Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ekonomi Islam

Penulis,

Noval Febriandi 18133069

Ekit Saputra 18062019

Hary Mahendra 18062028

Husnuldi Putra Yodi 18062032

Dosen Pengampu :

Al Ikhlas, Lc, MA

MATA KULIAH UMUM

LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN

PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN (LP3M)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
EKONOMI ISLAM

A. Pendahuluan
Krisis moneter melanda di mana-mana, tak terkecuali di negeri kita tercinta ini.
Para ekonom dunia sibuk mencari sebab-sebabnya dan berusaha sekuat tenaga untuk
memulihkan perekonomian di negaranya masing-masing. Krisis ekonomi telah
menimbulkan banyak kerugian, meningkatnya pengangguran, meningkatnya tindak
kejahatan dan sebagainya. Ekonomi islam memiliki tujuan yang yang sangat penting yaitu
menciptakan kesejahteraan umat manusia khususnya terpenuhinya kebutuhan setiap
individu dengan cara yang yang disahkan oleh Undang-Undang Pemerintah maupun
syariat (Agama).
Adapun permasalahan yang akan kita bahas pada makalah ini yaitu pertama,
konsep ekonomi islam. Kedua, perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi non-islam.
Ketiga, masalah-masalah pokok ekonomi islam. Keempat, penerapan ekonomi islam.
Tujuan dan manfaat dari makalah ini adalah kita dapat memahami konsep
ekonomi islam, dapat membandingkan perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi non-
islam dan menyelesaikan masalah-masalah pokok ekonomi islam serta mengetahui cara
penerapan ekonomi islam dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pembahasan
1. Konsep Ekonomi Islam
a) Pengertian
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani: Oikos dan Nomos. Oikos
berarti rumah tangga (house-hold), sedang Nomos berarti aturan, kaidah, atau
pengelolaan. Dengan demikian secara sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-
kaidah, aturan-aturan, atau cara pengelolaan suatu rumah tangga. Dalam bahasa Arab,
ekonomi sering diterjemahkan dengan al- iqtishad, yang berarti hemat, dengan
perhitungan, juga mengandung makna rasionalitas dan nilai secara implisit. Jadi, ekonomi
adalah mengatur urusan rumah tangga, dimana anggota keluarga yang mampu, ikut
terlibat dalam menghasilkan barang-barang berharga dan membantu memberikan jasa,
lalu seluruh anggota keluarga yang ada, ikut menikmati apa yang mereka peroleh.
Kemudian populasinya semakin banyak dan dalam rumah-rumah, lalu menjadi suatu
kelompok (community) yang diperintah oleh suatu Negara
Adapun istilah ekonomi islam berasal dari dua kata, ekonomi (terjemahan,
economics, economic, dan economy) dan islam (terjemahan: Islamic). Islam adalah kata
bahasa Arab yang terambil dari kata salima yang berarti selamat, damai, tunduk, pasrah,
dan berserah diri. Objek penyerahan diri ini, adalah pencipta seluruh alam semesta yakni
Allah SWT. Dengan demikian, islam berarti penyerahan diri kepada Allah SWT,
sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an surat Ali Imran, yang artinya kurang lebih
sebagai berikut: “Sesungguhnya agama atau yang diridhoi disisi Allah adalah islam…”

Menurut beberapa ahli ekonomi Islam bahwa pengertian ekonomi Islam adalah
“sebuah usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi, dan tingkah laku
manusia secara relasional dalam perspektif Islam”.
Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang ekonomi islam:
1. Menurut S.M. Hasanuzzaman, ilmu ekonomi islam adalah pengetahuan dan
aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam
pencarian dan pengeluaran sumber-sumber daya, guna membarikan kepuasan bagi umat
manusia.
2. Menurut M.N. Siddiqi, ekonomi islam adalah respon para pemikir muslim
terhadap tantangan-tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu
okeh Alquran dan Sunnah maupun akal dan pengalaman.
3. Menurut M.Akram khan, ekonomi islam adalah ilmu yang bertujuan
mempelajari kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber
daya bumi atas dasar kerjasama dan perisipasi.
Menurut Badan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, bahwa
pengertian dari ekonomi Islam adalah “ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk
mengalokasikan dan mengolah sumber daya untuk mencapai falah berdasarkan
pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Alquran dan Sunnah”.

