 5184 3
3 Pengetahuan kurang 7 9 7 9 3969 8
4 Dukungan keluarga 9 7 9 9 5103 5
5 Kurangnya penyuluhan 9 9 9 9 6561 1
6 Kurangnya koordinasi lintas 8 9 8 8 4608 6
upaya
7 Kurangnya koordinasi lintas 9 9 9 8 5832 2
sektor
8 Materi penyuluhan kurang 7 9 9 9 5103 4
9 Budaya perilaku jaman 9 8 9 9 4608 7
dahulu

Capaian KB aktif di UPTD Puskesmas Banyubiru capaiannya masih rendah.


Banyak masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya capaian KB di Banyubiru.
Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu dilakukan masih rendahnya
penyuluhan KB, sehingga perlu dilakukan penyuluhan KB di masyarakat.

8. Pemulasaraan jenazah

Manusia Sarana Metode

- Penyuluhan (-) Pelatihan pemulasaraan (-)


kurangnya pengetahuan

Stigma masyarakat (-) Peran linsek (-)

Pemulasaraa
n jenazah
materi penyuluhan (-)
Budaya perilaku jaman dahulu

sarana pemulasaraan (-)

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai

40
1 Kurangnya pengetahuan 9 8 9 8 5184 3
pemulasaraan jenasah
2 Stigma masyarakat kurang 7 8 7 7 2744 7
3 Kurangnya peranya linsek 9 9 8 8 5184 2
4 Kurangnya penyuluhan 9 9 9 9 6561 1
pemulasaraan
5 Pelatihan pemulasaraan 7 9 9 9 5103 4
jenasah
6 Kurangnya materi penyuluhan 9 7 9 7 3969 6
7 Sarana pemulasaraan jenasah 7 7 7 8 4608 5
yang kurang
8 Budaya perilaku jaman dulu 7 8 7 7 2744 8

Adanya masukan pemulasaraan jenasah di Puskesmas banyubiru karena


banyak masalah-masalah yang mempengaruhinya. Dengan metode CARL ditemukan
prioritas masalah yaitu dilakukan kurangnya penyuluhan pemulasaraan jenasah
dimasyarakat sehingga perlunya dilakukan sosislisai pemulasaraan jenasah di
Banyubiru.

9. BABS

Manusia Sarana Metode

Kesadaran (-)
Pengetahuan (-) Dukungan keluarga (-) Koordinasi lintas sektor

Tidak memiliki saptitank


kebiasaan BABS

Pemyuluhan (-)
BABS

materi penyuluhan (-)


Budaya perilaku jaman dahulu

Keadaan geografis

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai

41
1 Rendahnya kesadaran 9 8 9 8 5184 4
masyarakat
2 Kebiasaan BABS 7 8 7 7 2744 10
3 Pengetahuan masyarakat 9 9 8 8 5184 5
masih kurang
4 Dukungan keluarga yang 8 9 9 9 5832 2
kurang
5 Tidak memiliki saptitank 7 9 9 9 5103 6
6 Pengetahuan masyarakat yang 9 9 9 9 6561 1
kurang
7 Koordinasi lintas sektor 7 7 7 8 4608 7
8 Materi penyuluhan yang 9 7 9 7 3969 9
kurang
9 Keadaan geografis 9 9 9 8 5832 3
10 Budaya perilaku jaman dahulu 8 8 9 8 4608 8

Capaian kepemilikan jamban di Puskesmas Banyubiru karena banyak masalah-


masalah yang mempengaruhinya. Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah
yaitu dilakukan yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang stop BABS sehingga
perlunya dilakukan penyuluhan BABS di masyarakat.