b) Tujuan
Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-fallah (kejayaan) di dunia dan
di akhirat. Ekonomi Islam meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini di
mana segala bahan-bahan yang ada di bumi diperuntukkan untuk manusia. Kesemuannya
bertujuan untuk beribadah kepada Allah swt. Manusia merupakan makhluk sosial (zone
politicon) karena itu soal pemilikan harta terdapat hak milik individu dan juga terdapat hak
masyarakat umum.
Implikasinya, aktifitas ekonomi yang dilakukan senantiasa dapat
dipertanggungjawabkan, baik pertanggungjawaban sosial maupun pertanggungjawaban
terhadap pemilik alam raya ini, Allah SWT. Konsep tujuan ini yang sangat mendukung
terciptanya keseimbangan alam semesta meskipun aktifitas ekonomi berupa pemanfaat
kekayaan alam terus dilakukan. Sistem ekonomi Islam melihat ektifitas ekonomi sebagai
sebuah ibadah, karena itu, aktifitas ekonomi yang dilakukan senantiasa membawa ke-
mashlahatan, baik bagi masyarakat maupun bagi eksistensi agama. Tujuan sistem
ekonomi konvensional hanya berorientasi duniawi tanpa melihat dimensi eskatologisnya.

c) Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

Dalam melakukan aktivitas ekonomi islam, para pelaku ekonomi memegang teguh
prinsip-prinsip dasar yaitu prinsip ilahiyah, dimana dalam ekonomi islam kepentingan individu
dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat sekali yaitu asa keselarasan, keseimbangan
dan bukan persaingan, sehingga tercipta ekonomi yang seadil-adilnya. Dalam ajaran islam tidak
ada pemisahan antara dunia dan akhirat, berarti dalam mencari rezeki harus halal lagi baik.

Secara garis besar ekonomi islam memiliki beberapa prinsip dasar:

a) Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah.


b) Manusia merupakan khalifah/pemimpin/wakil Allah di muka bumi tapi bukan
pemilik yang sebenarnya.
c) Semua yang didapat dan dimiliki manusia adalah karena seizin Allah.
d) Kekayaan tidak boleh ditumpuk dan ditimbun secara terus-menerus.
e) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihapuskan
f) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia
g) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu
h) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama
i) Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
j) Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan diakhirat nanti
k) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
l) Islam melarang riba dalam segala bentuk
2. Perbedaan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Non-Islam

No Isu Islam Konvensional


1 Sumber Al-Quran Daya fikir manusia
2 Motif Ibadah Rasional matearialism
3 Paradigma Syariah Pasar
4 Pondasi dasar Muslim Manusia ekonomi
5 Landasan fillosofi Falah Utilitarian individualism
6 Harta Pokok kehidupan Asset
7 Investasi Bagi hasil Bunga
8 Distribusi kekayaan Zakat, infak, shodaqoh, Pajak dan tunjangan
hibah, hadiah, wakaf dan
warisan.
9 Konsumsi-produksi Maslahah, kebutuhan dan Egoism, materialism, dan
kewajiban rasionalisme
10 Mekanisme pasar Bebas dan dalam Bebas
pengawasan
11 Pengawas pasar Wilayatul Hisba NA
12 Fungsi Negara Penjamin kebutuhan Penentu kebijakan melalui
minimal dan pendidikan Departemen-departemen
melalui baitul mal
13 Bangunan ekonomi Bercorak perekonomian Dikotomi sektoral yang
real sejajar ekonomi riil dan
moneter

Perbedaan yang sering didengar antara dua sistem yang berbeda ini :

Bunga Bagi Hasil


Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya nisbah bagi hasil
dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan disepakati pada waktu akad dengan
keuntungan berpedoman pada kemungkiinan untung rugi

Besarnya presentasididasarkan pada jumlah Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada
modal yang dipinjamkan. jumlah keuntungan yang diperoleh.

Bunga dapat mengambang dan besarnnya naik Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama
turun sesuai dengan naik turunnya kondisi akad masih berlaku, kecuali diubah atas
ekonomi kesepakatan bersama.

Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil bergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi,
usaha yang dijalankan untung atau rugi. kerugian ditangggung bersama.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
sekalipun keuntungan berlipat dengan peningkatan keuntungan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
dikecam) oleh semua agama. hasil

3. Masalah-Masalah Pokok Ekonomi Islam


Ajaran islam memberikan petunjuk dasar berkenaan dengan masalah ekonomi tersebut.
Diantaranya :

1) Barang dan Jasa

Barang dan jasa yang di produksi dalam ekonomi islam didasarkan kepada kaidah pokok
dalam muamalah, yaitu apa saja dibolehkan kecuali yang dilarang. Ini berarti bahwa barang dan
jasa yang diproduksi hendaknya barang dan jasa yang halal, bukan yang diharamkan.

Adapun jenis-jenis barang yang haram diperjual belikan diantaranya :

a) Menjual/membeli anjing, kecuali anjing pemburu, sabda Nabi :


Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW, pernah berkata : “Harga
anjing itu haram, kecuali anjing pemburu.” HR. Muslim dan Nasai.
b) Bangkai, darah, daging babi dan daging binatang yang disembelih atas nama selain Allah
SWT, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah,
daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah....”
Barang-barang yang disebutkan di atas haram dimakan dan haram pula
diperjualbelikan, sabda Nabi :
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual beli arak, bangkai,
babi dan patung-patung.”
c) Khamar dan sejenisnya
Syariat Islam mengharamkan pula memperjualbelikan minuman yang memabukkan,
seperti khamar dan sejenisnya yang memabukkan.

2) Perhatian kepada karyawan

Hubungan antara pengusaha dan karyawan diatur dalam tata hubungan berdasarkan atas
penghargaan terhadap derajat manusia sebagai makhluk Allah yang mulia, karena itu aturan
ketenagakerjaan senantiasa diatur dalam hubungan yang sehat dan saling menghargai.

Tenaga kerja ditempatkan bukan hanya sebatas alat produksi, tetapi ditempatkan dan dihargai
sebagai manusia, karena itu sistem pengupahan ditata secara adil, berdasarkan pengalaman dan
kemampuan yang dimilikinya sehingga para perkerja dapat merencanakan masa depannya dengan
jelas dan sekaligus memacu mereka bekerja keras untuk mengejar prestasi kerjanya.

Dalam hal pengupahan ini hak-hak pekerja diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh
pengusaha, bahkan hak mereka dapat diberikan tanpa ditunda-tunda, sebagaimna Nabi bersabda:
“Berilah (pegawai/buruh) upah sebelum kering keringatnya”

Pemberian hak yang wajar dan manusiawi kepada pegawai akan berdampak terhadap hak-hak
terhadap produktifitas kerja mereka, sebaliknya pengabaian terhadap hak-hak pekerja melahirkan
inefesiensi yang dapat merugikan perusahaan, seperti pemogokan dan sebagainya.

Demikian pula dalam hal kewajidan para pekerja, Islam mengajarkan untuk melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab terhadap kelancaran dan
kemajuan perusahaanya, karena kewajiban bekerja bukan hanya kebutuhan memenuhi ebutuhan
material saja, melainkan juga tugas hidup sebagai manusia dan sekaligus tugas pengabdian
(ibadah) kepada Allah.

3) Sitem distribusi
Distribusi barang dan jasa menurut ajaran Islam hendaknya didasarkan kepada kelancaran
untuk segera sampai ke tangan konsumen serta tidak ada dirugikan, karena itu aspek keadilan
dalam pendistribusian barang dan jasa sanagat ditekankan. Upaya-upaya yang dapatn merugikan
konsumen terutama yang dapat merugikan konsumen terutama yang dapat mempermainkan
harga akibat distribusi yang tidak lancar, harus dijauhkan.

Islam mengajarkan keadilan dan pemerataan ekonomi dan kesempata berusaha, sehingga
setiap orang dapat memperoleh hasil usaha sebagaimana yang mereka usahakan.

4) Kepuasan kedua pihak

Jual-beli dalam konsep Islam didasarkan atas kesukaan kedua pihak untuk membeli dan
menjual, sehingga tidak ada perasaan setelah peristiwa jual-beli berlangsung, Allah berfirman
dalam QS. An-Nisa[4]: 29 :

“.... kecuali dengan jalan perniagaan suka sama suka di antara kamu....”
Jual-beli dalam keadaan terpaksa atau dipaksakan oleh salah satu pihak, baik pembeli
maupun penjual, bukanlah cara yang sesuai dengan ajaran Islam, karena itu tidak sah
jual beli di bawah ancaman, ketakutan dan keterpaksaan.

4. Penerapan Ekonomi Islam

Berikut adalah penerapan perkeonomian dalam islam, sebagaiman Allah menjelaskan dalam Al-
Quran.

1. Diperbolehkannya Jual Beli dan Diharamkannya Riba

“…..padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.…..” (QS Al Baqarah : 275)

Dari ayat yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa yang dilarang Allah adalah
melakukan riba sedangkan melakukan proses jual beli adalah suatu yan halal. Riba diharamkan
oleh Allah dan ancaman sebagai ahli neraka sudah dekat sejak manusia masih di dunia.