10. Kader jumatik

Manusia Sarana Metode

Pemberdayaan masyarakat (-) Penyuluhan (-)


kesadaran mastyarakat (-)
Dukungan keluarga (-) Koordinasi lintas sektor
Pengetahuan (-)
Peran kader (-)

Kader
Jumantik
materi penyuluhan (-)
rendahnya budaya bersih

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai

42
1 Rendahnya kesadaran 9 8 9 8 5184 6
masyarakat
2 Pengetahuan masyarakat 9 9 8 8 5184 5
masih kurang
3 Dukungan keluarga yang 8 9 9 9 5832 2
kurang
4 Kurangnya peran kader 9 9 9 9 6561 1
5 Pemberdayaan masyarakat 7 9 9 9 5103 4
yang kurang
6 Penyuluhan kerja 7 7 7 8 4608 7`
7 Kurangnya koordinasi lintas 9 7 9 7 3969 9
sektor
8 Kurangnya materi penyuluhan 9 9 9 8 5832 3
9 Rendahnya budaya kebersihan 8 8 9 8 4608 8

Adanaya masukan dari masyarakat tentang kader jumatik di Puskesmas


Banyubiru karena banyak masalah-masalah yang mempengaruhinya. Dengan metode
CARL ditemukan prioritas masalah yaitu dilakukan yaitu kurangnya peran kader
sehingga perlu diadakan refreshing kader jumantik.

11. Pengelolaan sampah rumah tangga

Manusia Sarana Metode

Penyuluhan(-) Koordinasi lintas upaya (-)


pengetahuan (-)
Kesadaran masyarakat (-) Tidak ada saranya pengelolan
Sampah Koordinasi lintas sektor

Pengelolaan
sampah
rumah
materi penyuluhan (-) tangga
Banyak sungai yang digunakan
untuk membuang sampah

Material Lingkungan

43
Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kuragnya penyuluhan 7 7 9 9 3969 8
2 Kesadaran masyarakat 8 9 8 8 4608 5
3 Kurangnya pengetahuan 9 9 9 9 6561 1
4 Tidak adanya sarana 8 9 8 8 4608 7
pengelolaan sampah
5 Kurang peran kader 7 9 9 9 5103 4
6 Kurangnya lintas upaya 9 9 8 9 5832 2
7 Koordinasi lintas sektoral 9 8 9 8 5184 3
8 Materi penyuluhan kurang 8 7 7 7 2744 9
9 Banyak sungai untuk 8 9 8 8 4608 6
membuang sampah

Usulan masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga di masyarakat


UPTD Puskesmas Banyubiru disebabkan karena adanya masalah-masalah. Dengan
metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu dilakukan yaitu kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan samapah sehingga perlu melakukan
penyuluhan pengelolan sampah rumah tangga di masyarakat.

12. Posbindu PTM

Manusia Sarana Metode

Pengetahuan (-) Penyuluhan (-) Koordinasi lintas upaya (-)


Kesadaran deteksi
Dini (-)
Dukungan keluarga (-)

materi penyuluhan (-)


Posbindu
Budaya perilaku jaman dahulu
PTM

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kurangnya kesadaran deteksi 8 7 7 7 2744 7
dini

44
2 Kurangnya penyuluhan 7 9 8 9 4608 5
3 Kurangnya dukungan keluarga 9 8 8 9 5184 2
4 Kurangnya pengetahuan 9 9 9 9 6561 1
5 Kurangnya koordinasi lintas 8 9 8 9 5184 3
upaya
6 Kurangnya materi penyuluhan 8 8 9 8 4608 4
7 Budaya perilaku jaman dahulu 7 7 9 9 3969 6

Usulan masyarakat tentang pelaksanaan Posbindu PTM di masyarakat UPTD


Puskesmas Banyubiru disebabkan karena adanya masalah-masalah. Dengan metode
CARL ditemukan prioritas masalah yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
deteksi dini risiko PTM sehingga perlunya dilakukan penyuluhandi penyuluhan
Posbindu PTM tentang deteksi dini risiko PTM.

13. Pendampingan bumil risti

Manusia Sarana Metode

Pendampingan bumil risti (-) Koordinasi lintas upaya (-)


kurang pengetahuan
Dukungan keluarga (-) Koordinasi lintas sektor
Rendahnya kesadaran
Peran kader(-)

Pendamping
an Bumil
materi penyuluhan (-) Risti
Budaya perilaku jaman dahulu

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kurangnya pengetahuan 9 8 9 8 5184 3
2 Rendahnya kesadaran 7 8 7 7 2744 9
masyarakat

45
3 Dukungan keluarga masih 9 9 8 8 5184 4
kurang
4 Kurangnya peran kader 8 9 9 9 5832 2
5 Kurangnya koordinasi lintas 7 9 9 9 5103 5
upaya
6 Kurangnya koordinasi lintas 9 7 9 7 3969 8
sektor
7 Materi penyuluhan 7 7 7 8 4608 6
8 Budaya perilaku jaman dahulu 9 7 9 7 3969 7
9 Pendampingan bumil risti 9 9 9 9 6561 1

Adanya usulan masyarakat tentang pendampingan Bumil risti Puskesmas


Banyubiru karena beberapa masalah-masalah. Dengan metode CARL ditemukan
prioritas masalah yaitu kurang maksimalnya pendampingan bumil risti. Sehingga perlu
dilakukannya pendampingan ibu hamil risiko tinggi di Banyubiru.

14. Desa siaga

Manusia Sarana Metode

Pemberdayaan masyarakat (-) Koordinasi lintas upaya (-)


Kurangnya pengetahuan FKD yang tdk aktif

Koordinasi lintas sektor


kesadaran masyarakat
Peran kader (-)

Desa siaga
materi penyuluhan (-)
kegiatan masyarakat
yang kurang maksimal

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kurangnya pengetahuan 7 7 7 8 2744 9

46
2 Kurangnya kesadaran 8 9 8 9 5184 3
masyarakat
3 Materi penyuluhan yang 8 9 9 9 4608 6
kurang
4 Kemudahan memperoleh 8 9 8 9 5184 3
rokok
5 Perlunya penyuluhan 9 7 9 7 3969 8

6 FKD yang tidak aktif 9 9 9 9 6561 1

7 Kurangnya pemberdayaan 9 9 9 8 5832 3


masyarakat
8 Kurangnya peran kader 7 9 9 9 5103 5

9 Kurangnya koordinasi lintas 9 8 9 8 5189 4


upaya
10 Kurangnya koordinasi lintas 7 8 7 7 2744 10
upaya
11 Kurangnya koordinasi lintas 7 9 7 9 3969 7
sektor
12 Kegiatan masyarakat yang 7 8 7 7 2744 11
kurang maksimal

Adanya usulan masyarakat tentang desa siaga karena belum berjalannya desa
siaga di masyarakat Banyubiru karena beberapa masalah-masalah. Dengan metode
CARL ditemukan prioritas masalah yaitu dilakukan yaitu FKD yang belum maksimal
pelaksanaanya sehingga perlu dilakukannya pengaktifan FKD di desa.

15. Tanggap darurat bencana

Manusia Sarana Metode

Rendahnya kesadaran
masyarakatPenyuluhan (-) Koordinasi lintasupaya (-)

kurangnya pengetahuan
Peran toma (-) Koordinasi lintas sektor

Sarpras kurang memadai

Tanggap
darurat
materi penyuluhan (-) bencana
Keadaan geografis

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kurangnya penyuluhan 7 7 9 9 3969 7
2 Rendahnya kesadaran 9 8 9 8 5184 3
masyarakat

47
3 Kurangnya peran tokoh 8 9 9 9 5832 2
masyarakat
4 Sarpras kurang memadai 8 9 8 8 4608 6
5 Kurangnya pengetahuan 9 9 9 9 6561 1
6 Kurangnya koordinasi lintas 7 9 9 9 5103 5
upaya
7 Kurangnya koordinasi lintas 7 9 7 9 3969 8
sektor
8 Kurangnya materi 9 8 9 8 5184 4
penyuluhan
9 Keadaaan geografis 7 7 7 7 2744 9

Adanya usulan masyarakat tentang tanggap darurat bencana di masyarakat


Banyubiru karena beberapa masalah-masalah. Dengan metode CARL ditemukan
prioritas masalah yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanggap darurat
bencana sehingga perlu dilakukannya penyuluhan tanggap darurat bencana di wilayah
Banyubiru.

16. Kelas bumil

Manusia Sarana Metode

Pengetahuan kurangKelas bumil (-)


kurangnya kesadaran
Dukungan keluarga (-) Koordinasi lintas sektor

Peran kkader (-)


Sarana kurang memadai

Kelas Bumil

materi penyuluhan (-)


Budaya perilaku jaman dahulu

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kurangnya kesadaran 9 8 9 8 5184 2
masyarakat

48
2 Kurangnya pengetahuan 7 8 7 7 2744 8
masyarakat
3 Kurangnya dukungan keluarga 9 9 8 8 5184 3
4 Sarana yang kurang memadai 9 7 9 7 3969 7
5 Kurangnya peran kader 7 9 9 9 5103 4
6 Kurangnya maksimalnya 9 9 9 9 6561 1
pelaksanaan kelas ibu
7 Kurangnya koordinasi linsek 7 7 7 8 4608 5
8 Kurangnya materi penyuluhan 7 8 7 7 2744 9
9 Budaya perilaku jaman dahulu 9 9 7 7 3969 6

Adanya usulan masyarakat tentang pelaksanaan kelas Bumil Puskesmas


Banyubiru karena beberapa masalah-masalah. Dengan metode CARL ditemukan
prioritas masalah yaitu dilakukan yaitu kurang maksimalnya pelaksanaan kelas ibu di
desa sehingga perlu dilakukannya kelas ibu hamil di Banyubiru.

17. PMT

Manusia Sarana Metode

Pengetahuan petugas Dukungan kader (-) Koordinasi lintas sektor


tidak merata
Pengetahuan variasi PMT(-) Peran PKK (-)

PMT
materi penyuluhan (-)

dana pengadan PMT (-)


tidak dberikan PMT

Material

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Rendahnya pengetahuan 9 8 9 8 5184 4
variasi PMT

49
2 Pengetahuan petugas yang 7 8 7 7 2744 9
tidak merata
3 Tidak diberi PMT 9 9 9 9 6561 1
4 Dukunga kader yang kurang 8 9 9 9 5832 2
5 Peran PKK yang kurang 7 9 9 9 5103 5
6 Kurangnya koordinasi lintas 9 7 9 7 3969 8
sektor
7 Pendekatan perorangan yang 7 7 7 8 4608 7
masih kurang
8 Kurangnya materi penyuluhan 9 9 9 7 5103 6
9 Kurangnya dana PMT 9 9 9 8 5832 3

Adanya usulan masyarakat tentang PMT di Posyandu karena beberapa


masalah-masalah. Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu kurang
maksimalnya pemberian PMT sehingga perlu diberikan PMT pada Posyandu.

18. UKK

Manusia Sarana Metode

Penyuluhan (-)

Kurang petugas kesehatanKoordinasi lintas sektor


Kurang pengetahuan
Kesadaran kurang

UKK
materi penyuluhan (-)
Kebiasaan di lingkungan kerja

Material Lingkungan

Total
No Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
1 Kuranggnya penyuluhan 9 8 9 8 5184 4
3 Pengetahuan masyarakat 9 9 8 8 5184 4
masih kurang
4 Kurang petugas kesehatan 8 9 9 9 5832 2

50
5 Kurangnya koordinasi lintas 7 9 9 9 5103 5
sektoral
6 Rendahnya pengetahuan 9 9 9 9 6561 1
masyarakat
8 Materi penyuluhan yang 9 7 9 7 3969 6
kurang
9 Kebiasan di lingkungan kerja 9 9 9 8 5832 3

Adanya usulan UPT Pertanuian tentang PMT UKK karena beberapa masalah-
masalah. Dengan metode CARL ditemukan prioritas masalah yaitu dilakukan yaitu
kurang maksimalnya penyuluhan sehingga perlu dilakukan penyuluhan pada kegiatan
UKK.

BAB III
PENUTUP

Dengan selesainya penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas


Banyubiru maka kami berharap agar semua Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dapat
dilaksanakan optimal oleh penanggungjawab.
Keberhasilan pelaksanaan program di Puskesmas Banyubiru selain itu ditentukan oleh
pemahaman setiap penanggungjawab terhadap pedoman kerjanya, juga ditentukan untuk
dedikasi setiap penanggungjawab dalam melayani masyarakat. Dukungan serta kerjasama
lintas sektoral, tokoh masyarakat dan peran aktif masyarakat sangat kami butuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan.
Kami berharap Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang memberikan umpan balik hasil
kinerja Puskesmas Banyubiru yang akan kami jadikan sebagai bahan evaluasi kinerja kami.

51
52

Anda mungkin juga menyukai