Jual beli tentunya termasuk dalam masalah perekonomian dalam islam.jual beli berarti bisa
berupa barter, djualnya barnag lalu dibayar, dan lain sebagainya. Di zaman yang serba online dan
cepat ini, jual beli juga dapat terjadi. Hal ini tentu saja belum terjadi saat Nabi Muhammad masih
berkuasa di mekkah. Walaupun begitu, proses jual beli ini selagi akad, produk, harga,
kepemilikan, pada dasarnya adalah hal-hal yang harus ada dalam transaksi ekonomi. Dalam
keseharian jual beli ini tentu sering sekali dilakukan oleh manusia, baik sebagai konsumen,
produsen, ataupun distributor.

2. Diharamkannya Mengundi Nasib dan Judi

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.”
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,” (QS Al Baqarah :
219)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah mengaramkan judi sebagai aktifitas ekonomi. Allah
melaknat dan melarang manusia untuk melakukan judi. Hal ini ada beberapa aspek yang
membuat judi haram sebagai bagian dari transaksi perkenomian dalam islam, diantarnaya adalah:

i. Hasil yang Spekulatif dan Tidak ada Kejelasan Standart


ii. Membentuk moral negatif dan emosional
iii. Tidak memutar dana atau memutar roda ekonomi pada orang-orang lainnya
iv. Tidak teroptimalkannya rezeki dan sumber daya alam di muka bumi, karena aktivitas
ekonomi banyak mengarah kepada judi

Larangan judi bukanlah hanya sekedar larangan belaka atau bersifat normatif. Hal ini menjadi
landasan bahwa Allah menyuruh manusia melakukan aktivitas ekonomi agar memperhatikan juga
kestabilan ekonomi diri ataupun orang lain. Jika hanya mengandalkan judi tentu saja uang sulit
bertambah, tidak produktif, dan tidak ada pengembangan ekonomi di masyarakat.

3. Keseimbangan Hak Individu dan Sosial

Dalam penerapan perekonomian dalam islam, di dalamnya mengandung pengaturan hak


indiviidu dan pembangunan sosial. Islam memberikan perintah mengeluarkan zakat 2,5 % pada
harta yang dimiliki agar diberikan kepada yang berhak. Islam hanya mewajibkan 2,5% sedangkan
sisanya Allah memotivasi dan memberikan pahala lebih pada mereka yang mau memberikan
hartanya sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan pengembangan islam saat itu.

Untuk itu, Keadilan perekonomian dalam islam, menyeimbangkan hak individu dan sosial.
Allah menghargai harta individu, untuk itu bisa diwariskan dan juga dikeluarkannya sebagiaan
saja tidak diwajbkan keseluruhan. Tentu saja jika keseluruhan artinya hasil kerja keras individu
tidak dihargai. Namun tidak dengan islam.

C. Penutup
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang diatur
berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam
rukun iman dan rukun Islam. Sistem ekonomi islam adalah sistem ekonomi yang mandiri dan
terlepas dari sistem ekonomi yang lainnya. Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang
mendasar dengan sistem ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai
moral dan nilai ibadah dalam setiap kegiatannya.

Prinsip Islam yang dapat dijadikan poros adalah bahwa, “kekuasaan paling tinggi hanyalah
milik Allah semata (Q.S. Ali Imran :26, Q.S. Al - Hijr:2, Q.S. Al Mulk:1) dan manusia diciptakan
sebagai khalifah-Nya di muka bumi,” (Q.S. Al Baqarah:30, Q.S. An-Nisa’:166, Q.S. Fatir:39).
Sebagai khalifah-Nya, “manusia telah diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Seluruh ciptaan
lainnya seperti matahari, bulan, langit (cakrawala), telah ditakdirkan untuk dipergunakan oleh
manusia.”

Tujuan ekonomi Islam adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat. Jual beli dalam konsep Islam didasarkan atas kesukaan kedua pihak untuk membeli dan
menjual, sehingga tidak ada perasaan menyesal setelah peristiwa jual-beli berlangsung. Perbedaan
paling mendasar antara sistem ekonomi Islam dengan ekonomi lain adalag ekonomi Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan ekonomi lain didasarkan pada aturan buatan
manusia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aziz, Abdul. 2008. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu


Muhammad. 2007. Ekonomi Syari’ah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nur Diana, Ilfi. 2008. Hadis-hadis Ekonomi. Malang: UIN Maliki Press
Ridwan, Muhtadi. 2011. Geliat Ekonomi Islam. Malang: UIN Maliki Press
Suprayitno, Eko. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai